Anda di halaman 1dari 14

NAMA : ANANDA NUR AMALIA FITRI

Nim:21152010008

Prodi:S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

Kehamilan menurut fisiologis

Fisiologis Selama Kehamilan

a. Sistem Reproduksi

1. Uterus

Perubahan yang amat jelas pada aatomi maternal adalah perbesaran uterus untuk menyimpan
bayi yang sedang tumbuh. Uterus akan bertambah besar, beratnya meningkat dari 30 gram menjadi
1000 gram dengan ukuran

32 x 24 x 22 cm dengan kapasitas 4000 cc .Perbesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot- otot
rahim, tetapi pada kehamilan muda terbentuk serabut-serabut otot yang berhubungan, termasuk
jaringan fibroelastik, darah dan saraf. Pertumbuhan jaringan uterus pada masa awal kehamilan
disebabkan oleh hormon esterogen yang merangsang serabut otot dan menyebabkan dinding rahim
menebal. Pertumbuhan uterus ini disebut pertumbuhan aktif.

Pada masa kehamilan uterus menjadi mudah teraba. Pada minggu petama, isthmus rahim mengalami
hypertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak. Hal ini disebut tanda
Hegar’s pada kehamilan.

Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, diikuti oleh makin besarnya
aliran darah menuju rahim dari arteri uterina dan arteri ovarika. Otot rahim mempunyai susunan
istimiwe yaitu longitudinal, sirkuler, dan oblika sehingga keseluruhannya membuat anyaman yang
dapat menutup pembuluh darah dengan sempurna. Meningkatnya pembu luh darah
menuju rahim memperngaruhi serviks yang akan mengalami perlunakan. Serviks hanya memiliki
sekitar 10% jaringan otot. Sebab- sebab perlunakan serviks ialah karena pembuluh darah dalam
servik bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hi perplasia kelenjar-kelenjar
serviks (Dewi,V.N.L, Sunarsih. T . 2011).

2. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkaan pembuluh darah karea pengaruh estrogen sehingga
tampak makin merah dan kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio serviks disebut tanda
Chadwick. Kekenyalan vagina bertambah, artinya daya regang bertambah, sebagai persiapan
persalinan.

Berkaitan dengan perubahan fisiologi pada vagina, Sulaiman Sastrawinata (1983:143) mengatakan
bahwa getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam pH 3,5 - 6,0.
Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen yang
berada dalam sel-sel epithel vagina oleh bacil-bacil Doderlein (Wiknjosastro, H, 2012).

3. Ovarium

Pada masa kehamilan, ovulasi terhenti. Indung telur yang mengandung kospus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur
16 minggu yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesterone (Wiknjosastro, H,

2012).

b. Sistem Integumen1. Dinding Perut (Abdominal Wall)

Pada kehamilan lanjut pada primi ravida sering timbul garis-garis memajang atau serong pada perut.
Garis-garis ini disebut striae gravidarum. Kadang, garis-garis ini terdapat juga pada buah dada dan
paha.

Perbesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik


dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum. Bila terjadi peregangan hebat, misalnya pada
hidramnion dan kehamilan ganda,dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea
albae bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra (Hamilton, PM. 2010).

2. Payudara

Salah satu petunjuk pada wanita yang menandakan bahwa mengalami kehamilan adalah nyeri
tekan pada payudara, yang secara bertahap mengalami perbesaran kerena peningkatan
pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol dan keras dan
pada awal kehamilan keluar cairan kuning yang lengket yang disebut colostrum. Area berpigmen
disekotar puting, areola, tumbuh lebih gelap dan kelenjar-kelenjar Montogomery menonjol
keluar. Perubahan teesebut disebabkan pengaruh hormonal (Manuaba, IBG, 2009).

c. Sistem Endokrin

1. Kelenjar Tiroid

Selama masa kehamilan, basal metabolic rate (BMR) meningkat hampir 20% dan kelenjar tiroid
membersar, tetapi jumlah hormon yang dihasi lkan tetap sama (tiroksin). Ukurannya meningkat
karena pertumbuhan sel-sel acinar, dan meningkatnya matabolic rate disebabka karena banyak
oksigen yang digunakan lebih banyak.

