Anda di halaman 1dari 11

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI

A. Definisi
Salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral adalah
mineralogi. Mineral pada umumnya didefinisikan sebagai bagian kulit bumi yang
terdiri dari senyawa unsur-unsur kimia, baik yang berbentuk padat maupun
berbentuk cair yang bersifat homogen, yang tidak terjadi dengan perantaraan
manusia dan tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan serta dibentuk oleh
alam yang berarti terbentuknya ini secara alami. Meskipun demikian terdapat
beberapa zat atau bahan yang berguna yang terjadi karena perubahan atau
penguraian sisa tumbuhan dan hewan secara alami.

Sumber: Rio, 2012


Gambar 1
Mineral
Di alam sebagain besar mineral terdapat dalam keadaan padat selain itu
ada juga yang berada dalam keadaan setengah padat, gas ataupun cair. Pada
mineral padat biasanya terdapat dalam bentuk seperti kristal-kristal yang
setangkup dan pada sisinya ini dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang
ini memberi bangunan tersendiri sifatnya pada mineral yang bersangkutan. Serta
mineral memliki karakteristik tersendiri.
Mineral dapat ditemukan alam atau bahkan disekitar kita, baik itu berbentuk
batuan, tanah, ataupun pasir yang terendapakan didasar sungai. Selain itu mineral
juga memiliki nilai ekonomis karena bisa didapatkan dalam jumalah besar
sehingga memungkinkan untuk ditambang.
B. Genesa Mineral
Endapan mineral dalam pembentukannya dapat dikasifikasikan menjadi
dua macam yaitu proses internal (endogen) atau proses eksternal (eksogen).
Secara umum endapan mineral proses pembentuknya terbentuk akibat proses
mineralisasi. Proses alterasi merupakan mineral hasil ubahan dari mineral yang
telah ada karena suatu faktor. Endapan mineral yang dipengaruhi oleh faktor
eksogen diantaranya proses weathering, inorganic sedimentasion, dan organic
sedimentation disebut dengan endapan sekunder, membentuk endapan plaser,
residual, supergene enrichment, evaporasi atau presipitasi. Endapan mineral yang
berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut
dengan endapan mineral primer. Berikut merupakan beberapa proses
pembentukan mineral diantaranya:
1. Proses kristalisasi, proses kristalisasi ini seringkali terbentuk di magma
yang berada jauh di bawah permukaan bumi. Karena sifat magma yang
mobile atau selalu bergerak melalui celah- celah batuan membentuk intrusi
menerobos lapisan kulit bumi, pada keadaan tekanan dan termperatur
tinggi (> 600˚c) sudah diawali dengan pembentukan mineral–mineral
logam dan juga non logam. Proses pergerakan magma yang diikuiti
dengan penurunan tekanan dan temperatur yang menerus mengakibatkan
terjadinya kristalisasi mineral silikat dengan unsur–unsur yang lebih volatil
(Pembentuk gas). Batuan beku yang terbentuk di bawah permukaan bumi
menghasilkan tekstur kasar atau faneritik. Tektur faneritik mempunyai
butiran kasar dan relatif sama besar tetapi mineral penyusunnya dapat
dipisahkan dengan mata telanjang. Karena terbentuk di bawah permukaan
bumi, maka batuan beku ini bakal muncul saat batuan yang menutupinya
merasakan erosi.
2. Proses Evaporasi, proses ini terdiri dari air laut, danau dan air tanah, dalam
proses pembentukan mineralnya terjadi di wilayah kering dan juga panas
sehingga proses penguanapannya jarang terjadi. Akibatnya mineral yang
terlarut di dalam air bakal tetap tinggal ketika penguapan sedang terjadi.
3. Proses Hidrothermal, dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas
(50°sampai >500°C), Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan
mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung
menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai
alterasi (ubahan) hidrotermal. Selain itu sistem ini mengandung dua
komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida
hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi
tidak stabil, dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan
membentuk himpunan mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru,
yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.
4. Proses pneumatolisis terjadi akibat temperature yang mulai turun dan
akumulasi gas mulai membentuk jebakan serta larutan sisa magma
semakin encer. Mineral pneubmatolisis ini akan bergerak menerobs
batauan beku yang kemudian membentuk mineral baik karena proses
sublimasi.
5. Proses replecment, pembentukan endapan mineral didominasi oleh
hipotermal, mesotermal dan grup epitermal. Proses ini didefinisikan
sebagai proses dari pelarutan kapiler dan pengendapan ini terjadi secara
serentak atau dapat menjadi penggantian mineral yang membutuhkan ion
tidak memilki ion dengan zat kimia yang digantikan.
6. Proses sedimenter, proses ini dapat menghasilkan endapan yang berasal
dari proses pengendapan. Dan proses pengendapan sejumlah mineral ini
telah merasakan pelapukan batuan sebelumnya. Hingga setelahnya
proses tersebut terkumpul dan tersedimentasi di sebuah tempat.
7. Proses Metemorfisme, pada proses metamorfisme ini terjadi evolusi dari
sebuah mineral menjadi mineral baru. Atau bisa dikatakan proses ini
mendapatkan suatu mineral yang sama namun bertolak belakang.
8. Proses sublimasi, proses yang tidak begitu berarti dalam pembentukan
bahan galian, tetapi memang ada bahan galian yang terbentuk oleh proses
ini. Proses sublimasi menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas
atau uap menjadi keadaan padat, tanpa melalui fase cair.
C. Klasifikasi Mineral Berzellius
. Pada umumnya bahwa mineral memiliki banyak jenis yang telah diketahui,
dimana jumlahnya lebih dari 4000 jenis, namun susah untuk dipelajari dan dikenal
satu per satu. Tapi seorang ilmuwan asal Swedia yang bernama berzelius telah
mengklarifikasi mineral menjadi 8 klasifikasi yang berdasarkan sifat fisik dan unsur
kimia pembentuknya. Klasifikasi mineral tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Native elements
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas
ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Native
elements digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Logam
Logam ini merupakan penghantar listrik yang baik. Contoh unsur
golongan logam yaitu: emas (Au), tembaga (Cu), perak (Ag).
b. Semi Logam
Semi Logam merupakan penghantar listrik yang kurang baik. Contoh
unsur golongan semi logam yaitu: arsen (As), bismut (Bi), antimon
(Sb).
c. Non Logam
Sifat golongan ini tidak dapat menghantarkan listrik (isolator). Contoh
unsur golongan non logam yaitu: belerang (S), karbon (S).
2. Sulphides
Sulphides adalah persenyawaan kimiawi gabungan antara unsur sulfur
atau belerang (S) dengan unsur logam dan semi logam. Contoh unsur sulphides
yaitu pirit (FeS2), galena (PbS), kaporit (Ca(CIO)
3. Oxides and Hydroxides
Oxides merupakan unsur yang tersusun oleh yang bersenyawa oksigen.
Sifat dari oxides yaitu tidak tetap dapat berubah ubah. Contoh oxides yaitu
ferioksida (Fe203). Sedangkan hydroxides adalah unsur yang tersusun oleh
gabungan senyawa logam, air dan hidroksil. Proses terbentuknya hydroxides
melalui reaksi kimia antara air dan oksida. Sifat dari hydroxides yaitu memiliki
kekerasan yang lunak. Contoh hydroxides yaitu gibbsite (Al(OH)3)
4. Halides
Halides adalah senyawa kimia dimana unsurnya memiliki kandungan
halogen Sifat dari halogen yaitu memiliki sumbu kristal berbentuk kubus, berat
jenis yang rendah dan memiliki kekerasan yang lunak. Contoh dari halides yaitu
sylvite (KCL).
5. Carbonates, Nitrates, Borates, lodates
a. Carbonates
Carbonates adalah senyawa kimia yang satu atau lebih unsur logam
atau semi logamnya merupakan carbonate radical. Contoh dari
carbonates yaitu kalsit (CaCO3)
b. Nitrates
Nitrates adalah senyawa kimia yang satu atau lebih unsur logam atau
semi logamnya merupakan Nitrate radical. Contoh dari Nitrates yaitu
nitrat (NaNO3) Borates adalah senyawa kimia yang satu atau lebih
unsur logam atau semilogamnya merupakan borate radical. Contoh
dari borates yaitu borax (Na2B405(OH)4.8H20)
6. Sulfates, Chromates, molybdates, tungstates
a. Sulfates
sulfates adalah persenyawaan kimia yang satu atau lebih unsur-unsur
logam bersenyawa Sulfates radical. Contoh sulfates yaitu gypsum
(CaS04.2H20)
b. Chromates
chromates adalah persenyawaan kimia yang satu atau lebih unsur
unsur logam bersenyawa chromate radical. Contoh Chromates yaitu
crocoite (PbCro4)
c. Molydates
Molidates adalah persenyawaan kimia yang satu atau lebih unsur
unsur logam bersenyawa molybdates radical. Contoh molybdates yaitu
timbal (PbMoO4).
d. Tungstates
Tungstates adalah persenyawaan kimia yang satu atau lebih unsur
unsur logam bersenyawa tungstate radical. Contoh tungstates yaitu
Scheelite (CaW04)
7. Phosphate, Arsenates, Vanadates
a. Phosphates
Phosphates adalah persenyawaan kimia antara unsur logam dengan
phosphate radical. Contoh phosphate adalah Lazulite
((Mg,Fe)A12(PO4)2(OH)2).
b. Arsenates
Arsemates adalah persenyawaan kimia antara unsur logam dengan
arsenate Radical Contoh Arsenates yaitu adamite (Zn2ASO4(OH))
c. Vanadates
Vanadates adalah persenyawaan kimia antara unsur logam dengan
vanadate radical Contoh Vanadates yaitu Descloizite (PbZn(V04)(OH)
8. Silicates
Silicates Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan
salah satu dari Si-O tetrahedra (S104)-4 tunggal atau berantal. Sifat dari silicates
yaitu keras, tembus cahaya dan memiliki massa jenis yang relatif sama.

D. Deskripsi Mineral
1. Pecahan
Pecahan merupakan kecenderungan dari suatu mineral untuk terpisah-
pisah dalam arah yang tidak teratur, jika mineral dikenai gaya. Atau mineral juga
dapat terbelah melalui arah bidang belahan dan ada juga yang terbelah secara
tidak teratur.Perbedaan pada pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat
permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
2. Belahan
Belahan sendiri merupakan kemampuan suatu mineral untuk membelah
pada arah kristalogi tertentu, sebagai bidang lemahnya yang dipengaruhi oleh sifat
kohesivitas, yang mempunyai belahan pada batas bidang belah atau bidang!
kristal. Belahan juga merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral ini mempunyai sifat ini sehingga
dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapat
dibelah.
3. Massa jenis / berat jenis
Massa jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Massa jenis mineral mudah untuk dibedakan karena perbedaan massa
jenis mineral relatif lebih tinggi.
4. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral pada gaya magnet. Mineral yang
bereaksi dengan magnet merupakan golongan dari paramagnetik sedangkan
mineral yang tidak bereaksi terhadap magnet merupakan golongan diamagnetik
5. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk, bisa didapatkan dengan
cara menggoreskan mineral pada sebuah keping porselin atau ditumbuk. Cerat
mempunyai warna yang tetap walaupun warna mineral tersebut bisa berubah
ubah.
6. Kilap
Kilap mineral adalah ketampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya Pantulan dari cahaya mineral ini memiliki
intensitas yang berbeda-beda.
7. Warna
berwarna lebih dari satu warna tergantung keanekaragaman komposisi
kimia dan pengotoran padanya.
8. Kekerasan
Kekerasan mineral ini dapat dinilai atau dilihat dari teksturnya. Atau
Kekerasan mineral juga merupakan ketahanan mineral terhadap goresan
biasanya mineral yang diuji dibandingkan dengan mineral yang sudah menjadi
standar kekerasan (skala kekerasan) yaitu skala kekerasan dari Mohs.
KESIMPULAN

Mineral terbentuk secara alami, mineral juga dapat di temukan di alam


ataupun disekitar kita, mineral juga memiliki bentuk dengan krakteristik tersendiri.
Serta memiliki bentuk-bentuk yang khas dari kristal. Dalam pembentukan batuan
mineral harus memiliki syarat yaitu alamiah dan anorganik, Bersifat homogen,
berupa padat, memilki atom-atom yang teratur serta mempunyai sifat-sifat fisis dan
kimia yang tetap.
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur
kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Dan keristalografi juga mencakup
proses pembentukan dan perubahan mineral.
Cara mengidentifikasi mineral ini dapat dilihat secara kasat mata, masing-
masing mineral memiliki penampakan fisik yang berbeda-beda, sehingga
mengakibatkan mineral ini mudah untuk diidentifikasi. Selain itu di simpulkan
bahwa pada melakukan proses pengidentifikasian secara kasat mata diperlukan
ketelitian yang tinggi dalam menentukan baik kilap yang dimiliki ataupun
kekerasan yang dimiliki, karena sangatlah penting dalam menentukan jenis
mineral tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gonzaga, Damy. 2019. Mineral dan Batuan. Universitas Veteran


Yogyakarta, Yogyakarta

2. Setyaningsih, Wahyu, 2014, "Pembentukan Mineral logam di Indonesia",


Universitas Negeri Semarang, Semarang.

3. M.B.A, Resvani, 2017., "Tambang Untuk Negeri", Gramedia, Jakarta.


4. Jamil, Aliyuddin. 2021.Konsep Mineral Deposit. Universitas Padjajaran,
Bandung.

5. Smith, Alan. 2019. Endapan Mineral. Universitas Veteran Yogyakarta,


Yogyakarta

6. Bro, 2012. “Genesa Mineral pada magmatik”., Universitas Sriwijaya,


Palembang.

7. Unknow (2017). Genesa Mineral. Universitas Palangkaraya, Kalimantan.


FORM
PENILAIAN RESUME

Resume
Format (10) Isi (70) Kesimpulan (15) Dapus (5)

Total Nilai
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai