091 - 3 Komang Aprilio Kusuma Celagi
091 - 3 Komang Aprilio Kusuma Celagi
Disusun oleh :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji dan syukur kami panjatkan kepada IDA SANG HYANG WIDHI WASA atas
Rahmat yang diberikan sehingga selesainya makalah yang berjudul FILOSOFI
HOLISTIK DALAM TERAPI KOMPLEMENTER. Atas dukungan yang telah
diberikan dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir , maka saya
mengucapkan banyak banyak terimakasih atas ilmu serta referensi yang sangat
bermanfaat bagi saya. Saya menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna,
oleh karena itu saya meminta saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas kekurangan dalam
makalah ini saya menyampaikan mohon maaf, terakhir tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih. Om shantih,shantih,shantih
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB 1........................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................. 5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
2.1 Definisi terapi komplementer...........................................................................6
2.2 Prinsip holistik dalam terapi komplementer.................................................... 6
2.3 Jenis tindakan terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh Perawat...... 7
2.4 Kaitan Keperawatan Komplementer dengan Keperawatan Holistik................8
2.5 Persyaratan Menjadi Perawat Holistik............................................................ 8
2.6 Aspek Etik dan Legal Terapi Komplementer...................................................9
2.7 Kebijakan Hukum Pelayanan Keperawatan Komplementer..........................12
BAB III................................................................................................................... 13
PENUTUP...............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 13
3.2 Saran............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Filosofi dasar terapi komplementer dan alternatif dalam keperawatan adalah konsep
healer yang harus dipahami oleh setiap perawat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keahlian dalam melaksanakan konseling pada klien yang menggunakan terapi
komplementer, menilai efektifitas terapi komplementer, dan harus mengetahui
hasil-hasil pengetahuan terkait dan reaksi-reaksi yang merugikan sebelum
memberikan terapi komplementer. Profesi keperawatan saat ini telah meyakini
bahwa terapi komplementer bersumber pada manusia yang berciri holistik, dan
asuhan holistik sudah merupakan keharusan untuk sebuah pelayanan yang
profesional. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk meningkatkan
kepuasan klien dengan memberikan terapi komplementer (Mariano, 2007).
4
masyarakat karena dianggap lebih murah dan tidak ada efek samping
(Wahyuningsih, 2012)
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut NCCAM (1996) dalam Black (2014), terapi komplementer dan alternatif
tidak sama. Terapi komplementer digunakan bersamaan dengan pengobatan
konvensional. Dengan kata lain, terapi komplementer merupakan pelengkap dari
terapi konvensional. Terapi komplementer disebut juga dengan allopathy atau
biomedis. Contoh terapi komplementer adalah aromaterapi yang digunakan untuk
membantu klien mengurangi ketidaknyamanan pasca bedah. Sementara terapi
alternatif digunakan sebagai pengganti pengobatan terapi konvensional. Contoh
terapi alternatif adalah menggunakan terapi diet sebagai pengganti terapi bedah,
radiasi, dan kemoterapi pada klien kanker.
6
meliputi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual. Sister Callista Roy juga
memandang individu secara holistik dalam penerapan teori adaptasi yang
dikembangkannya. Kozier (1995) dalam Salbia (2006) menyatakan bahwa dalam
holistik, memandang semua kehidupan organisme sebagai interaksi. Gangguan
pada satu bagian akan mengganggu sistem secara keseluruhan. Holistik berkaitan
dengan kesejahteraan (wellness) yang diyakini mempunyai dampak terhadap status
kesehatan manusia. Roy mengemukakan pandangan tentang manusia sebagai
penerima asuhan keperawatan dalam kaitannya dengan teori adaptasi, bahwa
manusia makhluk bio-psiko-sosial secara utuh (holistik). Keperawatan
komplementer dan alternatif sebagai pengembangan terapi tradisional
diintegrasikan ke dalam terapi modern yang berpengaruh pada individu secara
keseluruhan yakni dari aspek biologis, psikologis, sosiologis, kultural, dan spiritual.
Sehingga terapi komplementer dan alternatif dapat diterapkan dalam pelayanan
keperawatan yang memandang individu adalah holistik (bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual). Dalam catatan keperawatan Florence Nightingale menyebutkan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya
terapi seperti musik dalam proses penyembuhan (Widyastuti, 2008). Dalam teori
adaptasi yang kembangkan oleh Roy mengungkapkan efektor atau model adaptasi
yang terdiri dari empat faktor yaitu:
2.3 Jenis tindakan terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh Perawat
Dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, pasal 30 ayat 2
butir (m) disebutkan bahwa perawat berwenang melakukan penatalaksanaan
keperawatan komplementer dan alternatif. Jenis tindakan komplementer yang dapat
dilakukan perawat antara lain (Kozier et al, 2008; Snyder & Lidsquit, 2010):
7
● Mind-Body-Spirit Therapy, yang terdiri dari imagery, music intervention,
humor, yoga, biofeedback, meditation, prayer, storytelling, journalling,
animal assisted therapy.
● Energy and Biofields Therapy, meliputi light therapy, magnet therapy,
healing touch, reiki, acupressure, reflexology, dan creating optimal healing
environments.
● Manipulative and Body-based Therapy, terdiri dari massage, exercise, tai
chi, relaxation therapies.
● Biologically Based Therapy, meliputi aroma therapy, herbal medicine, dan
functional foods and nutraceutical.
8
Association/ AHNA, 2007). Perawat holistik adalah instrumen penyembuhan dan
fasilitator dalam proses penyembuhan. Perawat holistik menghargai pengalaman
subjektif, nilai dan kepercayaan individu tentang kesehatan. AHNA telah menyusun
suatu standar praktik untuk keperawatan holistik melalui empat tahap, beberapa
diantaranya adalah tentang penetapan standar bagi seorang perawat holistik dan
sertifikasi perawat holistik (Antigoni and Dimitrios, 2009). Artinya, untuk menjadi
seorang perawat holistik haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan dan
lulus uji kompetensi dari AHNA. Adapun standar bagi keperawatan holistik
mengacu pada lima nilai inti praktik yaitu:
9
Tinjauan revisi dari American Nurses Association tentang Kode Etik
Keperawatan dengan Pernyataan Interpretatif pada tahun 2001 menyatakan
bahwa Perawat mendukung, mendampingi, dan melindungi kesehatan,
keselamatan, dan hak-hak klien. Keselamatan merupakan dasar etik
keperawatan, oleh karena itu harus dipertanyakan: Seberapa aman terapi
komplementer yang diberikan? Synder & Lindsquit (2001) dalam Silva &
Ludwick (2001) menyebutkan terdapat lebih dari 1800 terapi
komplementer-alternatif, tetapi dalam penggunaannnya harus berdasarkan
pertimbangan keamanan dan keselamatan klien. Perlu ditelaah efek
samping, bukti klinis manfaat dan kegunaan dari terapi yang diberikan, atau
izin dari pihak yang berwenang.
b. Lingkup Praktik
c. Keanekaragaman Budaya
10
Perkembangan keragaman budaya menjadi salah satu pertimbangan etik
dalam hal bagaimana keragaman ini mempengaruhi praktik pelayanan
kesehatan. Leonard (2001) dalam Silva & Ludwick (2001), menjelaskan
bahwa perawat memiliki tradisi bekerja dengan individu dan komunitas
dengan budaya yang beragam, salah satu aspeknya adalah tradisi yang
berhubungan dengan terapi komplementer-alternatif. Secara singkat, dapat
dikatakan bahwa tradisi ini diartikan sebagai kompetensi budaya dalam
keperawatan yang meliputi ketelitian dan kenetralan perawat dalam menilai
riwayat penggunaan terapi komplementer-alternatif oleh klien. Dilema etik
yang mungkin muncul terkait keragaman budaya ini adalah bentrokan
tentang nilai-nilai kesehatan yang dianut klien. Dalam hal ini, Weston
(2002) menyarankan agar perawat dan klien mengidentifikasi apa yang
dianggap benar oleh masing-masing pihak dan mengintegrasikan nilai-nilai
yang diperselisihkan.
11
2.7 Kebijakan Hukum Pelayanan Keperawatan Komplementer
Penggunaan terapi komplementer oleh petugas kesehatan di tatanan klinik maupun
komunitas adalah salah satu bentuk perkembangan terbaru di bidang pelayanan
kesehatan (ORegan et al, 2009). Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan
juga memiliki wewenang untuk melakukan praktik keperawatan komplementer ini,
dengan mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia, kebijakan hukum yang
mengatur tentang pelayanan keperawatan tertuang dalam peraturan dan undang-
undang berikut:
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer telah lama dilakukan dalam pelayanan kesehatan yang harus
dilaksanakan berdasarkan evidence based nursing. Terapi komplementer dan
alternatif yang dapat dikerjakan perawat adalah terapi yang telah terbukti secara
ilmiah dengan keamanan keefektifan yang tidak merugikan antara lain; Mind-
Body-Spirit Therapy, Energy and Biofiedls therapy, Manipulative and body based
therapy, dan Biologically based therapy. Pelaksanaan terapi komplementer harus
dilakukan oleh perawat yang sudah teregistrasi dan mendapatkan izin, memiliki
pengetahuan berbasis bukti, potensi manfaat dan risiko terapi tertentu , serta
kekuatan-kekuatan yang mendukung atau menentang terapi ini. Pelaksanaan terapi
komplementer harus memperhatikan prinsip etik, peraturan yang berlaku, serta
prinsip etik dan legal terhadap klien sebagai penerima layanan.
3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat penting bagi saya demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini. Harapan saya, dengan adanya makalah ini semoga para
pembaca dapat menambah wawasan pengetahuan tentang filosofi holistik dalam
terapi komplementer baik dari apa itu definisi komplementer, prinsip holistik dalam
terapi komplementer, penis tindakan terapi komplementer yang dapat dilakukan
oleh perawat, kaitan Keperawatan Komplementer dengan Keperawatan Holistik,
persyaratan Menjadi Perawat Holistik, aspek Etik dan Legal Terapi Komplementer,
Kebijakan Hukum Pelayanan Keperawatan Komplementer yang penting untukkita
sebagai seorang perawat ataupun tenaga kesehatan untuk mengembangkan serta
memajukan derajat kesehatan di lingkungan keluarga maupun masyarakat,
diharapkan kepada praktisi keperawatan untuk dapat mengembangkan terapi
komplementer dengan meningkatkan praktik berdasarkan evidence based dalam
tatanan pelayanan kesehatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/283778403/terapi-komplementer
https://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-
komplementer/
14