Materi Pajak Kel 4
Materi Pajak Kel 4
SUBJEK PPN
Secara umum, penjual memang ditetapkan sebagai pemungut PPN. Tetapi ada
kondisi tertentu yang menjadikan pembeli justru yang memungut dari penjual. Ini
kebalikan dari keumuman sistem pemungutan PPN. Pembeli yang memungut PPN
biasa disebut “Pemungut”. Akibatnya, rekanan atau supplier Pemungut PPN selalu
kelebihan PPN dan selalu meminta restitusi.
Secara lebih detail, subjek PPN (orang yang kena PPN) dikelompokkan menjadi dua,
yakni:
Pengusaha yang melakukan penyerahan atau mengekspor BKP atau JKP berwujud
maupun tidak berwujud di wilayah pabean, merupakan subjek PPN yang wajib
melakukan hal-hal berikut:
Pengecualian PKP
2. Non-PKP
Seorang individu atau pribadi dan non-PKP yang menggunakan BKP atau JKP
di wilayah pabean Indonesia merupakan subjek PPN. Akan tetapi, umumnya harga
yang dibayarkan oleh konsumen sudah termasuk PPN. Aturan mengenai ini tertuang
dalam dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) Pasal 4 Ayat (1) huruf b dan huruf
e, serta Pasal 16C. PPN akan tetap terutang walaupun yang melakukan kegiatan
bukanlah PKP, dalam kondisi :
Impor BKP
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Melakukan kegiatan pembangunan
Pengusaha kecil juga merupakan subjek PPN. Itu artinya, pengusaha kecil
memiliki kewajiban-kewajiban yang mengikat, khususnya ketika mereka memilih
agar ditetapkan sebagai PKP sehingga mereka sepenuhnya dan wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.
Mengapa ada pengusaha kecil yang ingin dikukuhkan sebagai PKP? Sebab ada
sejumlah keuntungan yang bisa didapatkan jika menjadi PKP. Di antaranya sebagai
berikut:
Bila wajib pajak menjadi PKP, maka pengusaha akan dianggap telah
memiliki sistem yang legal secara hukum karena tertib membayar pajak.
Status PKP dapat meningkatkan kepercayaan dari mitra perusahaan terhadap
status dan reputasi pengusaha atau wajib pajak.
Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP juga dapat melakukan
transaksi jual-beli dengan bendaharawan pemerintah maupun ikut serta
dalam pengadaan barang dan jasa.
Selain keunggulan, ada pula konsekuensi yang harus diperhatikan ketika seorang
pengusaha kecil ingin dikukuhkan menjadi PKP.
Di antara konsekuensi itu adalah disiplin dan tertib dalam melaporkan Faktur Pajak
dan SPT Masa PPN.
Apabila terlambat membuat Faktur Pajak dan pelaporan SPT Masa, PKP dapat
dikenakan sanksi berupa administrasi seperti denda dan/atau bunga hingga sanksi
pidana.
Namun jangan khawatir karena adanya layanan e-Faktur dari Direktorat Jenderal
Pajak telah mempermudah PKP untuk membuat faktur secara online dan pelaporan
SPT.
Selain prosesnya mudah, wajib pajak atau dalam hal ini PKP dapat langsung
mengunggah dokumen CSV dan PDF.
Mereka juga memperoleh arsip pembayaran dan pelaporan pajak yang mudah
diperiksa statusnya.
SPT Masa dan Tahunan wajib sebaiknya dilaporkan tepat waktu agar status PKP
seorang pengusaha bisa dipertahankan karena orang tersebut telah menjadi wajib
pajak.
Contoh kasus
Jawab: Kondisi tersebut tidak ada hubungannya antara subjek PPh dengan pengenaan
PPN. Sebab sebuah organisasi internasional harus mendapatkan pengesahan atau
persetujuan untuk bisa menikmati pembebasan PPN atas penyerahan BKP atau JKP
(bukan tidak terutang PPN).
PPN tidak melihat siapa pembelinya (berbeda dengan PPh) dalam kondisi:
Dasar Pengenaan Pajak PPN adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor,
atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang (Pasal 1 angka
17 UU Nomor 42 TAHUN 2009).
DPP PPN itu dapat berupa:
Harga Jual
Nilai Penggantian
Nilai Impor
Nilai Ekspor
DPP Nilai Lain
Dasar Pengenaan Pajak PPN – Harga Jual
Harga Jual, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU
ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak (Pasal 1 angka 18 UU Nomor 42
TAHUN 2009).
1.
1. Nilai Berupa uang + semua biaya – potongan harga dalam FP = Harga Jual
2. Semua biaya ini termasuk : biaya asuransi, biaya pengangkutan, biaya pengiriman,
biaya pemeliharaan, biaya garansi, dan biaya lain yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan BKP tersebut.
Dasar Pengenaan Pajak – Penggantian
Penggantian, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud,
tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima
Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean (Pasal 1
angka 19 UU Nomor 42 TAHUN 2009).
1.
1. Nilai Berupa uang + semua biaya – potongan harga dalam FP = Penggantian
2. Semua biaya ini termasuk : biaya asuransi, biaya pengangkutan, biaya pengiriman,
biaya pemeliharaan, biaya garansi, dan biaya lain yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan, Ekspor, pemanfaatan JKP / BKP tidak
berwujud tersebut
Dasar Pengenaan Pajak PPN – Nilai Impor dan Ekspor
Nilai Impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut
menurut UU ini (Pasal 1 angka 20 UU Nomor 42 TAHUN 2009).
Harga Jual, Nilai Penggantian, Nilai Impor, dan Nilai Ekspor sukar ditetapkan;
dan/atau