Anda di halaman 1dari 14

KOSMETIK HALAL

Pada produk kosmetik, label halal menandakan sebuah prosuk terbuat dari bahan-bahan yang tak
mengandung unsur haram. Bahan-bahan yang seringkali dicurigai mengandung unsur haram
dalam produk kosmetik adalah elastin, ekstrak plasenta, hingga kolagen. Hal ini dikarenakan
bahan-bahan tersebut bisa saja berasal dari bahan atau bagian hewan yang dikategorikan haram
dalam agama Islam. Kehalalan produk kosmetik juga ditentukan dari proses pembuatannya.
Meski menggunakan bagian hewan yang dikategorikan halal, hewan tersebut harus dipastikan
telah diproses dengan syariat Islam. Begitu juga dengan pengujian produknya. Jika dilakukan
pada hewan, produk kosmetik dinyatakan halal jika pengujiannya tidak dilakukan dengan
maksud menyakiti dan membunuh. Dalam Islam, segala bentuk penyiksaan terhadap hewan itu
diharamkan. Di Indonesia, label halal pada kosmetik dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika MUI (LPPOMUI).
Lembaga inilah yang bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) milik
pemerintah

Kosmetik Haram & Daftar Kosmetik Halal Menurut LPPOM MUI


Kosmetik haram menurut MUI adalah kosmetik yang mengandung bahan haram dan tidak halal.
Suatu kosmetik dapat dikatakan haram jika produk mengandung bahan najis atau bahan non
halal.

Penting bagi muslim dan muslimah untuk mengetahui daftar kosmetik haram dan atau daftar
kosmetik halal (telah mendapat sertifikat halal LPPOM MUI). Dengan demikian, terhindar dari
perkara yang dilarang dalam agama Islam.

Dalam artikel ini, Adev akan menjelaskan tentang kandungan kosmetik & skincare yang haram,
ketentuan hukum menggunakan kosmetik menurut MUI, rekomendasi ketika menggunakan
kosmetik, daftar kosmetik halal produksi Adev.

Halal Haram Kosmetik Bagi Umat Islam


Persoalan halal dan haram kosmetik bagi umat Islam merupakan sesuatu yang penting.
Sebagaimana tertuang dalam Al-Quran bahwa setiap muslim diperintahkan untuk menggunakan
serta mengkonsumsi produk yang halalan thoyyiban (halal lagi baik).

Dalam hal ini, baik dimaksud dengan memberikan manfaat dan tidak berbahaya. Produk halal
juga tidak melulu soal makanan dan minuman, kosmetik bisa termasuk didalamnya.

Sesuai ajaran Islam, dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan produk kosmetika
adalah kebersihan dan kesucian. Artinya, kosmetika harus halal dan suci.

Kosmetik yang mungkin hanya untuk pemakaian luar pun juga diharuskan untuk memiliki
sertifikasi Halal dari LPPOM MUI.

Sedangkan, haram adalah hukum yang berlawanan dengan halal. Sesuatu yang haram berarti
tidak boleh dilakukan atau tidak boleh dikonsumsi dan harus dihindari.

Dalam panduan umat Islam, Al Quran dan hadis, bahan yang disebutkan haram atau belum jelas
halal haramnya (syubhat) jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan bahan yang mubah
atau halal.

Berikut ini penjelasan tentang beberapa bahan haram dalam kosmetik dan skincare.

Kandungan Haram dalam Skincare & Kosmetik


Bahan kandungan dari babi dan anjing
Bahan kandungan dari hewan buas
Bahan kandungan dari tubuh manusia
Darah
Bangkai
Hewan halal yang penyembelihannya tidak sesuai dengan syariat Islam
Khamar (alkohol)
kandungan bahan haram dalam kosmetik dan skincare
Bahan yang disebutkan pada umumnya haram jika menggunakan lemak atau bagian tubuh yang
berasal dari hewan yang dinyatakan haram. Selain itu juga ada bahan lain seperti alkohol yang
diharamkan karena sifatnya yang memabukkan.

Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang penggunaan alkohol, terutama untuk alasan
medis dan kecantikan. Ada yang berpendapat boleh, namun ada pula yang berpendapat tidak
boleh (makruh).

Bahan Syubhat (Meragukan antara Halal atau Haram)


Plasenta
Gliserin
Kolagen
Lactic Acid
Hormon
Gelatin
Keratin
Aneka pewarna, pewangi dan lain-lain
bahan kosmetik/skincare yang syubhat (ragu halal atau haram)
Syariat agama Islam mewajibkan pemeluknya untuk menggunakan atau mengkonsumsi
barang/produk halal, tak terkecuali kosmetik.

Kosmetik yang dibuat dari hewan atau bagian hewan yang haram (tidak halal) seperti babi,
dilarang untuk digunakan. Meskipun produk dari olahan babi telah mengalami proses sedemikian
rupa sehingga tidak lagi menyerupai struktur dari babi, tetaplah diharamkan.

Menurut Fatwa MUI, plasenta atau ari-ari itu boleh digunakan sebagai bahan kosmetik jika
berasal dari jenis hewan yang halal dan hanya untuk penggunaan luar. Misalnya, sapi yang
melahirkan kemudian plasenta bayinya digunakan.

Ketika sapi mati saat sedang hamil, lalu diambil plasentanya maka hukumnya menjadi haram.
Hal ini karena status hewannya sudah mati.
Plasenta dari hewan yang haram, seperti babi, juga tidak boleh digunakan. Apalagi dengan
plasenta manusia. Di luar negeri, plasenta manusia masih bisa digunakan sebagai bahan
kosmetik.

Selain plasenta, titik kritis halal produk kosmetik adalah bahan waterproof. Bahan ini menjadi
titik kritis karena air wudhu tidak dapat membilas kulit secara sempurna.

kosmetik waterproof adalah tiitk kritis halal dan haram


Daftar kandungan haram dalam kosmetik/skincare tersebut dikutip dari Fatwa MUI Nomor 26
Tahun 2013 tentang Standar Kehalalan Produk Kosmetika dan Penggunaannya.

8 Ketentuan Hukum Menggunakan Kosmetik Menurut MUI


Kosmetik Haram Menurut MUI: Ketentuan Hukum dan Rekomendasi MUI
Kosmetik haram menurut MUI – Dalam laman webnya, pastihalal.com menyebutkan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berisi tentang ketentuan hukum dan rekomendasi tentang
penggunaan kosmetik.

Berikut adalah ketentuan penggunaan kosmetik dan rekomendasi penggunaan kosmetik


berdasarkan fatwa MUI:

Penggunaan kosmetika untuk kepentingan berhias hukumnya boleh dengan syarat: bahan yang
digunakan adalah halal dan suci, ditujukan untuk kepentingan yang dibolehkan secara syar’i; dan
tidak membahayakan.
Penggunaan kosmetika dalam (untuk dikonsumsi/masuk ke dalam tubuh) yang menggunakan
bahan yang najis atau haram hukumnya haram.
Penggunaan kosmetika luar (tidak masuk ke dalam tubuh) yang menggunakan bahan yang najis
atau haram selain babi dibolehkan dengan syarat dilakukan penyucian setelah pemakaian (tathhir
syar’i).
Penggunaan kosmetika yang semata-mata berfungsi tahsiniyyat, tidak ada rukhshah (keringanan)
untuk memanfaatkan kosmetika yang haram.
Penggunaan kosmetika yang berfungsi sebagai obat memiliki ketentuan hukum sebagai obat,
yang mengacu pada fatwa terkait penggunaan obat-obatan.
Produk kosmetika yang mengandung bahan yang dibuat dengan menggunakan mikroba hasil
rekayasa genetika yang melibatkan gen babi atau gen manusia hukumnya haram.
Kosmetika yang menggunakan bahan (bahan baku, bahan aktif, dan/atau bahan tambahan) dari
turunan hewan halal (berupa lemak atau lainnya) yang tidak diketahui cara penyembelihannya
hukumnya makruh tahrim, sehingga harus dihindari.
Kosmetika yang menggunakan bahan dari produk mikrobial yang tidak diketahui media
pertumbuhan mikrobanya apakah dari babi, harus dihindari sampai ada kejelasan tentang
kehalalan dan kesucian bahannya.
Selanjutnya kita simak, bagaimana MUI memberikan rekomendasi tentang tata cara penggunaan
kosmetik. Rekomendasi penggunaan kosmetik ini penting bagi muslim yang sadar dan peduli
tentang halal haram kosmetik.