2. Kelenjar Paratiod

Kelenjar paratoid ukurannya menigkat selama masa kehamilan, te rutama selama minggu ke-15
sampai ke-30 ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar. Hormon paratoid penting untuk
mempertahankan kecukupan kalsium dalam darah, danpa hormon tersebut metabolisme tulang dan
otot akan terganggu.

3. Pankreas

Insulin dihasilkan oleh sekelompok sel-sel kecil yang disebut pulau Langerhans, yang terjadi diseluruh
jaringan pankreas. Selama masa kehamilan sel-sel ini tumbuh dan menghasilkan lebih banyak
insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Walaupun demikian, karena keterbatasan
penyimpanan glikogen, wanita sehat yang hamil kurang mampu mengatasi jumlah gula yang

berlebihan.

4. Kelejar Pituitari

Lobus anterior dari kelenjar pituitaru mengalami sedikit pembesaran selama kehamilan dan terus
menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan jumlah yang sedikit berbeda. Follicle-stimulating
hormone (FSH) ditekan oleh chorionic gonadotripon (hCG) yang dihasilkan dalam plasenta.
Hormon pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat, menyebabkan
peningkatan pigmentasi puting susu, wajah, dan abdomen. Pembentukan prolakstin menignkat dan
lanjt setelah persalinan selama menyusui.

5. Kelenjar Adrenal

Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama bagian kortikal yang membentuk
kortin. Jumlah ion natriun dan kalium dalam ali ran darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari
kelenjar adrenala mensekresi epimephrine, hormon yang sangat penting. Kehamilan tidak
mengubah ukuran atau fungsi kedua medulla (Henderson, C.

2012).

d. Sistem Kardiovaskuler (Sirkulasi Darah)

Pada volume darah, volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir timester
pertama. Volume darah aka bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamila 32
minggu, diikuti curah jantung (cardiac output) yang meningkat sebanyak ± 30%. Akibat he modilusi yang
mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh
dalam keadaan dekompensasi kordis. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati
cukup bulan. Kemudian gambaran protein dalam serum juga berubah, jumlah protein, albumin dan
gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir
kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.

Berkaitan dengan sistem sirkulasi darah, tekanan darah arteri cenderung menuru n terutama selama
trimester kedua, dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra-hamil. Tekanan vena dalam batas-batas
normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah akhir trimester pertama
(Wiknjosastro, H. 2012).
e. Sistem Muskuloskeletal

1. Gigi, Tulang, dan Persendian

Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen melunak (softlistening). Juga
terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat
memenuhi kebutuhan kalsium janin,

kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akanberkurang untuk memenuhi kebutuhan ini.
Bila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium.

Berkaitan dengan perubahan pada gigi, selama masa kehamilan wanita membutuhkan kira-kira
seoertiga lebih banya k kalsium dan fosfor. Dengan diit yang seimbang kebutuhan tersebut
terpenuhi dengan baik.

2. Otot

Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan, hal tersebut terjadi
kemungkinan berhubungan dengan metabolisme kalsium da fosfor, kura ngnya drainase sisa
metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang. Kram biasanya terjadi setelah berdiri
sepanjang hari dan pada malam hari setelah tubuh istirahat(Hamilton, PM. 2010).

f. Sistem Pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus
yang tertekan kearah diafragma akibat perbesaran rahim. Sebagai kompensitas terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan oksigen meningkat, sorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam
sekitar 20-25% dari biasanya yaitu menggunakan pernapasan dada (Hamilton, PM, 2010).

g. Sistem Gastrointestinal (Pencernaan)

Tingginya kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan


kolesterol darah, dan melambatkan kontraks otot polos. Sekresi saliva menjadi lebih asa m dan lebih
banyak, dan asam lambung menurun. Perbesaran uterus akan menekan diaframa, lambung dan
intestin.

Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami mual (morning sickness)
dan muntah (emesis gravidarum). Sebagaimana ke hamilan berlanjut, penurunan asam
lambung, melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Menurunnya
gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual tetapi juga konstipasi, karena lebih banyak feses
terdapat dalam usus, lebih banyak air diserap a kan semakin keras jadinya. Konstipasi juga
disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal masa kehamilan dan kembali pada
akhir masa kehamilan (Kusmiaty dkk., 2009).

h. Sistem Perkemihan
Berkaitan dengan sistem perkemihan, ginjal yang normal mampu mengatasi kerja tambahan tanpa
menyebabkan masalah tekanan karena pertumbuhan janin menyebabkan stosis urin. Dibawah
keadaan yang normal, peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin tidak membuat
ginjal dan ureter bekerja ekstra. Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra menurun.
Sebagai akibat, gerakan urin ke kadung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan
kemungkinan pielonefritis.

Pada awal kehamilan, suplai darah ke kandung kemih meningkat, dan perbesaran uterus menekan
kandung kemih. Faktor ini menyebabkan meningkatnya berkemih. Mendekati kelahiran janin turun
lebih rendah ke pelvis, lebih menekan lagi kandung kemih dan semakin meningkatkan
berkemih, walaupun gejala ini sangat tidak menyenangkan, hal ini tidak menye babkan masalah medis
yang berarti (Kusmiaty dkk,2009).

i. Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,


dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
Diperkirakan se lama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan
berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan
oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.

Manuaba (1998:106) menguraikan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada metabolisme


tubuh wanita hamil,yaitu:

(1) Metabolisme basal meningkat sebesar 15% sampai 20%.

(2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per
liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

(3) Kebutuhan protein makin tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.

(4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

(5) Kebutuhan zat mineral: Kalsium, 1,5 gram/hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin;
Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari; Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari; dan a ir, ibu
hamil memerlukan air cukup banyak

dan dapat terjadi retensi air.

(6) Berat badan akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg

selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½

kg/minggu. Janin (3 - 3,5 kg), plasenta (0,5 kg), air ketuban (1 kg), timbunan le mak (1,5 kg), timbunan
protein (2 kg),
dan retensi air-garam (1,5 kg) (Saifuddin, AB. 2009).

Kehamilan menurut

1. Keyakinan tentang kehamilan dan Persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses
alamiah dan bukan penyakit.
2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak,
kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif
dalam setiap asuhan yang diterimanya.
3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan
kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan.
Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus
diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan
tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu
dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan,
promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel,
suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan
berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan,
sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,sosial, budaya, spiritual serta pengalaman
reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofi
yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko-
sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dan tidak ada individu yang sama.
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak
menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala
aspek pemeliharaan kesehatan.
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan
persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan
masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk
karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis
mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.
Kehamilan menurut sosiologis

Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Keikutsertaan


Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan pada umumnya masih kurang (68,51%) dan yang
berpengetahuan baik hanya 4 orang (7,41%). Pengetahuan ibu hamil yang kurang inilah
kemungkinan masih dipercayainya berbagai hal yang menyangkut tentang larangan/pantangan
makanan ataupun melakukan suatu tindakan/ aktivitas (pantangan perilaku).
Kelas ibu hamil adalah salah satu bentuk pendidikan prenatall yang dapat meningkatkan
pengetahuan ibu hamil dan perubahan perilaku positif sehingga ibu diharapkan memeriksakan
kehamilan dan melahirkan ketenaga kesehatan. Kelas Ibu hamil merupakan sarana belajar
bersama yang diikuti oleh ibu hamil agar memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga dapat
mencegah komplikasi dan meningkatkan cakupan K4. Tujuan diadakannya kelas ibu hamil
adalah untuk menambah pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan anak, sehingga
dapat mengurangi terjadinya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (DepkesRI,2009;h.4).
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil
kesepakatan fasilitator. Tingkat pengetahuan seseorang biasanya akan mempengaruhi pola
pikirnya, baik terhadap kehidupan social maupun kesehatan. Seseorang dengan pengetahuan
yang baik akan memprioritaskan kesehatan dalam hidupnya dengan partisipasinya dalam
mengikuti kelas ibu hamil dari pada orang yang pengetahuan yang kurang baik
(DepkesRI,2009;h.4).
Keterbatasan pengetahuan akan menyulitkan seseorang memahami pentingnya
pemeliharaan kesehatan dan perubahan perilaku seseorang kearah yang menguntungkan
kesehatan. Berbagai hal yang memepengaruhi tinggi rendahnya pengetahuan dan partisipasi ibu
hamil dalam kelas ibu hamil, diantaranya tingkat pengetahuan ibu hamil dan partisipasi ibu
hamil tentang kelas ibu hamil masih banyak yang kurang berpartisipasi dalam kelas ibu hamil.
Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan kelas ibu hamil yang kurang efektif dan tempat
pelaksanaan ibu hamil. Hambatan dari kurangnya partisipasi dalam kelas ibu hamil dikarenakan
ibu hamil tidak tahu adanya kelas ibu hamil di wilayahnya, serta ibu hamil yang bekerja. Adapun
dampak bila ibu hamil tidak ikut kelas ibu hamil selama kehamilannya tidak begitu signifikan,
akan tetapi ibu

