Minggu Ke 6 CKD Sri Rahayu Putri-Rsud Raden Mattaher
Minggu Ke 6 CKD Sri Rahayu Putri-Rsud Raden Mattaher
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. MADIANATUL M, S.Kep
Ns. VERAWATI, S.Kep
2. Etiologi CKD
Menurut (Harmilah, 2020), banyak kondisi klinis yang menyebabkan terjadinya
gagal ginjal kronis. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal
ginjal kronis (GGK) dapat disebabkan dari ginjal sendiri maupun luar ginjal.
a) Penyakit dari ginjal
1. Penyakit dari saringan (glomerulus) glomerulonephritis
2. Infeksi kuman, peilonefritis, urethritis
3. Batu ginjal (nefrolitiasis)
4. Kista di ginjal ( polcystis kidney)
5. Trauma langsung pada ginjal
6. Keganasan pada ginjal
7. Sumbatan : batu, tumor, penyempitan
b) Penyakit umum diluar ginjal
1. Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2. Dyslipidemia
3. Systemic lupus erythematosus (SLE)
4. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5. Preeklamsia
6. Obat-obatan
7. Kehilangan banyak cairan luka bakar
3. Patofisiologi CKD
Gagal ginjal kronis dimulai fase awal gangguan, keseimbangan cairan,
penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung
pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis ginjal kronik mungkin minimal karena nefron- nefron sisa yang
sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring
dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi
tugas yang semakin berat sehingga nefron- nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
darah ginjal akan berkurang. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin
banyak terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara
progresif fungsi ginjal turun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolitme
metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi
sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ
tubuh. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan
sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi
gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma.
(Harmilah, 2020)
4. Klasifikasi CKD
Gagal ginjal kronik diklasifikasikan berdasarkan nilai GFR (Glomeruli
Fitrate Rate). Berikut tabel klasifikasi gagal ginjal kronik.
Derajat Deskripsi GRF (ML/Min/1,73 m2)
1 Keruskan ginjal dengan GFR normal ≥ 90
2 Keruskaan ginjal ringan dengan GFR 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal ringan dengan GFR 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal ringan dengan GFR berat 15-29
5 Gagal Ginjal <15 (atau menjalani
dialysis)
Sumber : National Kidney Foundation (2020)
6. Komplikasi CKD
Menurut Hutagaol (2017) komplikasi yang timbul pada aggal ginjal kronis yaitu :
a) Anemia yang disebabkan oleh penurunan erittroprotein, rentang usia sel
darah merah, dan peredaran gastrointestinal akibat iritasi.
b) Penyakit tulang disebabkan oleh retensi fostat kadar kalium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar
aluminium.
c) Hyperkalemia yang diakibatkan karena adanya penurunan ekresi asidosis
metabolic
d) Gagal jantung, gagal jantung pada penderita gagal ginjal kronis dimulai dari
anemia yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras, sehingga
terjadi pelebaran bilik jantung kiri, kemudian otot jantung akan melemah
dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya (syndrome
cardiorenal) (veronica Hutagoal, 2017)
e) Psikologis pada pasien dengan kondisi aggal ginjal kronis terpengaruh oleh
perjalanan penyakit yang panjang sehingga dapat memicu gangguan jiwa.
Pasien dengan gagal ginjal kronis sering mengalami gangguan psikologis
terkait dengan kondisi medisi umumnya, kecemasan dan depresi merupakan
gangguan psikologi yang sering dialami (Rosmalia, Lia & Kusumadewi,
2018).
7.Pencegahan CKD
Pencegahan gagal ginjal kronis (Irwan, 2016). Penyakit gagal ginjal kronis
adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang memiliki angka kesakita
cukup tinggi, namun demikian penyakit ini dapat dihindari melalui upaya
pencegahan yang meliputi :
a) Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga penyakit
jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit
sekunder akibat dari penyakit primer yang mendasarinya. Oleh sebab itulah,
perlunya mengendalikan dan mengontrol penyakit primer agar tidak
komplikasi menjadi gagal ginjal.
b) Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis
makanan dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium yang tinggi
bukan hanya biasa menyebabkan tekanan darah tinggi, namun juga akan
memicu terjadinya proses pembentukan batu ginjal.
c) Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah suatu komponen makanan
yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidraasi. Selain itu, air
juga bisa berguna dalam membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Dan juga akan membantu untuk mmpertahankan volume serat konsentrasi
darah. Selain itu juga bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan
dan membantu mengendalikan suhu tubuh. Jadi jangan sampai tubuh anda
mengalami dehidrasi.
d) Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan fungsi yang
paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses penyaringan berlangsung,
maka jumlah dari hasil kelebihan cairan akan tersimpan di dalam kandung
kemih dan setelah itu harus segera di buang. Walaupun kandung kemih
mampu menampung lebih banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil akan
dirasakan disaat kandung kemih sudah mulai penuh skitar 120-250 ml urin.
Sebaiknya jangan pernah menahan buang air kecil. Hal ini akan berdampak
besar dari terjadinya proses penyaringan ginjal.
e) Makan makanan yang baik. Makan yang baik adalah makan dengan
kandungan utrisi serta gizi yang lebih baik. Hindari makan junk food.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien gagal ginjal kronik/Chronic Kidney
Disease (CKD) menurut Yasmara Deni, dkk, 2016.
a) Laboratorium
1. Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL)2, Kreatinin serum (normal 0,5-1,5
mg/dl; 4-132,5 umol/SI)2, natrium (normal: serum 132-145 mmol/L;
urin: 40-220 Meq /L/24jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L;3-5,0
mmol/Lm (unit SI)2 meningkat.
2. Analisis gas darah arteri menunjukkan penurunan Ph arteri.
3. Pasien mengalami proteinuria, glikosuria dan pada urine ditemukan
sedimentasi, leukosit, sel darah merah, dan Kristal
b) Radiologi KUB, urografi eksterorik nefromotografi, scan ginjal, dan
arteriolografi ginjal menunjukkan penurunan ukuran ginjal,
c) Biopsi ginjal.
d) EEG
9. Penatalaksanaan
a) Kepatuhan diet kepatuhan diet merupakan satu penatalaksanaan untuk
mempertahankan fungsi ginjal secara terus menerus dengan prinsip rendah
protein, rendah garam, rendah kalium dimana pasien harus meluangkan
waktu menjalani pengobatan yang dibutuhkan.
b) Terapi Konservatif, tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan
akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara
optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Terapi Pengganti Ginjal, terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit
ginjal kronik stadium 5, yaitu pada GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi
tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum
masuk ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan
keluhan utama bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat
BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal
pada kulit (Muttaqin, 2011).
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan
kabur, perasaan tidak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin,
2011).
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal
akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
berulang, penyakit diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis
obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).
Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal
kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang bisa menjadi
faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum : pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat
Tingkat kesadaran : pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.
TTV : RR meningkat, TD meningkat
2) Kepala
Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering
sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.
Wajah : biasanya pasien berwajah pucat
Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien
bernafas pendek.
Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi dan nafas berbau.
Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi
Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar
getah bening.
4) Dada/Thorak
Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul
(cepat/dalam) b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan
Perkusi : biasanya sonor
Auskultasi : biasanya vesikuler
5) Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2 linea
dekstra sinistra
Perkusi : biasanya ada nyeri
Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut/Abdomen
Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau
penumpukan cairan, pasien tampak mual dan muntah
Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan
adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.
Perkusi : biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites
Auskultasi : biasanya bising usus normal, antara 5-35 kali/menit
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning
pekat.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram otot,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan
gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya
area ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan
proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati kejang, dan adanya
neuropati perifer.
2) Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan, nyeri,
obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan sindrom
hipoventilasi.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan dan kelebihan asupan natrium.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor
biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial, ketidakmampuan
makan, ketidakmampuan mencerna makan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit (gatal), program
pengobatan.
5. Kerusakan integritas kulit b/d gejala penyakit (pruritus/gatal)
6. Gangguan pola tidur b/d proses penyakit
1) Intervensi keperawatan
Diagnosis
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
5). Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak (Hidayat, 2004). Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu
evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek
adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir
adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan
balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam
2008).
DAFTAR PUSATAKA
Budiono & Pertami, Sumirah Budi. (2015). Konsep dasar keperawatan. Jakarta:
Bumi Medika
Hutagaol E.V. (2017). Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodilisa melalui Pyschhological
Intervetion Di unit Hemodilisa Rs Royal Prima Medan. Jurnal Jumantik
Volume 2 Nomor 1, Mei 2017
National Kidney Foundation, 2020. About Chronic Kidney Disease: A Guide for
patiens and their Families. In new York: National Kidney Faundation,
Prabowo, Eko dan Andi Eka Pranata. (2016). Asuhan keperawatan system
perkemihan. Yogyakarta. Hukum Medika.
Putra, (2016). Nefrolitiasisis. Vol 5. Jurnal Keperawatan Lampung.
Rendy, C. M., & Margareth, T. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumigar G., Rompas S., Pondaag L. (2015). Hubungan dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Irina C2 dan C4
RSUP Prof. DR. R. D. Kandau. Ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3.
Nomor 1. Februari 2015
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Klien
1. Nama : Tn.S
2. Umur : 66 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
6. Pendidikan : SLTA
7. Pekerjaan : Petani
8. Alamat : Paal merah RT 33
9. Penangung Jawab : Tn.A
10. Hubungan dengan Klien : Anak kandung
Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 63 kg
Saat sakit : 80 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Keterangan :
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 underweight
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = (BB sblm skt-BB saat ini)/ BB sblm skt x 100%
Masalah Keperawatan:
Obesitas
Masalah Keperawatan:
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 30 menit 1 jam
Jml jam tidur malam ±7 - 8 jam ±5-6 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Segar
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan:
Ketidakberdayaan
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Ket :
0-20 : Ketergantungan total 21- 61 : Ketergantungan berat
62-90 : Ketergantungan sedang 91-99 : Ketergantungan Ringan
100 : Mandiri
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit
Urin
Frekuensi/hari 6-8x/hari Menggunakan katetar
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat Klien menggunakan
menetes) kateter
Jumlah/BAK 3-5 kali Menggunakan kateter
Bau Khas BAK Khas BAK
Warna Bening kekuning Kekuningan
kuningan
Perasaan stlh BAK Normal tidak ada nyeri Normal tidak ada nyeri
Total Produksi urin/hari ± 1200-1500 ± 300
(cc)
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Balance cairan
Masalah Keperawatan:
Hipervelomia
Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah
9. Pola Koping
a. Pola koping : Klien mengatakan bahwa dia menyerahkan kesehatannya
ke tangan Tuhan dan petugas kesehatan yang ada
b. Pola peran dan berhubungan :
Hubungan dengan keluarga masih terjalan dengan baik namun dia tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari sementara waktu karena berada dirumah
sakit
Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
a. Nadi : 106 x /menit
b. Suhu : 37 oC
c. RR : 24x / menit
d. TD : 126/ 78
e. Spo2 : 98
f. Nyeri
Depan Belakang
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
3. Kepala :
Kulit : Berwarna putih, turgor kulit baik, tidak ada lesi
Rambut : Hitam dan lebat
Muka : Bersih, namun terlihat pucat
4. Sistem Sensori Persepsi
Mata
Inspeksi
Konjungtiva : an anemis
Sklera : an ikterik
Pupil : dilatasi pupil normal dan reflek pupil baik, pupil
isokoer
Palpebra : normal, tidak ada lesi atau edema
Lensa : Baik, rabun dekat (terlihat memakai kacamata)
Palpasi
Tekanan intra Okuler : Tidak ada masalah
Hidung : Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada tanda perdangan dan tidak
ada polip
Gigi : Tidak memakai gigi palsu dan tidak ada
Bibir : Kering, tidak ada lesi
Leher :Tidak ada lesi atau pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada pembengkakan getah bening
dan tidak ada peningkatan JVP
Telinga
Lubang Telinga : Tidak ada lesi
Membran Timpani : Tidak ada masalah
Gangguan Pendengaran : Tidak ada gangguan, klien dapat mendengar
dengan baik
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi : Kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi ataupun masa
b. Palpasi : Kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi ataupun masa
Tractil Fremitus : teraba kiri dan kanan
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultrasi :
Suara Nafas : Vesikuler (+/+)
Suara Nafas tambahan: -
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : Normal, tidak terdapat lesi
b. Palpasi
Iktus Cordis : tidak dikaji
c. Perkusi
Batas Jantung : tidak dikaji
Pembesaran Jantung : tidak dikaji
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
8. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris, tidak ada lesi, perut tampak membesar
Tepi Perut : Tidak ada pembengkakan
Bendungan pembuluh darah : tidak ada
Ascites : tidak ada penumpukan cairan
b. Auskultasi
Peristaltik : tidak terkaji
c. Palpasi
Nyeri : Hilang timbul pada eksremitas bawah
Massa : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri
d. Perkusi : terdengar hasil ketukan “tympani” di semua
kuadran abdomen
e. Rektum :
normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
9. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Gerakan saraf aktif dan bisa digerakkan
b. Keseimbangan : Klien butuh bantuan untuk mobilisasi
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
Ekstremitas superior sinistra : 5
Ekstremitas inferior dextra : 2
Ekstremitas inferior sinistra : 2
Masalah Keperawatan:
Gangguang Mobilitas Fisik
10. Sistem Integument
a. Inspeksi : Tugor kulit menurun, berwarna sawo matang
b. Palpasi : hangat dan tidak ada pembengkakan
c. Pitting Oedem : Oedem derajat 2
d. Akral : hangat
Masalah Keperawatan:
hipervolemia
f. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
28-09-2021 GDS 272mg/dL 100-200mg/dL H
27-09-2021 GDS 248Mg/dL 100-200mg/dL H
26-09-2021 Elektrolit
Natrium 130,3 135-147 L
Chlorida 97,8 95-105 N
Calcium Ion++ 1,03 1,00-1,15 N
kalium
4,80 3,5-5,0 N
26-09-2021
Faal hemostasis
9214,19 Kurang 500Mg/dL H
D-Dimer
Glukosa darah
HbA1C 6,2 ,6,2 N
Faal hati
SGOT 17,0 <37,0 N
SGPT 13,0 <42,0 L
USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Jenis pemeriksaan
18-09-2021 Rapit Antigen : negatif
USG thoraks :
Efusi pleura kanan dengan komponen telektasis dibasal
hemitoraks kanan yang tervisualisasii
Terapi Obat
No Jenis Obat Dosis Fungsi
1. Novorapid 3x6 Iu Obat ini digunakan untuk mengurangi
tingkat gula darah tinggi pada orang
dewasa, remaja dan anak-anak yang
berusia 10 tahun ke atas dengan diabetes
mellitus.
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengeluhkan lemas 1. Oedem derajat 2, Tugor kulit klien
2. Klien mengatakan sulit mengerakkan menurun
kedua eksremitas bawah karena nyeri 2. Blance cairan : +400
3. Klien mengatakan skala nyeri 2 pada 3. Hb : 11,4 dan Ht : 32,7 (turun)
kedua eksremitas bawah 4. GDS 27-09-2021 :247 mg/dl
4. Klien megatakan suka mengkonsumsi GDS 28-09-2021 :272 mg/dl
makanan olahan daging dan olahan gulai 5. BB : 80 kg Tb : 155 cm
bersantan 6. IMT : 33,3 (obesitas)
5. Klien mengatakan selama sakit aktifitas 7. Kekuatan otat menurun : 5-5-2-2
dibantu keluarga 8. Bibir klien tampak kering
ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
DO :
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI PARAF
J AM
Selasa Hipervolemia b.d 1. Pertahankan catatan intake dan
Efek pengobatan output pasien setiap hari
28 september 2021
farmakologis DM 2. Monitor TTV
07.30-14.00 dan jantung
3. Monitor hasil Lab (BUN)
4. Monitor intake dan output
5. Batasi/dan jelaskan masukan
cairan (dengan minum 2
gelas/hari)
6. Identifikasikan rencana HD
lanjutan
7. Kolaborasi pemberian diuretic
sesuai instruksi.
Selasa Ketidakstabilan S : Klien mengatakan badan masih masih terasa lemas dan
gula darah b.d kedua eksremitas bawah sulit di gerakkan
28 september 2021
Hiperglikemi O :
07.30-14.00
1. GDS = 247
2. TD126/78 mmHg, S :37 N : 106x/menit, RR : 24x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dengan pemberian insulin 12 Iu
Selasa Gangguan S:
Mobilitas fisik
28 september 2021 1. Klien mengeluhkan lemas
b.d Efek
07.30-14.00 pengobatan 2. Klien mengatakan sulit mengerakkan kedua eksremitas
farmakologis bawah karena nyeri
DM dan 3. Klien mengatakan skala nyeri 2 pada kedua eksremitas
jantung bawah
4. Klien mengatakan selama sakit aktifitas dibantu keluarga
O:
1. Kekuatan otat menurun : 5-5-2-2
2. Klien tampak terbaring lemas diatas kasur
3. TD126/78 mmHg, S :37 N : 106x/menit, RR : 24x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Selasa S:
28 september 2021 1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan hubungan antara
asupan makan, aktivitas fisik, penambahan berat badan,
07.30-14.00
dan penurunan berat badan
2. Klien dan keluarga dapat menjelaskan faktor resiko
berat badan lebih dan berat badan kurang
O:
1. Klien tampak mengikuti anjuran perawat untuk mencatat
berat badan setiap minggu, jika perlu
2. Klien tampak mengikuti anjuran perawat untuk
melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi