Anda di halaman 1dari 9

Kasus Pemicu

Pasien Ny. B usia 32 tahun G3P2A0 hamil 28 minggu datang ke puskesmas dengan keluhan sering
lapar, sering haus, sering kencing, pandangan kabur, kadang mual, mudah mengantuk, mudah lelah
dan gatal pada daerah kemaluan. Ny. B mengatakan selama hamil terjadi penambahan berat badan 10
kg, TFU 32 cm. Riwayat dalam keluarga Bapak dari Ny. B menderita DM. Riwayat kehamilan yang
lalu anak pertama jenis kelamin perempuan BB 3900 gram, anak kedua laki-laki 4200 gram. Hasil
pemeriksaan TTGO 180 mg/dL.
Aktivitas 1
Jelaskan Pengertian/Definisi Diabetes Dalam Kehamilan
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa yang pertama kali
ditemukan pada saat kehamilan. DMG merupakan keadaan pada wanita yang sebelumnya belum
pernah didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan kadar glukosa tinggi selama kehamilan.
Diabetes melitus gestasional berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia
neonatus, dan ikterus neonatorum). Efek luaran jangka panjang DMG bagi bayi adalah lingkungan
intrauterin yang berisiko genetik terhadap obesitas dan atau diabetes; bagi ibu, DMG merupakan
faktor risiko kuat terjadinya diabetes melitus permanen di kemudian hari. (Kurniawan, 2016)
Sumber:
Kurniawan, L. B. (2016). Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Mellitus
Gestasional. Cdk, 43(11), 811–813.

Aktivitas 2
Deskripsikan Faktor Risiko DM dalam Kehamilan
a. Obesitas
Menurut Doshani dan Konje (2009), overweight adalah faktor risiko pada intoleransi glukosa
(prediabetes) baik sebelum atau saat kehamilan. Hal ini didukung juga dengan Guyton (2008)
yang menyatakan bahwa kegemukan merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya peningkatan
kadar gula darah. Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu, sel-sel beta pulau langerhans menjadi
kurang peka terhadap rangsangan atau akibat naiknya kadar gula dan kegemukan juga akan
menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh. Obesitas mempengaruhi kadar gula
darah. Ibu hamil yang obesitas, sel-sel lemak yang banyak akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagai adipositokin dengan jumlah lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat
ini menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin inilah yang menyebabkan glukosa sulit
masuk ke dalam sel, keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemi) dan terjadilah
diabetes (Rahmawati, 2016). Metabolisme lemak tergantung pada kebutuhan energi dan diatur
oleh makanan serta sinyal– sinyal saraf dan hormonal, misalnya penurunan kadar glukosa pada
keadaan sebagai energi oleh jaringan misalnya otot, hati dan ginjal. Berpindahnya metabolisme
dari carbohydrat–based menjadi fat-based didimensi oleh berkurangnya insulin dan meningkatnya
hormon-hormon seperti epinefrin, growth hormone dan kortikosteroid. Peningkatan glukosa dan
lemak akan mengakibatkan transportasi asam lemak ke dalam adipose dan lipogenesis meningkat
(Guyton, 2008). Berat badan juga menjadi faktor risiko diabetes gestasional.
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

b. Riwayat Keluarga
Pada teori disebutkan bahwa apabila salah satu atau kedua orangtua memiliki penyakit diabetes
mellitus makaakan menurun kepada anaknya sebesar 84% karena pada gen ada salah satu enzim
yang bernama daeminase yakni suatu enzim yang memfasilitasi fosfolarisasi glukosa menjadi
glukosa 6 fosfat yang prosesnya terjadi di dalam sel yang berada di pankreas sehingga bila terjadi
mutasi gen pada keturunan dapat menyebabkan penurunan genetik dan terjadilah diabetes mellitus
gestasional. Pada keluarga yang tidak ada riwayat DM nya tidak berpengaruh terhadap mutasi gen
keturunannya. misalkan terjadi diabetes mellitus gestasional hal tersebut didapatkan dari faktor
lain misalnya gaya hidup yang tidak sehat seperti suka makan makanan instant, jarang olahraga,
IMT yang tidak seimbang yang dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan sang Ibu. (Rahmwati,
2019)
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi.

c. Gaya Hidup
Faktor risiko yang tidak kalah penting yaitu gaya hidup ibu hamil pada sebelum dan selama
kehamilan. Gaya hidup yang sangat berpengaruh yaitu asupan nutrisi dan aktifitas fisik ibu hamil.
Aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas lebih tinggi sebelum dan selama kehamilan
dikaitkan dengan pengurangan 20% dalam risiko relatif diabetes melitus gestasional. (Adli, 2021)
Sumber:
Adli, F. K. (2021). Diabetes Mellitus Gestasional: Diagnosis dan Faktor Risiko. Jurnal Medika
Hutama, 03(01), 1545–1551.

d. Merokok
Pengaruh nikotin terhadap insulin diantaranya menyebabkan penurunan pelepasan insulin akibat
aktivasi hormon katekolamin, pengaruh negatif pada kerja insulin, gangguan pada sel β pankreas
dan perkembangan ke arah resistensi insulin. Mekanisme–mekanisme potensial lain akibat
paparan rokok seperti paparan rokok pada ibu hamil dan menyusui juga memiliki peran terjadinya
perkembangan resistensi insulin (Ario, 2014). Risiko diabetes pada perokok pasif dan perokok
aktif memiliki tingkatan yang sama, dan kedua kelompok memiliki kadar hemoglobin A1C lebih
tinggi dibanding mereka yang tidak merokok (Kermah et al, 2011).
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

e. Hipertensi
Mekanisme hubungan hipertensi dengan resistensi insulin tidak diketahui secara jelas, tetapi
secara jelas bahwa resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar glukosa darah
(Guyton, 2008). Menurut Mihardja (2008) hipertensi dapat membuat sel tidak sensitif dengan
insulin (resisten insulin). Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan cara
ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka
kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan (Guyton, 2008).
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

f. Pola Aktivitas
Olahraga dapat membantu kerja metabolisme tubuh yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kebutuhan akan insulin dan olahraga dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah. Hal ini
didukung oleh penelitian Rachmawati (2010) tentang hubungan latihan jasmani dengan kadar
glukosa darah pada diabetisi menunjukkan bahwa dari 40 subyek dari 42 subyek penelitianterjadi
penurunan kadar glukosa darah sewaktu secara signifikan (p < 0,000) pasca latihan jasmani 30
menit (post-test) dibanding kadar glukosa darah sewaktu sebelum latihan (pre-test), dengan rata-
rata kadar glukosa sewaktu setelah latihan jasmani sebesar 127.8 ± 47.9 mg/dl dibanding rerata
kadar glukosa darah sewaktu.
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi
g. Riwayat Persalinan yang lalu, anak makrosemia
Pada teori bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes mellitus mengalami pengendapan
lemak dibahu dan badan sehingga rentan mengalami distosia bahu. Sehingga pada kasus
makrosomia yang menjadi penyebab adalah peningkatan kadar glukosa ibu sehingga
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa bayi dan bila kadar glukosa ibu meningkat maka
glukosa tersebut akan diserap 80% oleh bayi melalui membran plasenta yang dimulai sejak usia
kehamilan 8-10 minggu. Sehingga ibu yang memiliki riwayat pernah melahirkan bayi besar akan
memiliki risiko 5-10x melahirkan bayi besar juga. Pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
melahirkan makrosomia tidak terjadi berarti tidak ada pengendapan lemak dibahu dan badan yang
dapat memicu terjadinya distosia bahu dan kadar glukosa pada ibu juga normal sehingga proses
penyerapan kadar glukosa pada bayi juga normal sehingga tidak menyebabkan risiko terjadinya
diabetes mellitus gestasional. (Rahmwati, 2019)
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

Aktivitas 3
Jelaskan Metabolisme glukosa pada kehamilan
a. Polidipsi
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi hal ini pasien lebih banyak minum. Pasien DM juga mengalami
polipagi (banyak makan), hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel tubuh dan
penderita mengalami rasa lapar, untuk memenuhinya pasien akan terus makan.
Sumber:
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/106/5/108700012_file5.pdf

b. Poliuri
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga pasien mengeluh banyak kencing
Sumber:
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/106/5/108700012_file5.pdf

c. Polifagia
hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel tubuh dan penderita mengalami rasa
lapar, untuk memenuhinya pasien akan terus makan. Tetapi walaupun pasien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan pasien DM
menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang dan lesu. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang
telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak
sehingga pasien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus (Harnawatias, 2008)
Sumber:
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/106/5/108700012_file5.pdf

d. Pandangan Kabur
Mata kabur, hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak (Illyas, 2012)
Sumber:
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/106/5/108700012_file5.pdf
e. Mual
Mual pada ibu hamil disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perubahan hormone.
Hormone yang mempengaruhi perubahan adalah Hormon hCG dalam aliran darah sangat
membantu untuk menjaga persediaan estrogen dan progesteron serta untuk mencegah masa
menstruasi. Meningkatnya hormon hCG secara tiba-tiba dapat mengakibatkan efek pedih pada
lapisan perut, dan efek ini berupa rasa mual. Hormon ini juga menyebabkan hilangnya gula dari
darah, yang dapat menimbulkan perasaan sangat lapar dan sakit.Jadi hormon hCG ini sangat
berpengaruh terhadap timbulnya rasa mual dan muntah pada ibu hamil.
Sumber:
Rahmwati, A. (2019). Deskripsi Faktor Resiko Diabetus Mellitus Gestasional Di Poli Kandungan
RSD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

Aktivitas 4
Jelaskan mekanisme terjadinya makrosemia pada kehamilan
Pada diabetes melitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi
suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin, akibatnya kandungan glukosa dalam plasma ibu bertambah,
kadar gula darah tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan glukosa abnormal.
Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang mengalami diabetes (misalnya glukosa, asam
lemak bebas, senyawa keton dalam tubuh, trigliserida, dan asamasam amino) akan memicu
peningkatan transfer nutrien pada janin yang pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik
dalam lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh janin. Janin
yang menerima pemasokan gula darah yang berlebihan akan memproduksi insulin sehingga
terjadi hyperinsulinemia. Pengaruh insulin akan mengubah glukosa menjadi cadangan lemak dan
glikogen. Hal ini menyebabkan makrosomia.
Sumber:
Milati, N. (2021). Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember. Digital Repository
Universitas Jember, September 2019, 2019–2022.

Aktivitas 5
Jelaskan penyulit DM pada kehamilan
Pada kehamilan dengan DM, faktor yang dapat mempersulit adalah:
1. Makrosemia
2. Kelahiran premature
3. Keguguran
4. Still birth
5. Hipglimia
6. Respiratory distress syndrome (RDS)
7. Kadar kalsium dan magnesium yang rendah
8. Takipnea
9. Kelaianan jantung

Sumber:
https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/komplikasi-diabetes-gestasional-ibu-bayi/

Aktivitas 6
Jelaskan mekanisme terjadinya hipoglikemia pada bayi baru lahir
Hipoglikemia sering terjadi pada bayi baru lahir. Hipoglikemia biasanya tidak memiliki gejala
(asimtomatik) sehingga kondisi ini mudah terlewatkan. Pada neonatus kadar glukosa serum
menurun dalam 1-3 jam pertama kehidupan tapi setelah itu akan meningkat secara spontan.
Hipoglikemia yang berkepanjangan dapat berlanjut ke kerusakan perkembangan saraf dan otak
bayi. Bayi premature (Preterm) lebih mungkin mengalami hipoglikemia dibandingkan bayi cukup
bulan. Disebut hipoglikemi pada bayi baru lahir apabila kadar glukosa darah <40 mg/Dl (2,2 Mm)
sampai <47,5 mg/Dl. Kadar glukosa darah bayi dipertimbangkan berdasarkan salah satunya
adalah berat badan lahir bayi. Bayi baru lahir memiliki risiko tinggi mengalami hipoglikemia
adalah bayi yang lahir dengan berat ≥3800 g atau <2500 g. (Melinda, 2020)
Sumber:
Melinda, R. O. (2020). Hubungan antara berat badan lahir dan hipoglikemia pada bayi baru lahir.
SKRIPSI-2020.

Aktivitas 7
Jelaskan persiapan untuk pemeriksaan OGTT
Persiapan
Sebelum menjalani tes toleransi glukosa oral, dokter melakukan anamnesis seputar keluhan
pasien, terutama terkait diabetes mellitus dan faktor risikonya. Tanyakan juga riwayat diabetes
pada anggota keluarga, riwayat pemeriksaan glukosa darah sewaktu atau puasa sebelumnya, dan
apakah ada gejala terkait komplikasi diabetes, misalnya retinopati.
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan dengan karbohidrat yang cukup dan
melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari. Kemudian, pada hari pemeriksaan,
pasien berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari), minum air putih tanpa glukosa tetap
diperbolehkan.

Peralatan
Peralatan yang diperlukan adalah:
 Spuit untuk mengambil darah
 Kontainer tutup merah dan abu-abu
 75gram larutan gula

Posisi Pasien
Pasien bisa dalam posisi duduk atau tidur pada saat pengambilan sampel darah.

Prosedural
Pada awal kedatangan, pastikan pasien datang dalam keadaan puasa. Kemudian, lakukan
pemeriksaan dengan langkah berikut:
1. Lakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
2. Kemudian, berikan glukosa 75gram untuk orang dewasa atau 1,75 gram/kgBB pada anak.
Glukosa dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
3. Pasien berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
4. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah pemberian beban glukosa
5. Selama proses pemeriksaan, pasien tetap istirahat dan tidak merokok
6. Pada kondisi diabetes gestasional, pengukuran tambahan dilakukan pada 1 jam pertama post
prandial.
Pada pasien ibu hamil. 75gram glukosa diberikan dengan melarutkan dalam 300 ml air dan
dihabiskan dalam waktu 5-10 menit. Apabila pasien muntah dalam waktu 30 menit pasca minum
larutan glukosa, pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya. Apabila muntah lebih dari 30
menit, pemeriksaan dapat dilanjutkan.

Sumber:
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/endokrinologi/tes-toleransi-glukosa-oral/teknik

Aktivitas 8
Jelaskan batasan normal hasil pemeriksaan GDP, GDS dan TTGO
 GDP  <200 mg/dL
 GDS  <100 mg/dL
 TTGO:
<120 mg/dl  Normal
120-139 mg/dl  Intoleransi Glukosa Gestasional (IGG)
140-199 mg/dl  DMG
≥200 mg/dl  Diabetes mellitus
Sumber:
Milati, N. (2021). Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember. Digital Repository
Universitas Jember, September 2019, 2019–2022.

Aktivitas 9
Jelaskan sasaran kendali glukosa pada DM dalam kehamilan
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini
banyak didapatkan alat pengukur kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang
sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut
dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan dilakukan sesuai
dengan cara standar yang dianjurkan. Hasil pemantauan dengan cara reagen kering perlu
dibandingkan dengan cara konvensional secara berkala. Pemeriksaan glukosa darah mandiri ini
terutama dianjurkan pada:
a. Penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi insulin.
b. Penyandang DM yang mendapat terapi insulin dengan kondisi sebagai berikut:
Pasien dengan kadar HB A1C yang tidak mencapai target pengendalian.
 Wanita yang merencanakan hamil.
 Wanita hamil dengan hiperglikemia.
 Kejadian hipoglikemia berulang.
Setelah terdiagnosa diabetes gestasional, pasien perlu melakukan pemantauan kadar gula darah
secara rutin, baik glukosa darah puasa maupun glukosa darah post prandial. Sebaiknya pasien
melakukan kunjungan antenatal rutin setiap bulan untuk memantau kadar gula darah dan
pertumbuhan fetus. 5th International Workshop-Conference on Gestational Diabetes Mellitus
merekomendasikan kadar gula darah puasa <95 mg/dL, 1 jam postprandial <140 mg/dL, dan 2
jam post prandial <120 mg/dL. Ernawati, N. (2017).
Sumber:
Ernawati, N. (2017). Teori dan Petunjuk Skrining Gestasional Diabetes Mellitus.

Aktivitas 10
Jelaskan pengkajian keperawatan dengan masalah DM dalam Kehamilan

Sumber:

Aktivitas 11
Jelaskan Diagnosa Keperawatan yang terjadi pada DM dalam Kehamilan
Sumber:

Aktivitas 12
Jelaskan intervensi keperawatan yang pada DM dalam kehamilan

Sumber:

Aktivitas 13
Buatlah rancangan pendidikan kesehatan pada DM dalam Kehamilan (SAP, Materi dan Media
penkes)

Aktivitas 14
Lakukan telaah terhadap satu buah artikel yang dipublikasi di jurnal dengan topic yang berhubungan
dengan diabetes dalam kehamilan dan buat resume hasil telaah meliputi:
Judul Artikel Skrining Diabetes Mellitus Gestasional dan Faktor Risiko yang
Mempengaruhinya
Penulis Rahmawati, F.
Natosba, J.
Jaji, J.
Tahun Publikasi 2016
Nama Jurnal Jurnal Keperawatan Sriwijaya
Volume/Isu 3/2
Halaman 33/43
URL https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/4240/2180
Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) Gestasional dapat mengancam keadaan ibu karena
dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada saat kehamilan, pada saat
melahirkan, dan setelah melahirkan. DM Gestasional pun dapat mengancam
keadaan bayi bahkan sampai menyebabkan kematian. Selama ini
pemeriksaan antenatal pada ibu hamil hanya berfokus pada penyakit
hipertensi dan anemia. Pemeriksaan dini (skrining) untuk menegakkan
diagnosa DM Gestasional pada ibu hamil masih belum dilakukan secara
menyeluruh.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi kejadian DM Gestasional
dan faktor risiko yang mempengaruhinya (umur, riwayat DM dalam
keluarga dan BMI) di wilayah kerja Puskesmas Simpang Timbangan Ogan
Ilir.
Metodologi Desain Penelitian: Metode: Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dan Sampel: populasi sebesar 38 orang dan sampel sebesar 18
responden
Pengumpulan Data: pengambilan sampel dengan menggunakan non
probability sampling dengan teknik purpossive sampling
Analisis Data: data dianalisis menggunakan analisis univariat menggunakan
aplikasi komputer untuk statistik dan analisis bivariat menggunakan uji
korelasi Pearson.
Penyajian Data: -
Hasil 1. Hubungan umur dengan kejadian DM Gestasional Tabel
Aada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Timbangan.
2. Hubungan riwayat DM dalam keluarga dengan kejadian DM Gestasional
Tabel
Ada hubungan yang bermakna antara riwayat DM dalam keluarga
dengan kejadian DM Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Timbangan.
3. Hubungan BMI dengan kejadian DM Gestasional Tabel
Tidak ada hubungan yang bermakna antara BMI dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Timbangan.
Kesimpulan 1. Prevalensi angka kejadian DM Gestasional di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Timbangan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2016 sebanyak 5,6%.
2. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Tmbangan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2016 dengan p value ≤0,05 yakni
0,02.
3. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat DM dalam keluarga
dengan kejadian DM Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Tmbangan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2016 dengan
p value ≤0,05 yakni 0,002.
4. Tida ada hubungan yang bermakna antara BMI dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Tmbangan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2016 dengan p value 0,05 yakni
0,387.
Rekomendasi 1. Jumlah sample sedikit, yaitu hanya 18 responden, tidak dapat
menggambarkan populasi
2. Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Gestasional tidak
dikaji

Anda mungkin juga menyukai