hamil tersebut tidak ada perubahan dalam pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil seperti
perawatan selama kehamilan,sehingga dalam mempersiapkan persalinannya kurang, serta jika
ada resiko pada ibu hamil tersebut tidak langsung terdeteksi oleh tenaga kesehatan
(DepkesRI,2009;h.3).
Hubungan sikap dengan pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan
Berdasarkan hasil uji statistik antara pengetahuan dengan pertolongan persalinan pada tenaga
kesehatan terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,015. Menurut asumsi peneliti
kecenderungan sikap ibu memilih melakukan pertolongan persalinan pada tenaga non
kesehatan adalah dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang sehingga sikapnya menjadi negatif
untuk melakukan persalinan pada tenaga non kesehatan. Faktor budaya dan budaya keluarga
juga turut memberikan pengaruh terhadap sikap ibu dalam memilih pertolongan persalinan.
Untuk itu upaya -upaya kesehatan melalui penyuluhan dan pendampingan diharapkan bisa
merubah sikap ibu untuk dapat melakukan pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan
profesional.
Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa sebagian ibu mempunyai sikap negatif terhadap
pertolongan kesehatan dan hal ini mempengaruhi ibu untuk lebih bersalin pada tenaga non
kesehatan, ini dibuktikan dengan hasil kuesioner dimana pertolongan persalinan lebih tinggi
pada tenaga non kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan. Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
merupakan kesiapan untuk kesediaan, untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi suatu perilaku.
Persepsi Budaya Terhadap Kehamilan dan Persalinan
Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa
kehamilan dan persalinan di deskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus perhatian
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi
secara adat, religi, dan moral dengantujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka
menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan janin dan/atau
ibunya. Masa tersebut direspons oleh masyarakat denganstrategi-strategi, seperti dalam
berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional(Malinowski, Bronislaw,
1927: 76).
Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan postpartum pantang m
engkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibupostpartum kehilangan zat gizi yang
berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurangditambah lagi dengan
pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Kemiskinan
masyarakat akan berdampak pada penurunan pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini
keluarga, khususnya.

Kehamilan menurut yuridis

yuridis normatif. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang-
undangan (statue approach), pendekatan analitis (analytical approach), dan pendekatan konseptual
(conseptual approach) dengan spesifikasi penelitian inventarisasi peraturan perundang-undangan,
sinkronisasi hukum, dan penemuan hukum in concreto. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
isi dan analisis komparatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa tanggung
jawab hukum tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam pelayanan kesehatan
reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah telah menunjukan taraf sinkronisasi
vertikal. Artinya peraturan yang derajatnya lebih rendah telah sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi
derajatnya dan peraturan yang lebih tinggi derajatnya telah menjadi dasar peraturan yang lebih rendah.
Bentuk tanggung jawab hukum tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam pelayanan
kesehatan reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah dapat dijelaskan dalam tiga
hal, meliputi tanggung jawab hukum perdata berdasarkan Pasal 77 dan Pasal 78 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan, Pasal 58 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan. Tanggung Jawab hukum pidana berdasarkan Pasal 84, Pasal 85 dan Pasal 86 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Tanggung jawab hukum administrasi
berdasarkan Pasal 19 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Reproduksi Dengan Bantuan Atau Kehamilan Di Luar Cara Alamiah,
Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan dan Penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dalam Tindakan Aborsi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dengan Bantuan Atau
Kehamilan Di Luar Cara Alamiah, Pasal 82 ayat (1), dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

Kehamilan menurut psikologis

Psikologis waktu kehamilan

Menurut (Pieter & Namora, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa macam perubahan
psikologi ibu pada masa kehamilan, antara lain;

a. Perubahan Emosional

Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual karena letih
dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi
dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik,
dan menurunnya aktifitas seksual.

Perubahan emosional trimester II (Kesehatan yang baik) terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa
nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga ibu mulai memperhatikan bayi dan memikirkan
apakah bayinya akan dilahirkan sehat. Rasa cemas pada ibu hamil akan terus meningkat seiring
bertambah usia kehamilannya.

Perubahan emosional trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan) terutama pada
bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilannya telah
mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti apa yang akan terjadi pasa saat
melahirkan, apakah bayi lahir sehat, dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran
dan perasaan seperti ini sangat sering terjadi pada ibu

hamil. Sebaiknya kecemasan seperti ini dikemukakan istri kepada suaminya.

b. Cenderung Malas
Penyebab ibu hamil cenderung malas karena pengaruh perubahan hormon dari kehamilannya.
Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban
dan cepat merasa letih. Keadaan tersebut yang membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

c. Sensitif

Penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif ialah karena faktor hormon. Reaksi wanita menjadi
peka, mudah tersinggung, dan mudah marah. Apapun perilaku ibu hamil dianggap kurang
menyenangkan. Oleh karena itu, keadaan seperti ini sudah sepantasnya harus dimengerti suami dan
jangan membalas kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan
berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi.

d. Mudah Cemburu

Penyebab mudah cemburu akibat perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas
perubahan penampilan fisiknya. Ibu mulai meragukan kepercayaan terhadap suaminya, seperti
ketakutan ditinggal suami atau suami pergi dengan wanita lain. Oleh sabab itu, suami harus memahami
kondisi istri dengan melakukan komunikasi yang lebih terbuka dengan istri.

e. Meminta Perhatian Lebih

Perilaku ibu ingin meminta perhatian lebih sering menganggu. Biasanya wanita hamil tiba-tiba menjadi
manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit dapat memicu
tumbuhnya rasa aman

dan pertumbuhan janin lebih baik.

f. Perasaan Ambivalen

Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester pertama. Perasaan ambivalen wanita
hamil berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa
tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga,
masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan berakhir seiring dengan adanya

sikap penerimaan terhadap kehamilan.

Perasaan Ketidaknyamanan Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trimester pertama seperti
nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional, semuanya dapat mencerminkan
konflik dan depresi.

h. Depresi

Depresi merupakan kemurungan atau perasaan tidak semangat yang


ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan, menurunnya kegiatan, dan pesimis menghadapi
masa depan. Penyebab timbulnya depresi ibu hamil ialah akibat perubahan hormonal yang
berhubungan dengan otak, hubungan dengan suami atau anggota keluarga, kegagalan, dan komplikasi
hamil.

i. Stres

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyebab reaksi stres. Ibu mengalami
stres selama hamil mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi. Sebaliknya, ibu hamil
yang selalu berfikir positif membantu pembentukan janin, penyembuhan interna, dan memberikan
nutrisi kesehatan pada bayi. Stres berlebihan yang tidak berkesudahan dapat menyebabkan
kelahiran prematur, berat badan dibawah rata-rata, hiperaktif, dan mudah marah.

j. Ansietas (Kecemasan)

Ansietas merupakan istilah dari kecemasan, khawatir, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan
gejala fisik. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian individu yang subjektif. Faktor
penyebab terjadinya ansietas biasanya berhubungan dengan kondisi: kesejahteraan dirinya dan bayi
yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman s elama kehamilan,
penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan,
keuangan keluarga, support keluarga dan tenaga medis. Selain itu, gejala cemas ibu hamil dilihat dari
mudah tersinggung, sulit bergaul dan berkomunikasi, stres, sulit tidur, palpitasi atau denyut jantung
yang kencang, sering buang air kecil, sakit perut, tangan berkeringat dan

gemetar, kaki dan tangan kesemutan, kejang otot, sering pusing, dan pingsan.

k. Insomnia

Sulit tidur merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak senang, kurang
tidur, atau sama sekali tidak bisa tidur. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama kali atau
kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala insomnia dari ibu hamil dapat dilihat dari sulit tidur,
tidak bisa memejamkan mata, dan selalu terbangun dini hari. Penyebab insomnia yaitu stres,
perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan, depresi, dan lingkungan rumah yang ramai. Dampak buruk
dari insomnia yaitu perasaan

mudah lelah, tidak bergairah, mudah emosi, stres.

Kehamilan menurut politis

Pengaturan Kehamilan

Pasal 23

Pengaturan Kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c, ditujukan untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera menuju NKKBS dengan menyelenggarakan Keluarga
Berencana.
Pasal 24

(1)Penyelenggaraan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19


dilaksanakan dengan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui:

a.pendewasaan usia perkawinan;

b.pengaturan kehamilan yang diinginkan;

c.pembinaan kesertaan Keluarga Berencana; dan

d.peningkatan kesejahteraan keluarga.

(2)Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan kepada tumbuh kembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan keluarga secara mandiri
dalam membangun keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Pasal 25

(1)Pendewasaan usia perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a
diselenggarakan dalam rangka pembudayaan sikap dan perilaku masyarakat untuk melaksanakan
perkawinan dalam usia ideal perkawinan.

(2)Usia ideal perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipertimbangkan dengan memperhatikan
faktor faktor antara lain:

a.kesiapan fisik dan mental seseorang dalam membentuk keluarga;

b.kemandirian sikap dan kedewasaan perilaku seseorang;

c.derajat kesehatan termasuk reproduksi sehat;

d.pengetahuan tentang perencanaan keluarga sejahtera; dan

e.peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 26

(1)Pengaturan kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b diselenggarakan dalam
rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunda kehamilan anak pertama sampai pada usia
ideal melahirkan dan mengatur jarak kelahiran.

(2)Usia ideal melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah usia yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a.risiko akibat melahirkan;


b.kemampuan tentang perawatan kehamilan, pasca persalinan, dan masa di luar kehamilan dan
persalinan;

c.derajat kesehatan reproduksi sehat; dan/atau

d.kematangan mental, sosial, dan ekonomi dalam keluarga.

Pasal 27

(1)Menunda kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dilaksanakan dalam rangka
perencanaan jumlah dan jarak antara kelahiran anak yang dilakukan sendiri oleh pasangan suami istri
atas dasar kesadaran dan kesukarelaan.

(2)Menunda kehamilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan alat, obat
dan/atau cara kontrasepsi yang dapat diterima pasangan suami istri sesuai dengan pilihannya.

(3)Jenis alat, obat dan/atau cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
memperhatikan:

a.daya guna dan hasil guna;

b.risiko terhadap kesehatan; dan

c.nilai agama dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pasal 28

(1)Penggunaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.

(2)Penggunaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang berdasarkan standar.

Pasal 29

(1)Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan/ atau cara kontrasepsi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih, serta dilaksanakan di tempat dan dengan
cara yang layak.

(2)Penentuan tempat dan cara yang Iayak untuk mempertunjukkan dan memperagakan alat, obat,
dan/atau cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memperhatikan
sasaran, norma agama, etik, dan sosial budaya masyarakat.

Pasal 30

Pelayanan obat, alat, dan/atau cara kontrasepsi untuk pasangan suami istri, dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan/ atau tenaga lain yang terlatih sesuai dengan kewenangannya, di fasilitas pelayanan
kesehatan atau sarana lain yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 31

(1)Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan


pengadaan dan penyebaran alat serta obat kontrasepsi, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan,
penyediaan, dan penyebaran.

(2)Pengadaan alat dan obat kontrasepsi dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan, penyediaan, dan keinginan masyarakat.

(3)Penyebaran alat dan obat kontrasepsi dilaksanakan dengan memperhitungkan: a.jarak


antarwilayah;

b.letak geografis;

c.kebutuhan masyarakat; dan

d.pemerataan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai