Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Keterampilan Menciptakan Kondisi Belajar Yang


Optimal, Mengadakan Variasi Belajar, Membimbing
Diskusi Kelompok dan Menutup Pelajaran

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah “Etika dan Profesi Keguruan”

Dosen Pengampu:
Miftahul Jannah, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 8:

Ahmad Yusri Maulidi :20.01.11.1556


Aisyah :20.01.11.1557
Mahmudah :20.01.11.1596
Siti Ainul Hamisah :20.01.11.1664

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Keterampilan Menciptakan Kondisi Belajar yang Optimal, Mengadakan Variasi

Belajar, Membimbing Diskusi Kelompok Dan Menutup Pelajaran” ini tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

ibu Miftahul Jannah, M.Pd. pada mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan. Selain

itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pendidikan

Agama Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan

tugas sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang ditekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini. Penulis menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Landasan Ulin, 3 April 2022

Kelompok 8

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai

manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan dalam waktu

yang sama guru juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang

pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai

dan norma-norma kepada peserta didiknya sehingga terjadi proses pelestarian

dan penerusan nilai. Bahkan melalui proses pendidikan, diusahakan

terciptanya nilai-nilai baru.

Keterampilan dasar pembelajaran merupakan hal yang sangat utama

yang harus dimiliki oleh guru professional. Selain menguasai substansi

bidang studi, keterampilan dasar pembelajaran juga merupakan penunjang

keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Saat ini masih terdapat banyak

guru yang melakukan pembelajaran dengan pola tradisional serta melupakan

fungsi keterampilan pembelajaran yang sangat mendasar.1

Berdasarkan hal tersebut, perlu dibahas kembali terkait keterampilan

dasar mengajar, diantaranya saja yang akan kita bahas dalam makalah ini

yaitu keterampilan menciptakan kondisi belajar yang optimal, mengadakan

variasi belajar, membimbing diskusi kelompok dan menutup pelajaran.

1
Apriyanti Widiansyah, Modul Etika Profesi Guru, (Jakarta: Universitas Bhayangkara,
2019), h. 107

1
2

Dengan mengetahui hal tersebut maka akan tercapai kompetensi

pembelajaran yang diharapkan dengan hasil yang memuaskan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keterampilan menciptakan kondisi belajar yang optimal ?

2. Bagaimana mengadakan variasi belajar ?

3. Bagaimana membimbing diskusi kelompok ?

4. Bagaimana menutup pelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui keterampilan menciptakan kondisi belajar yang optimal.

2. Mengetahui cara mengadakan variasi belajar.

3. Mengetahui bagaimana membimbing diskusi kelompok.

4. Mengetahui cara menutup pelajaran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Menciptakan Kondisi Belajar Yang Optimal

Kegiatan belajar mengajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh

seorang pelajar atau mahasiswa untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya

tidak diketahui. Oleh karena itu supaya dalam proses kegiatan belajar

mengajar aktif, guru harus punya strategi dalam mengajar ataupun model

pembelajaran yang bagus. Maka akan tercipta suasana kegiatan belajar

mengajar yang optimal.2

Secara garis besar strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai

serangkaian tindakan perencanaan yang mencakup pengaturan cara

penyampaian materi ajar, cara memaksimalkan kemampuan belajar peserta

didik, cara menggunakan sumberdaya yang tersedia, pengaturan materi ajar

dan evaluasi hasil belajar yang tersusun dalam desain pembelajaran

(instruksional). Dengan demikian terdapat beberapa aspek dalam strategi

pembelajaran yang harus direncanakan dan diatur secara sistematis:

1. Pengaturan materi ajar yang akan disampaikan, yaitu antara lain:

kurikulum, kedalaman materi, tingkat perkembangan pesera didik, waktu

yang tersedia dan sumber belajar yang ada.

2
Anda Juanda, “Etika Profesi Keguruan”, CV. ELSI Pro, (2017), h. 74-75

3
4

2. Cara penyampaian materi ajar (proses pembelajaran), yaitu erat

hubungannya dengan penggunaan model, metode dan teknik mengajar.3

Selain strategi pembelajaran, pengelolaan kelas juga merupakan

keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal, serta guru dapat mengembalikan kondisi apabila terjadi masalah

dalam proses pembelajaran. Adapun yang termasuk ke dalam kondisi

tersebut, seperti menghentikan perilaku siswa yang tidak patuh dalam

pembelajaran, memberikan sanksi bagi siswa yang tidak menepati waktu,

yang telah disepakati.

Keterampilan mengelola kelas yang efektif merupakan prasyarat

mutlak, bagi syarat mutlak dalam proses pembelajaran yang efektif. Serta

hubungan baik antara guru dan siswa, serta antara siswa satu dengan siswa

lain merupakan syarat berhasilnya pengelolaan kelas. Sekaligus tercapai suatu

kondisi belajar optimal, jika guru mampu mengatur siswa dan sarana

prasarana, serta mampu mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan,

untuk mencapai tujuan pembelajaran.4

Kondisi kelas yang menyenangkan merupakan indikator keberhasilan

pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang berhasil merupakan syarat dari

pembelajaran yang efektif. Sasaran utama pengelolaan kelas adalah

terciptanya kondisi kelas yang nyaman untuk belajar. Berdasarkan sasaran

tersebut maka komponen pengelolaan kelas secara umum ada dua yaitu:

3
Heri Susanto, Profesi Keguruan, (Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, 2020), Cet ke-1, h. 84-
85
4
Apriyanti Widiansyah, Modul…, h.116
5

1. Komponen yang berhubungan dengan penciptaan kondisi kelas, yaitu

upaya untuk mengkondisikan situasi kelas agar suasana proses

pembelajaran menjadi nyaman.

2. Pengembalian kondisi belajar, yaitu upaya mengembalikan situasi dan

kondisi pembelajaran yang terganggu agar kondisi tersebut tidak

menjadi lebih parah.

Secara lebih luas Wragg menyebutkan bahwa aspek-aspek

pengelolaan kelas meliputi:

1. Pembuatan persiapan mengajar.

2. Memilih pokok bahasan.

3. Bergerak keliling guna mengawasi kegiatan dikelasnya.

4. Mengorganisir kegiatan-kegiatan yang dilakukan murid-murid secara

perorangan, kelompok kecil atau keseluruhan kelas.

5. Memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik atau menegur

murid yang berperilaku buruk.

6. Memastikan apakah bahan-bahan dan buku yang dipergunakan tersedia.

7. Memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.5

Pengkondisian suasana belajar juga merupakan syarat utama untuk

terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Ada tiga cara yang

digunakan Rasulullah SAW dalam metode ini, yaitu6:

5
Nurtanio Agus P, “Mengelola Kelas Untuk Keberhasilan Proses Belajar Mengajar”,
Manajemen Pendidikan, No. 01, (April, 2006), h. 4-5
6
Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan, (Jember: IAIN Jember Pers, 2018), Cet ke-2, h.
271-272
6

1. Meminta diam untuk mengingatkannya, metode berupa permintaan

diam kepada murid-murid adalah salah satu cara yang paling baik untuk

menarik perhatian mereka.

2. Menyeru secara langsung, metode berupa seruan langsung biasanya

dilaksanakan pada awal pelajaran, tetapi terkadang dilakukan ketika

proses mengajar tengah berlangsung.

3. Perintah untuk menyimak dan diam secara tidak langsung.

Segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur,

begitu juga jika ingin menciptakan pembelajaran yang teratur dan optimal.

Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan tidak boleh dilakukan secara

asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah

SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani:

)‫َأح ُد ُك ْم َع َمالً َأ ْن يُْت ِقنَهُ (رواه الطربين‬ ِ ‫ِإ ّن اللَّه َتعاىل حُيِ ِإ‬
َ ‫ب َذا َعم َل‬
ّ َ َ

Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan

sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).”

(HR Thabrani)

Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara

mendapatkannya transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah

SWT, maka akan tercapai kondisi belajar kelas yang teratur dan optimal

dengan kemampuan seorang guru dalam mengatur strategi pembelajaran dan

kemampuan mengatur kelas. Inilah yang disebut sebagai keterampilan dalam

menciptakan kondisi belajar secara optimal.


7

B. Mengadakan Variasi Belajar

Keterampilan mengajar merupakan salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru. Hubungan antara guru dan siswa didalam proses

pembelajaran berlangsung secara dinamis. Kedinamisan siswa bisa

diakibatkan oleh faktor internal siswa sendiri ataupun karena pengaruh

dinamika lingkungan yang sedikit banyak mempengaruhi siswa. Untuk

menghadapi siswa yang dinamis guru dituntut menggunakan variasi dalam

pembelajaran.

Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan

yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta

mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Dalam proses belajar mengajar ada

variasi bila guru dapat menunjukan perubahan dalam gaya mengajar, media

yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antar

siswa dan guru. Variasi ini lebih bersifat proses daripada produk.7

Variasi mengajar dapat didefinisikan sebagai keterampilan (skills)

guru dalam memberikan mata pelajaran kepada murid-muridnya di kelas.

Keterampilan variasi dalam gaya mengajar guru, dan variasi penggunaan

media atau bahan-bahan pengajaran. Variasi dalam gaya mengajar guru,

misalnya; variasi suara dan variasi gerakan. Sedangkan variasi penggunaan

media pengajaran, misalnya; variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual

aids).
7
Muhammad Lutfi Hakim, et.al, “Pengaruh Variasi Mengajar Guru dan Lingkungan
Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa”, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret, (Juli, 2013), h. 3
8

Keterampilan mengajar menitikberatkan pada gerak dan atau

penampilan dari anggota tubuh seorang guru. Termasuk dalam hal ini adalah

masalah-masalah teknik mengajar yang diterapkan oleh guru tersebut.

Keterampilan mengajar dapat dibagi dalam tiga klasifikasi, yakni yang

berkaitkan dengan aspek, modal kesiapan dan keterampilan operasional.

Pada aspek materi berhubungan erat dengan masalah bahan yang

diajarkan kepada murid, yakni tentang bagaimana menarik perhatian murid

pada bahan yang diajarkan. Pada aspek modal kesiapan berhubungan erat

dengan sikap yang harus diperhatikan guru selama mengajar, meliputi sikap

tubuh pada waktu mengajar, sikap terhadap kondisi ruang atau jumlah murid,

terhadap kebutuhan murid dan selainnya. Sedangkan pada aspek keterampilan

operasional berhubungan erat dengan berbagai keterampilan dalam interaksi

belajar mengajar yang perlu dikembangkan.

Variasi mengajar guru, termasuk faktor penunjang keberhasilan proses

pembelajaran di kelas. Guru yang tidak mampu mengadakan variasi dalam

mengajar, seringkali menjadikan murid-murid bosan dan jemu dalam

mengikuti pelajaran. Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya

penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja, akan mengakibatkan

perhatian, motivasi, dan minat murid terhadap pelajaran akan menurun.

Prinsip-prinsip variasi mengajar menurut Uzer Usman adalah variasi

hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan

tujuan yang hendak dicapai, variasi harus digunakan secara lancar dan

berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak


9

mengganggu pelajaran dan direncanakan secara baik, dan secara eksplisit

dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran. Yaitu prinsip ini

lebih menekankan pada prinsip penggunaan variasi dalam aspek penggunaan

bahan atau alat pengajaran.

Sedangkan prinsip-prinsip variasi mengajar menurut J.J. Hasibuan dan

Mudjiono adalah perubahan yang digunakan harus bersifat efektif,

penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat, penggunaan komponen-

komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya

dan penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan

balikan siswa. Yaitu lebih menekankan pada prinsip variasi dalam aspek gaya

mengajar guru.8

C. Membimbing Diskusi Kelompok

Menjadi seorang guru perlu menguasai keterampilan dalam

membimbing diskusi kelompok kecil agar pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Di dalam membimbing diskusi kelompok kecil, guru juga

memerlukan persiapan yang matang. Diskusi kelompok kecil itu sendiri

merupakan suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok individu dalam

suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi,

membuat keputusan, dan memecahkan masalah.9

8
Muhammad Tahir, Elihami Elihami, “Peningkatan Variasi Mengajar Pada Proses
Pembelajaran Mahasiswa Semester Tiga Di Prodi Pendidikan Nonformal STKIP Muhammadiyah
Enrekang”, Universitas Muhammadiyah Parepare, h. 3-5
9
Apriyanti Widiansyah, Modul…, h. 117
10

Diskusi kelompok kecil sangat bermanfaat untuk memberikan

pengalaman pendidikan bagi siswa yang terlibat di dalamnya. Potensi yang

berpengaruh terhadap partisipasi seperti saling memberi informasi, dan

mengeksplorasi gagasan, meningkatkan pemahaman baru terhadap hal-hal

yang bermanfaat, dapat membantu menilai dan memecahkan masalah,

mendorong pengembangan berfikir dan berkomunikasi secara efektif,

meningkatkan keterlibatan siswa dalam perencanaan, pengambilan keputusan,

memperbaiki kerjasama kelompok, terhadap keserasian dan moralis.

Semuanya mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam

kelompok untuk keterampilan mereka dikemudian hari dalam masyarakat dan

dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Membimbing diskusi kelompok kecil merupakan suatu kegiatan yang

harus ada dalam proses belajar-mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru

mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami

latihan. Oleh karena itu keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru

mampu melaksanakan tugas ini dengan sebaik mungkin. Diskusi dalam

kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang efektif karena

dengan melakukan diskusi siswa akan aktif dalam berkomunikasi dan

memberikan pendapat atau bertanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:


11

‫ْم ِة َوالْ َم ْو ِعظَ ِة احْلَ َس نَ ِة َو َج ِادهْلُ ْم بِالَّيِت ْ ِه َي‬ ِ ِ َ ِّ‫اُْدع اِىٰل س بِي ِل رب‬
َ ‫ك باحْل ك‬ َ َْ ُ

{ ‫ض َّل َع ْن َس بِْيلِهٖ َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بِالْ ُم ْهتَ ِديْ َن‬ ِ ۗ


َ ‫ك ُه َو اَ ْعلَ ُم مِب َ ْن‬
َ َّ‫اَ ْح َس ُن ا َّن َرب‬

}١٢٥

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan

pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang

sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat

petunjuk”. (Q.S. al-Nahl: 125).

Dari ayat di atas Allah telah memberikan pengajaran bagi umat islam

agar membantah atau berargumentasi dengan cara yang baik. Dan tidak lain

itu bisa ditemui dalam rangkaian acara yang biasa disebut diskusi. Diskusi

juga merupakan metode yang langsung melibatkan siswa untuk aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika siswa

yang mendiskusikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai sebagian

dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika siswa tidak paham akan hal tersebut

maka bisa dipastikan diskusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam

pembelajaran. Untuk itu peran guru sangat penting untuk membimbing siswa

agar berdiskusi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin ada beberapa komponen

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:


12

1. Memusatkan perhatian, guru harus membantu kelompok untuk

memusatkan perhatian agar sesuai dengan topik sehingga dapat mencapai

hasil yang diharapkan.

2. Mengingatkan kontribusi peserta didik, diskusi tidak akan hidup apabila

kontribusi pemikiran peserta didik rendah. Oleh karena itu, anggota

kelompok harus didorong untuk berpartisipasi aktif.

3. Menganalisis pandangan peserta didik, ketika diskusi sering ditemui

perbedaan pendapat yang sangat tajam. Guru dapat menanyakan sumber

atau dasar yang kuat dari pendapat siswa saat proses diskusi, dan lain

sebagainya.

4. Mendistribusi partisipasi peserta didik, diskusi biasanya didominasi oleh

beberapa peserta didik saja. Sementara itu, yang lain cenderung diam dan

mendengarkan saja. Apabila terjadi demikian guru harus menanganinya

dengan berbagai cara. Misalnya, mendorong peserta didik yang pendiam

untuk mengemukakan pendapat.

Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif

antar sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus

memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau

memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh

penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau

guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak

didominasi oleh sekelompok atau orang-orang tertentu saja.10

10
Ibid, h.117-121
13

D. Menutup Pelajaran

Keterampilan menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh seorang guru dalam mengetahui pencapaian tujuan dan

pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri

kegiatan pembelajaran tersebut. Menutup pelajaran juga merupakan usaha

guru dalam memberikan gambaran secara menyeluruh tentang hal-hal yang

telah dipelajari, antara lain dengan cara merangkum kembali bahan yang

disampaikan dan mengadakan evaluasi tentang bahan yang baru diberikan,

usaha dalam tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, serta

menentukan titik pangkal dalam pelajaran selanjutnya.

Hasibuan menyatakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan

guru dalam mengakhiri kegiatan inti suatu pelajaran. Memiliki maksud untuk

memberikan gambaran secara menyeluruh tentang hal-hal telah dipelajari

oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, serta tingkat keberhasilan

guru dalam proses belajar mengajar.11

Keterampilan menutup pembelajaran terdiri dari dua komponen yaitu:

1. Meninjau kembali atau review, yaitu dengan menyimpulkan

materi pembelajaran baik secara tulisan maupun tanya jawab

dengan siswa, juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya.

11
Ibid, h. 115-116
14

2. Mengevaluasi, yaitu guru memberikan evaluasi serta latihan

tertulis sehingga guru mengetahui tingkat keberhasilan anak pada

saat mengikuti pembelajaran.12

12
Lilis Seri Nurlaela, “Keterampilan Membuka Dan Menutup Pembelajaran Pada Kelas
Atas Di Mi Muhammadiyah Ajibarang Kulon, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas”,
Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2020), h. 5, t. d.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan menciptakan kondisi belajar optimal dapat dicapai atau

dihasilkan dengan kemampuan seorang guru dalam mengatur strategi

pembelajaran dan kemampuan mengatur atau mengelola kelas secara efektif

dan efisien.

Variasi mengajar adalah kegiatan guru dalam proses interaksi

pembelajaran yang bertujuan agar siswa tidak bosan dengan menciptakan

lingkungan yang mendorong untuk berlangsungnya proses belajar melalui

perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan

ada perubahan dalam pola interaksi antar siswa dan guru.

Memimpin diskusi kelompok merupakan keterampilah guru dalam

proses yang teratur melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi

tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat

keputusan, dan memecahkan masalah. Adapun keterampilan menutup

pelajaran merupakan kegiatan akhir guru dalam pembelajaran yang bertujuan

untuk mengukur pemahaman siswa dan mengukur keberhasilan guru dalam

mengajar.

15
16

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di

atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun

nantinya penulis akan menerima kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca (dosen dan mahasiswa/i). Semoga atas kritik dan saran membangun

tersebut menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.


DAFTAR PUSTAKA

Agus P, Nurtanio, “Mengelola Kelas Untuk Keberhasilan Proses Belajar

Mengajar”, Manajemen Pendidikan, No. 01, April 2006.

Fauzi, Imron, Etika Profesi Keguruan, Cet ke-2, Jember: IAIN Jember Pers, 2018.

Hakim, Lutfi, Muhammad, et.al, “Pengaruh Variasi Mengajar Guru dan

Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa”, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2013.

Juanda, Anda, “Etika Profesi Keguruan”, CV. ELSI Pro, 2017.

Nurlaela, Seri, Lilis, “Keterampilan Membuka Dan Menutup Pembelajaran Pada

Kelas Atas Di Mi Muhammadiyah Ajibarang Kulon, Kecamatan

Ajibarang, Kabupaten Banyumas”, Skripsi, Purwokerto, IAIN

Purwokerto, 2020.

Susanto, Heri, Profesi Keguruan, Cet ke-1, Banjarmasin: Program Studi

Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lambung Mangkurat, 2020.

Tahir, Muhammad, Elihami Elihami, “Peningkatan Variasi Mengajar Pada Proses

Pembelajaran Mahasiswa Semester Tiga Di Prodi Pendidikan Nonformal

STKIP Muhammadiyah Enrekang”, Universitas Muhammadiyah

Parepare, 2020.

Widiansyah, Apriyanti, Modul Etika Profesi Guru, Jakarta: Universitas Bhayangkara,

2019.

17

Anda mungkin juga menyukai