Anda di halaman 1dari 145

TABEL PERSANDINGAN MUATAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON TENGAH TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN LABUNGKARI

RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON


TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

BUPATI BUTON TENGAH BUPATI BUTON TENGAH


PROVINSI SULAWESI TENGGARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

RANCANGAN RANCANGAN
PERATURAN BUPATI BUTON TENGAH PERATURAN BUPATI BUTON TENGAH
NOMOR .... TAHUN 2022 NOMOR .... TAHUN 2022
TENTANG TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN
KEMENDAGRI:
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
- Perlu mencantumkan Tidak diakomodir
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
tahun perencanaan karena sudah
tercantum dalam
BUPATI BUTON TENGAH, BUPATI BUTON TENGAH,
batang tubuh bahwa
jangka waktu 20 tahun
berlaku sejak tanggal
ditetapkan
Menimbang: Menimbang: SETKAB:
a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
17 angka 7 dan angka 10 Undang-Undang 17 angka 7 dan angka 10 Undang-Undang Rumusan konsideran Tidak diakomodir
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, menimbang agar karena pencantuman
perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Perkotaan Labungkari; Perkotaan Labungkari; disesuaikan sehingga pasal 55 ayat (5) PP
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal menjadi satu paragraf, Nomor 21 Tahun 2021
54 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 54 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 sebagai berikut: merujuk pada RDTR
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
“bahwa untuk yang berada di lintas
Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang melaksanakan ketentuan kabupaten/kota
Kawasan Perkotaan Labungkari; Kawasan Perkotaan Labungkari; Pasal 55 ayat (5) Peraturan
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Pemerintah Nomor 21
35 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah Nomor 6 ayat (2) huruf a dan ayat (5) Peraturan Daerah Tahun 2021 tentang
Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Nomor 6 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Penyelenggaraan Penataan
Wilayah Kabupaten Buton Tengah Tahun Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah Ruang dan Pasal 35 ayat (2)
2020-2040, perlu menetapkan Peraturan Tahun 2020-2040, perlu menetapkan
huruf a Peraturan Daerah
Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Peraturan Bupati tentang Rencana Detail Tata
Kawasan Perkotaan Labungkari; Ruang Kawasan Perkotaan Labungkari; Kabupaten Buton Tengah
d. bahwa berdasarkan pertimbangan d. bahwa berdasarkan pertimbangan Nomor 6 Tahun 2020
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf tentang Rencana Tata
b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Ruang Wilayah Kabupaten
Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Buton Tengah Tahun 2020-
Kawasan Perkotaan Labungkari; Kawasan Perkotaan Labungkari; 2040, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang
Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan
Labungkari.”

HKO DJTR:

Jika diamanatkan langsung


di RTRW nya, maka
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
rumusan konsideran
menimbang cukup Sudah diakomodir
mengacu ke Pasal Perda
RTRW nya saja.
Mengingat: Mengingat: KEMENDAGRI:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Perlu menambahkan Tidak diakomodir
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 peraturan yang berkaitan karena berdasarkan
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara langsung dengan substansi
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, kesepakatan dengan
yang diatur sesuai dengan Pemda dan masukan
Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725), sebagaimana telah Indonesia Nomor 4725), sebagaimana telah amanat Undang-Undang tertulis HKO DJTR
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Nomor 26 Tahun 2007, bahwa pencantuman
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran bahwa penataan ruang Permen ATR/KBPN No.
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor bersifat hirarkis- 13 Tahun 2021 dan
245, Tambahan Lembaran Negara Republik 245, Tambahan Lembaran Negara Republik komplementaris yaitu: Permen ATR/KBPN
Indonesia Nomor 6573); Indonesia Nomor 6573);
- Peraturan Menteri Agraria pada konsideran
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
dan Tata Ruang/Kepala mengingat bersifat
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Badan Pertanahan
Undangan (Lembaran Negara Republik Undangan (Lembaran Negara Republik opsional.
Nasional Nomor 13 Tahun
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
2021
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
- Peraturan Menteri Agraria
5234), sebagaimana telah beberapa kali 5234), sebagaimana telah beberapa kali
dan Tata Ruang/Kepala
diubah, terakhir dengan Undang-Undang diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Badan Pertanahan
Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan
Nasional Nomor 15 Tahun
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2021 tentang Koordinasi
2011 tentang Pembentukan Peraturan 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Penyelenggaraan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Penataan Ruang (Berita
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143,
Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Indonesia Nomor 6801); Indonesia Nomor 6801); Nomor 327).
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014
tentang Pembentukan Kabupaten Buton tentang Pembentukan Kabupaten Buton SETKAB:
Tengah di Provinsi Sulawesi Tenggara Tengah di Provinsi Sulawesi Tenggara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara 2014 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Pasal 18 ayat (6) UUD 1945
Republik Indonesia Nomor 5562); Republik Indonesia Nomor 5562); dan Undang-Undang
Tidak diakomodir
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Nomor 12 Tahun 2011 agar
karena perkada
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran dihapus saja dari dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor menjalankan dan
hukum mengingat
244, Tambahan Lembaran Negara Republik 244, Tambahan Lembaran Negara Republik membantu otonomi
Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah daerah
beberapa kali diubah, terakhir dengan beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6757); Indonesia Nomor 6757);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573); Indonesia Nomor 6573);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833); Republik Indonesia Nomor 4833);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 8. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6617); 6617);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6633); Republik Indonesia Nomor 6633);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2018 tentang Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2018 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
157); 157);
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata 11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, Dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota,
Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang (Berita Dan Rencana Detail Tata Ruang (Berita Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 329);
329); 12. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
12. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2034 (Lembaran Daerah Provinsi
Tahun 2014-2034 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Nomor 2,
Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Tenggara Nomor 2);
Sulawesi Tenggara Nomor 2); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Buton Tengah
13. Peraturan Daerah Kabupaten Buton Tengah Nomor 6 Tahun 2020 tentang Rencana Tata
Nomor 6 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah
Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2020-2040 (Lembaran Daerah
Tahun 2020-2040 (Lembaran Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2020 Nomor
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2020 Nomor 6);
6);
MEMUTUSKAN MEMUTUSKAN KEMENDAGRI:
Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN Diubah dan Tidak diakomodir
PERKOTAAN LABUNGKARI. PERKOTAAN LABUNGKARI. disempurnakan menjadi: karena mengacu pada
PERATURAN BUPATI lampiran UU 12 Tahun
BUTON TENGAH TENTANG 2011 sesuai frasa
RENCANA DETAIL TATA diktum menetapkan
RUANG KAWASAN tidak perlu
PERKOTAAN LABUNGKARI mencantumkan nama
kabupaten/kota
BAB I BAB I
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud
dengan: dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Buton Tengah. 1. Daerah adalah Kabupaten Buton Tengah.
2. Bupati adalah Bupati Buton Tengah. 2. Bupati adalah Bupati Buton Tengah.
3. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik 3. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah 4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom. daerah otonom.
5. Orang adalah orang perseorangan dan/atau 5. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
korporasi. korporasi.
6. Masyarakat adalah orang perseorangan, 6. Masyarakat adalah orang perseorangan,
kelompok orang termasuk masyarakat kelompok orang termasuk masyarakat hukum
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaran penataan ruang. penyelenggaran penataan ruang.
7. Forum Penataan Ruang adalah wadah di 7. Forum Penataan Ruang adalah wadah di
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
tingkat pusat dan daerah yang bertugas tingkat pusat dan daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Pusat dan untuk membantu Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan memberikan Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam penyelenggaraan pertimbangan dalam penyelenggaraan
penataan ruang. penataan ruang.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang 8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. kelangsungan hidupnya.
9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan 9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan
pola ruang. pola ruang.
10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat 10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatansosial ekonomi pendukung kegiatansosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional. hubungan fungsional.
11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan 11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
12. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses 12. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. dan pengendalian pemanfaatan ruang.
13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses 13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
untuk menentukan struktur ruang dan pola untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang. penetapan rencana tata ruang.
14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk 14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya. beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah 15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
16. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang 16. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang selanjutnya disingkat KKPR adalah yang selanjutnya disingkat KKPR adalah
kesesuaian antara rencana kegiatan kesesuaian antara rencana kegiatan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang. ruang.
17. Rencana Tata Ruang adalah hasil 17. Rencana Tata Ruang adalah hasil
perencanaan tata ruang. perencanaan tata ruang.
18. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya 18. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya
disingkat RDTR adalah rencana secara disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi. zonasi.
19. Wilayah Perencanaan yang selanjutnya 19. Wilayah Perencanaan yang selanjutnya
disingkat WP adalah bagian dari Kabupaten disingkat WP adalah bagian dari Kabupaten
Buton Tengah dan/atau kawasan strategis Buton Tengah dan/atau kawasan strategis
Kabupaten Buton Tengah yang akan atau Kabupaten Buton Tengah yang akan atau
perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten
Buton Tengah. Buton Tengah.
20. Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya 20. Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya
disingkat SWP adalah bagian dari WP yang disingkat SWP adalah bagian dari WP yang
dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri atas dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri atas
beberapa blok. beberapa blok.
21. Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan yang 21. Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan yang
selanjutnya disingkat PPK adalah pusat selanjutnya disingkat PPK adalah pusat
pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah administrasi yang melayani seluruh wilayah
WP dan/atau regional yang digambarkan WP dan/atau regional yang digambarkan
pada peta sebagai Pusat Pelayanan pada peta sebagai Pusat Pelayanan
Kota/Kawasan Perkotaan. Kota/Kawasan Perkotaan.
22. Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan 22. Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat SPPK adalah yang selanjutnya disingkat SPPK adalah pusat
pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani SWP yang administrasi yang melayani SWP yang
digambarkan pada peta sebagai Sub Pusat digambarkan pada peta sebagai Sub Pusat
Pelayanan Kota/KawasanPerkotaan. Pelayanan Kota/KawasanPerkotaan.
23. Pusat Pelayanan Lingkungan yang 23. Pusat Pelayanan Lingkungan yang
selanjutnya disingkat PPL adalah pusat selanjutnya disingkat PPL adalah pusat
pelayanan ekonomi, sosial dan/atau pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman. administrasi lingkungan permukiman.
24. Pusat Lingkungan Kecamatan adalah pusat 24. Pusat Lingkungan Kecamatan adalah pusat
pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi pada lingkungan permukiman administrasi pada lingkungan permukiman
kecamatan. kecamatan.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
25. Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa adalah 25. Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa adalah
pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman administrasi lingkungan permukiman
kelurahan/desa. kelurahan/desa.
26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi 26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi
sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan,
saluran irigasi, saluran udara tegangan saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra
ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata
nyata seperti rencana jaringan jalan dan seperti rencana jaringan jalan dan rencana
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai
sesuai dengan rencana kota. dengan rencana kota.
27. Zona adalah kawasan atau area yang 27. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki
memiliki fungsi dan karakteristik spesifik. fungsi dan karakteristik spesifik.
28. Sub-Zona adalah suatu bagian dari zona yang 28. Sub-Zona adalah suatu bagian dari zona yang
memiliki fungsi dan karakteristik tertentu memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan. karakteristik pada zona yang bersangkutan.
29. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan 29. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam, sumber daya buatan dan nilai daya alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. kepentingan pembangunan berkelanjutan.
30. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan 30. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
alam, sumber daya manusia dan sumber alam, sumber daya manusia dan sumber daya
daya buatan. buatan.
31. Zona Perlindungan Setempat adalah daerah 31. Zona Perlindungan Setempat adalah daerah
yang diperuntukkan bagi kegiatan yang diperuntukkan bagi kegiatan
pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dalam tata kehidupan nilai-nilai luhur dalam tata kehidupan
masyarakat untuk melindungi dan mengelola masyarakat untuk melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari, serta dapat lingkungan hidup secara lestari, serta dapat
menjaga kelestarian jumlah, kualitas menjaga kelestarian jumlah, kualitas
penyediaan tata air, kelancaran, ketertiban penyediaan tata air, kelancaran, ketertiban
pengaturan, dan pemanfaatan air dari pengaturan, dan pemanfaatan air dari
sumber-sumber air. sumber-sumber air.
32. Zona Ruang Terbuka Hijau adalah area yang 32. Zona Ruang Terbuka Hijau adalah area yang
memanjang/jalur dan/atau mengelompok memanjang/jalur dan/atau mengelompok
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam, dengan mempertimbangkan aspek ditanam, dengan mempertimbangkan aspek
fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial
budaya, dan estetika. budaya, dan estetika.
33. Sub-Zona Rimba Kota adalah suatu 33. Sub-Zona Rimba Kota adalah suatu
hamparan lahan yang bertumbuhan pohon- hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-
pohon yang kompak dan rapat di dalam pohon yang kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan baik pada tanah negara wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
rimba kota oleh pejabat yang berwenang. rimba kota oleh pejabat yang berwenang.
34. Sub-Zona Taman Kota adalah lahan terbuka 34. Sub-Zona Taman Kota adalah lahan terbuka
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
yang yang berfungsi sosial dan estetik sebagai yang yang berfungsi sosial dan estetik sebagai
sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau
kegiatan lain yang ditujukan untuk melayani kegiatan lain yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kota atau bagian wilayah penduduk satu kota atau bagian wilayah
kota. kota.
35. Sub-Zona Taman Kecamatan adalah taman 35. Sub-Zona Taman Kecamatan adalah taman
yang ditujukan untuk melayani penduduk yang ditujukan untuk melayani penduduk
satu kecamatan. satu kecamatan.
36. Sub-Zona Taman Kelurahan adalah taman 36. Sub-Zona Taman Kelurahan adalah taman
yang ditujukan untuk melayani penduduk yang ditujukan untuk melayani penduduk
satu kelurahan. satu kelurahan.
37. Sub-Zona Taman RW adalah taman yang 37. Sub-Zona Taman RW adalah taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu ditujukan untuk melayani penduduk satu
RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan
olahraga masyarakat, serta kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan
masyarakat lainnya di lingkungan RW masyarakat lainnya di lingkungan RW
tersebut. tersebut.
38. Sub-Zona Pemakaman adalah penyediaan 38. Sub-Zona Pemakaman adalah penyediaan
ruang terbuka hijau yang berfungsi utama ruang terbuka hijau yang berfungsi utama
sebagai tempat penguburan jenazah. Selain sebagai tempat penguburan jenazah. Selain
itu juga dapat berfungsi sebagai daerah itu juga dapat berfungsi sebagai daerah
resapan air, tempat pertumbuhan berbagai resapan air, tempat pertumbuhan berbagai
jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta
tempat hidup burung serta fungsi sosial tempat hidup burung serta fungsi sosial
masyarakat di sekitar seperti beristirahat dan masyarakat di sekitar seperti beristirahat dan
sebagai sumber pendapatan. sebagai sumber pendapatan.
39. Sub-Zona Jalur Hijau adalah jalur 39. Sub-Zona Jalur Hijau adalah jalur
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
penempatan tanaman serta elemen lansekap penempatan tanaman serta elemen lansekap
lainnya yang terletak di dalam ruang milik lainnya yang terletak di dalam ruang milik
jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang
pengawasan jalan (RUWASJA), Sering disebut pengawasan jalan (RUWASJA), Sering disebut
jalur hijau karena dominasi elemen jalur hijau karena dominasi elemen
lansekapnya adalah tanaman yang pada lansekapnya adalah tanaman yang pada
umumnya berwarna hijau. umumnya berwarna hijau.
40. Zona Ekosistem Mangrove adalah peruntukan 40. Zona Ekosistem Mangrove adalah peruntukan
ruang yang merupakan kesatuan antara ruang yang merupakan kesatuan antara
komunitas vegetasi mangrove berasosiasi komunitas vegetasi mangrove berasosiasi
dengan fauna dan mikro organisme sehingga dengan fauna dan mikro organisme sehingga
dapat tumbuh dan berkembang pada daerah dapat tumbuh dan berkembang pada daerah
sepanjang pantai terutama di daerah pasang sepanjang pantai terutama di daerah pasang
surut, laguna, muara sungai yang terlindung surut, laguna, muara sungai yang terlindung
dengan substrat lumpur atau lumpur dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir
berpasir dalam membentuk keseimbangan dalam membentuk keseimbangan lingkungan
lingkungan hidup yang berkelanjutan. hidup yang berkelanjutan.
41. Zona Pertanian adalah peruntukan ruang 41. Zona Badan Air adalah Air permukaan bumi
yang dikembangkan untuk menampung yang berupa sungai, danau, embung, waduk,
kegiatan yang berhubungan dengan dan sebagainya.
pengusahaan mengusahakan tanaman 42. Zona Pertanian adalah peruntukan ruang
tertentu, pemberian makanan, yang dikembangkan untuk menampung
pengkandangan, dan pemeliharaan hewan kegiatan yang berhubungan dengan
untuk pribadi atau tujuan komersial. pengusahaan mengusahakan tanaman
42. Sub-Zona Perkebunan adalah peruntukan tertentu, pemberian makanan,
ruang yang memiliki potensi untuk pengkandangan, dan pemeliharaan hewan
dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada untuk pribadi atau tujuan komersial.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
lahan basah dan atau lahan kering untuk 43. Sub-Zona Perkebunan adalah peruntukan
komoditas perkebunan. ruang yang memiliki potensi untuk
43. Zona Kawasan Peruntukan Industri adalah dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada
bentangan lahan yang diperuntukkan bagi lahan basah dan atau lahan kering untuk
kegiatan Industri berdasarkan rencana tata komoditas perkebunan.
ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan 44. Zona Kawasan Peruntukan Industri adalah
ketentuan peraturan perundang-undangan. bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
44. Zona Pariwisata adalah peruntukan ruang kegiatan Industri berdasarkan rencana tata
yang memiliki fungsi utama pariwisata atau ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan
memiliki potensi untuk pengembangan ketentuan peraturan perundang-undangan.
pariwisata baik alam, buatan, maupun 45. Zona Pariwisata adalah peruntukan ruang
budaya. yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
45. Zona Perumahan adalah peruntukan ruang memiliki potensi untuk pengembangan
yang merupakan bagian dari kawasan budi pariwisata baik alam, buatan, maupun
daya difungsikan untuk tempat tinggal atau budaya.
hunian. 46. Zona Perumahan adalah peruntukan ruang
46. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi yang merupakan bagian dari kawasan budi
adalah peruntukan ruang yang difungsikan daya difungsikan untuk tempat tinggal atau
untuk tempat tinggal atau hunian dengan hunian.
perbandingan yang besar antara jumlah 47. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
bangunan rumah dengan luas lahan. adalah peruntukan ruang yang difungsikan
47. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang untuk tempat tinggal atau hunian dengan
adalah peruntukan ruang yang difungsikan perbandingan yang besar antara jumlah
untuk tempat tinggal atau hunian dengan bangunan rumah dengan luas lahan.
perbandingan yang hampir seimbang antara 48. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang
jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. adalah peruntukan ruang yang difungsikan
48. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah untuk tempat tinggal atau hunian dengan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
adalah peruntukan ruang yang difungsikan perbandingan yang hampir seimbang antara
untuk tempat tinggal atau hunian dengan jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
perbandingan yang kecil antara jumlah 49. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah
bangunan rumah dengan luas lahan. adalah peruntukan ruang yang difungsikan
49. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat untuk tempat tinggal atau hunian dengan
Rendah adalah peruntukan ruang yang perbandingan yang kecil antara jumlah
difungsikan untuk tempat tinggal atau bangunan rumah dengan luas lahan.
hunian dengan perbandingan yang sangat 50. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat
kecil antara jumlah bangunan rumah dengan Rendah adalah peruntukan ruang yang
luas lahan. difungsikan untuk tempat tinggal atau
50. Zona Sarana Pelayanan Umum adalah hunian dengan perbandingan yang sangat
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk kecil antara jumlah bangunan rumah dengan
menampung fungsi kegiatan yang berupa luas lahan.
pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial 51. Zona Sarana Pelayanan Umum adalah
budaya, olahraga dan rekreasi, dengan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
fasilitasnya yang dikembangkan dalam menampung fungsi kegiatan yang berupa
bentuk tunggal/renggang, deret/rapat. pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial
51. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala budaya, olahraga dan rekreasi, dengan
Kota adalah peruntukan ruang yang fasilitasnya yang dikembangkan dalam
dikembangkan untuk melayani penduduk bentuk tunggal/renggang, deret/rapat.
skala kota. 52. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
52. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota adalah peruntukan ruang yang
Kecamatan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani penduduk
dikembangkan untuk melayani peduduk skala kota.
skala kecamatan. 53. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
53. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan adalah peruntukan ruang yang
Kelurahan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani peduduk
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dikembangkan untuk melayani penduduk skala kecamatan.
skala kelurahan. 54. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
54. Zona Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang Kelurahan adalah peruntukan ruang yang
terbuka di bagian wilayah perkotaan yang dikembangkan untuk melayani penduduk
tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa skala kelurahan.
lahan yang diperkeras. 55. Zona Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang
55. Zona Perdagangan dan Jasa adalah zona terbuka di bagian wilayah perkotaan yang
yang difungsikan untuk usaha komersial, tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa
tempat bekerja serta hiburan dan rekreasi lahan yang diperkeras.
serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. 56. Zona Perdagangan dan Jasa adalah zona yang
56. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota difungsikan untuk usaha komersial, tempat
adalah peruntukan ruang difungsikan untuk bekerja serta hiburan dan rekreasi serta
pengembangan kelompok kegiatan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, 57. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota
tempat berusaha, tempat hiburan dan adalah peruntukan ruang difungsikan untuk
rekreasi dengan skala pelayanan kota. pengembangan kelompok kegiatan
57. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja,
adalah peruntukan ruang yang difungsikan tempat berusaha, tempat hiburan dan
untuk pengembangan kelompok kegiatan rekreasi dengan skala pelayanan kota.
perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, 58. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP
tempat berusaha, tempat hiburan dan adalah peruntukan ruang yang difungsikan
rekreasi dengan skala pelayanan WP. untuk pengembangan kelompok kegiatan
58. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja,
adalah peruntukan ruang yang difungsikan tempat berusaha, tempat hiburan dan
untuk pengembangan kelompok kegiatan rekreasi dengan skala pelayanan WP.
perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, 59. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP
tempat berusaha, tempat hiburan dan adalah peruntukan ruang yang difungsikan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
rekreasi dengan skala pelayanan SWP. untuk pengembangan kelompok kegiatan
59. Zona Perkantoran adalah peruntukan ruang perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja,
yang difungsikan untuk pengembangan tempat berusaha, tempat hiburan dan
kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat rekreasi dengan skala pelayanan SWP.
bekerja/berusaha, tempat berusaha, 60. Zona Perkantoran adalah peruntukan ruang
dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial yang difungsikan untuk pengembangan
pendukungnya. kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
60. Zona Transportasi adalah peruntukan ruang bekerja/berusaha, tempat berusaha,
yang merupakan bagian dari peruntukan dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
budi daya yang dikembangkan untuk pendukungnya.
menampung fungsi transportasi skala 61. Zona Transportasi adalah peruntukan ruang
regional dalam upaya untuk mendukung yang merupakan bagian dari peruntukan budi
kebijakan pengembangan sistem transportasi daya yang dikembangkan untuk menampung
yang tertuang di dalam rencana tata ruang fungsi transportasi skala regional dalam
yang meliputi transportasi darat, udara, dan upaya untuk mendukung kebijakan
laut. pengembangan sistem transportasi yang
61. Zona Pertahanan dan Keamanan adalah tertuang di dalam rencana tata ruang yang
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk meliputi transportasi darat, udara, dan laut.
menjamin kegiatan dan pengembangan 62. Zona Pertahanan dan Keamanan adalah
bidang pertahanan dan keamanan seperti, peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
instalasi pertahanan keamanan, termasuk menjamin kegiatan dan pengembangan
tempat latihan, kodam, korem, koramil, dan bidang pertahanan dan keamanan seperti,
sebagainya. instalasi pertahanan keamanan, termasuk
62. Zona Peruntukan Lainnya adalah zona untuk tempat latihan, kodam, korem, koramil, dan
peruntukan tertentu yang dikembangkan sebagainya.
untuk menampung fungsi kegiatan di daerah 63. Zona Peruntukan Lainnya adalah zona untuk
tertentu. peruntukan tertentu yang dikembangkan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
63. Sub-Zona Instalasi Pengelolaan Air Limbah untuk menampung fungsi kegiatan di daerah
(IPAL) adalah peruntukan ruang yang tertentu.
memiliki fasilitas bangunan air yang 64. Sub-Zona Instalasi Pengolahan Air Limbah
berfungsi untuk mengolah limbah domestik (IPAL) adalah peruntukan ruang yang
atau limbah industri, dan sebagainya. memiliki fasilitas bangunan air yang berfungsi
64. Sub-Zona Pergudangan adalah peruntukan untuk mengolah limbah domestik atau limbah
ruang untuk melakukan proses industri, dan sebagainya.
penyimpanan, pemeliharaan, dan 65. Sub-Zona Pergudangan adalah peruntukan
pemindahan barang. ruang untuk melakukan proses penyimpanan,
65. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang pemeliharaan, dan pemindahan barang.
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan 66. Holding Zone adalah zona yang belum
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan mendapatkan persetujuan substansi
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan perubahan fungsi dan peruntukan.
yang penetapan zonanya dalam rencana 67. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang
detail tata ruang. mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
66. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disingkat KDB adalah angka persentase disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
perbandingan antara luas seluruh lantai yang penetapan zonanya dalam rencana detail
dasar bangunan gedung dan luas tata ruang.
lahan/tanah perpetakan/daerah 68. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana disingkat KDB adalah angka persentase
tata ruang. perbandingan antara luas seluruh lantai
67. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya dasar bangunan gedung dan luas
disingkat KDH adalah angka persentase lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
perbandingan antara luas seluruh ruang yang dikuasai sesuai rencana tata ruang.
terbuka di luar bangunan gedung yang 69. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan disingkat KDH adalah angka persentase
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dan luas tanah perpetakan/daerah perbandingan antara luas seluruh ruang
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana terbuka di luar bangunan gedung yang
tata ruang. diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
68. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya dan luas tanah perpetakan/daerah
disingkat KLB adalah angka persentase perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
perbandingan antara luas seluruh lantai tata ruang.
bangunan gedung dan luas tanah 70. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya
perpetakan/daerah perencanaan yang disingkat KLB adalah angka persentase
dikuasai sesuai rencana tata ruang. perbandingan antara luas seluruh lantai
69. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya bangunan gedung dan luas tanah
disingkat GSB adalah garis yang mengatur perpetakan/daerah perencanaan yang
batasan lahan yang tidak boleh dilewati dikuasai sesuai rencana tata ruang.
dengan bangunan yang membatasi fisik 71. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya
bangunan ke arah depan, belakang, maupun disingkat GSB adalah garis yang mengatur
samping. batasan lahan yang tidak boleh dilewati
70. Ketinggian Bangunan yang selanjutnya dengan bangunan yang membatasi fisik
disingkat TB adalah angka maksimal jumlah bangunan ke arah depan, belakang, maupun
lantai bangunan gedung yang diperkenankan. samping.
71. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang 72. Ketinggian Bangunan yang selanjutnya
selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian disingkat TB adalah angka maksimal jumlah
mengenai dampak besar dan penting untuk lantai bangunan gedung yang diperkenankan.
pengambilan keputusan suatu usaha 73. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian
lingkungan hidup yang diperlukan bagi mengenai dampak besar dan penting untuk
proses pengambilan keputusan tentang pengambilan keputusan suatu usaha
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
72. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan lingkungan hidup yang diperlukan bagi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang proses pengambilan keputusan tentang
selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha 74. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang
penting terhadap lingkungan hidup yang selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah
diperlukan bagi proses pengambilan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
dan/atau kegiatan. penting terhadap lingkungan hidup yang
73. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan diperlukan bagi proses pengambilan
yang selanjutnya disingkat SPPL adalah keputusan tentang penyelenggaraan usaha
kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
dan/atau kegiatan untuk melakukan 75. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang selanjutnya disingkat SPPL adalah
hidup atas dampak lingkungan hidup dari kesanggupan dari penanggung jawab usaha
usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau pengelolaan dan pemantauan lingkungan
UKL-UPL. hidup atas dampak lingkungan hidup dari
usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau
UKL-UPL.

BAB II BAB II
RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu Bagian Kesatu


RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Ruang Lingkup Peraturan Bupati Ruang Lingkup Peraturan Bupati

Pasal 2 Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini, meliputi: Ruang lingkup Peraturan Bupati ini, meliputi:
a. tujuan penataan WP Kawasan Perkotaan a. tujuan penataan WP Kawasan Perkotaan
Labungkari; Labungkari;
b. rencana Struktur Ruang; b. rencana Struktur Ruang;
c. rencana Pola Ruang; c. rencana Pola Ruang;
d. ketentuan Pemanfaatan Ruang; d. ketentuan Pemanfaatan Ruang;
e. Peraturan Zonasi; dan e. Peraturan Zonasi; dan
f. kelembagaan. f. kelembagaan.
Bagian Kedua Bagian Kedua
Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan

Pasal 3 Pasal 3
(1) Delineasi WP Kawasan Perkotaan (1) Delineasi WP Kawasan Perkotaan
Labungkari ditetapkan sebagai WP I Labungkari ditetapkan sebagai WP I
berdasarkan aspek fungsional dengan luas berdasarkan aspek fungsional dengan luas
3.907,79 (tiga ribu sembilan ratus tujuh 3.907,79 (tiga ribu sembilan ratus tujuh
koma tujuh sembilan) hektare termasuk koma tujuh sembilan) hektare termasuk
ruang udara dan ruang dalam bumi. ruang udara dan ruang dalam bumi.
(2) Delineasi WP Kawasan Perkotaan (2) Delineasi WP Kawasan Perkotaan
Labungkari sebagaimana dimaksud pada Labungkari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri atas: ayat (1), terdiri atas:
a. sebagian wilayah Kecamatan Lakudo a. sebagian wilayah Kecamatan Lakudo
dengan luas 2.573,45 (dua ribu lima dengan luas 2.573,45 (dua ribu lima
ratus tujuh puluh tiga koma empat lima) ratus tujuh puluh tiga koma empat lima)
hektare, meliputi: hektare, meliputi:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
1. sebagian Kelurahan Lakudo dengan 1. sebagian Kelurahan Lakudo dengan
luas 319,22 (tiga ratus sembilan luas 319,22 (tiga ratus sembilan
belas koma dua dua) hektare; belas koma dua dua) hektare;
2. sebagian Kelurahan Gu Timur 2. sebagian Kelurahan Gu Timur
dengan luas 66,30 (enam puluh dengan luas 66,30 (enam puluh enam
enam koma tiga) hektare; koma tiga) hektare;
3. sebagian Desa Lolibu dengan luas 3. sebagian Desa Lolibu dengan luas
380,12 (tiga ratus delapan puluh 380,12 (tiga ratus delapan puluh
koma satu dua) hektare; koma satu dua) hektare;
4. sebagian Desa Mone dengan luas 4. sebagian Desa Mone dengan luas
123,69 (seratus dua puluh tiga koma 123,69 (seratus dua puluh tiga koma
enam sembilan) hektare; enam sembilan) hektare;
5. sebagian Desa Moko dengan luas 5. sebagian Desa Moko dengan luas
177,21 (seratus tujuh puluh tujuh 177,21 (seratus tujuh puluh tujuh
koma dua satu) hektare; koma dua satu) hektare;
6. sebagian Desa Wajo Gu dengan luas 6. sebagian Desa Wajogu dengan luas
413,99 (empat ratus tiga belas koma 413,99 (empat ratus tiga belas koma
Sembilan sembilan) hektare; Sembilan sembilan) hektare;
7. sebagian Desa Teluk Lasongko 7. sebagian Desa Teluk Lasongko
dengan luas 280,62 (dua ratus dengan luas 280,62 (dua ratus
delapan puluh koma enam dua) delapan puluh koma enam dua)
hektare; hektare; KEMENDAGRI:
8. sebagian Desa Wongko Lakudo 8. sebagian Desa Wongko Lakudo
dengan luas 176,40 (seratus tujuh dengan luas 176,40 (seratus tujuh Perlu menyesuaikan Sudah diakomodir
puluh enam koma empat) hektare; puluh enam koma empat) hektare; penulisan kode dan data
9. sebagian Desa Matawine dengan luas 9. sebagian Desa Matawine dengan luas wilayah administrasi:
573,67 (lima ratus tujuh puluh tiga 573,67 (lima ratus tujuh puluh tiga “Desa Wajo Gu” menjadi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
koma enam tujuh) hektare; dan koma enam tujuh) hektare; dan “Desa Wajogu”
10. sebagian Desa Nepa Mekar dengan 10. sebagian Desa Nepa Mekar dengan
luas 62,23 (enam puluh dua koma luas 62,23 (enam puluh dua koma
dua tiga) hektare. dua tiga) hektare.
b. sebagian wilayah Kecamatan Gu dengan b. sebagian wilayah Kecamatan Gu dengan
luas 1.334,34 (seribu tiga ratus tiga luas 1.334,34 (seribu tiga ratus tiga
puluh empat koma tiga empat) hektare, puluh empat koma tiga empat) hektare,
meliputi: meliputi:
1. sebagian Kelurahan Watulea dengan 1. sebagian Kelurahan Watulea dengan
luas 621,54 (enam ratus dua puluh luas 621,54 (enam ratus dua puluh
satu koma lima empat) hektare; satu koma lima empat) hektare;
2. sebagian Kelurahan Bombonawulu 2. sebagian Kelurahan Bombonawulu
dengan luas 215,86 (dua ratus lima dengan luas 215,86 (dua ratus lima
belas koma delapan enam) hektare; belas koma delapan enam) hektare;
3. sebagian Desa Walando dengan luas 3. sebagian Desa Walando dengan luas
338,20 (tiga ratus tiga puluh delapan 338,20 (tiga ratus tiga puluh delapan
koma dua) hektare; dan koma dua) hektare; dan
4. sebagian Desa Waliko dengan luas 4. sebagian Desa Waliko dengan luas
158,74 (seratus lima puluh delapan 158,74 (seratus lima puluh delapan
koma tujuh empat) hektare. koma tujuh empat) hektare.
(3) Delineasi Kawasan Perkotaan Labungkari (3) Delineasi Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibagi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibagi
menjadi 4 (empat) SWP, terdiri atas: menjadi 4 (empat) SWP, terdiri atas:
a. SWP I.A mencakup sebagian Desa a. SWP I.A mencakup sebagian Desa
Matawine, sebagian Desa Teluk Matawine, sebagian Desa Teluk
Lasongko, sebagian Kelurahan Watulea, Lasongko, sebagian Kelurahan Watulea,
sebagian Kelurahan Bombonawulu, dan sebagian Kelurahan Bombonawulu, dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagian Desa Walando dengan luas sebagian Desa Walando dengan luas
1.012,83 (seribu dua belas koma delapan 1.012,83 (seribu dua belas koma delapan
tiga) hektare, terdiri atas Blok I.A.1, Blok tiga) hektare, terdiri atas Blok I.A.1, Blok
I.A.2, Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok I.A.5, I.A.2, Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok I.A.5,
Blok I.A.6, Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok I.A.6, Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan
Blok I.A.9; Blok I.A.9;
b. SWP I.B mencakup sebagian Desa b. SWP I.B mencakup sebagian Desa
Matawine, sebagian Kelurahan Lakudo, Matawine, sebagian Kelurahan Lakudo,
sebagian Kelurahan Gu Timur, sebagian sebagian Kelurahan Gu Timur, sebagian
Desa Wongko Lakudo, dan sebagian Desa Wongko Lakudo, dan sebagian Desa
Desa Nepa Mekar dengan luas 911,73 Nepa Mekar dengan luas 911,73
(sembilan ratus sebelas koma tujuh tiga) (sembilan ratus sebelas koma tujuh tiga)
hektare, terdiri atas Blok I.B.1, Blok hektare, terdiri atas Blok I.B.1, Blok
I.B.2, Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.5, I.B.2, Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.5,
Blok I.B.6, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok Blok I.B.6, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok
I.B.9, Blok I.B.10, dan Blok I.B.11; I.B.9, Blok I.B.10, dan Blok I.B.11;
c. SWP I.C mencakup sebagian Kelurahan c. SWP I.C mencakup sebagian Kelurahan
Watulea, sebagian Kelurahan Watulea, sebagian Kelurahan
Bombonawulu, sebagian Desa Walando, Bombonawulu, sebagian Desa Walando,
sebagian Desa Waliko, dan sebagian sebagian Desa Waliko, dan sebagian
Desa Teluk Lasongko dengan luas Desa Teluk Lasongko dengan luas 888,22
888,22 (delapan ratus delapan puluh (delapan ratus delapan puluh delapan
delapan koma dua dua) hektare, terdiri koma dua dua) hektare, terdiri atas Blok
atas Blok I.C.1, Blok I.C.2, Blok I.C.3, I.C.1, Blok I.C.2, Blok I.C.3, Blok I.C.4,
Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok I.C.6, Blok Blok I.C.5, Blok I.C.6, Blok I.C.7, Blok
I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok I.C.10; dan
I.C.10; dan d. SWP I.D mencakup sebagian Desa
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
d. SWP I.D mencakup sebagian Desa Wajo Wajogu, sebagian Desa Mone, Desa
Gu, sebagian Desa Mone, Desa Moko, Moko, dan sebagian Desa Lolibu dengan
dan sebagian Desa Lolibu dengan luas luas 1.095,01 (seribu sembilan puluh
1.095,01 (seribu sembilan puluh lima lima koma nol satu) hektare, terdiri atas
koma nol satu) hektare, terdiri atas Blok Blok I.D.1, Blok I.D.2, Blok I.D.3, Blok
I.D.1, Blok I.D.2, Blok I.D.3, Blok I.D.4, I.D.4, Blok I.D.5, Blok I.D.6, Blok I.D.7,
Blok I.D.5, Blok I.D.6, Blok I.D.7, Blok Blok I.D.8, Blok I.D.9, Blok I.D.10, Blok
I.D.8, Blok I.D.9, Blok I.D.10, Blok I.D.11, dan Blok I.D.12.
I.D.11, dan Blok I.D.12. (4) Delineasi WP Kawasan Perkotaan
(4) Delineasi WP Kawasan Perkotaan Labungkari sebagaimana dimaksud pada
Labungkari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail
ketelitian geometri dan ketelitian detail informasi skala 1:5.000 sebagaimana
informasi skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Peraturan Bupati ini. (5) Pembagian SWP dan Blok pada WP Kawasan
(5) Pembagian SWP dan Blok pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari sebagaimana
Perkotaan Labungkari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digambarkan dalam
dimaksud pada ayat (3) digambarkan dalam peta dengan ketelitian geometri dan
peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail informasi skala 1:5.000
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
dari Peraturan Bupati ini.
BAB III BAB III
TUJUAN PENATAAN WILAYAH PERENCANAAN TUJUAN PENATAAN WILAYAH PERENCANAAN
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

Pasal 4 Pasal 4
Penataan WP Kawasan Perkotaan Labungkari Penataan WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a,
bertujuan untuk mewujudkan Kawasan Perkotaan bertujuan untuk mewujudkan Kawasan Perkotaan
Labungkari sebagai pusat pelayanan kabupaten
Labungkari sebagai pusat pelayanan kabupaten
yang produktif dan berkelanjutan melalui
yang produktif dan berkelanjutan melalui pengembangan industri dan wisata lokal.
pengembangan industri dan wisata lokal.
BAB IV BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG

Bagian Kesatu Bagian Kesatu


Umum Umum

Pasal 5 Pasal 5
(1) Rencana Struktur Ruang WP Kawasan (1) Rencana Struktur Ruang WP Kawasan
Perkotaan Labungkari sebagaimana Perkotaan Labungkari sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, meliputi: dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, meliputi:
a. rencana pengembangan pusat a. rencana pengembangan pusat
pelayanan; pelayanan;
b. rencana jaringan transportasi; dan b. rencana jaringan transportasi; dan
c. rencana jaringan prasarana. c. rencana jaringan prasarana.
(2) Rencana Struktur Ruang WP Kawasan (2) Rencana Struktur Ruang WP Kawasan
Perkotaan Labungkari sebagaimana Perkotaan Labungkari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan ketelitian geometri dan peta dengan ketelitian geometri dan
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 ketelitian detail informasi skala 1:5.000
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini. dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

Pasal 6 Pasal 6
(1) Rencana pengembangan pusat pelayanan (1) Rencana pengembangan pusat pelayanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf a, meliputi: (1) huruf a, meliputi:
a. PPK; a. PPK;
b. SPPK; dan b. SPPK; dan
c. PPL. c. PPL.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berupa PPK Labungkari terdapat di huruf a, berupa PPK Labungkari terdapat di
SWP I.A pada Blok I.A.1. SWP I.A pada Blok I.A.1.
(3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas: huruf b, terdiri atas:
a. SPPK Lakudo terdapat di SWP I.B pada a. SPPK Lakudo terdapat di SWP I.B pada
Blok I.B.7; Blok I.B.7;
b. SPPK Watulea terdapat di SWP I.C pada b. SPPK Watulea terdapat di SWP I.C pada
Blok I.C.4; dan Blok I.C.4; dan
c. SPPK Lolibu terdapat di SWP I.D pada c. SPPK Lolibu terdapat di SWP I.D pada
Blok I.D.4. Blok I.D.4.
(4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas: huruf c, terdiri atas:
a. Pusat Lingkungan Kecamatan; dan a. Pusat Lingkungan Kecamatan; dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa. b. Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa.
(5) Pusat Lingkungan Kecamatan sebagaimana (5) Pusat Lingkungan Kecamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a, terdiri atas: dimaksud pada ayat (4) huruf a, terdiri atas:
a. Pusat Lingkungan Kecamatan Gu a. Pusat Lingkungan Kecamatan Gu
terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.3; dan terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.3; dan
b. Pusat Lingkungan Kecamatan Lakudo b. Pusat Lingkungan Kecamatan Lakudo
terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.7. terdapat di SWP I.B pada Blok I.A.2.
(6) Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa (6) Pusat Lingkungan Kelurahan/Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b, terdiri atas: b, terdiri atas:
a. Pusat Lingkungan Desa Teluk Lasongko a. Pusat Lingkungan Desa Teluk Lasongko
terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.9; terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.9;
b. Pusat Lingkungan Desa Matawine b. Pusat Lingkungan Desa Wongko Lakudo
terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.3; terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.4;
c. Pusat Lingkungan Desa Wongko Lakudo c. Pusat Lingkungan Kelurahan Lakudo
terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.4; terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.6;
d. Pusat Lingkungan Kelurahan Lakudo d. Pusat Lingkungan Kelurahan Gu Timur
terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.7; terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.10;
e. Pusat Lingkungan Kelurahan Gu Timur e. Pusat Lingkungan Desa Nepa Mekar
terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.10; terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.11;
f. Pusat Lingkungan Desa Nepa Mekar f. Pusat Lingkungan Kelurahan Watulea
terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.11; terdapat di SWP I.C pada Blok I.C.1;
g. Pusat Lingkungan Kelurahan Watulea g. Pusat Lingkungan Desa Waliko terdapat
terdapat di SWP I.C pada Blok I.C.4; di SWP I.C pada Blok I.C.10;
h. Pusat Lingkungan Desa Walando h. Pusat Lingkungan Desa Lolibu terdapat
terdapat di SWP I.C pada Blok I.C.7; di SWP I.D pada Blok I.D.3; dan
i. Pusat Lingkungan Kelurahan i. Pusat Lingkungan Desa Mone terdapat di
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Bombonawulu terdapat di SWP I.C pada SWP I.D pada Blok I.D.12.
Blok I.C.8; (7) Rencana pengembangan pusat pelayanan
j. Pusat Lingkungan Desa Waliko terdapat WP Kawasan Perkotaan Labungkari
di SWP I.C pada Blok I.C.10; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
k. Pusat Lingkungan Desa Lolibu terdapat digambarkan dalam peta dengan ketelitian
di SWP I.D pada Blok I.D.3; geometri dan ketelitian detail informasi skala
l. Pusat Lingkungan Desa Wajo Gu 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
terdapat di SWP I.D pada Blok I.D.5; Lampiran III.A yang merupakan bagian tidak
m. Pusat Lingkungan Desa Mone terdapat di terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
SWP I.D pada Blok I.D.12; dan
n. Pusat Lingkungan Desa Moko terdapat di
SWP I.D pada Blok I.D.12.
(7) Rencana pengembangan pusat pelayanan
WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan ketelitian
geometri dan ketelitian detail informasi skala
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III.A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga


Rencana Jaringan Transportasi Rencana Jaringan Transportasi

Pasal 7 Pasal 7
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana (1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b,
meliputi: meliputi:
a. jalan umum; a. jalan umum;
b. terminal penumpang; b. terminal penumpang;
c. jembatan; dan c. jembatan; dan
d. halte. d. halte.
(2) Rencana jaringan transportasi WP Kawasan (2) Rencana jaringan transportasi WP Kawasan
Perkotaan Labungkari sebagaimana Perkotaan Labungkari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan ketelitian geometri dan peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 detail informasi skala 1:5.000 sebagaimana
sebagaimana tercantum dalam Lampiran tercantum dalam Lampiran III.B yang
III.B yang merupakan bagian tidak merupakan bagian tidak terpisahkan dari
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini.
Paragraf 1 Paragraf 1
Jalan Umum Jalan Umum

Pasal 8 Pasal 8
(1) Jalan umum sebagaimana dimaksud dalam (1) Jalan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf a, meliputi: Pasal 7 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. jalan kolektor primer; a. jalan kolektor primer;
b. jalan kolektor sekunder; b. jalan kolektor sekunder;
c. jalan lokal sekunder; dan c. jalan lokal sekunder; dan
d. jalan lingkungan sekunder. d. jalan lingkungan sekunder.
(2) Jalan kolektor primer sebagaimana (2) Jalan kolektor primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(3) Jalan kolektor sekunder sebagaimana (3) Jalan kolektor sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(4) Jalan lokal sekunder sebagaimana (4) Jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di pada ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.A,
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(5) Jalan lingkungan sekunder sebagaimana (5) Jalan lingkungan sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
Paragraf 2 Paragraf 2 KEMENDAGRI:
Teminal Penumpang Teminal Penumpang

Pasal 9 Pasal 9 Instansi pelaksana program Sudah diakomodir


(1) Terminal penumpang sebagaimana (1) Terminal penumpang sebagaimana dan sumber anggaran pada dalam indikasi program
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, matriks indikasi program pemanfaatan ruang
meliputi: meliputi: agar disesuaikan dengan
a. terminal penumpang tipe B; dan a. terminal penumpang tipe B; dan kewenangan yang
b. terminal penumpang tipe C. b. terminal penumpang tipe C. tercantum dalam UU No.
(2) Terminal penumpang tipe B sebagaimana (2) Terminal penumpang tipe B sebagaimana 23 Tahun 2014, berupa
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di penataaan terminal
SWP I.C pada Blok I.C.5. SWP I.C pada Blok I.C.5. penumpang tipe B
(3) Terminal penumpang tipe C sebagaimana (3) Terminal penumpang tipe C sebagaimana menggunakan ABPD
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di Provinsi.
SWP I.A pada Blok I.A.9. SWP I.A pada Blok I.A.9.
Paragraf 3 Paragraf 3
Jembatan Jembatan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

Pasal 10 Pasal 10
Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.B pada Blok ayat (1) huruf c, terdiri atas:
I.B.2 dan SWP I.D pada Blok I.D.12. a. SWP I.B pada Blok I.B.2; dan
b. SWP I.D pada Blok I.D.12.
Paragraf 4 Paragraf 4
Halte Halte

Pasal 11 Pasal 11
Halte sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat Halte sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) huruf d, terdiri atas: (1) huruf d, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.3, Blok I.A.4, a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.3, Blok I.A.4,
dan Blok I.A.9; dan Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.1, Blok I.B.5, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.1, Blok I.B.5, Blok I.B.7,
I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, dan Blok I.B.11; Blok I.B.8, Blok I.B.9, dan Blok I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok I.C.7,
I.C.7, dan Blok I.C.10; dan dan Blok I.C.10; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
I.D.6, dan Blok I.D.8. I.D.6, dan Blok I.D.8.

Bagian Keempat Bagian Keempat SETKAB:


Rencana Jaringan Prasarana Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 12 agar diletakkan Tidak diakomodir
sebelum Pasal 7 tentang karena berdasarkan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Pasal 12 Pasal 12 rencana jaringan permen 11/2021,
Rencana jaringan prasarana sebagaimana Rencana jaringan prasarana sebagaimana transportasi, dengan jaringan transportasi
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, meliputi: dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, meliputi: memasukkan rencana bukan bagian dari
jaringan prasarana
a. rencana jaringan energi; a. rencana jaringan energi; jaringan transportasi ke
b. rencana jaringan telekomunikasi; b. rencana jaringan telekomunikasi; dalam rencana jaringan
c. rencana jaringan air minum; c. rencana jaringan air minum; prasarana, mengingat
d. rencana pengelolaan air limbah dan d. rencana pengelolaan air limbah dan rencana jaringan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan transportasi juga
beracun (B3); beracun (B3); merupakan bagian dari
e. rencana jaringan persampahan; e. rencana jaringan persampahan; rencana jaringan prasarana
f. rencana jaringan drainase; dan f. rencana jaringan drainase; dan sesuai ketentuan Peraturan
g. rencana jaringan prasarana lainnya. g. rencana jaringan prasarana lainnya. Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2021
Paragraf 1 Paragraf 1
Rencana Jaringan Energi Rencana Jaringan Energi

Pasal 13 Pasal 13
(1) Rencana jaringan energi sebagaimana (1) Rencana jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, meliputi: dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, meliputi:
a. jaringan distribusi tenaga listrik; dan a. jaringan distribusi tenaga listrik; dan
b. gardu listrik. b. gardu listrik.
(2) Jaringan distribusi tenaga listrik (2) Jaringan distribusi tenaga listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berupa Saluran Udara Tegangan a, berupa Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM), terdapat di SWP I.A, SWP Menengah (SUTM), terdapat di SWP I.A, SWP
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(3) Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada (3) Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri atas: ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. gardu hubung terdapat di SWP I.C pada a. gardu hubung terdapat di SWP I.C pada
Blok I.C.3; dan Blok I.C.3; dan
b. gardu distribusi, terdiri atas: b. gardu distribusi, terdiri atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.3, 1. SWP I.A pada Blok I.A.1, Blok I.A.2,
Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok I.A.9; Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok I.A.7, Blok
2. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.6, I.A.8, dan Blok I.A.9;
dan Blok I.B.8; 2. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4,
3. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.B.6, Blok I.B.8, Blok I.B.9, dan
Blok I.C.5, dan Blok I.C.8; dan Blok I.B.11;
4. SWP I.D pada Blok I.D.6, Blok I.D.9, 3. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.3,
dan Blok I.D.12. Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok I.C.8, dan
(4) Rencana jaringan energi WP Kawasan Blok I.C.10; dan
Perkotaan Labungkari sebagaimana 4. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.6,
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Blok I.D.9, dan Blok I.D.12.
peta dengan ketelitian geometri dan (4) Rencana jaringan energi WP Kawasan
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 Perkotaan Labungkari sebagaimana
sebagaimana tercantum dalam Lampiran dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
III.C yang merupakan bagian tidak peta dengan ketelitian geometri dan
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. ketelitian detail informasi skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III.C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 2 Paragraf 2 KEMENDAGRI:
Rencana Jaringan Telekomunikasi Rencana Jaringan Telekomunikasi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

Pasal 14 Pasal 14 Instansi pelaksana program


(1) Rencana jaringan telekomunikasi (1) Rencana jaringan telekomunikasi dan sumber anggaran pada Sudah diakomodir
matrik indikasi program dalam Indikasi Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
agar disesuaikan dengan Pemanfaatan Ruang
huruf b, meliputi: huruf b, meliputi: kewenangan yang
a. jaringan tetap; dan a. jaringan tetap; dan tercantum dalam UU No.
b. jaringan bergerak seluler. b. jaringan bergerak seluler. 23 Tahun 2014, berupa
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada (2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada pendanaan pembangunan
ayat (1) huruf a, berupa jaringan serat optik, ayat (1) huruf a, berupa jaringan serat optik, dan pengembangan
terdapat di SWP I.A, SWP I.B, dan SWP I.C. terdapat di SWP I.A, SWP I.B, dan SWP I.C. jaringan serta optik
menggunakan anggaran
(3) Jaringan bergerak seluler sebagaimana (3) Jaringan bergerak seluler sebagaimana
APBN.
dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa
menara Base Transceiver Station (BTS), menara Base Transceiver Station (BTS),
terdiri atas: terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.7; a. SWP I.A pada Blok I.A.7;
b. SWP I.B pada Blok I.B.6 dan Blok I.B.8; b. SWP I.B pada Blok I.B.6 dan Blok I.B.8;
c. SWP I.C pada Blok I.C.4 dan Blok I.C.5; c. SWP I.C pada Blok I.C.4 dan Blok I.C.5;
dan dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.5. d. SWP I.D pada Blok I.D.5.
(4) Rencana jaringan telekomunikasi WP (4) Rencana jaringan telekomunikasi WP
Kawasan Perkotaan Labungkari Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan ketelitian digambarkan dalam peta dengan ketelitian
geometri dan ketelitian detail informasi skala geometri dan ketelitian detail informasi skala
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III.D yang merupakan bagian Lampiran III.D yang merupakan bagian tidak
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Paragraf 3 Paragraf 3
Rencana Jaringan Air Minum Rencana Jaringan Air Minum

Pasal 15 Pasal 15
(1) Rencana jaringan air minum sebagaimana (1) Rencana jaringan air minum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, berupa dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, berupa
jaringan perpipaan. jaringan perpipaan.
(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud (2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terdiri atas: pada ayat (1), terdiri atas:
a. unit produksi; dan a. unit produksi; dan
b. unit distribusi. b. unit distribusi.
(3) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada (3) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, berupa bangunan ayat (2) huruf a, berupa bangunan
penampung air, terdiri atas: penampung air, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.6, dan a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.6, dan
Blok I.A.8; Blok I.A.8;
b. SWP I.B pada Blok I.B.11; dan b. SWP I.B pada Blok I.B.11; dan
c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.7, dan c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.7, dan
Blok I.C.9. Blok I.C.9.
(4) Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada (4) Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, berupa jaringan distribusi ayat (2) huruf b, berupa jaringan distribusi
pembagi, terdapat di SWP I.A, SWP I.B, SWP pembagi, terdapat di SWP I.A, SWP I.B, SWP
I.C, dan SWP I.D. I.C, dan SWP I.D.
(5) Rencana jaringan air minum WP Kawasan (5) Rencana jaringan air minum WP Kawasan
Perkotaan Labungkari sebagaimana Perkotaan Labungkari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan ketelitian geometri dan peta dengan ketelitian geometri dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 ketelitian detail informasi skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III.E yang merupakan bagian tidak III.E yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 4 Paragraf 4
Rencana Pengelolaan Air Limbah dan Pengelolaan Rencana Pengelolaan Air Limbah dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pasal 16 Pasal 16
(1) Rencana pengelolaan air limbah dan (1) Rencana pengelolaan air limbah dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) sebagaimana dimaksud dalam beracun (B3) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf d, meliputi: Pasal 12 huruf d, meliputi:
a. sistem pengelolaan air limbah domestik a. sistem pengelolaan air limbah domestik
setempat; setempat;
b. sistem pengelolaan air limbah domestik b. sistem pengelolaan air limbah domestik
terpusat; dan terpusat; dan
c. sistem pengelolaan limbah bahan c. sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3). berbahaya dan beracun (B3).
(2) Sistem pengelolaan air limbah domestik (2) Sistem pengelolaan air limbah domestik
setempat sebagaimana dimaksud pada ayat setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, berupa subsistem pengolahan (1) huruf a, berupa sub-sistem pengolahan
lumpur tinja, terdiri atas: lumpur tinja, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan a. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan
b. SWP I.B pada Blok I.B.7. b. SWP I.B pada Blok I.B.7.
(3) Sistem pengelolaan air limbah domestik (3) Sistem pengelolaan air limbah domestik
terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(1) huruf b, terdiri atas: (1) huruf b, terdiri atas:
a. subsistem pelayanan; dan a. subsistem pelayanan; dan
b. subsistem pengolahan terpusat. b. subsistem pengolahan terpusat.
(4) Subsistem pelayanan sebagaimana (4) Subsistem pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, terdiri atas: dimaksud pada ayat (3) huruf a, terdiri atas:
a. pipa tinja, terdapat di SWP I.A dan SWP a. pipa tinja, terdapat di SWP I.A dan SWP
I.B; dan I.B; dan
b. bak kontrol, terdiri atas: b. bak kontrol, terdiri atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan 1. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan
2. SWP I.B pada Blok I.B.7. 2. SWP I.B pada Blok I.B.7.
(5) Subsistem pengolahan terpusat (5) Subsistem pengolahan terpusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
b, berupa IPAL kota, terdapat di SWP I.A b, berupa IPAL kota, terdapat di SWP I.A
pada Blok I.A.8. pada Blok I.A.8.
(6) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya (6) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.A pada ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.A
pada Blok I.A.3. pada Blok I.A.3.
(7) Rencana pengelolaan air limbah dan (7) Rencana pengelolaan air limbah dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) WP Kawasan Perkotaan beracun (B3) WP Kawasan Perkotaan
Labungkari sebagaimana dimaksud pada Labungkari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan ayat (1) digambarkan dalam peta dengan
ketelitian geometri dan ketelitian detail ketelitian geometri dan ketelitian detail
informasi skala 1:5.000 sebagaimana informasi skala 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III.F yang tercantum dalam Lampiran III.F yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini.
Paragraf 5 Paragraf 5
Rencana Jaringan Persampahan Rencana Jaringan Persampahan

Pasal 17 Pasal 17
(1) Rencana jaringan persampahan (1) Rencana jaringan persampahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf e, berupa Tempat Penampungan huruf e, berupa Tempat Penampungan
Sementara (TPS). Sementara (TPS).
(2) Tempat Penampungan Sementara (TPS) (2) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas: atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.1, Blok I.A.2, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.1, Blok I.A.2, Blok
I.A.3, Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok I.A.3, Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok
I.A.9; I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok
I.B.9, dan Blok I.B.10; I.B.9, dan Blok I.B.10;
c. SWP I.C pada Blok I.C.2, Blok I.C.5, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.2, Blok I.C.5, Blok
I.C.9, dan Blok I.C.10; dan I.C.9, dan Blok I.C.10; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.4, d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.4, Blok
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12. I.D.6, dan Blok I.D.12.
(3) Rencana jaringan persampahan WP (3) Rencana jaringan persampahan WP Kawasan
Kawasan Perkotaan Labungkari Perkotaan Labungkari sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
digambarkan dalam peta dengan ketelitian peta dengan ketelitian geometri dan
geometri dan ketelitian detail informasi skala ketelitian detail informasi skala 1:5.000
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam sebagaimana tercantum dalam Lampiran
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Lampiran III.G yang merupakan bagian III.G yang merupakan bagian tidak
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 6 Paragraf 6
Rencana Jaringan Drainase Rencana Jaringan Drainase

Pasal 18 Pasal 18
(1) Rencana jaringan drainase sebagaimana (1) Rencana jaringan drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf f, berupa dimaksud dalam Pasal 12 huruf f, terdiri
jaringan drainase lokal terdapat di SWP I.C. atas:
(2) Rencana jaringan drainase WP Kawasan a. jaringan drainase tersier, terdapat di
Perkotaan Labungkari sebagaimana SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam I.D; dan
b. jaringan drainase lokal, terdapat di SWP
peta dengan ketelitian geometri dan
I.C.
ketelitian detail informasi skala 1:5.000 (2) Rencana jaringan drainase WP Kawasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Perkotaan Labungkari sebagaimana
III.H yang merupakan bagian tidak dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. peta dengan ketelitian geometri dan
ketelitian detail informasi skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III.H yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 7 Paragraf 7
Rencana Jaringan Prasarana Lainnya Rencana Jaringan Prasarana Lainnya
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Pasal 19 Pasal 19
(1) Rencana jaringan prasarana lainnya (1) Rencana jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf g, meliputi: huruf g, meliputi:
a. jalur evakuasi bencana; a. jalur evakuasi bencana;
b. tempat evakuasi; b. tempat evakuasi;
c. jalur sepeda; dan c. jalur sepeda; dan
d. jaringan pejalan kaki. d. jaringan pejalan kaki.
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana (2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(3) Tempat evakuasi sebagaimana dimaksud (3) Tempat evakuasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, berupa tempat pada ayat (1) huruf b, berupa tempat
evakuasi akhir terdapat di SWP I.A pada evakuasi akhir terdapat di SWP I.A pada
Blok I.A.1. Blok I.A.1.
(4) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada (4) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.A, SWP ayat (1) huruf c, terdapat di SWP I.A, SWP
I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(5) Jaringan pejalan kaki sebagaimana (5) Jaringan pejalan kaki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di
SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D. SWP I.A, SWP I.B, SWP I.C, dan SWP I.D.
(6) Rencana jaringan prasarana lainnya WP (6) Rencana jaringan prasarana lainnya WP
Kawasan Perkotaan Labungkari Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan ketelitian digambarkan dalam peta dengan ketelitian
geometri dan ketelitian detail informasi skala geometri dan ketelitian detail informasi skala
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Lampiran III.I yang merupakan bagian tidak Lampiran III.I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V BAB V KEMENDAGRI:
RENCANA POLA RUANG RENCANA POLA RUANG
Diubah dan Sudah diakomodir
Bagian Kesatu Bagian Kesatu disempurnakan menjadi:
Umum Umum Zona Lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
Pasal 20 Pasal 20 huruf a, meliputi:
(1) Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan (1) Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan a. Zona Perlindungan
Labungkari sebagaimana dimaksud dalam Labungkari sebagaimana dimaksud dalam Setempat dengan kode
PS;
Pasal 2 huruf c, meliputi: Pasal 2 huruf c, meliputi:
b. Zona Ruang Terbuka
a. Zona Lindung; dan a. Zona Lindung; dan Hijau dengan kode RTH;
b. Zona Budi Daya. b. Zona Budi Daya. dan
(2) Zona Lindung sebagaimana dimaksud pada (2) Zona Lindung sebagaimana dimaksud pada c. Zona Ekosistem
ayat (1) huruf a, meliputi: ayat (1) huruf a, meliputi: Mangrove dengan kode
a. Zona Perlindungan Setempat dengan a. Zona Perlindungan Setempat dengan EM
kode PS; kode PS;
b. Zona Ruang Terbuka Hijau dengan kode b. Zona Ruang Terbuka Hijau dengan kode
RTH; dan RTH; dan
c. Zona Ekosistem Mangrove dengan kode c. Zona Ekosistem Mangrove dengan kode
EM. EM.
(3) Zona Budi Daya sebagaimana dimaksud d. Zona Badan Air dengan kode BA.
pada ayat (1) huruf b, meliputi: (3) Zona Budi Daya sebagaimana dimaksud
a. Zona Pertanian dengan kode P; pada ayat (1) huruf b, meliputi:
b. Zona Kawasan Peruntukan Industri a. Zona Pertanian dengan kode P;
dengan kode KPI; b. Zona Kawasan Peruntukan Industri
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
c. Zona Pariwisata dengan kode W; dengan kode KPI;
d. Zona Perumahan dengan kode R; c. Zona Pariwisata dengan kode W;
e. Zona Sarana Pelayanan Umum dengan d. Zona Perumahan dengan kode R;
kode SPU; e. Zona Sarana Pelayanan Umum dengan
f. Zona Ruang Terbuka Non Hijau dengan kode SPU;
kode RTNH; f. Zona Ruang Terbuka Non Hijau dengan
g. Zona Perdagangan dan Jasa dengan kode RTNH;
kode K; g. Zona Perdagangan dan Jasa dengan
h. Zona Perkantoran dengan kode KT; kode K;
i. Zona Transportasi dengan kode TR; h. Zona Perkantoran dengan kode KT;
j. Zona Pertahanan dan Keamanan i. Zona Transportasi dengan kode TR;
dengan kode HK; dan j. Zona Pertahanan dan Keamanan dengan
k. Zona Peruntukan Lainnya dengan kode kode HK; dan
PL. k. Zona Peruntukan Lainnya dengan kode
(4) Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan PL.
Labungkari sebagaimana dimaksudpada (4) Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan Labungkari sebagaimana dimaksud pada
ketelitian geometri dan ketelitian detail ayat (1) digambarkan dalam peta dengan
informasi skala1:5.000 sebagaimana ketelitian geometri dan ketelitian detail
tercantum dalam Lampiran IV yang informasi skala 1:5.000 sebagaimana
merupakan bagian tidak terpisahkan dari tercantum dalam Lampiran IV yang
Peraturan Bupati ini. merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Zona Lindung Zona Lindung
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Paragraf 1 Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat Zona Perlindungan Setempat

Pasal 21 Pasal 21
Zona Perlindungan Setempat dengan kode PS Zona Perlindungan Setempat dengan kode PS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
huruf a, dengan luas 181,75 (seratus delapan huruf a, dengan luas 64,56 (enam puluh empat
puluh satu koma tujuh lima) hektare, terdiri atas: koma lima enam) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.6, Blok I.A.7, a. SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok I.A.6, Blok I.A.7,
Blok I.A.8, dan Blok I.A.9; Blok I.A.8, dan Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.5, Blok I.B.8, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.5, Blok I.B.10, dan Blok
I.B.10, dan Blok I.B.11; I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.5, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.5, Blok I.C.7,
I.C.7, Blok I.C.8, dan Blok I.C.9; dan Blok I.C.8, dan Blok I.C.9; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
I.D.6, Blok I.D.9, dan Blok I.D.12. I.D.9, dan Blok I.D.12.
Paragraf 2 Paragraf 2
Zona Ruang Terbuka Hijau Zona Ruang Terbuka Hijau

Pasal 22 Pasal 22
(1) Zona Ruang Terbuka Hijau dengan kode (1) Zona Ruang Terbuka Hijau dengan kode
RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (2) huruf b, dengan luas 575,42 (lima ayat (2) huruf b, dengan luas 565,87 (lima
ratus tujuh puluh lima koma empat dua) ratus enam puluh lima koma delapan tujuh)
hektare, meliputi: hektare, meliputi:
a. Sub-Zona Rimba Kota dengan kode RTH- a. Sub-Zona Rimba Kota dengan kode RTH-
1; 1;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. Sub-Zona Taman Kota dengan kode b. Sub-Zona Taman Kota dengan kode RTH-
RTH-2; 2;
c. Sub-Zona Taman Kecamatan dengan c. Sub-Zona Taman Kecamatan dengan
kode RTH-3; kode RTH-3;
d. Sub-Zona Taman Kelurahan dengan d. Sub-Zona Taman Kelurahan dengan kode
kode RTH-4; RTH-4;
e. Sub-Zona Taman RW dengan kode RTH- e. Sub-Zona Taman RW dengan kode RTH-
5; 5;
f. Sub-Zona Pemakaman dengan kode f. Sub-Zona Pemakaman dengan kode
RTH-7; dan RTH-7; dan
g. Sub-Zona Jalur Hijau dengan kode RTH- g. Sub-Zona Jalur Hijau dengan kode RTH-
8. 8.
(2) Sub-Zona Rimba Kota dengan kode RTH-1 (2) Sub-Zona Rimba Kota dengan kode RTH-1
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, dengan luas 172,48 (seratus tujuh puluh a, dengan luas 172,48 (seratus tujuh puluh
dua koma empat delapan) hektare, terdiri dua koma empat delapan) hektare, terdiri
atas: atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.1 dan Blok I.A.3; a. SWP I.A pada Blok I.A.1 dan Blok I.A.3;
b. SWP I.B pada Blok I.B.1 dan Blok I.B.11; b. SWP I.B pada Blok I.B.1 dan Blok I.B.11;
dan dan
c. SWP I.C pada Blok I.C.10. c. SWP I.C pada Blok I.C.10.
(3) Sub-Zona Taman Kota dengan kode RTH-2 (3) Sub-Zona Taman Kota dengan kode RTH-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, dengan luas 253,51 (dua ratus lima puluh b, dengan luas 253,51 (dua ratus lima puluh
tiga koma lima satu) hektare, terdiri atas: tiga koma lima satu) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.1, Blok I.A.2, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.1, Blok I.A.2, Blok
I.A.3, Blok I.A.4, Blok I.A.7, dan Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok I.A.7, dan Blok
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
I.A.8; I.A.8;
b. SWP I.B pada Blok I.B.1 dan Blok I.B.3; b. SWP I.B pada Blok I.B.1 dan Blok I.B.3;
c. SWP I.C pada Blok I.C.1; dan c. SWP I.C pada Blok I.C.1; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.8. d. SWP I.D pada Blok I.D.8.
(4) Sub-Zona Taman Kecamatan dengan kode (4) Sub-Zona Taman Kecamatan dengan kode
RTH-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) RTH-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, dengan luas 57,24 (lima puluh huruf c, dengan luas 53,40 (lima puluh tiga
tujuh koma dua empat hektare, terdiri atas: koma empat) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.6; a. SWP I.A pada Blok I.A.6;
b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok
I.B.6, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, I.B.6, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9,
Blok I.B.10, dan Blok I.B.11; dan Blok I.B.10, dan Blok I.B.11; dan
c. SWP I.D pada Blok I.D.1. c. SWP I.D pada Blok I.D.1.
(5) Sub-Zona Taman Kelurahan dengan kode (5) Sub-Zona Taman Kelurahan dengan kode
RTH-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) RTH-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, dengan luas 41,37 (empat puluh huruf d, dengan luas 37,72 (tiga puluh tujuh
satu koma tiga tujuh) hektare, terdiri atas: koma tujuh dua) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.8 dan Blok I.A.9; a. SWP I.A pada Blok I.A.8 dan Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok
I.B.5, Blok I.B.7, Blok I.B.9, Blok I.B.10, I.B.5, Blok I.B.7, Blok I.B.9, Blok I.B.10,
dan Blok I.B.11; dan Blok I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.5 dan Blok I.C.9; c. SWP I.C pada Blok I.C.9; dan
dan d. SWP I.D pada Blok I.D.2, Blok I.D.3, Blok
d. SWP I.D pada Blok I.D.2, Blok I.D.3, I.D.6, dan Blok I.D.12.
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12. (6) Sub-Zona Taman RW dengan kode RTH-5
(6) Sub-Zona Taman RW dengan kode RTH-5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dengan luas 0,18 (nol koma satu delapan)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
e, dengan luas 0,19 (nol koma satu hektare, terdapat di SWP I.B pada Blok
sembilan) hektare, terdapat di SWP I.B pada I.B.10.
Blok I.B.10. (7) Sub-Zona Pemakaman dengan kode RTH-7
(7) Sub-Zona Pemakaman dengan kode RTH-7 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, dengan luas 10,59 (sepuluh koma lima
f, dengan luas 10,59 (sepuluh koma lima sembilan) hektare, terdiri atas:
sembilan) hektare, terdiri atas: a. SWP I.A pada Blok I.A.5;
a. SWP I.A pada Blok I.A.5; b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.8, Blok
b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.8, Blok I.B.10, dan Blok I.B.11;
I.B.10, dan Blok I.B.11; c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.4, Blok
c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.4, Blok I.C.6, Blok I.C.8, dan Blok I.C.10; dan
I.C.6, Blok I.C.8, dan Blok I.C.10; dan d. SWP I.D pada Blok I.D.2 dan Blok I.D.12.
d. SWP I.D pada Blok I.D.2 dan Blok (8) Sub-Zona Jalur Hijau dengan kode RTH-8
I.D.12. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(8) Sub-Zona Jalur Hijau dengan kode RTH-8 g, dengan luas 37,98 (tiga puluh tujuh koma
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sembilan delapan) hektare, terdapat di SWP
g, dengan luas 40,03 (empat puluh koma nol I.D pada Blok I.D.1, Blok I.D.2, Blok I.D.3,
tiga) hektare, terdapat di SWP I.D pada Blok dan Blok I.D.4.
I.D.1, Blok I.D.2, dan Blok I.D.4.
Paragraf 3 Paragraf 3
Zona Ekosistem Mangrove Zona Ekosistem Mangrove

Pasal 23 Pasal 23
Zona Ekosistem Mangrove dengan kode EM Zona Ekosistem Mangrove dengan kode EM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
huruf c, dengan luas 120,90 (seratus dua puluh huruf c, dengan luas 118,20 (seratus delapan
koma sembilan) hektare, terdiri atas: belas koma dua) hektare, terdiri atas:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
a. SWP I.A pada Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok
I.A.9; I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.2 dan Blok I.B.4; dan b. SWP I.B pada Blok I.B.2 dan Blok I.B.4; dan
c. SWP I.D pada Blok I.D.12. SWP I.D pada Blok I.D.12.
Paragraf 4
Zona Badan Air

Pasal 24
(1) Zona Badan Air dengan kode BA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(2) huruf d, dengan luas 304,35 (tiga ratus
empat koma tiga lima) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.5, Blok
I.B.8, Blok I.B.10, dan Blok I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.5 dan Blok I.C.8;
dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
I.D.6, dan Blok I.D.12.
(2) Holding Zone pada Zona Badan Air dengan
kode BA dengan luas 304,35 (tiga ratus
empat koma tiga lima), meliputi:
a. Zona Perlindungan Setempat dengan kode
BA/PS dengan luas 117,19 (seratus tujuh
belas koma satu sembilan) hektare, terdiri
atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.9;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
2. SWP I.B pada Blok I.B.5, Blok I.B.8,
Blok I.B.10, dan Blok I.B.11;
3. SWP I.C pada Blok I.C.5 dan Blok
I.C.8; dan
4. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5,
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12.
b. Sub-Zona Taman Kecamatan dengan
kode BA/RTH-3 dengan luas 3,83 (tiga
koma delapan tiga) hektare, terdapat di
SWP I.B pada Blok I.B.5, Blok I.B.8, dan
Blok I.B.10.
c. Sub-Zona Taman Kelurahan dengan kode
BA/RTH-4 dengan luas 3,57 (tiga koma
lima tujuh) hektare, terdiri atas:
1. SWP I.B pada Blok I.B.5 dan Blok
I.B.11;
2. SWP I.C pada Blok I.C.5; dan
3. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.6,
dan Blok I.D.12.
d. Sub-Zona Taman RW dengan kode
BA/RTH-5 dengan luas 0,01 (nol koma
nol satu) hektare, terdapat di SWP I.B
pada Blok I.B.10.
e. Zona Pariwisata dengan kode BA/W
dengan luas 40,50 (empat puluh koma
lima) hektare, terdiri atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.9;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
2. SWP I.B pada Blok I.B.5 dan Blok
I.B.11; dan
3. SWP I.D pada Blok I.D.5, Blok I.D.6,
dan Blok I.D.12.
f. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
dengan kode BA/R-2 dengan luas 24,15
(dua puluh empat koma satu lima)
hektare, terdiri atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.9;
2. SWP I.B pada Blok I.B.8 dan Blok
I.B.10;
3. SWP I.C pada Blok I.C.5 dan Blok
I.C.8; dan
4. SWP I.D pada Blok I.D.12.
g. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang
dengan kode BA/R-3 dengan luas 3,26
(tiga koma dua enam) hektare, terdiri
atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.9;
2. SWP I.B pada Blok I.B.11;
3. SWP I.C pada Blok I.C.8; dan
4. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5,
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12.
h. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah
dengan kode BA/R-4 dengan luas 13,20
(tiga belas koma dua) hektare, terdiri
atas:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
1. SWP I.B pada Blok I.B.5, Blok I.B.8,
dan Blok I.B.10; dan
2. SWP I.D pada Blok I.D.12.
i. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kelurahan dengan kode BA/SPU-3
dengan luas 0,09 (nol koma nol sembilan)
hektare, terdapat di SWP I.D pada Blok
I.D.5.
j. Sub-Zona Ruang Terbuka Non Hijau
dengan kode BA/RTNH dengan luas 5,34
(lima koma tiga empat) hektare, terdiri
atas:
1. SWP I.B pada Blok I.B.5 dan Blok
I.B.8; dan
2. SWP I.D pada Blok I.D.12.
k. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
WP dengan kode BA/K-2 dengan luas
52,25 (lima puluh dua koma dua lima)
hektare, terdiri atas:
1. SWP I.B pada Blok I.B.5 dan Blok
I.B.8; dan
2. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.6,
dan Blok I.D.12.
l. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
SWP dengan kode BA/K-3 dengan luas
0,45 (nol koma empat lima) hektare,
terdapat di SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
I.D.5, dan Blok I.D.12.
m. Zona Transportasi dengan kode BA/TR
dengan luas 0,62 (nol koma enam dua)
hektare, terdapat di SWP I.C pada Blok
I.C.5.
(3) Peruntukan dan/atau fungsi Zona Badan Air
dengan kode BA berubah menjadi
peruntukan ruang berdasarkan ketentuan
pada ayat (2) setelah memperoleh izin lokasi
reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi
dari instansi terkait sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga Bagian Ketiga
Zona Budi Daya Zona Budi Daya

Paragraf 1 Paragraf 1
Zona Pertanian Zona Pertanian

Pasal 24 Pasal 25
Zona Pertanian dengan kode P sebagaimana Zona Pertanian dengan kode P sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a, berupa dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a, berupa
Sub-Zona Perkebunan dengan kode P-3, dengan Sub-Zona Perkebunan dengan kode P-3, dengan
luas 90,87 (sembilan puluh koma delapan tujuh) luas 90,87 (sembilan puluh koma delapan tujuh)
hektare, terdiri atas: hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.4 dan Blok I.A.5; dan a. SWP I.A pada Blok I.A.4 dan Blok I.A.5; dan
b. SWP I.B pada Blok I.B.9. b. SWP I.B pada Blok I.B.9.
Paragraf 2 Paragraf 2
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Zona Kawasan Peruntukan Industri Zona Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 25 Pasal 26
Zona Kawasan Peruntukan Industri dengan kode Zona Kawasan Peruntukan Industri dengan kode
KPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat KPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf b, dengan luas 43,15 (empat puluh tiga (3) huruf b, dengan luas 42,51 (empat puluh dua
koma satu lima) hektare, terdiri atas: koma lima satu) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.9; a. SWP I.A pada Blok I.A.9;
b. SWP I.C pada Blok I.C.4; dan b. SWP I.C pada Blok I.C.4; dan
c. SWP I.D pada Blok I.D.1. c. SWP I.D pada Blok I.D.1.
Paragraf 3 Paragraf 3
Zona Pariwisata Zona Pariwisata

Pasal 26 Pasal 27
Zona Pariwisata dengan kode W sebagaimana Zona Pariwisata dengan kode W sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf c, dengan dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf c, dengan
luas 128,47 (seratus dua puluh delapan koma luas 88,21 (delapan puluh delapan koma dua
empat tujuh) hektare, terdiri atas: satu) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.7, Blok I.A.8, dan Blok
I.A.9; I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.4, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.4, Blok I.B.5,
I.B.5, Blok I.B.8, dan Blok I.B.11; dan Blok I.B.8;
c. SWP I.C pada Blok I.C.9; dan c. SWP I.C pada Blok I.C.9; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.5, Blok I.D.6, dan Blok d. SWP I.D pada Blok I.D.12.
I.D.12.
Paragraf 4 Paragraf 4
Zona Perumahan Zona Perumahan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

Pasal 27 Pasal 28
(1) Zona Perumahan dengan kode R (1) Zona Perumahan dengan kode R
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf d, dengan luas 1.815,82 (seribu (3) huruf d, dengan luas 1.779,95 (seribu
delapan ratus lima belas koma delapan dua) tujuh ratus tujuh puluh sembilan koma
hektare, meliputi: sembilan lima) hektare, meliputi:
a. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi a. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
dengan kode R-2; dengan kode R-2;
b. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang b. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang
dengan kode R-3; dengan kode R-3;
c. Sub-Zona Perumahan Kepadatan c. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah
Rendah dengan kode R-4; dan dengan kode R-4; dan
d. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat d. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat
Rendah dengan kode R-5. Rendah dengan kode R-5.
(2) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (2) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
dengan kode R-2 sebagaimana dimaksud dengan kode R-2 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dengan luas 99,33 pada ayat (1) huruf a, dengan luas 75,06
(sembilan puluh sembilan koma tiga tiga) (tujuh puluh lima koma nol enam) hektare,
hektare, terdiri atas: terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.9; a. SWP I.A pada Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok
I.B.9, dan Blok I.B.10; I.B.9, dan Blok I.B.10;
c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok
I.C.5, Blok I.C.7, dan Blok I.C.8; dan I.C.5, Blok I.C.7, dan Blok I.C.8; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.12. d. SWP I.D pada Blok I.D.12.
(3) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang (3) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dengan kode R-3 sebagaimana dimaksud dengan kode R-3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, dengan luas 606,40 pada ayat (1) huruf b, dengan luas 605,46
(enam ratus enam koma empat) hektare, (enam ratus lima koma empat enam)
terdiri atas: hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok
I.A.6, Blok I.A.8, dan Blok I.A.9; I.A.6, Blok I.A.8, dan Blok I.A.9;
b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok
I.B.4, Blok I.B.5, Blok I.B.6, Blok I.B.7, I.B.4, Blok I.B.5, Blok I.B.6, Blok I.B.7,
Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok I.B.10, dan Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok I.B.10, dan
Blok I.B.11; Blok I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.2, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.2, Blok
I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok I.C.6, I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.C.5, Blok I.C.6,
Blok I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan
Blok I.C.10; dan Blok I.C.10; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12. I.D.6, dan Blok I.D.12.
(4) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah (4) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah
dengan kode R-4 sebagaimana dimaksud dengan kode R-4 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, dengan luas 760,92 pada ayat (1) huruf c, dengan luas 750,28
(tujuh ratus enam puluh koma sembilan (tujuh ratus lima puluh koma dua delapan)
dua) hektare, terdiri atas: hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.3, Blok I.A.4, Blok
I.A.6, Blok I.A.7, dan Blok I.A.8; I.A.6, Blok I.A.7, dan Blok I.A.8;
b. SWP I.B pada Blok I.B.1, Blok I.B.2, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.1, Blok I.B.2, Blok
I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok I.B.6, I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.5, Blok I.B.6,
Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok
I.B.10, dan Blok I.B.11; I.B.10, dan Blok I.B.11;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.2, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.1, Blok I.C.2, Blok
I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.C.6, Blok I.C.7, I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.C.6, Blok I.C.7,
Blok I.C.9, dan Blok I.C.10; dan Blok I.C.9, dan Blok I.C.10; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.1, Blok I.D.2, d. SWP I.D pada Blok I.D.1, Blok I.D.2, Blok
Blok I.D.5, Blok I.D.7, Blok I.D.11, dan I.D.4, Blok I.D.5, Blok I.D.7, Blok I.D.11,
Blok I.D.12. dan Blok I.D.12.
(5) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat (5) Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sangat
Rendah dengan kode R-5 sebagaimana Rendah dengan kode R-5 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, dengan dimaksud pada ayat (1) huruf d, dengan luas
luas 349,16 (tiga ratus empat puluh 349,16 (tiga ratus empat puluh sembilan
sembilan koma satu enam) hektare, terdiri koma satu enam) hektare, terdiri atas:
atas: a. SWP I.A pada Blok I.A.5 dan Blok I.A.6;
a. SWP I.A pada Blok I.A.5 dan Blok I.A.6; b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok
b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.6, Blok I.B.7, dan Blok
I.B.4, Blok I.B.6, Blok I.B.7, dan Blok I.B.11;
I.B.11; c. SWP I.C pada Blok I.C.1; dan
c. SWP I.C pada Blok I.C.1; dan d. SWP I.D pada Blok I.D.9 dan Blok I.D.10.
d. SWP I.D pada Blok I.D.9 dan Blok
I.D.10.
Paragraf 5 Paragraf 5
Zona Sarana Pelayanan Umum Zona Sarana Pelayanan Umum

Pasal 28 Pasal 29
(1) Zona Sarana Pelayanan Umum dengan kode (1) Zona Sarana Pelayanan Umum dengan kode
SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (3) huruf e, dengan luas 168,60 ayat (3) huruf e, dengan luas 169,61 (seratus
(seratus enam puluh delapan koma enam) enam puluh sembilan koma enam satu)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
hektare, meliputi: hektare, meliputi:
a. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum a. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota dengan kode SPU-1; Skala Kota dengan kode SPU-1;
b. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum b. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kecamatan dengan kode SPU-2; Skala Kecamatan dengan kode SPU-2;
dan dan
c. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum c. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kelurahan dengan kode SPU-3. Skala Kelurahan dengan kode SPU-3.
(2) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala (2) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota dengan kode SPU-1 sebagaimana Kota dengan kode SPU-1 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan luas
luas 114,85 (seratus empat belas koma 135,96 (seratus tiga lima koma sembilan
delapan lima) hektare, terdiri atas: enam) hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan a. SWP I.A pada Blok I.A.3 dan Blok I.A.9;
b. SWP I.D pada Blok I.D.4. dan
(3) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala b. SWP I.D pada Blok I.D.4.
Kecamatan dengan kode SPU-2 (3) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf Kecamatan dengan kode SPU-2 sebagaimana
b, dengan luas 21,54 (dua puluh satu koma dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan luas
lima empat) hektare, terdiri atas: 21,57 (dua puluh satu koma lima tujuh)
a. SWP I.A pada Blok I.A.9; hektare, terdiri atas:
b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.9;
I.B.5, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok
dan Blok I.B.11; I.B.5, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9,
c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok dan Blok I.B.11;
I.C.7, dan Blok I.C.9; dan c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, I.C.7, dan Blok I.C.9; dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Blok I.D.11, dan Blok I.D.12. d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
(4) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala I.D.11, dan Blok I.D.12.
Kelurahan dengan kode SPU-3 sebagaimana (4) Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
dimaksud pada ayat (1) huruf c, dengan luas Kelurahan dengan kode SPU-3 sebagaimana
12,08 (dua belas koma nol delapan) hektare, dimaksud pada ayat (1) huruf c, dengan luas
terdiri atas: 12,08 (dua belas koma nol delapan) hektare,
a. SWP I.A pada Blok I.A.6 dan Blok I.A.9; terdiri atas:
b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok a. SWP I.A pada Blok I.A.6 dan Blok I.A.9;
I.B.4, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, b. SWP I.B pada Blok I.B.2, Blok I.B.3, Blok
Blok I.B.10, dan Blok I.B.11; I.B.4, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9,
c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok Blok I.B.10, dan Blok I.B.11;
I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok
I.C.10; dan I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, I.C.10; dan
Blok I.D.6, dan Blok I.D.12. d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, Blok
I.D.6, dan Blok I.D.12.
Paragraf 6 Paragraf 6
Zona Ruang Terbuka Non Hijau Zona Ruang Terbuka Non Hijau

Pasal 29 Pasal 30
Zona Ruang Terbuka Non Hijau dengan kode Zona Ruang Terbuka Non Hijau dengan kode
RTNH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 RTNH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
ayat (3) huruf f, dengan luas 5,47 (lima koma (3) huruf f, dengan luas 0,13 (nol koma satu tiga)
empat tujuh) hektare, terdiri atas: hektare, terdapat di SWP I.B pada Blok I.B.8.
a. SWP I.B pada Blok I.B.5 dan Blok I.B.8; dan
b. SWP I.D pada Blok I.D.12.
Paragraf 7 Paragraf 7
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Zona Perdagangan dan Jasa Zona Perdagangan dan Jasa

Pasal 30 Pasal 31
(1) Zona Perdagangan dan Jasa dengan kode K (1) Zona Perdagangan dan Jasa dengan kode K
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf g, dengan luas 208,25 (dua ratus (3) huruf g, dengan luas 157,22 (seratus lima
delapan koma dua lima) hektare, meliputi: puluh tujuh koma dua dua) hektare,
a. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala meliputi:
Kota dengan kode K-1; a. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
b. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota dengan kode K-1;
WP dengan kode K-2; dan b. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
c. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP dengan kode K-2; dan
SWP dengan kode K-3. c. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
(2) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota SWP dengan kode K-3.
dengan kode K-1 sebagaimana dimaksud (2) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota
pada ayat (1) huruf a, dengan luas 114,85 dengan kode K-1 sebagaimana dimaksud
(seratus empat belas koma delapan lima) pada ayat (1) huruf a, dengan luas 116,52
hektare, terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.2, (seratus enam belas koma lima dua) hektare,
Blok I.A.8, dan Blok I.A.9. terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.2, Blok
(3) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP I.A.8, dan Blok I.A.9.
dengan kode K-2 sebagaimana dimaksud (3) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP
pada ayat (1) huruf b, dengan luas 85,64 dengan kode K-2 sebagaimana dimaksud
(delapan puluh lima koma enam empat) pada ayat (1) huruf b, dengan luas 33,39
hektare, terdiri atas: (tiga puluh tiga koma tiga sembilan) hektare,
a. SWP I.A pada Blok I.A.7 dan Blok I.A.8; terdiri atas:
b. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.5, dan a. SWP I.A pada Blok I.A.7 dan Blok I.A.8;
Blok I.B.8; dan b. SWP I.B pada Blok I.B.4 dan Blok I.B.5;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
c. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.6, dan dan
Blok I.D.12. c. SWP I.D pada Blok I.D.3 dan Blok I.D.6.
(4) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP (4) Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP
dengan kode K-3 sebagaimana dimaksud dengan kode K-3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, dengan luas 7,76 pada ayat (1) huruf c, dengan luas 7,31
(tujuh koma tujuh enam) hektare, terdiri (tujuh koma tiga satu) hektare, terdiri atas:
atas: a. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.7, Blok
a. SWP I.B pada Blok I.B.4, Blok I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, dan Blok I.B.10;
I.B.8, Blok I.B.9, dan Blok I.B.10; b. SWP I.C pada Blok I.C.4, Blok I.C.5, dan
b. SWP I.C pada Blok I.C.4, Blok I.C.5, dan Blok I.C.8; dan
Blok I.C.8; dan c. SWP I.D pada Blok I.D.3 dan Blok I.D.5.
c. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, dan
Blok I.D.12.
Paragraf 8 Paragraf 8
Zona Perkantoran Zona Perkantoran

Pasal 31 Pasal 32
Zona Perkantoran dengan kode KT sebagaimana Zona Perkantoran dengan kode KT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf h, dengan dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf h, dengan
luas 170,03 (seratus tujuh puluh koma nol tiga) luas 170,04 (seratus tujuh puluh koma nol empat)
hektare, terdiri atas: hektare, terdiri atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.1 dan Blok I.A.3; a. SWP I.A pada Blok I.A.1 dan Blok I.A.3;
b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok b. SWP I.B pada Blok I.B.3, Blok I.B.4, Blok I.B.7,
I.B.7, Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok I.B.10, dan Blok I.B.8, Blok I.B.9, Blok I.B.10, dan Blok
Blok I.B.11; I.B.11;
c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok c. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.4, Blok I.C.5,
I.C.5, Blok I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok I.C.7, Blok I.C.8, Blok I.C.9, dan Blok
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Blok I.C.10; dan I.C.10; dan
d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, dan Blok d. SWP I.D pada Blok I.D.3, Blok I.D.5, dan Blok
I.D.12. I.D.12.
Paragraf 9 Paragraf 9
Zona Transportasi Zona Transportasi

Pasal 32 Pasal 33
Zona Transportasi dengan kode TR sebagaimana Zona Transportasi dengan kode TR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf i, dengan dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf i, dengan
luas 1,39 (satu koma tiga sembilan) hektare, luas 0,23 (nol koma dua tiga) hektare, terdapat di
terdiri atas: SWP I.C pada Blok I.C.5.
a. SWP I.A pada Blok I.A.9; dan
b. SWP I.C pada Blok I.C.5.
Paragraf 10 Paragraf 10
Zona Pertahanan dan Keamanan Zona Pertahanan dan Keamanan KEMENHAN:

Pasal 33 Pasal 34 Dalam penyusunan RDTR Sudah diakomodir


Zona Pertahanan dan Keamanan dengan kode HK Zona Pertahanan dan Keamanan dengan kode HK agar mewadahi data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) pertahanan dan keamanan
huruf j, dengan luas 1,81 (satu koma delapan huruf j, dengan luas 1,94 (satu koma sembilan sebagai zona pertahanan
satu) hektare, terdapat di SWP I.A pada Blok I.A.3. empat) hektare, terdiri atas: dan keamanan, berupa
a. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan koramil 1413-10/Gu.
b. SWP I.C pada Blok I.C.4.

Paragraf 11 Paragraf 11
Zona Peruntukan Lainnya Zona Peruntukan Lainnya
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Pasal 34 Pasal 35
(1) Zona Peruntukan Lainnya dengan kode PL (1) Zona Peruntukan Lainnya dengan kode PL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf k, dengan luas 124,98 (seratus dua (3) huruf k, dengan luas 125,45 (seratus dua
puluh empat koma sembilan delapan) puluh lima koma empat lima) hektare,
hektare, meliputi: meliputi:
a. Sub-Zona Instalasi Pengolahan Air a. Sub-Zona Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dengan kode PL-4; dan Limbah (IPAL) dengan kode PL-4; dan
b. Sub-Zona Pergudangan dengan kode PL- b. Sub-Zona Pergudangan dengan kode PL-
6. 6.
(2) Sub-Zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (2) Sub-Zona Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dengan kode PL-4 sebagaimana (IPAL) dengan kode PL-4 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan luas
luas 0,02 (nol koma nol dua) hektare, terdiri 0,14 (nol koma satu empat) hektare, terdiri
atas: atas:
a. SWP I.A pada Blok I.A.3; dan a. SWP I.A pada Blok I.A.3 dan Blok I.A.8;
b. SWP I.B pada Blok I.B.7. dan
(3) Sub-Zona Pergudangan dengan kode PL-6 b. SWP I.B pada Blok I.B.7.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (3) Sub-Zona Pergudangan dengan kode PL-6
b, dengan luas 124,97 (seratus dua puluh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
empat koma sembilan tujuh) hektare, b, dengan luas 125,31 (seratus dua puluh
terdapat di SWP I.D pada Blok I.D.2. lima koma tiga satu) hektare, terdapat di
SWP I.D pada Blok I.D.2.

BAB VI BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Umum

Pasal 35 Pasal 36
(1) Ketentuan Pemanfaatan Ruang sebagaimana (1) Ketentuan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, dimaksud dalam Pasal 2 huruf d,
merupakan acuan dalam mewujudkan merupakan acuan dalam mewujudkan
rencana Struktur Ruang dan rencana Pola rencana Struktur Ruang dan rencana Pola
Ruang RDTR Kawasan Perkotaan Ruang RDTR Kawasan Perkotaan
Labungkari. Labungkari.
(2) Ketentuan Pemanfaatan Ruang sebagaimana (2) Ketentuan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. ketentuan pelaksanaan KKPR; dan a. ketentuan pelaksanaan KKPR; dan
b. program Pemanfaatan Ruang prioritas. b. program Pemanfaatan Ruang prioritas.
Bagian Kedua Bagian Kedua
Ketentuan Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Ketentuan Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang

Pasal 36 Pasal 37
(1) Ketentuan pelaksanaan KKPR WP Kawasan (1) Ketentuan pelaksanaan KKPR WP Kawasan
Perkotaan Labungkari sebagaimana Perkotaan Labungkari sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a, dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan. perundang-undangan.
(2) Ketentuan pelaksanaan KKPR sebagaimana (2) Ketentuan pelaksanaan KKPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi dimaksud pada ayat (1) menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan revisi pertimbangan dalam pelaksanaan revisi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
RDTR. RDTR.
Bagian Ketiga Bagian Ketiga KEMENDAGRI:
Program Pemanfaatan Ruang Prioritas Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Diubah dan Sudah diakomodir
Pasal 37 Pasal 38 disempurnakan menjadi:
(1) Program Pemanfaatan Ruang prioritas (1) Program Pemanfaatan Ruang prioritas Waktu dan tahapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat pelaksanaan sebagaimana
(2) huruf b, meliputi: (2) huruf b, meliputi: dimaksud pada ayat (1)
a. program Pemanfaatan Ruang prioritas; a. program Pemanfaatan Ruang prioritas; huruf e, terdiri atas 5 (lima)
b. lokasi; b. lokasi; tahapan, meliputi:
c. sumber pendanaan; c. sumber pendanaan; a. tahap pertama pada
d. instansi pelaksana; dan d. instansi pelaksana; dan periode tahun 2022 –
2024;
e. waktu dan tahapan pelaksanaan. e. waktu dan tahapan pelaksanaan.
b. tahap kedua pada
(2) Program Pemanfaatan Ruang prioritas (2) Program Pemanfaatan Ruang prioritas periode tahun 2025 –
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf 2029;
a, meliputi: a, meliputi: c. tahap ketiga pada
a. program perwujudan rencana Struktur a. program perwujudan rencana Struktur periode tahun 2030 –
Ruang; dan Ruang; dan 2034;
b. program perwujudan rencana Pola b. program perwujudan rencana Pola d. tahap keempat pada
periode tahun 2035 –
Ruang; Ruang;
2039; dan
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) e. tahap kelima pada
huruf b, terdapat di seluruh SWP dan Blok huruf b, terdapat di seluruh SWP dan Blok periode tahun 2040 –
pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari. pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari. 2042.
(4) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud (4) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi: pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. anggaran pendapatan dan belanja a. anggaran pendapatan dan belanja SETKAB:
negara; negara;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. anggaran pendapatan dan belanja b. anggaran pendapatan dan belanja daerah Pasal 37 ayat (5) tentang
daerah provinsi; provinsi; instansi pelaksana agar Tidak Diakomodir
c. anggaran pendapatan dan belanja c. anggaran pendapatan dan belanja daerah disesuaikan menjadi karena untuk SKPD
daerah kabupaten; dan/atau kabupaten; dan/atau sebagai berikut: dan dinas teknis terkait
d. sumber pembiayaan lain yang sah. d. sumber pembiayaan lain yang sah. a. Satuan kerja perangkat dijabarkan secara rinci
(5) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud (5) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud daerah (SKPD); didalam indikasi
pada ayat (1) huruf d, meliputi: pada ayat (1) huruf d, meliputi: b. Dinas teknis terkait; program
c. Kementerian/lembaga
a. Pemerintah Pusat; a. Pemerintah Pusat;
d. Swasta; dan/atau
b. Pemerintah Daerah provinsi; b. Pemerintah Daerah provinsi; e. Masyarakat.
c. Pemerintah Daerah kabupaten; c. Pemerintah Daerah kabupaten;
d. swasta; dan/atau d. swasta; dan/atau HKO ATR/BPN:
e. Masyarakat. e. Masyarakat.
(6) Waktu dan tahapan pelaksanaan (6) Waktu dan tahapan pelaksanaan
Untuk Program Prioritas Tidak Diakomodir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
cukup memuat ketentuan Karena Berdasarkan
e, terdiri atas 5 (lima) tahapan, meliputi: e, terdiri atas 5 (lima) tahapan, meliputi:
umumnya saja pada batang hasil kesepakatan
a. tahap pertama pada periode tahun 2022 a. tahap pertama pada periode tahun 2022
tubuh dan merincinya di pemda
– 2024; – 2024;
lampiran. mempertahankan
b. tahap kedua pada periode tahun 2025 – b. tahap kedua pada periode tahun 2025 –
Rumusan Pasal: rumusan pasal
2029; 2029;
sebagaimana tercantum
c. tahap ketiga pada periode tahun 2030 – c. tahap ketiga pada periode tahun 2030 –
Pasal 37 pada pasal 37 karena
2034; 2034;
(1) Program prioritas lebih memperjelas isi
d. tahap keempat pada periode tahun 2035 d. tahap keempat pada periode tahun 2035
Pemanfaatan Ruang pada lampiran indikasi
– 2039; dan – 2039; dan
sebagaimana dimaksud program.
e. tahap kelima pada periode tahun 2039 – e. tahap kelima pada periode tahun 2040 –
dalam Pasal... huruf…,
2042. 2042.
disusun berdasarkan
(7) Program Pemanfaatan Ruang prioritas WP (7) Program Pemanfaatan Ruang prioritas WP
indikasi program utama
Kawasan Perkotaan Labungkari Kawasan Perkotaan Labungkari
lima tahunan;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Program prioritas
tercantum dalam Lampiran V yang tercantum dalam Lampiran V yang Pemanfaatan Ruang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari sebagaimana dimaksud
Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini. pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran xxx
yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
BAB VII BAB VII
PERATURAN ZONASI PERATURAN ZONASI

Bagian Kesatu Bagian Kesatu


Umum Umum

Pasal 38 Pasal 39
(1) Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud (1) Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf e, berfungsi sebagai: dalam Pasal 2 huruf e, berfungsi sebagai:
a. perangkat operasional pengendalian h. perangkat operasional pengendalian
Pemanfaatan Ruang; Pemanfaatan Ruang;
b. acuan dalam pemberian KKPR, terutama i. acuan dalam pemberian KKPR, terutama
di dalamnya air right development dan di dalamnya air right development dan
Pemanfaatan Ruang di bawah tanah; Pemanfaatan Ruang di bawah tanah;
c. acuan dalam pemberian insentif dan j. acuan dalam pemberian insentif dan
disinsentif; disinsentif;
d. acuan dalam pengenaan sanksi; dan k. acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. rujukan teknis dalam pengembangan l. rujukan teknis dalam pengembangan
atau pemanfaatan lahan dan penetapan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
lokasi investasi. lokasi investasi.
(2) Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud (2) Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas: pada ayat (1) terdiri atas:
f. aturan dasar; dan m. aturan dasar; dan
g. teknik pengaturan zonasi. n. teknik pengaturan zonasi.
Bagian Kedua Bagian Kedua
Aturan Dasar Aturan Dasar

Pasal 39 Pasal 40
(1) Aturan dasar sebagaimana dimaksud dalam (1) Aturan dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (2) huruf a, meliputi: Pasal 39 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan; lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
ruang; c. ketentuan tata bangunan;
c. ketentuan tata bangunan; d. ketentuan prasarana dan sarana
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
minimal; e. ketentuan khusus; dan
e. ketentuan khusus; dan f. ketentuan pelaksanaan.
f. ketentuan pelaksanaan. (2) Aturan dasar sebagaimana dimaksud pada
(2) Aturan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
ayat (1), meliputi: a. aturan dasar Zona Lindung; dan
a. aturan dasar Zona Lindung; dan b. aturan dasar Zona Budi Daya.
b. aturan dasar Zona Budi Daya.
Pasal 40 Pasal 41
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan (1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(1) huruf a, meliputi: (1) huruf a, meliputi:
a. pemanfaatan yang a. pemanfaatan yang
diperbolehkan/diizinkan dengan diperbolehkan/diizinkan dengan
klasifikasi I; klasifikasi I;
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas
dengan klasifikasi T; dengan klasifikasi T;
c. pemanfaatan bersyarat tertentu dengan c. pemanfaatan bersyarat tertentu dengan
klasifikasi B; dan klasifikasi B; dan
d. pemanfaatan yang tidak d. pemanfaatan yang tidak
diperbolehkan/diizinkan dengan diperbolehkan/diizinkan dengan
klasifikasi X. klasifikasi X.
(2) Pemanfaatan yang diperbolehkan/diizinkan (2) Pemanfaatan yang diperbolehkan/diizinkan
dengan klasifikasi I sebagaimana dimaksud dengan klasifikasi I sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, merupakan kategori pada ayat (1) huruf a, merupakan kategori
kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu
Zona atau Sub-Zona yang sesuai dengan Zona atau Sub-Zona yang sesuai dengan
rencana peruntukan ruang. rencana peruntukan ruang.
(3) Pemanfaatan bersyarat secara terbatas (3) Pemanfaatan bersyarat secara terbatas
dengan klasifikasi T sebagaimana dimaksud dengan klasifikasi T sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, merupakan kategori pada ayat (1) huruf b, merupakan kategori
kegiatan dan penggunaan lahan yang kegiatan dan penggunaan lahan yang
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut: dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pembatasan intensitas bangunan yang a. pembatasan intensitas bangunan yang
telah ditentukan dengan klasifikasi T1; telah ditentukan dengan klasifikasi T1;
b. pembatasan pengoperasian suatu b. pembatasan pengoperasian suatu
kegiatan, baik dalam bentuk waktu kegiatan, baik dalam bentuk waktu
beroperasinya suatu kegiatan dalam beroperasinya suatu kegiatan dalam
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Sub-Zona maupun pembatasan jangka Sub-Zona maupun pembatasan jangka
waktu pemanfaatan lahan untuk waktu pemanfaatan lahan untuk
kegiatan tertentu yang diusulkan dengan kegiatan tertentu yang diusulkan dengan
klasifikasi T2; dan klasifikasi T2; dan
c. pembatasan jumlah pemanfaatan, jika c. pembatasan jumlah pemanfaatan, jika
pemanfaatan yang diusulkan telah ada pemanfaatan yang diusulkan telah ada
mampu melayani kebutuhan serta mampu melayani kebutuhan serta belum
belum memerlukan tambahan, maka memerlukan tambahan, maka
pemanfaatan tersebut tidak boleh pemanfaatan tersebut tidak boleh
diizinkan atau diizinkan terbatas dengan diizinkan atau diizinkan terbatas dengan
pertimbangan-pertimbangan khusus pertimbangan-pertimbangan khusus
dengan klasifikasi T3. dengan klasifikasi T3.
(4) Pemanfaatan bersyarat tertentu dengan (4) Pemanfaatan bersyarat tertentu dengan
klasifikasi B sebagaimana dimaksud pada klasifikasi B sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, merupakan kategori ayat (1) huruf c, merupakan kategori
kegiatan dan penggunaan lahan yang kegiatan dan penggunaan lahan yang
memerlukan persyaratan-persyaratan memerlukan persyaratan-persyaratan
tertentu, dapat berupa persyaratan umum tertentu, dapat berupa persyaratan umum
dan persyaratan khusus mengingat dan persyaratan khusus mengingat
pemanfaatan ruang tersebut memiliki pemanfaatan ruang tersebut memiliki
dampak yang besar bagi lingkungan dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya dengan ketentuan sebagai sekitarnya dengan ketentuan sebagai
berikut: berikut:
a. wajib melakukan kajian lingkungan a. wajib melakukan kajian lingkungan
hidup sesuai peraturan perundangan hidup sesuai peraturan perundangan
yang berlaku (Amdal/UKL-UPL/SPPL) yang berlaku (Amdal/UKL-UPL/SPPL)
dan wajib memenuhi persyaratan hasil dan wajib memenuhi persyaratan hasil
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
kajian lingkungan hidup sesuai kajian lingkungan hidup sesuai
rekomendasi dinas terkait dengan rekomendasi dinas terkait dengan
klasifikasi B1; klasifikasi B1;
b. wajib analisis dampak lalu lintas dengan b. wajib analisis dampak lalu lintas dengan
klasifikasi B2; klasifikasi B2;
c. wajib menyediakan prasarana minimal c. wajib menyediakan prasarana minimal
sesuai ketentuan dengan klasifikasi B3; sesuai ketentuan dengan klasifikasi B3;
dan dan
d. wajib memenuhi perizinan yang d. wajib memenuhi perizinan yang
diterbitkan oleh instansi dan/atau dinas diterbitkan oleh instansi dan/atau dinas
terkait dengan klasifikasi B4. terkait dengan klasifikasi B4.
(5) Pemanfaatan yang tidak (5) Pemanfaatan yang tidak
diperbolehkan/diizinkan dengan klasifikasi diperbolehkan/diizinkan dengan klasifikasi
X sebagaimanapada ayat (1) huruf d, X sebagaimanapada ayat (1) huruf d,
merupakan kategori kegiatan dan merupakan kategori kegiatan dan
penggunaan lahan yang memiliki sifat tidak penggunaan lahan yang memiliki sifat tidak
sesuai dengan rencana peruntukan ruang sesuai dengan rencana peruntukan ruang
yang direncanakan dan dapat menimbulkan yang direncanakan dan dapat menimbulkan
dampak yang cukup besar bagi lingkungan dampak yang cukup besar bagi lingkungan
di sekitarnya. di sekitarnya.
(6) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan (6) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini.
Pasal 41 Pasal 42
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang (1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat
(1) huruf b, merupakan ketentuan mengenai (1) huruf b, merupakan ketentuan mengenai
besaran pembangunan yang diizinkan pada besaran pembangunan yang diizinkan pada
suatu Zona atau Sub-Zona, meliputi: suatu Zona atau Sub-Zona, meliputi:
a. KDB maksimum; a. KDB maksimum;
b. KLB maksimum; b. KLB maksimum;
c. KDH minimal; dan c. KDH minimal; dan
d. luas kaveling minimum. d. luas kaveling minimum.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang (2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran VII yang tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini.
Pasal 42 Pasal 43
(1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana (1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf c, dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf c,
merupakan ketentuan yang mengatur merupakan ketentuan yang mengatur bentuk,
bentuk, besaran, peletakan, dan prasarana besaran, peletakan, dan prasarana minimal
minimal pada suatu Zona atau Sub-Zona, pada suatu Zona atau Sub-Zona, meliputi:
meliputi: a. TB maksimum; dan
a. TB maksimum; dan b. GSB minimum.
b. GSB minimum. (2) Ketentuan tata bangunan pada WP Kawasan
(2) Ketentuan tata bangunan pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari sebagaimana
Perkotaan Labungkari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 43 Pasal 44
(1) Ketentuan prasarana dan sarana minimal (1) Ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat
(1) huruf d, meliputi: (1) huruf d, meliputi:
a. jalur pedestrian; a. jalur pedestrian;
b. jaringan jalan; b. jaringan jalan;
c. ruang terbuka hijau; c. ruang terbuka hijau;
d. ruang terbuka non hijau; d. ruang terbuka non hijau;
e. utilitas perkotaan; e. utilitas perkotaan;
f. prasarana lingkungan; dan f. prasarana lingkungan; dan
g. ketentuan prasarana lainnya yang g. ketentuan prasarana lainnya yang
diperlukan. diperlukan.
(2) Ketentuan prasarana dan sarana minimal (2) Ketentuan prasarana dan sarana minimal
pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran IX yang tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini. Peraturan Bupati ini.

Paragraf 1 Paragraf 1
Aturan Dasar Zona Lindung Aturan Dasar Zona Lindung
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Pasal 44 Pasal 45
Aturan dasar Zona Lindung sebagaimana Aturan dasar Zona Lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf a, dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf a,
meliputi: meliputi:
a. aturan dasar Zona Perlindungan Setempat a. aturan dasar Zona Perlindungan Setempat
dengan kode PS; dengan kode PS;
b. aturan dasar Zona Ruang Terbuka Hijau b. aturan dasar Zona Ruang Terbuka Hijau
dengan kode RTH; dan dengan kode RTH;
c. aturan dasar Zona Ekosistem Mangrove c. aturan dasar Zona Ekosistem Mangrove
dengan kode EM. dengan kode EM; dan
d. aturan dasar Zona Badan Air dengan kode BA.
Pasal 45 Pasal 46
Aturan dasar Zona Perlindungan Setempat dengan Aturan dasar Zona Perlindungan Setempat dengan
kode PS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kode PS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
huruf a, meliputi: huruf a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) persen; 1. KDB maksimum 0 (nol) persen;
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); dan 2. KLB maksimum 0 (nol); dan
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh) persen. 3. KDH minimal 100 (seratus) persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB c. ketentuan tata bangunan berupa TB
maksimum 8 (delapan) meter; dan maksimum 0 (nol) meter; dan
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan vegetasi yang bisa 1. menyediakan vegetasi yang bisa
meminimalisir dampak bencana; meminimalisir dampak bencana;
2. tidak diperbolehkan melakukan 2. menyediakan jalan inspeksi dengan
pembangunan perumahan baru pada perkerasan minimal 1,5 (satu koma lima)
sempadan mata air; meter;
3. menyediakan jalan inspeksi dengan 3. jalan lingkungan pada permukiman
perkerasan minimal 1,5 (satu koma lima) nelayan dibuat aman untuk pejalan kaki;
meter; dan
4. jalan lingkungan pada permukiman 4. struktur bangunan eksisting pada
nelayan dibuat aman untuk pejalan kaki; sempadan harus mempertimbangkan
dan mitigasi bencana.
5. struktur bangunan eksisting pada
sempadan harus mempertimbangkan
mitigasi bencana.
Pasal 46 Pasal 47
(1) Aturan dasar Zona Ruang Terbuka Hijau (1) Aturan dasar Zona Ruang Terbuka Hijau
dengan kode RTH sebagaimana dimaksud dengan kode RTH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 huruf b, terdiri atas: dalam Pasal 45 huruf b, terdiri atas:
a. aturan dasar Sub-Zona Rimba Kota a. aturan dasar Sub-Zona Rimba Kota
dengan kode RTH-1; dengan kode RTH-1;
b. aturan dasar Sub-Zona Taman Kota b. aturan dasar Sub-Zona Taman Kota
dengan kode RTH-2; dengan kode RTH-2;
c. aturan dasar Sub-Zona Taman c. aturan dasar Sub-Zona Taman
Kecamatan dengan kode RTH-3; Kecamatan dengan kode RTH-3;
d. aturan dasar Sub-Zona Taman d. aturan dasar Sub-Zona Taman
Kelurahan dengan kode RTH-4; Kelurahan dengan kode RTH-4;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
e. aturan dasar Sub-Zona Taman RW e. aturan dasar Sub-Zona Taman RW
dengan kode RTH-5; dengan kode RTH-5;
f. aturan dasar Sub-Zona Pemakaman f. aturan dasar Sub-Zona Pemakaman
dengan kode RTH-7; dan dengan kode RTH-7; dan
g. aturan dasar Sub-Zona Jalur Hijau g. aturan dasar Sub-Zona Jalur Hijau
dengan kode RTH-8. dengan kode RTH-8.
(2) Aturan dasar Sub-Zona Rimba Kota dengan (2) Aturan dasar Sub-Zona Rimba Kota dengan
kode RTH-1 sebagaimana dimaksud pada kode RTH-1 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi: ayat (1) huruf a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 25 (dua puluh lima) 1. KDB maksimum 25 (dua puluh lima)
persen; persen;
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
dan dan
3. KDH minimal 75 (tujuh puluh lima) 3. KDH minimal 75 (tujuh puluh lima)
persen. persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB c. ketentuan tata bangunan sebagai
maksimum 8 (delapan) meter; dan berikut:
d. ketentuan prasarana dan sarana 1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
minimal sebagai berikut: 2. GSB minimum berlaku dengan
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2 klasifikasi sebagai berikut:
(satu koma dua) meter dilengkapi a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
fasilitas pejalan kaki seperti lampu meter untuk jalan kolektor
jalan dan bahu jalan; primer;
2. prasarana parkir maksimum 10 b) GSB minimum 13 (tiga belas)
(sepuluh) persen dari luas Sub-Zona; meter untuk jalan kolektor
3. menyediakan aksesibilitas untuk sekunder;
difabel; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
4. menyediakan saluran buangan air untuk jalan lokal sekunder; dan
hujan; d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
5. menyediakan tempat sampah berupa untuk jalan lingkungan sekunder
wadah plastik atau tong sampah d. ketentuan prasarana dan sarana
yang sudah dipisahkan antara minimal sebagai berikut:
sampah organik dan anorganik; 1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
6. menyediakan hidran umum; (satu koma dua) meter dilengkapi
7. menyediakan fasilitas pendukung fasilitas pejalan kaki seperti lampu
berupa pos pengelola, pos keamanan, jalan dan bahu jalan;
pos peneliti, dan pos pemadam 2. prasarana parkir maksimum 10
kebakaran; dan (sepuluh) persen dari luas Sub-Zona;
8. menyediakan rambu jalur evakuasi 3. menyediakan aksesibilitas untuk
dan titik kumpul. difabel;
(3) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kota dengan 4. menyediakan saluran buangan air
kode RTH-2 sebagaimana dimaksud pada hujan;
ayat (1) huruf b, meliputi: 5. menyediakan tempat sampah berupa
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan wadah plastik atau tong sampah
lahan tercantum dalam Lampiran VI yang sudah dipisahkan antara
yang merupakan bagian tidak sampah organik dan anorganik;
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; 6. menyediakan hidran umum;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 7. menyediakan fasilitas pendukung
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: berupa pos pengelola, pos keamanan,
1. KDB maksimum 25 (dua puluh lima) pos peneliti, dan pos pemadam
persen; kebakaran; dan
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); 8. menyediakan rambu jalur evakuasi
dan dan titik kumpul.
3. KDH minimal 75 (tujuh puluh lima) (3) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kota dengan
persen. kode RTH-2 sebagaimana dimaksud pada
c. ketentuan tata bangunan berupa TB ayat (1) huruf b, meliputi:
maksimum 8 (delapan) meter; dan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
d. ketentuan prasarana dan sarana lahan tercantum dalam Lampiran VI
minimal sebagai berikut: yang merupakan bagian tidak
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2 terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
(satu koma dua) meter dilengkapi b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
fasilitas pejalan kaki seperti lampu sebagai berikut:
jalan dan bahu jalan; 1. KDB maksimum 25 (dua puluh lima)
2. prasarana parkir maksimum 10 persen;
(sepuluh) persen dari luas Sub-Zona; 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
3. menyediakan aksesibilitas untuk dan
difabel; 3. KDH minimal 75 (tujuh puluh lima)
4. menyediakan saluran buangan air persen.
hujan; c. ketentuan tata bangunan sebagai
5. menyediakan rambu jalur evakuasi berikut:
dan titik kumpul; 1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
6. menyediakan alat pemadam api 2. GSB minimum berlaku dengan
ringan (APAR); klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
7. menyediakan tempat sampah berupa
meter untuk jalan kolektor
wadah plastik atau tong sampah primer;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
yang sudah dipisahkan antara b) GSB minimum 13 (tiga belas)
sampah organik dan anorganik; meter untuk jalan kolektor
8. menyediakan hidran umum; dan sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
9. menyediakan tempat duduk
untuk jalan lokal sekunder; dan
pengunjung (bench). d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
(4) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kecamatan untuk jalan lingkungan sekunder.
dengan kode RTH-3 sebagaimana dimaksud d. ketentuan prasarana dan sarana
pada ayat (1) huruf c, meliputi: minimal sebagai berikut:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan 1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
lahan tercantum dalam Lampiran VI (satu koma dua) meter dilengkapi
yang merupakan bagian tidak fasilitas pejalan kaki seperti lampu
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; jalan dan bahu jalan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 2. prasarana parkir maksimum 10
sebagai berikut: (sepuluh) persen dari luas Sub-Zona;
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) 3. menyediakan aksesibilitas untuk
persen; difabel;
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); 4. menyediakan saluran buangan air
dan hujan;
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh) 5. menyediakan rambu jalur evakuasi
persen. dan titik kumpul;
c. ketentuan tata bangunan berupa TB 6. menyediakan alat pemadam api
maksimum 8 (delapan) meter; dan ringan (APAR);
d. ketentuan prasarana dan sarana 7. menyediakan tempat sampah berupa
minimal sebagai berikut: wadah plastik atau tong sampah
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2 yang sudah dipisahkan antara
(satu koma dua) meter dilengkapi sampah organik dan anorganik;
fasilitas pejalan kaki seperti lampu 8. menyediakan hidran umum; dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
jalan dan bahu jalan; 9. menyediakan tempat duduk
2. parkir tepi jalan (on street parking) pengunjung (bench).
diatur lebih lanjut oleh instansi (4) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kecamatan
terkait; dengan kode RTH-3 sebagaimana dimaksud
3. menyediakan aksesibilitas untuk pada ayat (1) huruf c, meliputi:
difabel; a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
4. menyediakan saluran buangan air lahan tercantum dalam Lampiran VI
hujan; yang merupakan bagian tidak
5. menyediakan rambu jalur evakuasi terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
dan titik kumpul; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
6. menyediakan alat pemadam api sebagai berikut:
ringan (APAR); 1. KDB maksimum 30 (tiga puluh)
7. menyediakan tempat sampah berupa persen;
wadah plastik atau tong sampah 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
yang sudah dipisahkan antara dan
sampah organik dan anorganik; 3. KDH minimal 70 (tujuh puluh)
8. menyediakan hidran umum; dan persen.
9. menyediakan tempat duduk c. ketentuan tata bangunan sebagai
pengunjung (bench). berikut:
(5) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kelurahan 1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
dengan kode RTH-4 sebagaimana dimaksud 2. GSB minimum berlaku dengan
pada ayat (1) huruf d, meliputi: klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
meter untuk jalan kolektor
lahan tercantum dalam Lampiran VI primer;
yang merupakan bagian tidak b) GSB minimum 13 (tiga belas)
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; meter untuk jalan kolektor
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sekunder;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) untuk jalan lokal sekunder; dan
persen; d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lingkungan sekunder.
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
d. ketentuan prasarana dan sarana
dan
minimal sebagai berikut:
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh)
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
persen.
(satu koma dua) meter dilengkapi
c. ketentuan tata bangunan berupa TB
fasilitas pejalan kaki seperti lampu
maksimum 8 (delapan) meter; dan
jalan dan bahu jalan;
d. ketentuan prasarana dan sarana
2. parkir tepi jalan (on street parking)
minimal sebagai berikut:
diatur lebih lanjut oleh instansi
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
terkait;
(satu koma dua) meter dilengkapi
3. menyediakan aksesibilitas untuk
fasilitas pejalan kaki seperti lampu
difabel;
jalan dan bahu jalan;
4. menyediakan saluran buangan air
2. parkir tepi jalan (on street parking)
hujan;
diatur lebih lanjut oleh instansi
5. menyediakan rambu jalur evakuasi
terkait;
dan titik kumpul;
3. menyediakan aksesibilitas untuk
6. menyediakan alat pemadam api
difabel;
ringan (APAR);
4. menyediakan saluran buangan air
7. menyediakan tempat sampah berupa
hujan;
wadah plastik atau tong sampah
5. menyediakan rambu jalur evakuasi
yang sudah dipisahkan antara
dan titik kumpul;
sampah organik dan anorganik;
6. menyediakan alat pemadam api
8. menyediakan hidran umum; dan
ringan (APAR);
9. menyediakan tempat duduk
7. menyediakan tempat sampah berupa
pengunjung (bench).
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
wadah plastik atau tong sampah (5) Aturan dasar Sub-Zona Taman Kelurahan
yang sudah dipisahkan antara dengan kode RTH-4 sebagaimana dimaksud
sampah organik dan anorganik; pada ayat (1) huruf d, meliputi:
8. menyediakan hidran umum; dan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
9. menyediakan tempat duduk lahan tercantum dalam Lampiran VI
pengunjung (bench). yang merupakan bagian tidak
(6) Aturan dasar Sub-Zona Taman RW dengan terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
kode RTH-5 sebagaimana dimaksud pada b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
ayat (1) huruf e, meliputi: sebagai berikut:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan 1. KDB maksimum 30 (tiga puluh)
lahan tercantum dalam Lampiran VI persen;
yang merupakan bagian tidak 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; dan
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 3. KDH minimal 70 (tujuh puluh)
sebagai berikut: persen.
1. KDB maksimum 10 (sepuluh) persen; c. ketentuan tata bangunan sebagai
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); berikut:
dan 1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
3. KDH minimal 90 (sembilan puluh) 2. GSB minimum berlaku dengan
persen. klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
c. ketentuan tata bangunan berupa TB
meter untuk jalan kolektor
maksimum 8 (delapan) meter; dan primer;
d. ketentuan prasarana dan sarana b) GSB minimum 13 (tiga belas)
minimal sebagai berikut: meter untuk jalan kolektor
1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2 sekunder;
(satu koma dua) meter dilengkapi c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
fasilitas pejalan kaki seperti lampu untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
jalan dan bahu jalan; untuk jalan lingkungan sekunder.
2. parkir tepi jalan (on street parking) d. ketentuan prasarana dan sarana
diatur lebih lanjut oleh instansi minimal sebagai berikut:
terkait; 1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
3. menyediakan aksesibilitas untuk (satu koma dua) meter dilengkapi
difabel; fasilitas pejalan kaki seperti lampu
4. menyediakan saluran buangan air jalan dan bahu jalan;
hujan; 2. parkir tepi jalan (on street parking)
5. menyediakan rambu jalur evakuasi diatur lebih lanjut oleh instansi
dan titik kumpul; terkait;
6. menyediakan alat pemadam api 3. menyediakan aksesibilitas untuk
ringan (APAR); difabel;
7. menyediakan tempat sampah berupa 4. menyediakan saluran buangan air
wadah plastik atau tong sampah hujan;
yang sudah dipisahkan antara 5. menyediakan rambu jalur evakuasi
sampah organik dan anorganik; dan titik kumpul;
8. menyediakan hidran umum; dan 6. menyediakan alat pemadam api
9. menyediakan tempat duduk ringan (APAR);
pengunjung (bench). 7. menyediakan tempat sampah berupa
(7) Aturan dasar Sub-Zona Pemakaman dengan wadah plastik atau tong sampah
kode RTH-7 sebagaimana dimaksud pada yang sudah dipisahkan antara
ayat (1) huruf f, meliputi: sampah organik dan anorganik;
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan 8. menyediakan hidran umum; dan
lahan tercantum dalam Lampiran VI 9. menyediakan tempat duduk
yang merupakan bagian tidak pengunjung (bench).
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; (6) Aturan dasar Sub-Zona Taman RW dengan
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang kode RTH-5 sebagaimana dimaksud pada
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: ayat (1) huruf e, meliputi:
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
persen; lahan tercantum dalam Lampiran VI
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); yang merupakan bagian tidak
dan terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh) b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
persen. sebagai berikut:
c. ketentuan tata bangunan berupa TB 1. KDB maksimum 0 (nol) persen;
maksimum 8 (delapan) meter. 2. KLB maksimum 0 (nol); dan
(8) Aturan dasar Sub-Zona Jalur Hijau dengan 3. KDH minimal 100 (seratus) persen.
kode RTH-8 sebagaimana dimaksud pada c. ketentuan tata bangunan berupa TB
ayat (1) huruf g, meliputi: maksimum 0 (nol) meter; dan
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan d. ketentuan prasarana dan sarana
lahan tercantum dalam Lampiran VI minimal sebagai berikut:
yang merupakan bagian tidak 1. lebar jalur pejalan kaki minimal 1,2
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; (satu koma dua) meter dilengkapi
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang fasilitas pejalan kaki seperti lampu
sebagai berikut: jalan dan bahu jalan;
1. KDB maksimum 10 (sepuluh) persen; 2. parkir tepi jalan (on street parking)
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); diatur lebih lanjut oleh instansi
dan terkait;
3. KDH minimal 90 (sembilan puluh) 3. menyediakan aksesibilitas untuk
persen. difabel;
c. ketentuan tata bangunan berupa TB 4. menyediakan saluran buangan air
maksimum 8 (delapan) meter. hujan;
5. menyediakan rambu jalur evakuasi
dan titik kumpul;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
6. menyediakan tempat sampah berupa
wadah plastik atau tong sampah
yang sudah dipisahkan antara
sampah organik dan anorganik;
7. menyediakan hidran umum; dan
8. menyediakan tempat duduk
pengunjung (bench).
(7) Aturan dasar Sub-Zona Pemakaman dengan
kode RTH-7 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut:
1. KDB maksimum 0 (nol) persen;
2. KLB maksimum 0 (nol); dan
3. KDH minimal 100 (seratus) persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB
maksimum 0 (nol) meter.
(8) Aturan dasar Sub-Zona Jalur Hijau dengan
kode RTH-8 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut:
1. KDB maksimum 0 (nol) persen;
2. KLB maksimum 0 (nol); dan
3. KDH minimal 100 (seratus) persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB
maksimum 0 (nol) meter.
Pasal 47 Pasal 48
Aturan dasar Zona Ekosistem Mangrove dengan Aturan dasar Zona Ekosistem Mangrove dengan
kode EM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kode EM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c, meliputi: huruf c, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 15 (lima belas) persen; 1. KDB maksimum 15 (lima belas) persen;
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); dan 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); dan
3. KDH minimal 85 (delapan puluh lima) 3. KDH minimal 85 (delapan puluh lima)
persen. persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
maksimum 8 (delapan) meter; dan 1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
1. menyediakan jalan tidak dapat
untuk jalan kolektor primer;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
menggunakan perkerasan atau permanen b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
(dapat berupa papan kayu); untuk jalan kolektor sekunder;
2. gazebo dapat disediakan sepanjang ramah c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan
lingkungan;
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
3. menyediakan rambu jalur evakuasi dan jalan lingkungan sekunder.
titik kumpul; d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
4. menyediakan tempat duduk pengunjung sebagai berikut:
(bench) non permanen; dan 1. menyediakan jalan tidak dapat
5. menyediakan tempat sampah berupa menggunakan perkerasan atau permanen
wadah plastik atau tong sampah yang (dapat berupa papan kayu);
sudah dipisahkan antara sampah organik 2. gazebo dapat disediakan sepanjang ramah
dan anorganik. lingkungan;
3. menyediakan rambu jalur evakuasi dan
titik kumpul;
4. menyediakan tempat duduk pengunjung
(bench) non permanen; dan
5. menyediakan tempat sampah berupa
wadah plastik atau tong sampah yang
sudah dipisahkan antara sampah organik
dan anorganik.
Pasal 49
Aturan dasar Zona Badan Air dengan kode BA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf d,
meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut:
1. KDB maksimum 0 (nol) persen;
2. KLB maksimum 0 (nol); dan
3. KDH minimal 100 (seratus) persen.
c. ketentuan tata bangunan berupa TB
maksimum 0 (nol) meter.
Paragraf 2 Paragraf 2
Aturan Dasar Zona Budi Daya Aturan Dasar Zona Budi Daya

