Anda di halaman 1dari 32

OVERVIEW

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS


PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

| hari.tanggal

Oleh:
Dalam rangka Uji
Kompetensi JF PPUPD
…………………
Outline
1 Konsepsi JF PPUPD

2 Pemerintahan Daerah

3 Manajemen Pengawasan

4 Konsepsi Integritas dan Pencegahan Korupsi


KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
01 1945

02 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang


03 Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
.

Permen PAN-RB No. 36 Tahun 2020 tentang JF PPUPD


04 dan PERMENDAGRI No. 54 Tahun 2021 Tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional PPUPD
KONSEPSI JF
PPUPD
Pasal 18 UUD 1945
DASAR HUKUM Hal Pemerintahan Daerah

UU No. 23/2014
ttg Pemerintahan Daerah

Pasal 377 Pasal 383


Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
(1) Menteri melakukan pengawasan umum terhadap pengawasan diatur dengan peraturan pemerintah
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi.
(2) Menteri teknis dan kepala lembaga pemerintah
nonkementerian melaksanakan pengawasan teknis (1) Yang dimaksud dengan “pengawasan umum” adalah
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pengawasan terhadap pembagian Urusan Pemerintahan
provinsi sesuai dengan bidang tugas masing-masing yang menjadi kewenangan Daerah provinsi, kelembagaan
dan berkoordinasi dengan Menteri. Daerah provinsi, kepegawaian pada Perangkat Daerah
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) provinsi, keuangan Daerah provinsi, pembangunan
dan ayat (2) dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Daerah provinsi, pelayanan publik di Daerah provinsi,
Internal Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kerja sama Daerah provinsi, kebijakan Daerah provinsi,
kewenangannya. Gubenur dan DPRD provinsi, dan bentuk pembinaan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Yang dimaksud dengan “pengawasan teknis” adalah
pengawasan terhadap teknis pelaksanaan substansi
PP 12 TAHUN 2017 Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah
ttg Pembinaan dan Pengawasan provinsi sesuai dengan kewenangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
masing-masing
DASAR HUKUM
PP 12 TAHUN 2017
ttg BINWAS Pemerintahan Daerah

Pasal 16 (1) Pasal 16 (3)

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
dilaksanakan oleh APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Daerah yang dilaksanakan oleh APIP harus
dan ayat (2) dilakukan pada tahapan kegiatan:
berdasarkan kompetensi yang dimiliki terkait
a. penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran
dengan pelaksanaan pengawasan urusan
daerah;
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
sesuai fungsi dan kewenangannya serta sesuai b. pelaksanaan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Daerah;
c. pelaksanaan program strategis nasional di daerah;
d. berakhirnya masa jabatan kepala daerah untuk
mengevaluasi capaian rencana pembangunan jangka
menengah daerah; dan
e. pengawasan dalam rangka tujuan tertentu sesuai dengan
PERMENPAN 36 TAHUN 2020 ketentuan peraturan perundang-undangan.
ttg JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Jabatan Fungsional
PPUPD adalah jabatan
fungsional yang
mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung
jawab, dan wewenang
untuk melakukan
kegiatan pengawasan
atas penyelenggaraan
urusan pemerintahan
konkuren.
KATEGORI DAN JENJANG
inspektur pada Instansi Pembina
dan Instansi Pusat; dan
inspektur pembantu pada
JENJANG Instansi Daerah.
KATEGORI

1. Penata Muda, golongan ruang Illla; dan


AHLI PERTAMA (77) 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang Illlb.

1. Penata, golongan ruang llllc; dan
KEAHLIAN AHLI MUDA (86) 2. Penata Tingkat I, golongan ruang Illld.

1. Pembina, golongan ruang IV/a;
AHLI MADYA (87) 2. Pembina Tingkat I; golongan ruang IV/b; dan
3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IVIc.

1. Pembina Utama Madya, golongan ruang 1 VId;


AHLI UTAMA (58) 2. Pembina Utama, golongan ruang IVIe.

Penambahan jenjang Ahli Utama,


peluang karier untuk mencapai BUP 65 Tahun inspektur jenderal pada Instansi Pembina,
sesuai kebutuhan/formasi pada peta jabatan inspektur jenderal/inspektur utama pada Instansi
Masing-masing instansi pemerintah Pusat, dan inspektur daerah provinsi pada
Instansi Daerah Provinsi;
JABATAN FUNGSIONAL PPUPD
Rumpun Jabatan

• Politik dan hubungan luar negeri

Kedudukan

• Sebagai pelaksana teknis fungsional untuk melaksanakan pengawasan


penyelenggaran urusan pemerintahan konkuren
• berkedudukan di Kementerian Dalam Negeri, Instansi Pusat (urusan
Konkuren), dan Instansi Daerah

Tugas

• melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan


konkuren yang meliputi riviu, monitoring, evaluasi, dan pemeriksaan
UNSUR KEGIATAN

Tugas

77 BUTIR
RINCIAN GIAT
PERTAMA

86 BUTIR
8 UNSUR RINCIAN GIAT
GIAT MUDA
PENGAWASA
N 87 BUTIR
RINCIAN GIAT
MADYA

58 BUTIR
RINCIAN GIAT
UTAMA
• Reviu RPJMD;
• Reviu Renstra;
• Reviu Dokumen Perencanaan pembangunan dan anggaran;
• Reviu LAKIN;
Pengawasa • Reviu LPPD;
• Evaluasi SPIP;
n wajib • Monev TLHP;
dilakukan • Tindak lanjut kerja sama APIP dan APH;
• Monitoring aksi pencegahan korupsi dan pungli; j
oleh APIP • PMPRB; dan
• Pendampingan/asistensi dan konsultansi (Reviu LK, Probity,
RKBMN, Dana BOS, DAK Fisik, Dekon TP, Monitoring dan Evaluasi
penyerapan APBD, monitoring PEN, monitoring Covid-19, dan
kegiatan mandatori lain yang ditugaskan dari Kementerian Dalam
Negeri dan K/L Teknis.).
• Penilaian Pengawasan wajib ini hanya diakui satu kali untuk
setiap penugasan berdasarkan Surat Tugas meskipun obyek
pengawasan lebih dari satu.
PEMERINTAHAN
DAERAH
penyelenggaraan urusan pcmcrintahan
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah mcnurut
asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluasluasnya
dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Rcpublik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
kekuasaan pemerintahan
yang menjadi
kewenangan Presiden
yang pelaksanaannya
dilakukan oleh
kementerian negara dan
penyelenggara
Pemerintahan Daerah
untuk melindungi,
melayani,
memberdayakan, dan
ESENSI PELAKSANAAN URUSAN
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Psl 18 UUD 1945 Psl 1 angka 5 UU 23 2014

01 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


MENGATUR dan MENGURUS sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
03 Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh
kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk
Melindungi, Melayani, Memberdayakan, Dan Menyejahterakan
Masyarakat
Psl 5 UU 23 2014 Psl 283 UU 23 2014

02 1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan


pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
04 Pengelolaan keuangan Daerah merupakan bagian yang Tidak
Terpisahkan dari penyelenggaraan URUSAN PEMERINTAHAN
yang menjadi kewenangan Daerah sebagai akibat dari penyerahan
Urusan Pemerintahan
2. Kekuasaan Pemerintahan) diuraikan dalam berbagai
URUSAN PEMERINTAHAN
(Urusan bersama
Pembagian Urusan Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
brdsrkan eksternalitas, akuntabilitas
Pemerintahan dan efisiensi
Pemerintahan
Absolut Umum Konkuren
1. Pertahanan
2. Keamanan Pilihan :
3. Agama Wajib ❑ Kelautan & Perikanan
4. Yustisi ❑ Pariwisata
5. Politik LN ❑ Kehutanan
6. Moneter Fisikal ❑ ESDM
Pelayanan Non Pelayanan ❑ Perdagangan
Menurut Pasal 25 Ayat 1 Urusan Dasar Dasar ❑ Perindustrian
Pemerintahan Umum Meliputi : ❑ Transmigrasi
- Pembinaan Wasbang
- Pembinaan Persatuan Kesatuan 1. Pendidikan 1. Kelautan & 1. Tenaga kerja;
2. Kesehatan perikanan; 2. Pemberdayaan
- Kerukunan Antar Suku perempuan dan PA;
3. PU dan tata 2. Pariwisata;
- Penanganan Konflik Sosial 3. Pangan;
3. Pertanian;
- Koord. Tugas Antar Instansi Ruang 4. Pertanahan;
4. Kehutanan;
Pemerintahan 4. Perumahan 5. ESDM; 5. Llingkungan hidup;
- Pengembangan Kehidupan Demokrasi Rakyat dan 6. Perdagangan; 6. Adminduk & Capil;
Permukiman 7. Perindustrian 7. Pemberdayaan
5. Trantibum Linmas 8. Transmigrasi masyarakat dan Desa;
6. Sosial 8. Pengendalian
pdduk dan KB;
9. Perhubungan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMDA


Manajemen Pemda
PEMERINTAH Secara Nasional

Presiden
PASAL 8 ayat (3) 1
Pembinaan Pengawasan BINWAS Secara Nas.
Gubernur
Mendagri K/L
dikoordinasikan
Mendagri 34
Binwas Umum Binwas Teknis
416 Bupati

Walikota
98
Provinsi
PASAL 379
7.230 Camat
GWPP. Binwas umum & Gubernur sbg Kepala
teknis (Pasal 378 ayat (1) Daerah (Pasal 379 ayat (1) ayat (2)
UU 23/2014) UU 23/2014) BINWAS 8.488 Lurah
dibantu

Kab/Kota PD Provinsi
Inspektorat
Provinsi
74.953 Kades
RUANG LINGKUP PEMBINAAN PENYELENGGARAAN
PEMDA
Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mendukung pelaksanaan urusan Pemda

BIN UMUM
1. Pembagian urusan
BIN TEKNIS
2. Kelembagaan
1. Capaian SPM URUSAN KONKUREN 3. Kepegawaian & PD
2. Ketaatan NSPK 4. Keuangan daerah
3. Dampak pelaksanaan 5. Pembangunan daerah
urusan
4. Akuntabilitas APBN
WAJIB PILIHAN 6. Pelayanan publik
7. Kerja sama daerah
8. Kebijakan daerah
9. KDH & DPRD
FASILITASI
FASILITASI KONSULTASI
KONSULTASI DIKLAT
DIKLAT LITBANG
LITBANG

1. PENDAMPINGAN UNTUK PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN,


2. BIMTEK MENDAPATKAN PELATIHAN TEKNIS PENERAPAN,PEREKA-
3. PEMBERDAYAAN PETUNJUK,PERTIMBAN DAN FUNGSIONAL YASAAN, DAN
GAN, PENDAPAT SUBSTANTIF PENGOPERASIAN
TERHADAP URUSAN K/L
PERMASALAHAN
MENDESAK
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
WAS TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMDA WAS UMUM
1. Capaian SPM 1. Pembagian urusan
2. Ketaatan NSPK 2. Kelembagaan
3.
4.
Dampak pelaksanaan urusan
Akuntabilitas APBN
URUSAN KONKUREN 3. Kepegawaian & PD
4. Keuangan daerah
5. Pembangunan daerah
6. Pelayanan publik

BINWAS KDH THD OPD WAJIB PILIHAN 7.


8.
Kerja sama daerah
Kebijakan daerah
1. Pelaksanaan urusan 9. KDH & DPRD
2. Pelaksanaan TP APBD
3.
4.
Ketaatan NSPK
Akuntabilitas APBD

audit, reviu, 1. Penyusunan dok ren & anggaran
monev 2. Pelaksanaan Bin
pemantauan, 3. Program stranas di daerah
4. PAMJAB Was dilakukan o/ APIP
PROV : 1. WAS Umum : ITJEN DAGRI
2. WAS Tek : ITJEN K/L

dan bimtek &
binwas lain
5. Pemeriksaan tujuan tertentu
(Psl 16 ayat (3))
 Kompetensi Pengawasan Urusan
(Psl 10 ayat (12) & Psl 16)
KAB/KOTA : 1. WAS Umum (GUB GWPP)
2. WAS Tek (GUB GWPP)
Binwas OPD : ITDA
(Psl 10 ayat (1) j.o Psl 18) 
Was Teknis dilakukan thd
 Reviu, Pemeriksaan,
Monitoring &
pelaksanaan substansi urusan  WHEN
Evaluasi
yg diserahkan ke daerah. WHAT WHERE WHO HOW
(Psl 10 ayat (3))
MANAJEMEN
PENGAWASAN
TAHAPAN PENGAWASAN
LAP
TLHP

LAK
LHP

TEMUAN

REN KKP

PKP WHAT YOU PLAN

❑ Penetapan Tim WRITE WHAT YOU SEE


PKPT
❑ Pengumpulan WHAT YOU FIND
Informasi
JAKWAS WHAT YOU PLAN
❑ Penentuan
Skala Prioritas DO WHAT YOU WRITE

N-1 ❑ Penyusunan WHAT YOU DISCUSS


PKP
KONSEPSI INTEGRITAS
DAN PENCEGAHAN
KORUPSI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TEORI TERJADINYA KORUPSI
Corrupt = Jahat

Corruption = Directionary + ROBERT KLITGAARD.


CDMA
Monopoly - Accountabilty

GREED + OPPORTUNITY + NEED + JACK BOLOGNE


GONE
EXPOSE

TRIANGLE OF OPPORTUNITY + DONALD R CRESSEY


FRAUD RATIONALIZATION + PRESSURE

OPPORTUNITY + DAVID t. WLFE & DANA R.


FRAUD RATIONALIZATION + PRESSURE - HERMANSON
CAPABILITY
WILLINGNESS AND
NIAT + KESEMPATAN OPPORTUNITY TO
NK
CURRUPT THEORY
TEORI TENTANG KORUPSI
GREED OPPORTUNITIES NEEDS EXPOSURE

G O N E

GONE theory, bahwa faktor faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:
Greed (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada
didalam diri setiap orang.
Opportunities (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat
yang sedemikian rupa,sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk
JACK BOLOGNE menunjang hidupnya yang wajar.
Exposures (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh
pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan
INTEGRITAS DALAM BERBAGAI REGULASI
UU 28 TAHUN 1999 TTG PENYELENGGARAAN NEGARA YG UU 23 TAHUN 2014 TTG PEMDA
BERSIH DAN BEBAS DARI KKN
Psl 67 huruf e Kewajiban KDH & WKDH
Psl 5 kewajiban Penyelenggara Negara:
“tidak melakukan perbuatan KKN” “menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang
“melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab dan tidak bersih dan baik”
melakukan perbuatan tercela dan tanpa pamrih” .

UU 5 THN 2014 TTG ASN UU 17 THN 2003 TTG


Konsideran Menimbang: KEUANGAN NEGARA
Dalam rangka pelaksanaan cita-cita
Keuangan negara dikelola secara
bangsa dan mewujudkan tujuan
tertib, taat pada peraturan,
bernegara, perlu dibangun ASN yang
ekonomis, efektif, transparan, dan
memiliki INTEGRITAS, profesional, netral
bertanggungawab
dan bebas dari intervensi poltik, bersih dari
KKN
PP 60 TAHUN 2008 TTG SPIP PERPRES 81 TAHUN 2010 TTG GRAND
DE3SIGN REFORMASI BIROKRASI 2010-
Pimpinan Instansi wajib menciptakan dan 2025
memeliharaa lingkungan pengendalian
yang kondusif, melalui PENEGAKAN Sasaran Reformasi Birokrasi: terwujudnya
INTEGRITAS dan nilai etika pemerintahan yang bersih dari KKN
KAREKTERISTIK INTEGRITAS
KESATUAN ANTARA PIKIRAN, PERASAAN, UCAPAN DAN TINDAKAN
YANG DIDASARI DENGAN HATI NURANI

SEDERHANA MENYADARI BAHWA HAL-HAL KECIL ITU


PENTING

ADIL BERPEGANG TERHADAP


KEBENARAN

KONSISTEN BERTANGGUNGJAWAB

MEMPEKERJAKAN INTEGRITAS MENCIPTAKAN BUDAYA


KEPERCAYAAN

MENEPATI JANJI
BERTINDAK BAGAIKAN TENGAH DIAWASI

JUJUR NAMUN RENDAH HATI PEDULI TERHADAP KEBAIKAN YANG


Andrian Gostik & Dana Telford LEBIH BESAR
Centre of International Crime Prevention (CICP) dari United Nation Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCCP)

Pemberian Suap / Sogok (Bribery) Penggelapan (Embezzlement) Pemalsuan Pemerasan


(Fraud) (Extortion)

Penyalahgunaan
Jabatan atau Wewenang Pertentangan Kepentingan
(Abuse of Discretion) (Internal Trading)
Pilih kasih (Favoritisme)

Nepotisme (Nepotism) Sumbangan ilegal (Illegal Contribution)


Menerima komisi (Commission)

BENTUK KORUPSI 28
Psl 2 ayat (1) UU No 31/1999 (sebagaimana telah diubah dengan
UU No 20/2001) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

“Setiap orang yang secara MELAWAN HUKUM melakukan perbuatan


MEMPERKAYA DIRI SENDIRI atau ORANG LAIN atau suatu
KORPORASI yang dapat MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA atau
PEREKONOMIAN NEGARA, dipidana penjara dengan penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)”

SECARA UMUM TINDAK PIDANA KORUPSI (TPK) MENGANDUNG


KARAKTERISTIK:

❑ Adanya pelaku baik sendiri ataupun bersama-sama, baik PNS maupun non PNS
❑ Adanya penyimpangan /perbuatan melanggar hukum atau penyalahgunaan
wewenang
❑ Adanya unsur merugikan negara
❑ Adanya unsur atau tujuan untuk menguntungkan diri sendiri/orang
lain/keluarga/korporasi

UU 31/99 tentang TPK sbgmn telah diubah dgn UU no. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU no
31/99 tentang TPK)

29
JENIS KORUPSI
UU NO. 31 TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI

30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi:

KERUGIAN
KEUANGAN
NEGARA:
SUAP-MENYUAP: PENGGELAPAN
DALAM JABATAN:
PEMERASAN: PERBUATAN
CURANG:
BENTURAN
KEPENTINGAN
DALAM
GRATI
Pasal 2,
Pasal 5 (1) a &b,
Pasal 13, Pasal 5 (2),
Pasal 12 a&b, Pasal
Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10 huruf a,b dan c
PENGADAAN:
FIKAS
Pasal 3 11, Pasal 6 (1) a & b,
Pasal 6 (2), Pasal 12
Pasal 12 huruf e, g
& f,
Pasal 7 (1)a, b, c, &
d, Pasal 7 (2), Pasal
12 (h)
Pasal 12 huruf i
I:
c&d

30
31



Anda mungkin juga menyukai