5 Rekomendasi Penggunaan Kosmetik Menurut MUI


MUI merekomendasikan penggunaan kosmetik agar terhindar dari produk kosmetik haram,
berikut di antaranya:

Masyarakat dihimbau untuk memilih kosmetika yang suci dan halal serta menghindari
penggunaan produk kosmetika yang haram dan najis, makruh tahrim dan yang menggunakan
bahan yang tidak jelas kehalalan serta kesuciannya.
Pemerintah mengatur dan menjamin ketersediaan kosmetika halal dan suci dengan menjadikan
fatwa ini sebagai pedoman.
Usaha diminta untuk memastikan kesucian dan kehalalan kosmetika yang diperjualbelikan
kepada umat Islam.
LPPOM MUI tidak melakukan sertifikasi halal terhadap produk kosmetika yang menggunakan
bahan haram dan najis, baik untuk kosmetika dalam maupun luar.
LPPOM MUI tidak melakukan sertifikasi halal terhadap produk kosmetika yang menggunakan
bahan yang tidak jelas kehalalan dan kesuciannya, sampai ada kejelasan tentang kehalalan dan
kesucian bahannya.
Apa Itu Kosmetik Halal?
kosmetik halal
Kosmetik halal adalah kosmetik yang telah mendapatkan pengakuan halal dalam bentuk
sertifikat dari LP POM MUI setelah melalui serangkaian tahapan audit dari MUI.

Tahapan audit MUI meliputi penilaian bahan baku, proses pembuatan produk, proses
pengendalian kualitas, peralatan, gedung, dan personel yang terlibat dalam produksi kosmetik.

Untuk mendapatkan legitimasi halal, produk kosmetik harus memenuhi standar tertentu seperti
dibuat dari bahan yang halal, proses pembuatan (alat, mesin, tahapan produksi) yang tidak
mengandung unsur haram.

Kosmetik halal harus memenuhi standar mutu yang sesuai dengan syariat atau ajaran agama
Islam. Menurut sebagian ahli dan peneliti, halal merupakan standar mutu yang tertinggi.

Perlu diketahui bahwa halal meliputi segala aspek, mulai dari bahan itu berasal dan cara
memperolehnya, proses dan teknologi pembuatan yang digunakan, alat dan bahan yang
digunakan, hingga proses pengiriman barang tersebut sampai ke tangan kosumen.

Di momen ramadhan ini, yuk, raih lebih banyak keberkahan dengan menggunakan kosmetik
yang halal dan sesuai dengan syariat islam.

Selain lebih berkah, terdapat beberapa alasan penting mengapa Anda harus memilih kosmetik
halal, lho. Apa saja? yuk, simak di bawah ini.

Trend Kosmetik Halal di Indonesia dan Dunia


bahan non halal dalam kosmetik dan skincare yang perlu kamu tahu
Memiliki jumlah penduduk mayoritas muslim sebanyak 87,2%, membuat Indonesia menjadi
pasar dengan permintaan kosmetik halal yang besar. Mayoritas umat Islam Indonesia yang
diharapkan dapat mendorong peningkatan permintaan kosmetik halal.
Laporan Future Market Insight (FMI) September 2015 memperkirakan pasar kosmetik halal di
Asia Tenggara termasuk Indonesia akan tumbuh rata-rata 9,9% pada periode 2015-2020.

Namun, menurut Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim, kesadaran konsumen akan kosmetik
halal di Indonesia muncul sedikit terlambat dibandingkan dengan negara lain.

Padahal dalam pandangan Islam, perilaku konsumen tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
fisik tetapi juga memenuhi kebutuhan spiritual.

Dengan kata lain, kini pemilihan kosmetik yang dilakukan oleh konsumen muslim selayaknya
merupakan bagian dari ibadah sehingga harus sesuai dengan kaidah Islam.

Artikel ini akan membahas alasan mengapa Anda harus beralih dan meningkatkan kesadaran
pada produk kosmetik halal.

Permintaan kosmetik halal yang tinggi tersebut sangatlah wajar. Alasannya karena jumlah
penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Islam. Angkanya sekitar 87,2% (berdasarkan
sensus penduduk oleh BPS tahun 2010) dari total penduduk 237.641.326 jiwa (237,6 juta jiwa).
Sebagai tambahan informasi buat anda, berikut kami tampilkan data penduduk Indonesia
berdasarkan agama yang dianut dalam bentuk grafik (pie chart).

grafik penduduk indonesia berdasarkan agama


Kesadaran menggunakan kosmetik halal juga makin meningkat karena akses informasi tentang
aturan agama juga mudah. Banyak wanita muslim makin berhati-hati mengenai apa yang dia
gunakan, mulai dari pakaian hingga apa yang digunakan untuk kulitnya. Maka tidak heran jika
perkembangan bisnis kosmetik halal semakin baik di Indonesia. Selain itu, tren mengenai
penggunaan bahan-bahan yang alami dan aman dalam sebuah bisnis kosmetik akan terus
berkembang seiring dengan kampanye-kampanye yang dilakukan saat ini.

Sesungguhnya kosmetik yang halal tidak hanya diminati oleh mereka yang beragama Islam,
tetapi juga oleh sebagian besar wanita non muslim. Kosmetik yang mendapat sertifikasi halal
oleh Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) memiliki nilai lebih, tidak hanya dari proses
pembuatan tetapi juga proses pembuatannya. Perlu anda ketahui bahwa penggunaan kosmetik
halal saat ini sedang menjadi tren di kalangan wanita Indonesia. Mengapa? Berikut ini adalah
asalan-alasannya.

Ada fenomena menarik bahwa wanita muslim mulai beralih untuk menggunakan kosmetik halal.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya jenis kosmetik yang selama ini ada di pasaran kosmetik,
belum memiliki sertifikasi halal. Bagi wanita muslimah yang taat, kosmetik tidak hanya
digunakan karena memiliki khasiat yang efektif untuk kulit, tetapi juga memiliki komposisi
bahan yang sesuai dengan aturan agama Islam.

Jumlah penduduk muslim yang demikian besar menjadikan pangsa Indonesia sebagai pangsa
pasar yang empuk bagi supplier kosmetik halal. Aneka produk kecantikan yang dibranding
(dilabeli) halal, lebih mudah diterima konsumen muslim. Terutama, wanita yang taat pada ajaran
agama Islam. Oleh karena itu, kosmetik impor yg ada di pasaran perlu mendapat sertifikasi halal
dari LP POM MUI jika ingin dilabeli sebagai kosmetik halal. Dengan demikian, kosmetik halal
menjadi daya tarik sendiri di mata konsumen muslim di Indonesia.

Mengapa Harus Kosmetik Halal?


kosmetik harus halal
Rasa Aman dalam Menggunakan Kosmetik
Pemberian sertifikat halal pada suatu produk kosmetik sejatinya bertujuan untuk melindungi
konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal dan memberikan rasa aman dan nyaman
bagi konsumen untuk menggunakan suatu produk.

Karena tidak ada keraguan lagi bahwa produk tersebut terindikasi dari hal-hal yang diharamkan
sesuai Syariat Islam.

Selain untuk memastikan segala proses pembuatan produk telah mengikuti Syariat Islam,
tahapan audit MUI untuk sertifikasi halal sebenarnya juga dilakukan untuk menjamin kelayakan
dan kualitas produk.
Sertifikat halal ini penting untuk memastikan tubuh tidak terkontaminasi bahan-bahan yang
diharamkan Islam, sekaligus menjadi penentu ibadah seorang muslim diterima oleh Allah SWT.

Bagi produsen, sertifikasi halal merupakan wujud komitmen dan tanggung jawab perusahaan
untuk menyediakan produk yang berkualitas, aman, dan nyaman digunakan terutama bagi
konsumen muslim di Indonesia.

Formulasi yang Terjamin


Kosmetik yang memiliki sertifikasi halal bisa dikatakan sudah terjamin formulasinya, karena
telah melalui pengujian dari LPPOM MUI.

Selain itu, menurut perspektif islam, kosmetik halal sendiri adalah kosmetik yang tidak terbuat
dari bahan najis, bahan berbahaya, bersih dari kotoran, memberikan nilai kemurnian, kebaikan,
kesehatan, keamanan, kecantikan, dan memberi manfaat bagi umat baik secara spiritual maupun
materil.

Jadi, Anda dapat merasa aman dalam menggunakan produk kosmetik yang halal karena
formulasinya sudah pasti baik serta bebas dari segala bahan berbahaya.

Pertimbangan teologis Islam pun menginstruksikan setiap muslim untuk memilih konsumsi halal
dan thayyib (baik) dan menjauhi yang haram, untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Ramah Lingkungan
Selain digunakan oleh konsumen muslim, kosmetik bersertifikasi halal juga banyak diminati oleh
konsumen non-muslim.

Hal tersebut disebutkan pada sebuah penelitian dalam Journal of Marketing Management and
Consumer Behavior, bahwa Non-Muslim pun tertarik pada kosmetik berlabel halal karena
bahan-bahannya yang alami dan ramah lingkungan.
Kosmetik halal telah melalui serangkaian proses yang hati-hati dari masih bahan mentah hingga
produk sampai di tangan pelanggan.

Sertifikasi halal dan sertifikasi bahan meningkatkan standar etika, dan mereka terhubung dengan
konsep tanggung jawab sosial dan gagasan saling ketergantungan dan keberlanjutan, yang
mencakup lingkungan, komunitas, ekonomi dan manajemen bisnis dan praktik manufaktur.

Kosmetik halal disebutkan lebih ramah lingkungan, organik dan hijau, dengan pendekatan non-
eksploitasi dan kemanusiaan.

Merek kosmetik yang benar-benar mengikuti persyaratan halal secara langsung juga melawan
kekejaman pada binatang dan pencemaran lingkungan.

Terbukti bahwa produk halal lebih alami dan ramah lingkungan, tidak hanya memenuhi
persyaratan agama tetapi juga menyelamatkan alam semesta secara keseluruhan.

Tidak Membahayakan Hewan (Animal Cruelty Free)


maklon kosmetik bogor
Pernahkah Anda mendengar istilah animal cruelty free? Sesuai namanya, animal cruelty free
merupakan prosedur pembuatan produk kosmetik yang tidak menggunakan hewan sebagai bahan
percobaan.

Seperti yang disebutkan di atas, ketentuan sertifikasi kosmetik halal tak hanya berdasarkan pada
bahan yang digunakan saja. Namun juga termasuk proses pembuatan produk, proses
pengendalian kualitas, peralatan, gedung, dan personel yang terlibat.

Dalam islam, segala bentuk penyiksaan terhadap hewan diharamkan. Maka, kosmetik halal bisa
dikatakan merupakan kosmetik yang juga berlabel animal cruelty free, yaitu bebas dari tindakan
kekerasan terhadap hewan.
Nah, itulah beberapa alasan mengapa Anda harus memilih kosmetik halal. ADEV sebagai
perusahaan jasa maklon kosmetik halal bisa membantu Anda untuk membuat beragam produk
kosmetik yang legal serta halal.

Seluruh bahan baku, bahan tambahan, proses produksi, dan pengendalian kualitas di pabrik
maklon kosmetik ADEV telah memenuhi standar halal yang ditetapkan.

Anda juga tak perlu khawatir soal pengurusan sertifikasi halal untuk produk kosmetik, karena
ADEV akan membantu segala prosesnya hingga produk siap untuk dijual.

Bagaimana? Tertarik untuk memulai maklon kosmetik dan membangun brand kosmetik halal
dengan brand Anda sendiri? Yuk, hubungi ADEV sekarang juga!

Untuk lebih meyakinkan Anda tentang status halal haram produk kosmetik, LP POM Halal MUI
telah membuat daftar produk kosmetik halal.

Parapuan.co – Kawan Puan, kosmetik menjadi salah satu barang yang tidak lepas dari keseharian
perempuan. Mulai dari makeup, skincare, hingga body care, ada berbagai produk kosmetik yang
tiap harinya digunakan perempuan. Dalam memilih kosmetik, penting untuk Kawan Puan
memperhatikan logo halal yang ada pada kemasannya. Pasalnya, kosmetik yang memiliki logo
halal di kemasannya berarti sudah mengantongi sertifikat halal dari MUI. Termasuk benda
nonpangan, mengapa kosmetik perlu halal dan mengantongi sertifikat halal dari MUI?
Pentingnya kosmetik perlu kantongi sertifikat halal Kawan Puan, meskipun tidak dikonsumsi
atau nonpangan, produk kosmetik akan menempel langsung pada kulit kita. Selain itu,
kandungan produk kosmetik juga akan menyerap ke dalam pori-pori kulit jika rutin digunakan.
Mengenai pentingnya kosmetik perlu mengantongi sertifikat halal ini juga disampaikan oleh Ir.
Muti Arintawati M.Si., Wakil Direktur LPPOM MUI. Baca Juga: 5 Tips Memilih Kosmetik
Halal Menurut MUI, Salah Satunya Cek Komposisi “Kosmetik digunakan sehari-hari, sehingga
menempel di kulit dan akan terbawa saat melakukan ibadah salat. Ketika salat, seseorang harus
terbebas dari najis.” “Sekarang, bagaimana ceritanya kalau di kulit kita menempel kosmetik yang
mengandung najis? Artinya, salat menjadi tidak sah karena ada najis menempel di tubuh,”
ungkap Muti Arintawati seperti yang dikutip dari laman LPPOM MUI. Kosmetik halal diatur
dalam Undang-Undang Selain menjaga tubuh dari najis, ternyata kosmetik halal juga diatur
dalam Undang-Undang lo, Kawan Puan, tepatnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Lebih lanjut, kewajiban kosmetik harus mengantongi
sertifikat halal ini berlaku mulai 17 Oktober 2021. “Berdasarkan UU JPH, produk kosmetik
termasuk dalam produk yang wajib disertifikasi halal,” ungkap Mulyorini R Hilwan, selaku
Advisor Pelayanan Audit Halal LPPOM MUI, dikutip dari laman Halal MUI. Ia juga
mengungkapkan bahwa ada lima alasan kosmetik perlu disertifikasi halal. Alasan pertama yaitu
memenuhi konsumen Muslim, keunggulan kompetitif, memenuhi peraturan pemerintah,
beberapa bahan kosmetik kritis dari segi kehalalannya, serta beberapa kosmetik tahan air atau
waterproof. Baca Juga: Editor's Pick : Rekomendasi Produk Kecantikan Lokal yang Telah
Disertifikasi Halal MUI Selain UU No.33 tahun 2014, ada juga peraturan pemerintah yang
mewajibkan produk kosmetik perlu mengantongi sertifikat halal. Pada Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal,
menyatakan bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib
bersertifikat halal, kecuali produk yang berasal dari bahan yang diharamkan. Meskipun kosmetik
harus mengantongi sertifikat halal, masih ada berbagai brand kosmetik yang beredar tetapi belum
memenuhi syarat ini, Kawan Puan. Masih dikutip dari laman LPPOM MUI, masih ada banyak
produk kosmetik luar yang belum mendapatkan sertifikat halal dari MUI. Kawan Puan, itulah
alasan pentingnya setiap produk kosmetik harus mengantongi sertifikat halal dari MUI. Demi
keamanan dan kesehatan kulitmu, yuk pakai produk kosmetik yang sudah halal dan mengantongi
sertifikat halal dari MUI! (*)

Apakah Barang yang Tidak Ada Sertifikat Halal itu Haram?


Kini umat Muslim semakin selektif dalam memilih produk yang dijual di pasaran. Beberapa
produsen juga mulai mengubah kebiasaan mereka untuk mencantumkan label maupun sertifikat
halal pada kemasan atau lapak dagangan. Akan tetapi apakah produk tanpa label MUI itu halal?

Halal adalah pengakuan suatu produk yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggar jaminan
Produk Halal atau fatwa halal yang dikeluarkan oleh MUI. Mendapatkan label halal dari MUI
bukan perkara yang mudah, apalagi UMKM yang berkembang di Indonesia semakin banyak.
Artinya ada banyak antrian produk dan merk yang belum mendapat sertifikasi yang sah.

Bagi sebagian kalangan halal hanyalah sekedar jaminan bahwa produk itu dibuat dengan proses
yang aman. Tetapi bagi umat Muslim pentingnya produk mendapat pengakuan halal, adalah
proses yang perlu dijunjung tinggi agar tidak ada pihak yang dirugikan atas pembelian barang
yang mereka pakai.

Ada produsen yang secara terang-terangan memberi informasi komposisi bahan makanan, ada
pula yang tidak memberi informasi secara jelas dan gamblang. Sesungguhnya jika hal itu
berurusan dengan urusan duniawi (non-ibadah), boleh dilakukan. Jika Anda berpakaian tanpa
label halal, sebenarnya juga sah-sah saja. Selama Anda sadar dan tahu bahan kandungan yang
tertera di dalamnya. Jika Anda sadar bahwa pakaian itu mengandung sutera/ benda haram/ proses
yang haram mungkin benda tersebut tidak halal di mata agama.

Apakah Setiap Kemasan Makanan Harus Mencantumkan Sertifikat Halal?


sertifikat halal MUI

Jika yang menjual adalah umat muslim, maka segala bahan bakunya halal untuk Anda konsumsi,
meski tanpa label halal.

‫ ِإنَّ َق ْومًا َيْأ ُتو َن َنا ِباللَّحْ ِم الَ َن ْد ِرى‬، ِ ‫َعنْ عَاِئ َش َة – رضى هللا عنها – َأنَّ َق ْومًا َقالُوا َيا َرسُو َل هَّللا‬

ُ‫َأ َذ َكرُوا اسْ َم هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َأ ْم الَ َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َسمُّوا هَّللا َ َعلَ ْي ِه َو ُكلُوه‬

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ada suatu kaum yang berkata, “Wahai Rasulullah, ada suatu
kaum membawa daging kepada kami dan kami tidak tahu apakah daging tersebut saat disembelih
dibacakan bismillah ataukah tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab,
“Ucapkanlah bismillah lalu makanlah.” (HR. Bukhari, no. 2057).
Segala hal yang dibelanjakan di pasar kamu Muslim, asalnya halal. Sama seperti hasil
sembelihan mereka karena setiap Muslim yang baik pasti menyembelih hewan dengan uapan
‘bismilah’.

Seberapa Perlu Sertifikat Halal MUI?


sertifikat halal

MUI adalah satu-satunya lembaga di Indonesia yang mempunyai wewenang atas sertifikasi Halal
suatu produk. Barang-barang tersebut adalah makanan, kosmetik, obat-obatan, dll. Tujuannya
agar setiap konsumen yang ada di Indonesia tidak was-was akan barang yang mereka konsumsi.
Adanya sertifikasi MUI juga membuat para pengusaha selektif akan proses produksi barang/ jasa
yang mereka berikan kepada orang-orang.

Sebagian besar penduduk Indonesia adalah penganut Islam yang artinya mereka berhak tahu
tentang barang yang mereka konsumsi. Di Indonesia, agama tidak hanya Islam. Artinya ada
keterlibatan umat lain dalam memproduksi barang/ benda yang mungkin akan mereka pakai
dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya tidak salah jika umat non-muslim memiliki usaha, akan
tetapi paling tidak prosesnya aman untuk digunakan oleh umat Muslim. Dengan adanya label
halal ini, paling tidak penting bagi konsumen.

Seberapa perlu sertifikasi halal MUI? Sebenarnya kembali lagi ke diri masing-masing. Hanya
saja label halal juga merupakan wujud kepedulian dan tanggungjawab pengusaha kepada
khalayak bahwa produk mereka pantas untuk dikonsumsi. Meski barang yang Anda produksi
lolos uji BPOM, akan tetapi akan sangat bernilai jika segala prosesnya terbukti halal.
Wallahu’alam

Anda mungkin juga menyukai