1[1]
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987),
hlm. 43.
2[2]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, hlm. 283.
3[3]
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), cet. IX, hlm. 7-8.
4[4]
Ibid., hlm. 7.
tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama
dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh
individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh
guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam
satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru
dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.5[5]
Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa
interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak
mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan
membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-
citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan
negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai
hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar
mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing. 6[6]
Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru
dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah
suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak
didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan. 7[7] Sedangkan
menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik
antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya
hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). 8[8] Di mana interaksi itu harus
diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya
perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
5[5]
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), cet. III, hlm. 8.
6[6]
Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al-
Ikhlas, 1994), cet.1, hlm. 66.
7[7]
Zahara Idris, loc. cit.
8[8]
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1993), cet. 1, hlm. 9-10.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar
mengajar yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak
didik guna mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Komponen-komponen dalam Interaksi Belajar Mengajar
Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-
komponen itu misalnya tujuan, bahan, metode dan alat. Untuk mencapai tujuan
instruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespon dan
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah
mendesain dari masing-masing komponen agar tercipta PBM yang optimal. Guru
selanjutnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengenai komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi belajar mengajar.
Tujuan dapat memberikan arah yang jelas ke mana kegiatan pembelajaran akan
dibawa oleh guru. Tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh guru akan
mempengaruhi jenis metode yang digunakan, sarana prasarana dan lingkungan
belajar mengajarnya.9[9]
b. Bahan pembelajaran
Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik, oleh karena itu
guru harus mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan
disampaikan pada anak didik. Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan disesuaikan
dengan bahan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang
ditetapkan.10[10]
c. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna
kepentingan pengajaran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi metode
mengajar, yaitu tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan
9[9]
Ibid., hlm. 15.
10[10]
Soetomo, loc. cit.
berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas
dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta pribadi guru dengan kemampuan
profesionalnya yang berbeda-beda.
Adapun metode-metode dalam proses belajar mengajar antara lain: metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan metode demonstrasi. 11[11]
d. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar biasanya dipergunakan
alat material dan non material.
Agar alat-alat tersebut mencapai tujuan, maka: Pertama harus dikenal dahulu
alat-alat itu sebaik-baiknya, mengerti fungsinya dan apa yang dapat kita capai
dengan alat itu. Kedua, harus jelas tujuan yang dikehendaki melalui alat tersebut.
Ketiga, harus terampil dalam penggunaannya. Keempat, harus sanggup
memelihara/memanfaatkan alat-alat yang ada.12[12]
e. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat
instrumen penggali data tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. Oleh karenanya
menurut Edwin Wars dan W. Brown, bahwa evaluation refer to the act for process to
determining the value of something. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan
data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan
yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas atau pengalaman yang di
dapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.13[13]
Dengan demikian jika komponen-komponen itu direncanakan dan
dipersiapkan dengan matang, maka akan mengurangi hambatan-hambatan yang
14[14]
Nana Sudjana, op. cit., hlm. 10.
15[15]
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 13-14.