Pasal 48 Pasal 50
Aturan dasar Zona Budi Daya sebagaimana Aturan dasar Zona Budi Daya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b, dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf b,
meliputi: meliputi:
a. aturan dasar Zona Pertanian dengan kode P; a. aturan dasar Zona Pertanian dengan kode P;
b. aturan dasar Zona Kawasan Peruntukan b. aturan dasar Zona Kawasan Peruntukan
Industri dengan kode KPI; Industri dengan kode KPI;
c. aturan dasar Zona Pariwisata dengan kode W; c. aturan dasar Zona Pariwisata dengan kode W;
d. aturan dasar Zona Perumahan dengan kode R; d. aturan dasar Zona Perumahan dengan kode R;
e. aturan dasar Zona Sarana Pelayanan Umum e. aturan dasar Zona Sarana Pelayanan Umum
dengan kode SPU; dengan kode SPU;
f. aturan dasar Zona Ruang Terbuka Non Hijau f. aturan dasar Zona Ruang Terbuka Non Hijau
dengan kode RTNH; dengan kode RTNH;
g. aturan dasar Zona Perdagangan dan Jasa g. aturan dasar Zona Perdagangan dan Jasa
dengan kode K; dengan kode K;
h. aturan dasar Zona Perkantoran dengan kode h. aturan dasar Zona Perkantoran dengan kode
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
KT; KT;
i. aturan dasar Zona Transportasi dengan kode i. aturan dasar Zona Transportasi dengan kode
TR; TR;
j. aturan dasar Zona Pertahanan dan Keamanan j. aturan dasar Zona Pertahanan dan Keamanan
dengan kode HK; dan dengan kode HK; dan
k. aturan dasar Zona Peruntukan Lainnya k. aturan dasar Zona Peruntukan Lainnya
dengan kode PL. dengan kode PL.
Pasal 49 Pasal 51
(1) Aturan dasar Zona Pertanian dengan kode P (1) Aturan dasar Zona Pertanian dengan kode P
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf a, berupa aturan dasar Sub-Zona huruf a, berupa aturan dasar Sub-Zona
Perkebunan dengan kode P-3. Perkebunan dengan kode P-3.
(2) Aturan dasar Sub-Zona Perkebunan dengan (2) Aturan dasar Sub-Zona Perkebunan dengan
kode P-3 sebagaimana dimaksud pada ayat kode P-3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi: (1), meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 20 (dua puluh) 1. KDB maksimum 20 (dua puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 0,2 (nol koma dua); 2. KLB maksimum 0,2 (nol koma dua);
dan dan
3. KDH minimal 80 (delapan puluh) 3. KDH minimal 80 (delapan puluh)
persen. persen.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
c. ketentuan tata bangunan berupa TB c. ketentuan tata bangunan sebagai
maksimum 20 (dua puluh) meter. berikut:
1. TB maksimum 4 (empat) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan
klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
meter untuk jalan kolektor
primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas)
meter untuk jalan kolektor
sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lingkungan sekunder.
Pasal 50 Pasal 52
Aturan dasar Zona Kawasan Peruntukan Industri Aturan dasar Zona Kawasan Peruntukan Industri
dengan kode KPI sebagaimana dimaksud dalam dengan kode KPI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf b, meliputi: Pasal 50 huruf b, meliputi:
b. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
c. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen; 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma empat); 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma empat);
dan dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
d. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter; dan 1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
e. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan ruang terbuka hijau; 1. menyediakan ruang terbuka hijau;
2. menyediakan alat pemadam api ringan 2. menyediakan alat pemadam api ringan
(APAR) dan hidran sesuai standar KPI; (APAR) dan hidran sesuai standar KPI;
3. setiap bangunan harus menyediakan 3. setiap bangunan harus menyediakan
sumur resapan untuk mengalirkan sumur resapan untuk mengalirkan
limpasan air hujan, dengan kapasitas limpasan air hujan, dengan kapasitas
sesuai kebutuhan atau standar; sesuai kebutuhan atau standar;
4. menyediakan jaringan drainase, sarana 4. menyediakan jaringan drainase, sarana
penampungan sampah, dan penampungan sampah, dan
telekomunikasi sesuai dengan ketentuan telekomunikasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; yang berlaku;
5. menyediakan energi listrik; 5. menyediakan energi listrik;
6. menyediakan instalasi pengolahan air 6. menyediakan instalasi pengolahan air
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
limbah secara mandiri oleh kawasan limbah secara mandiri oleh kawasan
industri; industri;
7. menyediakan jalur evakuasi dan titik 7. menyediakan jalur evakuasi dan titik
kumpul; kumpul;
8. menyediakan jalan di sekitar kawasan 8. menyediakan jalan di sekitar kawasan
dilengkapi lampu penerangan jalan umum; dilengkapi lampu penerangan jalan umum;
dan dan
9. menyediakan lahan parkir minimum 20 9. menyediakan lahan parkir minimum 20
(dua puluh) persen dari luas lantai (dua puluh) persen dari luas lantai
termasuk parkir pelataran, basement termasuk parkir pelataran, basement
maupun dalam bangunan gedung. maupun dalam bangunan gedung.
Pasal 51 Pasal 53
Aturan dasar Zona Pariwisata dengan kode W Aturan dasar Zona Pariwisata dengan kode W
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c,
meliputi: meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 60 (enam puluh) persen; 1. KDB maksimum 60 (enam puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,3 (satu koma tiga); dan 2. KLB maksimum 1,3 (satu koma tiga); dan
3. KDH minimal 40 (empat puluh) persen. 3. KDH minimal 40 (empat puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; dan 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan tempat duduk pengunjung 1. menyediakan tempat duduk pengunjung
(bench); (bench);
2. menyediakan lokasi perdagangan untuk 2. menyediakan lokasi perdagangan untuk
UMKM; UMKM;
3. parkir tepi jalan (on street parking) diatur 3. parkir tepi jalan (on street parking) diatur
lebih lanjut oleh instansi terkait; lebih lanjut oleh instansi terkait;
4. menyediakan aksesibilitas untuk difabel 4. menyediakan aksesibilitas untuk difabel
pada areal parkir; pada areal parkir;
5. menyediakan rambu jalur evakuasi dan 5. menyediakan rambu jalur evakuasi dan
titik kumpul; titik kumpul;
6. menyediakan wadah sampah yang 6. menyediakan wadah sampah yang
mencukupi seperti bak sampah rumah mencukupi seperti bak sampah rumah
tangga yang sudah membedakan jenis tangga yang sudah membedakan jenis
sampah organik dan anorganik; sampah organik dan anorganik;
7. menyediakan alat pemadam api ringan 7. menyediakan alat pemadam api ringan
(APAR); dan (APAR); dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
8. jaringan prasarana dan sarana pendukung 8. jaringan prasarana dan sarana pendukung
pada kawasan pariwisata hanya dapat pada kawasan pariwisata hanya dapat
dibangun dalam upaya mengoptimalkan dibangun dalam upaya mengoptimalkan
fungsi pariwisata setelah mendapat izin fungsi pariwisata setelah mendapat izin
dari instansi yang berwenang. dari instansi yang berwenang.
Pasal 52 Pasal 54
(1) Aturan dasar Zona Perumahan dengan kode (1) Aturan dasar Zona Perumahan dengan kode
R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf d, terdiri atas: huruf d, terdiri atas:
a. aturan dasar Sub-Zona Perumahan a. aturan dasar Sub-Zona Perumahan
Kepadatan Tinggi dengan kode R-2; Kepadatan Tinggi dengan kode R-2;
b. aturan dasar Sub-Zona Perumahan b. aturan dasar Sub-Zona Perumahan
Kepadatan Sedang dengan kode R-3; Kepadatan Sedang dengan kode R-3;
c. aturan dasar Sub-Zona Perumahan c. aturan dasar Sub-Zona Perumahan
Kepadatan Rendah dengan kode R-4; Kepadatan Rendah dengan kode R-4;
dan dan
d. aturan dasar Sub-Zona Perumahan d. aturan dasar Sub-Zona Perumahan
Kepadatan Sangat Rendah dengan kode Kepadatan Sangat Rendah dengan kode
R-5. R-5.
(2) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan (2) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan
Kepadatan Tinggi dengan kode R-2 Kepadatan Tinggi dengan kode R-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, meliputi: a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma
empat); empat);
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen; 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen;
dan dan
4. luas kaveling minimum 72 (tujuh 4. luas kaveling minimum 72 (tujuh
puluh dua) meter persegi. puluh dua) meter persegi.
c. ketentuan tata bangunan sebagai c. ketentuan tata bangunan sebagai
berikut: berikut:
1. TB maksimum dengan 15 (lima 1. TB maksimum dengan 15 (lima belas)
belas) meter; dan meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan 2. GSB minimum berlaku dengan
klasifikasi sebagai berikut: klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
primer; primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) b) GSB minimum 13 (tiga belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
sekunder; sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lingkungan untuk jalan lingkungan sekunder.
sekunder. d. ketentuan prasarana dan sarana
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagai berikut:
minimal sebagai berikut: 1. menyediakan RTH dan sarana sosial,
1. menyediakan RTH dan sarana sosial, dapat berupa taman lingkungan, RTH
dapat berupa taman lingkungan, privat, dan lapangan olahraga;
RTH privat, dan lapangan olahraga; 2. menyediakan hidran untuk pemadam
2. menyediakan hidran untuk kebakaran dan menyediakan akses
pemadam kebakaran dan untuk lalu lintas mobil pemadam
menyediakan akses untuk lalu lintas kebakaran;
mobil pemadam kebakaran; 3. menyediakan jaringan drainase, air
3. menyediakan jaringan drainase, air bersih, listrik, dan telekomunikasi;
bersih, listrik, dan telekomunikasi; 4. menyediakan wadah sampah yang
4. menyediakan wadah sampah yang mencukupi seperti bak sampah
mencukupi seperti bak sampah rumah tangga yang sudah
rumah tangga yang sudah membedakan jenis sampah organik
membedakan jenis sampah organik dan anorganik;
dan anorganik; 5. menyediakan sistem pengolahan
5. menyediakan sistem pengolahan limbah domestik dengan sistem
limbah domestik dengan sistem terpusat skala permukiman;
terpusat skala permukiman; 6. setiap bangunan harus menyediakan
6. setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan
sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum
limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran drainase kota;
disalurkan ke saluran drainase kota; 7. menyediakan IPAL komunal pada
7. menyediakan IPAL komunal pada permukiman nelayan;
permukiman nelayan; 8. jalan lingkungan berupa perkerasan
8. jalan lingkungan berupa perkerasan dengan lebar minimal 3 (tiga) meter;
dengan lebar minimal 3 (tiga) meter; 9. menyediakan lampu penerangan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
9. menyediakan lampu penerangan jalan; dan
jalan; dan 10. menyediakan pipa biopori.
10. menyediakan pipa biopori. (3) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan
(3) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang dengan kode R-3
Kepadatan Sedang dengan kode R-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
b, meliputi: a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan tercantum dalam Lampiran VI
lahan tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. KDB maksimum 60 (enam puluh)
1. KDB maksimum 60 (enam puluh) persen;
persen; 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua);
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); 3. KDH minimal 40 (empat puluh)
3. KDH minimal 40 (empat puluh) persen; dan
persen; dan 4. luas kaveling minimum 72 (tujuh
4. luas kaveling minimum 72 (tujuh puluh dua) meter persegi.
puluh dua) meter persegi. c. ketentuan tata bangunan sebagai
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
berikut: 1. TB maksimum 15 (lima belas) meter;
1. TB maksimum 15 (lima belas) meter; dan
dan 2. GSB minimum berlaku dengan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi sebagai berikut:
klasifikasi sebagai berikut: a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter untuk jalan kolektor
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
meter untuk jalan kolektor primer;
primer; b) GSB minimum 13 (tiga belas)
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor sekunder;
sekunder; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter untuk jalan lokal sekunder; dan
untuk jalan lokal sekunder; dan d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk jalan lingkungan sekunder.
untuk jalan lingkungan d. ketentuan prasarana dan sarana
sekunder. minimal sebagai berikut:
d. ketentuan prasarana dan sarana 1. menyediakan RTH dan sarana sosial,
minimal sebagai berikut: dapat berupa taman lingkungan, RTH
1. menyediakan RTH dan sarana sosial, privat, dan lapangan olahraga;
dapat berupa taman lingkungan, 2. menyediakan hidran untuk pemadam
RTH privat, dan lapangan olahraga; kebakaran dan menyediakan akses
2. menyediakan hidran untuk untuk lalu lintas mobil pemadam
pemadam kebakaran dan kebakaran;
menyediakan akses untuk lalu lintas 3. menyediakan jaringan drainase, air
mobil pemadam kebakaran; bersih, listrik, dan telekomunikasi;
3. menyediakan jaringan drainase, air 4. menyediakan wadah sampah yang
bersih, listrik, dan telekomunikasi; mencukupi seperti bak sampah
4. menyediakan wadah sampah yang rumah tangga yang sudah
mencukupi seperti bak sampah membedakan jenis sampah organik
rumah tangga yang sudah dan anorganik;
membedakan jenis sampah organik 5. menyediakan sistem pengolahan
dan anorganik; limbah domestik dengan sistem
5. menyediakan sistem pengolahan terpusat skala permukiman;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
limbah domestik dengan sistem 6. setiap bangunan harus menyediakan
terpusat skala permukiman; sumur resapan untuk mengalirkan
6. setiap bangunan harus menyediakan limpasan air hujan sebelum
sumur resapan untuk mengalirkan disalurkan ke saluran drainase kota;
limpasan air hujan sebelum 7. menyediakan IPAL komunal pada
disalurkan ke saluran drainase kota; permukiman nelayan;
7. menyediakan IPAL komunal pada 8. jalan lingkungan berupa perkerasan
permukiman nelayan; dengan lebar minimal 3 (tiga) meter;
8. jalan lingkungan berupa perkerasan 9. menyediakan lampu penerangan
dengan lebar minimal 3 (tiga) meter; jalan; dan
9. menyediakan lampu penerangan 10. menyediakan pipa biopori.
jalan; dan (4) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan
10. menyediakan pipa biopori. Kepadatan Rendah dengan kode R-4
(4) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Kepadatan Rendah dengan kode R-4 c, meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
c, meliputi: lahan tercantum dalam Lampiran VI
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan yang merupakan bagian tidak
lahan tercantum dalam Lampiran VI terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
yang merupakan bagian tidak b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; sebagai berikut:
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 1. KDB maksimum 60 (enam puluh)
sebagai berikut: persen;
1. KDB maksimum 60 (enam puluh) 2. KLB maksimum 1 (satu);
persen; 3. KDH minimal 40 (empat puluh)
2. KLB maksimum 1 (satu); persen; dan
3. KDH minimal 40 (empat puluh) 4. luas kaveling minimum 72 (tujuh
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
persen; dan puluh dua) meter persegi.
4. luas kaveling minimum 72 (tujuh c. ketentuan tata bangunan sebagai
puluh dua) meter persegi. berikut:
c. ketentuan tata bangunan sebagai 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter;
berikut: dan
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; 2. GSB minimum berlaku dengan
dan klasifikasi sebagai berikut:
2. GSB minimum berlaku dengan a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
klasifikasi sebagai berikut: meter untuk jalan kolektor
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) primer;
meter untuk jalan kolektor b) GSB minimum 13 (tiga belas)
primer; meter untuk jalan kolektor
b) GSB minimum 13 (tiga belas) sekunder;
meter untuk jalan kolektor c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
sekunder; untuk jalan lokal sekunder; dan
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lingkungan sekunder.
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter d. ketentuan prasarana dan sarana
untuk jalan lingkungan minimal sebagai berikut:
sekunder. 1. menyediakan RTH dan sarana sosial,
d. ketentuan prasarana dan sarana dapat berupa taman lingkungan, RTH
minimal sebagai berikut: privat, dan lapangan olahraga;
1. menyediakan RTH dan sarana sosial, 2. menyediakan hidran untuk pemadam
dapat berupa taman lingkungan, kebakaran dan menyediakan akses
RTH privat, dan lapangan olahraga; untuk lalu lintas mobil pemadam
2. menyediakan hidran untuk kebakaran;
pemadam kebakaran dan 3. menyediakan jaringan drainase, air
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
menyediakan akses untuk lalu lintas bersih, listrik, dan telekomunikasi;
mobil pemadam kebakaran; 4. menyediakan wadah sampah yang
3. menyediakan jaringan drainase, air mencukupi seperti bak sampah
bersih, listrik, dan telekomunikasi; rumah tangga yang sudah
4. menyediakan wadah sampah yang membedakan jenis sampah organik
mencukupi seperti bak sampah dan anorganik;
rumah tangga yang sudah 5. menyediakan sistem pengolahan
membedakan jenis sampah organik limbah domestik dengan sistem
dan anorganik; terpusat skala permukiman;
5. menyediakan sistem pengolahan 6. setiap bangunan harus menyediakan
limbah domestik dengan sistem sumur resapan untuk mengalirkan
terpusat skala permukiman; limpasan air hujan sebelum
6. setiap bangunan harus menyediakan disalurkan ke saluran drainase kota;
sumur resapan untuk mengalirkan 7. menyediakan IPAL komunal pada
limpasan air hujan sebelum permukiman nelayan;
disalurkan ke saluran drainase kota; 8. jalan lingkungan berupa perkerasan
7. menyediakan IPAL komunal pada dengan lebar minimal 3 (tiga) meter;
permukiman nelayan; 9. menyediakan lampu penerangan
8. jalan lingkungan berupa perkerasan jalan; dan
dengan lebar minimal 3 (tiga) meter; 10. menyediakan pipa biopori.
9. menyediakan lampu penerangan (5) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan
jalan; dan Kepadatan Sangat Rendah dengan kode R-5
10. menyediakan pipa biopori. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(5) Aturan dasar Sub-Zona Perumahan d, meliputi:
Kepadatan Sangat Rendah dengan kode R-5 a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf lahan tercantum dalam Lampiran VI
d, meliputi: yang merupakan bagian tidak
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
lahan tercantum dalam Lampiran VI b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
yang merupakan bagian tidak sebagai berikut:
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; 1. KDB maksimum 60 (enam puluh)
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang persen;
sebagai berikut: 2. KLB maksimum 1 (satu);
1. KDB maksimum 60 (enam puluh) 3. KDH minimal 40 (empat puluh)
persen; persen; dan
2. KLB maksimum 1 (satu); 4. luas kaveling minimum 72 (tujuh
3. KDH minimal 40 (empat puluh) puluh dua) meter persegi.
persen; dan c. ketentuan tata bangunan sebagai
4. luas kaveling minimum 72 (tujuh berikut:
puluh dua) meter persegi. 1. TB maksimum 8 (delapan) meter; dan
c. ketentuan tata bangunan sebagai 2. GSB minimum berlaku dengan
berikut: klasifikasi sebagai berikut:
1. TB maksimum 8 (delapan) meter; a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
dan meter untuk jalan kolektor
2. GSB minimum berlaku dengan primer;
klasifikasi sebagai berikut: b) GSB minimum 13 (tiga belas)
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor sekunder;
primer; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
b) GSB minimum 13 (tiga belas) untuk jalan lokal sekunder; dan
meter untuk jalan kolektor d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
sekunder; untuk jalan lingkungan sekunder.
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter d. ketentuan prasarana dan sarana
untuk jalan lokal sekunder; dan minimal sebagai berikut:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter 1. menyediakan RTH dan sarana sosial,
untuk jalan lingkungan dapat berupa taman lingkungan, RTH
sekunder. privat, dan lapangan olahraga;
d. ketentuan prasarana dan sarana 2. menyediakan hidran untuk pemadam
minimal sebagai berikut: kebakaran dan menyediakan akses
1. menyediakan RTH dan sarana sosial, untuk lalu lintas mobil pemadam
dapat berupa taman lingkungan, kebakaran;
RTH privat, dan lapangan olahraga; 3. menyediakan jaringan drainase, air
2. menyediakan hidran untuk bersih, listrik, dan telekomunikasi;
pemadam kebakaran dan 4. menyediakan wadah sampah yang
menyediakan akses untuk lalu lintas mencukupi seperti bak sampah
mobil pemadam kebakaran; rumah tangga yang sudah
3. menyediakan jaringan drainase, air membedakan jenis sampah organik
bersih, listrik, dan telekomunikasi; dan anorganik;
4. menyediakan wadah sampah yang 5. menyediakan sistem pengolahan
mencukupi seperti bak sampah limbah domestik dengan sistem
rumah tangga yang sudah terpusat skala permukiman;
membedakan jenis sampah organik 6. setiap bangunan harus menyediakan
dan anorganik; sumur resapan untuk mengalirkan
5. menyediakan sistem pengolahan limpasan air hujan sebelum
limbah domestik dengan sistem disalurkan ke saluran drainase kota;
terpusat skala permukiman; 7. menyediakan IPAL komunal pada
6. setiap bangunan harus menyediakan permukiman nelayan;
sumur resapan untuk mengalirkan 8. jalan lingkungan berupa perkerasan
limpasan air hujan sebelum dengan lebar minimal 3 (tiga) meter;
disalurkan ke saluran drainase kota; 9. menyediakan lampu penerangan
7. menyediakan IPAL komunal pada jalan; dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
permukiman nelayan; 10. menyediakan pipa biopori.
8. jalan lingkungan berupa perkerasan
dengan lebar minimal 3 (tiga) meter;
9. menyediakan lampu penerangan
jalan; dan
10. menyediakan pipa biopori.
Pasal 53 Pasal 55
(1) Aturan dasar Zona Sarana Pelayanan Umum (1) Aturan dasar Zona Sarana Pelayanan Umum
dengan kode SPU sebagaimana dimaksud dengan kode SPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf e, meliputi: dalam Pasal 50 huruf e, meliputi:
a. aturan dasar Sub-Zona Sarana a. aturan dasar Sub-Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota dengan Pelayanan Umum Skala Kota dengan
kode SPU-1; kode SPU-1;
b. aturan dasar Sub-Zona Sarana b. aturan dasar Sub-Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kecamatan Pelayanan Umum Skala Kecamatan
dengan kode SPU-2; dan dengan kode SPU-2; dan
c. aturan dasar Sub-Zona Sarana c. aturan dasar Sub-Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kelurahan Pelayanan Umum Skala Kelurahan
dengan kode SPU-3. dengan kode SPU-3.
(2) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan (2) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota dengan kode SPU-1 Umum Skala Kota dengan kode SPU-1
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, meliputi: a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma
empat); dan empat); dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai c. ketentuan tata bangunan sebagai
berikut: berikut:
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter;
dan dan
2. GSB minimum berlaku dengan 2. GSB minimum berlaku dengan
klasifikasi sebagai berikut: klasifikasi sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
primer; primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) b) GSB minimum 13 (tiga belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
sekunder; sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lingkungan untuk jalan lingkungan sekunder.
sekunder. d. ketentuan prasarana dan sarana
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagai berikut:
minimal sebagai berikut: 1. menyediakan jalur pedestrian;
1. menyediakan jalur pedestrian; 2. menyedakan ruang terbuka hijau;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
2. menyedakan ruang terbuka hijau; 3. menyediakan instalasi pengolahan air
3. menyediakan instalasi pengolahan limbah secara mandiri;
air limbah secara mandiri; 4. menyediakan lahan parkir off street;
4. menyediakan lahan parkir off street; 5. parkir tepi jalan (on street parking)
5. parkir tepi jalan (on street parking) diatur lebih lanjut oleh instansi
diatur lebih lanjut oleh instansi terkait;
terkait; 6. menyediakan alat pemadam api
6. menyediakan alat pemadam api ringan (APAR);
ringan (APAR); 7. menyediakan lampu penerangan
7. menyediakan lampu penerangan jalan umum (PJU) maksimum setiap
jalan umum (PJU) maksimum setiap jarak 30-60 (tiga puluh sampai
jarak 30-60 (tiga puluh sampai dengan enam puluh) meter;
dengan enam puluh) meter; 8. menyediakan bak sampah yang
8. menyediakan bak sampah yang sudah dibedakan sampah organik
sudah dibedakan sampah organik dan anorganik;
dan anorganik; 9. menyediakan jalur evakuasi dan titik
9. menyediakan jalur evakuasi dan titik kumpul pada kawasan SPU; dan
kumpul pada kawasan SPU; dan 10. menyediakan aksesibilitas untuk
10. menyediakan aksesibilitas untuk difabel.
difabel. (3) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan
(3) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan dengan kode SPU-2
Umum Skala Kecamatan dengan kode SPU-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
b, terdiri atas: a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan tercantum dalam Lampiran VI
lahan tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
persen; 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua);
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); dan
dan 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. c. ketentuan tata bangunan sebagai
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
berikut: 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter;
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; dan
dan 2. GSB minimum berlaku dengan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi sebagai berikut:
klasifikasi sebagai berikut: a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor primer;
primer; b) GSB minimum 13 (tiga belas)
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor sekunder;
sekunder; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter untuk jalan lokal sekunder; dan
untuk jalan lokal sekunder; dan d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk jalan lingkungan sekunder.
untuk jalan lingkungan d. ketentuan prasarana dan sarana
sekunder. minimal sebagai berikut:
d. ketentuan prasarana dan sarana 1. menyediakan jalur pedestrian;
minimal sebagai berikut: 2. menyedakan ruang terbuka hijau;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
1. menyediakan jalur pedestrian; 3. menyediakan instalasi pengolahan air
2. menyedakan ruang terbuka hijau; limbah secara mandiri;
3. menyediakan instalasi pengolahan 4. menyediakan lahan parkir off street;
air limbah secara mandiri; 5. parkir tepi jalan (on street parking)
4. menyediakan lahan parkir off street; diatur lebih lanjut oleh instansi
5. parkir tepi jalan (on street parking) terkait;
diatur lebih lanjut oleh instansi 6. menyediakan alat pemadam api
terkait; ringan (APAR);
6. menyediakan alat pemadam api 7. menyediakan lampu penerangan
ringan (APAR); jalan umum (PJU) maksimum setiap
7. menyediakan lampu penerangan jarak 30-60 (tiga puluh sampai
jalan umum (PJU) maksimum setiap dengan enam puluh) meter;
jarak 30-60 (tiga puluh sampai 8. menyediakan bak sampah yang
dengan enam puluh) meter; sudah dibedakan sampah organik
8. menyediakan bak sampah yang dan anorganik;
sudah dibedakan sampah organik 9. menyediakan jalur evakuasi dan titik
dan anorganik; kumpul pada kawasan SPU; dan
9. menyediakan jalur evakuasi dan titik 10. menyediakan aksesibilitas untuk
kumpul pada kawasan SPU; dan difabel.
10. menyediakan aksesibilitas untuk (4) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan
difabel. Umum Skala Kelurahan dengan kode SPU-3
(4) Aturan dasar Sub-Zona Sarana Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Umum Skala Kelurahan dengan kode SPU-3 c, meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
c, meliputi: lahan tercantum dalam Lampiran VI
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan yang merupakan bagian tidak
lahan tercantum dalam Lampiran VI terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
yang merupakan bagian tidak b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; sebagai berikut:
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
sebagai berikut: persen;
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua);
persen; dan
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
dan c. ketentuan tata bangunan sebagai
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. berikut:
c. ketentuan tata bangunan sebagai 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter;
berikut: dan
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; 2. GSB minimum berlaku dengan
dan klasifikasi sebagai berikut:
2. GSB minimum berlaku dengan a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
klasifikasi sebagai berikut: meter untuk jalan kolektor
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) primer;
meter untuk jalan kolektor b) GSB minimum 13 (tiga belas)
primer; meter untuk jalan kolektor
b) GSB minimum 13 (tiga belas) sekunder;
meter untuk jalan kolektor c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
sekunder; untuk jalan lokal sekunder; dan
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lingkungan sekunder.
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter d. ketentuan prasarana dan sarana
untuk jalan lingkungan minimal sebagai berikut:
sekunder. 1. parkir tepi jalan (on street parking)
d. ketentuan prasarana dan sarana diatur lebih lanjut oleh instansi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
minimal sebagai berikut: terkait;
1. parkir tepi jalan (on street parking) 2. menyediakan alat pemadam api
diatur lebih lanjut oleh instansi ringan (APAR);
terkait; 3. menyediakan bak sampah yang
2. menyediakan alat pemadam api sudah dibedakan sampah organik
ringan (APAR); dan anorganik; dan
3. menyediakan bak sampah yang 4. menyediakan jalur evakuasi dan titik
sudah dibedakan sampah organik kumpul pada kawasan SPU.
dan anorganik; dan
4. menyediakan jalur evakuasi dan titik
kumpul pada kawasan SPU.
Pasal 54 Pasal 56
Aturan dasar Zona Ruang Terbuka Non Hijau Aturan dasar Zona Ruang Terbuka Non Hijau
dengan kode RTNH sebagaimana dimaksud dalam dengan kode RTNH sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf f, meliputi: Pasal 50 huruf f, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen; 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); dan 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
1. TB maksimum 8 (delapan) meter; dan 1. TB maksimum 8 (delapan) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan jalur pedestrian; 1. menyediakan jalur pedestrian;
2. menyediakan bak sampah yang sudah 2. menyediakan bak sampah yang sudah
dibedakan sampah organik dan anorganik; dibedakan sampah organik dan anorganik;
3. menyediakan ruang terbuka hijau; 3. menyediakan ruang terbuka hijau;
4. menyediakan lahan parkir; dan 4. menyediakan lahan parkir; dan
5. menyediakan aksesibilitas untuk difabel. 5. menyediakan aksesibilitas untuk difabel.
Pasal 55 Pasal 57
(1) Aturan dasar Zona Perdagangan dan Jasa (1) Aturan dasar Zona Perdagangan dan Jasa
dengan kode K sebagaimana dimaksud dengan kode K sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 huruf g, meliputi: dalam Pasal 50 huruf g, meliputi:
a. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan a. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
Jasa Skala Kota dengan kode K-1; Jasa Skala Kota dengan kode K-1;
b. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan b. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
Jasa Skala WP dengan kode K-2; dan Jasa Skala WP dengan kode K-2; dan
c. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan c. aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
Jasa Skala SWP dengan kode K-3. Jasa Skala SWP dengan kode K-3.
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(2) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan (2) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
Jasa Skala Kota dengan kode K-1 Jasa Skala Kota dengan kode K-1
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, sebagai berikut: a, sebagai berikut:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 2 (dua); dan 2. KLB maksimum 2 (dua); dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai c. ketentuan tata bangunan sebagai
berikut: berikut:
1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter; 1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter;
dan dan
2. GSB minimum berlaku dengan 2. GSB minimum berlaku dengan
klasifikasi sebagai berikut: klasifikasi sebagai berikut:
1. GSB minimum 17 (tujuh belas) a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
primer; primer;
2. GSB minimum 13 (tiga belas) b) GSB minimum 13 (tiga belas)
meter untuk jalan kolektor meter untuk jalan kolektor
sekunder; sekunder;
3. GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
4. GSB minimum 7 (tujuh) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lingkungan untuk jalan lingkungan sekunder.
sekunder. d. ketentuan prasarana dan sarana
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagai berikut:
minimal sebagai berikut: 1. parkir tepi jalan (on street parking)
1. parkir tepi jalan (on street parking) hanya diizinkan di luar jam sibuk
hanya diizinkan di luar jam sibuk yang diatur lebih lanjut oleh instansi
yang diatur lebih lanjut oleh instansi terkait;
terkait; 2. menyediakan lahan parkir off street;
2. menyediakan lahan parkir off street; 3. menyediakan jalur evakuasi dan titik
3. menyediakan jalur evakuasi dan titik kumpul pada kawasan perdagangan
kumpul pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota;
dan jasa skala kota; 4. menyediakan bak sampah yang
4. menyediakan bak sampah yang sudah dibedakan sampah organik
sudah dibedakan sampah organik dan anorganik;
dan anorganik; 5. menyediakan alat pemadam api
5. menyediakan alat pemadam api ringan (APAR);
ringan (APAR); 6. menyediakan hidran umum yang
6. menyediakan hidran umum yang mempunyai jarak maksimal 3 (tiga)
mempunyai jarak maksimal 3 (tiga) meter dari garis tepi jalan;
meter dari garis tepi jalan; 7. menyediakan jalur pedestrian di kiri
7. menyediakan jalur pedestrian di kiri kanan jalan;
kanan jalan; 8. menanam pohon pelindung yang
8. menanam pohon pelindung yang ditempatkan di tepi luar trotoar;
ditempatkan di tepi luar trotoar; 9. menyediakan lampu penerangan
9. menyediakan lampu penerangan jalan umum (PJU); dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
jalan umum (PJU); dan 10. menyediakan aksesibilitas untuk
10. menyediakan aksesibilitas untuk difabel.
difabel. (3) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
(3) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP dengan kode K-2
Jasa Skala WP dengan kode K-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
b, meliputi: a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan tercantum dalam Lampiran VI
lahan tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
persen; 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma empat); dan
empat); dan 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. c. ketentuan tata bangunan sebagai
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
berikut: 1. TB maksimum 15 (lima belas) meter;
1. TB maksimum 15 (lima belas) meter; dan
dan 2. GSB minimum berlaku dengan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi sebagai berikut:
klasifikasi sebagai berikut: a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor primer;
primer; b) GSB minimum 13 (tiga belas)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor sekunder;
sekunder; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter untuk jalan lokal sekunder; dan
untuk jalan lokal sekunder; dan d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk jalan lingkungan sekunder.
untuk jalan lingkungan d. ketentuan prasarana dan sarana
sekunder. minimal sebagai berikut:
d. ketentuan prasarana dan sarana 1. parkir tepi jalan (on street parking)
minimal sebagai berikut: hanya diizinkan di luar jam sibuk
1. parkir tepi jalan (on street parking) yang diatur lebih lanjut oleh instansi
hanya diizinkan di luar jam sibuk terkait;
yang diatur lebih lanjut oleh instansi 2. menyediakan bak sampah yang
terkait; sudah dibedakan sampah organik
2. menyediakan bak sampah yang dan anorganik;
sudah dibedakan sampah organik 3. menyediakan alat pemadam api
dan anorganik; ringan (APAR);
3. menyediakan alat pemadam api 4. menanam pohon pelindung yang
ringan (APAR); ditempatkan di tepi luar trotoar; dan
4. menanam pohon pelindung yang 5. menyediakan lampu penerangan
ditempatkan di tepi luar trotoar; dan jalan umum (PJU).
5. menyediakan lampu penerangan (4) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan
jalan umum (PJU). Jasa Skala SWP dengan kode K-3
(4) Aturan dasar Sub-Zona Perdagangan dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Jasa Skala SWP dengan kode K-3 c, meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
c, meliputi: lahan tercantum dalam Lampiran VI
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan yang merupakan bagian tidak
lahan tercantum dalam Lampiran VI terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
yang merupakan bagian tidak b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; sebagai berikut:
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
sebagai berikut: persen;
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma
persen; empat); dan
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
empat); dan c. ketentuan tata bangunan sebagai
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. berikut:
c. ketentuan tata bangunan sebagai 1. TB maksimum 15 (lima belas) meter;
berikut: dan
1. TB maksimum 15 (lima belas) meter; 2. GSB minimum berlaku dengan
dan klasifikasi sebagai berikut:
2. GSB minimum berlaku dengan a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
klasifikasi sebagai berikut: meter untuk jalan kolektor
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) primer;
meter untuk jalan kolektor b) GSB minimum 13 (tiga belas)
primer; meter untuk jalan kolektor
b) GSB minimum 13 (tiga belas) sekunder;
meter untuk jalan kolektor c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
sekunder; untuk jalan lokal sekunder; dan
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lingkungan sekunder.
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter d. ketentuan prasarana dan sarana
untuk jalan lingkungan minimal sebagai berikut:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sekunder. 1. menyediakan bak sampah yang
d. ketentuan prasarana dan sarana sudah dibedakan sampah organik
minimal sebagai berikut: dan anorganik;
1. menyediakan bak sampah yang 2. menyediakan alat pemadam api
sudah dibedakan sampah organik ringan (APAR); dan
dan anorganik; 3. menyediakan lampu penerangan
2. menyediakan alat pemadam api jalan umum (PJU).
ringan (APAR); dan
3. menyediakan lampu penerangan
jalan umum (PJU).
Pasal 56 Pasal 58
Aturan dasar Zona Perkantoran dengan kode KT Aturan dasar Zona Perkantoran dengan kode KT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf h, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf h,
meliputi: meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen; 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,4 (satu koma empat); 2. KLB maksimum 1,4 (satu koma empat);
dan dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter; dan 1. TB maksimum 20 (dua puluh) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. parkir tepi jalan (on street parking) hanya 1. parkir tepi jalan (on street parking) hanya
diizinkan di luar jam sibuk yang diatur diizinkan di luar jam sibuk yang diatur
lebih lanjut oleh instansi terkait; lebih lanjut oleh instansi terkait;
2. menyediakan lahan parkir off street; 2. menyediakan lahan parkir off street;
3. menyediakan jalur evakuasi dan titik 3. menyediakan jalur evakuasi dan titik
kumpul pada kawasan perdagangan dan kumpul pada kawasan perdagangan dan
jasa skala kota; jasa skala kota;
4. menyediakan bak sampah yang sudah 4. menyediakan bak sampah yang sudah
dibedakan sampah organik dan anorganik; dibedakan sampah organik dan anorganik;
5. menyediakan alat pemadam api ringan 5. menyediakan alat pemadam api ringan
(APAR); (APAR);
6. menyediakan hidran umum yang 6. menyediakan hidran umum yang
mempunyai jarak maksimal 3 (tiga) meter mempunyai jarak maksimal 3 (tiga) meter
dari garis tepi jalan; dari garis tepi jalan;
7. menyediakan jalur pedestrian di kiri kanan 7. menyediakan jalur pedestrian di kiri kanan
jalan; jalan;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
8. menanam pohon pelindung yang 8. menanam pohon pelindung yang
ditempatkan di tepi luar trotoar; ditempatkan di tepi luar trotoar;
9. menyediakan lampu penerangan jalan 9. menyediakan lampu penerangan jalan
umum (PJU); dan umum (PJU); dan
10. menyediakan aksesibilitas untuk difabel. 10. menyediakan aksesibilitas untuk difabel.
Pasal 57 Pasal 59
Aturan dasar Zona Transportasi dengan kode TR Aturan dasar Zona Transportasi dengan kode TR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf i, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf i,
meliputi: meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 60 (enam puluh) persen; 1. KDB maksimum 60 (enam puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,3 (satu koma tiga); dan 2. KLB maksimum 1,3 (satu koma tiga); dan
3. KDH minimal 40 (empat puluh) persen. 3. KDH minimal 40 (empat puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; dan 1. TB maksimum 12 (dua belas) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan jalur pedestrian; 1. menyediakan jalur pedestrian;
2. menyediakan ruang terbuka hijau; 2. menyediakan ruang terbuka hijau;
3. menyediakan lahan parkir; 3. menyediakan lahan parkir;
4. menyediakan bak sampah yang sudah 4. menyediakan bak sampah yang sudah
dibedakan sampah organik dan anorganik; dibedakan sampah organik dan anorganik;
5. menyediakan lampu penerangan jalan 5. menyediakan lampu penerangan jalan
umum (PJU); dan umum (PJU); dan
6. menyediakan aksesibilitas untuk difabel. 6. menyediakan aksesibilitas untuk difabel.
Pasal 58 Pasal 60
Aturan dasar Zona Pertahanan dan Keamanan Aturan dasar Zona Pertahanan dan Keamanan
dengan kode HK sebagaimana dimaksud dalam dengan kode HK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf j, meliputi: Pasal 50 huruf j, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
tercantum dalam Lampiran VI yang tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini; Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen; 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) persen;
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); dan 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); dan
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut: c. ketentuan tata bangunan sebagai berikut:
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
1. TB maksimum 15 (lima belas) meter; dan 1. TB maksimum 15 (lima belas) meter; dan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi 2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi
sebagai berikut: sebagai berikut:
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter
untuk jalan kolektor primer; untuk jalan kolektor primer;
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter
untuk jalan kolektor sekunder; untuk jalan kolektor sekunder;
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
untuk jalan lokal sekunder; dan untuk jalan lokal sekunder; dan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk
jalan lingkungan sekunder. jalan lingkungan sekunder.
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal d. ketentuan prasarana dan sarana minimal
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. menyediakan ruang terbuka hijau; 1. menyediakan ruang terbuka hijau;
2. menyediakan lahan parkir; 2. menyediakan lahan parkir;
3. menyediakan bak sampah yang sudah 3. menyediakan bak sampah yang sudah
dibedakan sampah organik dan anorganik; dibedakan sampah organik dan anorganik;
dan dan
4. menyediakan alat pemadam api ringan 4. menyediakan alat pemadam api ringan
(APAR). (APAR).
Pasal 59 Pasal 61
(1) Aturan dasar Zona Peruntukan Lainnya (1) Aturan dasar Zona Peruntukan Lainnya
dengan kode PL sebagaimana dimaksud dengan kode PL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf k, meliputi: dalam Pasal 50 huruf k, meliputi:
a. aturan dasar Sub-Zona Instalasi a. aturan dasar Sub-Zona Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan
kode PL-4; dan kode PL-4; dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b. aturan dasar Sub-Zona Pergudangan b. aturan dasar Sub-Zona Pergudangan
dengan kode PL-6. dengan kode PL-6.
(2) Aturan dasar Sub-Zona Instalasi (2) Aturan dasar Sub-Zona Instalasi Pengolahan
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan kode Air Limbah (IPAL) dengan kode PL-4
PL-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
huruf a, meliputi: a, meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan tercantum dalam Lampiran VI lahan tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) 1. KDB maksimum 30 (tiga puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 0,2 (nol koma dua); 2. KLB maksimum 0,2 (nol koma dua);
dan dan
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh) 3. KDH minimal 70 (tujuh puluh)
persen. persen.
c. ketentuan tata bangunan sebagai c. ketentuan tata bangunan sebagai
berikut: berikut:
1. TB maksimum 8 (delapan) meter; 1. TB maksimum 8 (delapan) meter; dan
dan 2. GSB minimum berlaku dengan
2. GSB minimum berlaku dengan klasifikasi sebagai berikut:
klasifikasi sebagai berikut: a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor primer;
primer; b) GSB minimum 13 (tiga belas)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
b) GSB minimum 13 (tiga belas) meter untuk jalan kolektor
meter untuk jalan kolektor sekunder;
sekunder; c) GSB minimum 9 (sembilan) meter
c) GSB minimum 9 (sembilan) meter untuk jalan lokal sekunder; dan
untuk jalan lokal sekunder; dan d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter untuk jalan lingkungan sekunder.
untuk jalan lingkungan (3) Aturan dasar Sub-Zona Pergudangan dengan
sekunder. kode PL-6 sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Aturan dasar Sub-Zona Pergudangan (1) huruf b, meliputi:
dengan kode PL-6 sebagaimana dimaksud a. ketentuan kegiatan dan penggunaan
pada ayat (1) huruf b, meliputi: lahan tercantum dalam Lampiran VI
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan yang merupakan bagian tidak
lahan tercantum dalam Lampiran VI terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
yang merupakan bagian tidak b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini; sebagai berikut:
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang 1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh)
sebagai berikut: persen;
1. KDB maksimum 70 (tujuh puluh) 2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua);
persen; dan
2. KLB maksimum 1,2 (satu koma dua); 3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen.
dan c. ketentuan tata bangunan sebagai
3. KDH minimal 30 (tiga puluh) persen. berikut:
c. ketentuan tata bangunan sebagai 1. TB maksimum 10 (sepuluh) meter;
berikut: dan
1. TB maksimum 10 (sepuluh) meter; 2. GSB minimum berlaku dengan
dan klasifikasi sebagai berikut:
2. GSB minimum berlaku dengan a) GSB minimum 17 (tujuh belas)
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
klasifikasi sebagai berikut: meter untuk jalan kolektor
a) GSB minimum 17 (tujuh belas) primer;
meter untuk jalan kolektor b) GSB minimum 13 (tiga belas)
primer; meter untuk jalan kolektor
b) GSB minimum 13 (tiga belas) sekunder;
meter untuk jalan kolektor c) GSB minimum 9 (sembilan)
sekunder; meter untuk jalan lokal
c) GSB minimum 9 (sembilan) sekunder; dan
meter untuk jalan lokal d) GSB minimum 7 (tujuh) meter
sekunder; dan untuk jalan lingkungan
d) GSB minimum 7 (tujuh) meter sekunder.
untuk jalan lingkungan d. ketentuan prasarana dan sarana
sekunder. minimal sebagai berikut:
d. ketentuan prasarana dan sarana 1. menyediakan lahan parkir off street;
minimal sebagai berikut: 2. menyediakan jalur evakuasi dan titik
1. menyediakan lahan parkir off street; kumpul;
2. menyediakan jalur evakuasi dan titik 3. menyediakan alat pemadam api
kumpul; ringan (APAR);
3. menyediakan alat pemadam api 4. menyediakan hidran umum;
ringan (APAR); 5. menyediakan ruang terbuka hijau;
4. menyediakan hidran umum; 6. menyediakan bak sampah yang
5. menyediakan ruang terbuka hijau; sudah dibedakan sampah organik
6. menyediakan bak sampah yang dan anorganik; dan
sudah dibedakan sampah organik 7. menyediakan lampu penerangan
dan anorganik; dan jalan umum (PJU).
7. menyediakan lampu penerangan
jalan umum (PJU).
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Paragraf 3 Paragraf 3
Ketentuan Khusus Ketentuan Khusus

Pasal 60 Pasal 62
Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 ayat (1) huruf e, merupakan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf e, merupakan ketentuan
yang mengatur pemanfaatan kegiatan dan yang mengatur pemanfaatan kegiatan dan
penggunaan lahan pada Zona/Sub-Zona yang penggunaan lahan pada Zona/Sub-Zona yang
memiliki fungsi khusus dan terjadi pertampalan memiliki fungsi khusus dan terjadi pertampalan
dengan fungsi Zona/Sub-Zona lainnya, meliputi: dengan fungsi Zona/Sub-Zona lainnya, meliputi:
a. tempat evakuasi bencana; dan a. tempat evakuasi bencana; dan
b. kawasan sempadan. b. kawasan sempadan.
Pasal 61 Pasal 63
(1) Ketentuan khusus tempat evakuasi bencana (1) Ketentuan khusus tempat evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
huruf a, berupa ketentuan khusus tempat huruf a, berupa ketentuan khusus tempat
evakuasi akhir. evakuasi akhir.
(2) Ketentuan khusus tempat evakuasi akhir (2) Ketentuan khusus tempat evakuasi akhir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan ketentuan sebagai ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut: berikut:
a. bangunan eksisting dapat berfungsi a. bangunan eksisting dapat berfungsi
sebagai tempat evakuasi akhir dengan sebagai tempat evakuasi akhir dengan
akses tangga darurat dan/atau akses akses tangga darurat dan/atau akses
kendaraan darurat menuju tempat kendaraan darurat menuju tempat
evakuasi; evakuasi;
b. menyediakan rambu dan jalur evakuasi; b. menyediakan rambu dan jalur evakuasi;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
c. tempat evakuasi akhir tidak berada di c. tempat evakuasi akhir tidak berada di
kawasan rawan bencana tingkat tinggi kawasan rawan bencana tingkat tinggi
dan tidak berdekatan dengan potensi dan tidak berdekatan dengan potensi
bencana lainnya; dan bencana lainnya; dan
d. menyediakan fasilitas kesehatan dan d. menyediakan fasilitas kesehatan dan
logistik bencana yang memadai. logistik bencana yang memadai.
(3) Ketentuan khusus tempat evakuasi bencana (3) Ketentuan khusus tempat evakuasi bencana
pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari pada WP Kawasan Perkotaan Labungkari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan ketelitian digambarkan dalam peta dengan ketelitian
geometri dan ketelitian detail informasi skala geometri dan ketelitian detail informasi skala
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran X yang merupakan bagian tidak Lampiran X yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 62 Pasal 64
(1) Ketentuan khusus kawasan sempadan (1) Ketentuan khusus kawasan sempadan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
huruf b, meliputi: huruf b, meliputi:
a. ketentuan khusus kawasan sempadan a. ketentuan khusus kawasan sempadan
pantai; dan pantai; dan
b. ketentuan khusus kawasan sempadan b. ketentuan khusus kawasan sempadan
mata air. mata air.
(2) Ketentuan khusus kawasan sempadan (2) Ketentuan khusus kawasan sempadan
pantai dan mata air sebagaimana dimaksud pantai dan mata air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan ketentuan pada ayat (1), ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagai berikut: sebagai berikut:
1. KDB maksimum 30 (tiga puluh) 1. KDB maksimum 30 (tiga puluh)
persen; persen;
2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga); 2. KLB maksimum 0,3 (nol koma tiga);
dan dan
3. KDH minimal 70 (tujuh puluh) 3. KDH minimal 70 (tujuh puluh)
persen. persen.
b. ketentuan tata bangunan berupa TB b. ketentuan tata bangunan berupa TB
maksimum 8 (delapan) meter; dan maksimum 4 (empat) meter; dan
c. ketentuan prasarana dan sarana c. ketentuan prasarana dan sarana
minimal sebagai berikut: minimal sebagai berikut:
1. menyediakan vegetasi yang bisa 1. menyediakan vegetasi yang bisa
meminimalisir dampak bencana; meminimalisir dampak bencana;
2. tidak diperbolehkan melakukan 2. menyediakan jalan inspeksi dengan
pembangunan perumahan baru pada perkerasan minimal 1,5 (satu koma
sempadan mata air; lima) meter;
3. menyediakan jalan inspeksi dengan 3. jalan lingkungan pada permukiman
perkerasan minimal 1,5 (satu koma nelayan dibuat aman untuk pejalan
lima) meter; kaki; dan
4. jalan lingkungan pada permukiman 4. struktur bangunan eksisting pada
nelayan dibuat aman untuk pejalan sempadan harus mempertimbangkan
kaki; dan mitigasi bencana.
5. struktur bangunan eksisting pada (3) Ketentuan khusus kawasan sempadan pada
sempadan harus mempertimbangkan WP Kawasan Perkotaan Labungkari
mitigasi bencana. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Ketentuan khusus kawasan sempadan pada digambarkan dalam peta dengan ketelitian
WP Kawasan Perkotaan Labungkari geometri dan ketelitian detail informasi skala
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
digambarkan dalam peta dengan ketelitian Lampiran XI yang merupakan bagian tidak
geometri dan ketelitian detail informasi skala terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Paragraf 4 Paragraf 4
Ketentuan Pelaksanaan Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 63 Pasal 65
Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (1) huruf f, terdiri atas: dalam Pasal 40 ayat (1) huruf f, terdiri atas:
a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang; a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; b. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif;
dan dan
c. ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada c. ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada
dan tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi. dan tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi.
Pasal 64 Pasal 66
(1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang (1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
huruf a, merupakan ketentuan yang huruf a, merupakan ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk memberikan kelonggaran untuk
menyesuaikan dengan kondisi tertentu menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa dengan tetap mengikuti ketentuan massa
ruang yang ditetapkan dalam peraturan ruang yang ditetapkan dalam peraturan
zonasi. zonasi.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang (2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas: atas:
a. perubahan ketentuan kegiatan dan a. perubahan ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan; penggunaan lahan;
b. perubahan ketentuan intensitas b. perubahan ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang; pemanfaatan ruang;
c. perubahan ketentuan tata bangunan; c. perubahan ketentuan tata bangunan;
d. perubahan ketentuan prasarana dan d. perubahan ketentuan prasarana dan
sarana minimal; dan sarana minimal; dan
e. perubahan lainnya yang masih e. perubahan lainnya yang masih
ditoleransi tanpa menyebabkan ditoleransi tanpa menyebabkan
perubahan keseluruhan Blok. perubahan keseluruhan Blok.
(3) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang (3) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan persyaratan dilaksanakan berdasarkan persyaratan
teknis dan persyaratan administrasi. teknis dan persyaratan administrasi.
(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud (4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), terdiri atas: pada ayat (3), terdiri atas:
a. perubahan apabila terdapat kesalahan a. perubahan apabila terdapat kesalahan
peta dan/atau informasi; peta dan/atau informasi;
b. perubahan apabila terdapat perubahan b. perubahan apabila terdapat perubahan
ketentuan perundang-undangan ketentuan perundang-undangan
dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan/atau peraturan pelaksanaannya;
c. permohonan/usulan penggunaan lahan c. permohonan/usulan penggunaan lahan
baru menjanjikan manfaat yang besar baru menjanjikan manfaat yang besar
bagi lingkungan; dan/atau bagi lingkungan; dan/atau
d. terjadi kondisi force majeure berupa d. terjadi kondisi force majeure berupa
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
bencana alam luar biasa dan kejadian bencana alam luar biasa dan kejadian
perang. perang.
(5) Persyaratan administrasi sebagaimana (5) Persyaratan administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berupa kajian dimaksud pada ayat (3) berupa kajian
AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL. AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL.
Pasal 65 Pasal 67
(1) Ketentuan pemberian insentif dan (1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
disinsentif sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
Pasal 64 huruf b, merupakan ketentuan huruf b, merupakan ketentuan yang
yang memberikan insentif terhadap kegiatan memberikan insentif terhadap kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang memiliki nilai Pemanfaatan Ruang yang memiliki nilai
tambah pada Zona yang perlu didorong tambah pada Zona yang perlu didorong
pengembangannya, serta ketentuan yang pengembangannya, serta ketentuan yang
memberikan disinsentif terhadap kegiatan memberikan disinsentif terhadap kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan
RDTR dalam hal berpotensi melampaui daya RDTR dalam hal berpotensi melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan. dukung dan daya tampung lingkungan.
(2) Ketentuan pemberian insentif dan (2) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
disinsentif sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ayat (1) memuat perangkat untuk: memuat perangkat untuk:
a. meningkatkan upaya Pengendalian a. meningkatkan upaya Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dalam rangka Pemanfaatan Ruang dalam rangka
mewujudkan Tata Ruang sesuai dengan mewujudkan Tata Ruang sesuai dengan
RDTR; RDTR;
b. memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan b. memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang agar sejalan dengan RDTR; dan Ruang agar sejalan dengan RDTR; dan
c. meningkatkan kemitraan semua c. meningkatkan kemitraan semua
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
pemangku kepentingan dalam rangka pemangku kepentingan dalam rangka
Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan
RDTR. RDTR.
(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(2) dapat diberikan apabila Pemanfaatan dapat diberikan apabila Pemanfaatan Ruang
Ruang sesuai dengan RDTR sehingga perlu sesuai dengan RDTR sehingga perlu
didorong namun tetap dikendalikan didorong namun tetap dikendalikan
pengembangannya. pengembangannya.
(4) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada (4) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan perangkat untuk ayat (2) merupakan perangkat untuk
mencegah dan/atau memberikan batasan mencegah dan/atau memberikan batasan
terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
sejalan dengan RDTR dalam hal berpotensi sejalan dengan RDTR dalam hal berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan. lingkungan.
(5) Insentif dan disinsentif diberikan dengan (5) Insentif dan disinsentif diberikan dengan
tetap menghormati hak yang telah ada tetap menghormati hak yang telah ada
terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan. peraturan perundang- undangan.
(6) Insentif dan disinsentif dapat diberikan (6) Insentif dan disinsentif dapat diberikan
kepada Pemerintah Daerah dan/atau kepada masyarakat.
masyarakat. (7) Insentif kepada masyarakat sebagaimana
(7) Insentif kepada Pemerintah Daerah dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dalam bentuk:
diberikan dalam bentuk: a. pemberian keringanan pajak dan/atau
a. pemberian kompensasi; retribusi;
b. pemberian penyediaan prasarana dan b. pemberian kompensasi;
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sarana; c. subsidi;
c. publikasi atau promosi daerah; d. penyediaan prasarana dan sarana;
dan/atau e. fasilitasi KKPR;
d. penghargaan. f. penghargaan; dan/atau
(8) Insentif kepada masyarakat sebagaimana g. publikasi atau promosi.
dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan (8) Disinsentif kepada masyarakat sebagaimana
dalam bentuk: dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan
a. pemberian keringanan pajak dan/atau dalam bentuk:
retribusi; a. pengenaan pajak dan/atau retribusi
b. pemberian kompensasi; yang tinggi;
c. subsidi; b. kewajiban memberi kompensasi atau
d. imbalan; imbalan; atau
e. sewa ruang; c. pembatasan penyediaan prasarana dan
f. urun saham; sarana.
g. penyediaan prasarana dan sarana; (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
h. fasilitasi KKPR; pemberian insentif dan disinsentif
i. penghargaan; dan/atau dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
j. publikasi atau promosi. perundang-undangan.
(9) Disinsentif kepada Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
diberikan dalam bentuk:
a. pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana;
b. pengenaan kompensasi; dan/atau
c. penalti.
(10) Disinsentif kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dalam bentuk:
a. pengenaan pajak dan/atau retribusi
yang tinggi;
b. kewajiban memberi kompensasi atau
imbalan; atau
c. pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberian insentif dan disinsentif
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 66 Pasal 68
(1) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah (1) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah
ada dan tidak sesuai dengan Peraturan ada dan tidak sesuai dengan Peraturan
Zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal Zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 huruf c, merupakan ketentuan yang 65 huruf c, merupakan ketentuan yang
berlaku untuk Pemanfaatan Ruang yang berlaku untuk Pemanfaatan Ruang yang
izinnya diterbitkan sebelum penetapan izinnya diterbitkan sebelum penetapan
RDTR dan dapat dibuktikan bahwa izin RDTR dan dapat dibuktikan bahwa izin
tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur
yang benar. yang benar.
(2) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah (2) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah
ada dan tidak sesuai dengan Peraturan ada dan tidak sesuai dengan Peraturan
Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(1), terdiri atas: terdiri atas:
a. penggunaan lahan yang sudah ada dan a. penggunaan lahan yang sudah ada dan
tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
sebelum diberlakukan Peraturan Zonasi sebelum diberlakukan Peraturan Zonasi
dapat diberikan konfirmasi KKPR dengan dapat diberikan konfirmasi KKPR dengan
syarat tidak melakukan pengembangan; syarat tidak melakukan pengembangan;
b. penggunaan lahan yang sudah ada dan b. penggunaan lahan yang sudah ada dan
tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi
yang disebabkan keterbatasan yang disebabkan keterbatasan
kepemilikan lahan dan kemampuan kepemilikan lahan dan kemampuan
pembiayaan pemilik lahan, yang pembiayaan pemilik lahan, yang
dibuktikan dengan bukti kepemilikan dibuktikan dengan bukti kepemilikan
hak atas tanah dan/atau surat hak atas tanah dan/atau surat
keterangan lurah, dapat diberikan keterangan lurah, dapat diberikan
konfirmasi KKPR setelah mendapatkan konfirmasi KKPR setelah mendapatkan
persetujuan tertulis dari seluruh warga persetujuan tertulis dari seluruh warga
yang berbatasan langsung dengan yang berbatasan langsung dengan
kaveling lahan; dan kaveling lahan; dan
c. penggunaan lahan yang sudah ada dan c. penggunaan lahan yang sudah ada dan
tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi
yang disebabkan oleh alasan lain yang disebabkan oleh alasan lain
dikenakan sanksi administrasi dengan dikenakan sanksi administrasi dengan
maksud dilakukan penyesuaian maksud dilakukan penyesuaian
penggunaan lahan dengan Peraturan penggunaan lahan dengan Peraturan
Zonasi dengan pembiayaan berasal dari Zonasi dengan pembiayaan berasal dari
pemilik dan/atau penggunan lahan. pemilik dan/atau penggunan lahan.
(3) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah (3) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah
ada dan tidak sesuai dengan Peraturan ada dan tidak sesuai dengan Peraturan
Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga Bagian Ketiga
Teknik Pengaturan Zonasi Teknik Pengaturan Zonasi

Pasal 67 Pasal 68
(1) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana (1) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf b, dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b,
merupakan ketentuan lain dari zonasi merupakan ketentuan lain dari zonasi
konvensional yang dikembangkan untuk konvensional yang dikembangkan untuk
memberikan fleksibilitas dalam penerapan memberikan fleksibilitas dalam penerapan
aturan zonasi dan ditujukan untuk aturan zonasi dan ditujukan untuk
mengatasi berbagai permasalahan dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam
penerapan peraturan zonasi dasar, penerapan peraturan zonasi dasar,
mempertimbangkan kondisi kontekstual mempertimbangkan kondisi kontekstual
kawasan dan arah penataan ruang. kawasan dan arah penataan ruang.
(2) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana (2) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa zona dimaksud pada ayat (1) berupa zona
pengendalian pertumbuhan dengan kode (k). pengendalian pertumbuhan dengan kode (k).
(3) Zona pengendalian pertumbuhan dengan (3) Zona pengendalian pertumbuhan dengan
kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) adalah teknik pengaturan zonasi yang (2) adalah teknik pengaturan zonasi yang
diterapkan melalui pembatasan diterapkan melalui pembatasan
pembangunan dalam upaya melindungi pembangunan dalam upaya melindungi
karakteristik kawasan. Dapat diterapkan karakteristik kawasan. Dapat diterapkan
sebagai bentuk disinsentif persyaratan sebagai bentuk disinsentif persyaratan
tertentu dalam perizinan. tertentu dalam perizinan.
(4) Zona pengendalian pertumbuhan dengan (4) Zona pengendalian pertumbuhan dengan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diterbitkan oleh Bupati setelah melalui (2) diterbitkan oleh Bupati setelah melalui
pembahasan dan pertimbangan dari Forum pembahasan dan pertimbangan dari Forum
Penataan Ruang. Penataan Ruang.
(5) Zona pengendalian pertumbuhan dengan (5) Zona pengendalian pertumbuhan dengan
kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat kode (k) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku untuk: (2) berlaku untuk:
a. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi a. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
dengan kode R-2terdapat di SWP I.C dengan kode R-2 terdapat di SWP I.C
pada Blok I.C.5 dan Blok I.C.8; pada Blok I.C.5 dan Blok I.C.8;
b. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang b. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang
dengan kode R-3 terdiri atas: dengan kode R-3 terdiri atas:
1. SWP I.A pada Blok I.A.9; 1. SWP I.A pada Blok I.A.9;
2. SWP I.B pada Blok I.B.2 dan Blok 2. SWP I.B pada Blok I.B.2 dan Blok
I.B.4; dan I.B.4; dan
3. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.6, 3. SWP I.C pada Blok I.C.3, Blok I.C.6,
dan Blok I.C.7. dan Blok I.C.7.
c. Sub-Zona Perumahan Kepadatan c. Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah
Rendah dengan kode R-4 terdapat di dengan kode R-4 terdapat di SWP I.B
SWP I.B pada Blok I.B.4 dan SWP I.C pada Blok I.B.4 dan SWP I.C pada Blok
pada Blok I.C.6; dan I.C.6; dan
d. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala d. Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala
Kota dengan kode K-1 terdapat di SWP Kota dengan kode K-1 terdapat di SWP
I.A pada Blok I.A.2 dan Blok I.A.8. I.A pada Blok I.A.2 dan Blok I.A.8.
BAB VIII BAB VIII KEMENDAGRI:
KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN
Diubah dan Tidak diakomodir
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Pasal 68 Pasal 70 disempurnakan menjadi: karena sudah
(1) Dalam rangka penyelenggaraan penataan (1) Dalam rangka penyelenggaraan penataan Dalam rangka disebutkan “sesuai
ruang secara partisipatif di daerah, dibentuk ruang secara partisipatif di daerah, dibentuk penyelenggaraan penataan dengan ketentuan
peraturan perundang-
Forum Penataan Ruang. Forum Penataan Ruang. ruang secara partisipatif di
undangan pada ayat (4)
(2) Forum Penataan Ruang sebagaimana (2) Forum Penataan Ruang sebagaimana daerah, dibentuk Forum
dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk Penataan
memberikan masukan dan pertimbangan memberikan masukan dan pertimbangan Ruang sesuai dengan
dalam pelaksanaan Penataan Ruang. dalam pelaksanaan Penataan Ruang. ketentuan Perundang-
(3) Anggota Forum Penataan Ruang (3) Anggota Forum Penataan Ruang Undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
daerah terdiri atas instansi vertikal bidang daerah terdiri atas instansi vertikal bidang SETKAB:
pertanahan, perangkat daerah, asosiasi pertanahan, perangkat daerah, asosiasi
profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh Rumusan pasal Tidak diakomodir
masyarakat. masyarakat. kelembagaan dapat karena tidak mengubah
menggunakan template arti dan makna, serta
(4) Pembentukan, susunan keanggotaan, tugas, (4) Pembentukan, susunan keanggotaan, tugas,
sebagai berikut: telah sepakat mengikuti
fungsi, dan tata kerja Forum Penataan fungsi, dan tata kerja Forum Penataan (1) Dalam rangka arahan template dari
Ruang dilaksanakan sesuai dengan Ruang dilaksanakan sesuai dengan perwujudan rencana HKO
peraturan perundang- undangan terkait peraturan perundang- undangan terkait tata ruang dilakukan
koordinasi penyelenggaraan penataan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang. koordinasi penataan
ruang. ruang dan kerja sama
wilayah.
(2) Koordinasi dilakukan
oleh Bupati dan dalam
rangka
penyelenggaraan
penataan ruang secara
partisipatif dapat
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dibantu oleh Forum
Penataan Ruang.
(3) Pelaksanaan Forum
Penataan Ruang di
daerah dilakukan
dalam hal Bupati
membutuhkan
pertimbangan terkait
pelaksanaan penataan
ruang.
(4) Forum Penataan
Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh
Bupati.
(5) Pembentukan,
susunan keanggotaan,
tugas, fungsi, dan tata
kerja Forum Penataan
Ruang dilaksanakan
sesuai ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
BAB IX BAB IX
KETENTUAN LAIN–LAIN KETENTUAN LAIN–LAIN

Pasal 69 Pasal 71
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(1) Jangka waktu RDTR Kawasan Perkotaan (1) Jangka waktu RDTR Kawasan Perkotaan
Labungkari adalah 20 (dua puluh) tahun Labungkari adalah 20 (dua puluh) tahun
dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam periode 5 (lima) tahunan. dalam periode 5 (lima) tahunan.
(2) Dalam hal terjadi perubahan lingkungan (2) Dalam hal terjadi perubahan lingkungan
strategis, peninjauan kembali RDTR strategis, peninjauan kembali RDTR
Kawasan Perkotaan Labungkari Kawasan Perkotaan Labungkari
dapatditinjaulebih dari 1 (satu) kali dalam dapatditinjaulebih dari 1 (satu) kali dalam
setiap periode 5 (lima) tahunan. setiap periode 5 (lima) tahunan.
(3) Perubahan lingkungan strategis (3) Perubahan lingkungan strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa: berupa:
a. bencana alam skala besar yang a. bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan ditetapkan dengan peraturan perundang-
perundang-undangan; undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang b. perubahan batas teritorial negara yang
ditetapkan dengan undang- undang; ditetapkan dengan undang- undang;
c. perubahan batas daerah yang ditetapkan c. perubahan batas daerah yang ditetapkan
dengan undang-undang; atau dengan undang-undang; atau
d. perubahan kebijakan nasional yang d. perubahan kebijakan nasional yang
bersifat strategis. bersifat strategis.
(4) Perubahan kebijakan nasional yang bersifat (4) Perubahan kebijakan nasional yang bersifat
strategis sebagaimana dimaksud pada ayat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf d, yang berimplikasi pada (3) huruf d, yang berimplikasi pada
Peninjauan Kembali Peraturan Bupati Buton Peninjauan Kembali Peraturan Bupati Buton
Tengah tentang RDTR Kawasan Perkotaan Tengah tentang RDTR Kawasan Perkotaan
Labungkari dapat direkomendasikan oleh Labungkari dapat direkomendasikan oleh
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
Forum Penataan Ruang. Forum Penataan Ruang.
(5) Rekomendasi Forum Penataan Ruang (5) Rekomendasi Forum Penataan Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diterbitkan berdasarkan kriteria: diterbitkan berdasarkan kriteria:
a. penetapan kebijakan nasional yang a. penetapan kebijakan nasional yang
bersifat strategis dalam peraturan bersifat strategis dalam peraturan
perundang-undangan; perundang-undangan;
b. rencana pembangunan dan b. rencana pembangunan dan
pengembangan objek vital nasional; pengembangan objek vital nasional;
dan/atau dan/atau
c. lokasinya berbatasan dengan c. lokasinya berbatasan dengan
kabupaten/kota di sekitarnya. kabupaten/kota di sekitarnya.
(6) Peraturan Bupati Buton Tengah tentang (6) Peraturan Bupati Buton Tengah tentang
RDTR Kawasan Perkotaan Labungkari ini RDTR Kawasan Perkotaan Labungkari ini
dilengkapi dengan Materi Teknis dan Album dilengkapi dengan Materi Teknis dan Album
Peta yang merupakan bagian yang tidak Peta yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB X BAB X SETKAB:
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 70 agar Tidak diakomodir
Pasal 70 Pasal 72 menggunakan template karena mengikuti
sebagai berikut: template dari bagian
(1) Pada saat Peraturan Bupati ini ditetapkan, (1) Pada saat Peraturan Bupati ini ditetapkan,
Dengan berlakunya HKO
semua Pemanfaatan Ruang yang tidak semua Pemanfaatan Ruang yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang harus Peraturan Bupati ini, maka:
disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang a. izin pemanfaatan ruang
atau KKPR yang telah
melalui kegiatan penyesuaian Pemanfaatan melalui kegiatan penyesuaian Pemanfaatan
dikeluarkan dan telah
Ruang. Ruang. sesuai dengan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
(2) Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, (2) Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, ketentuan Peraturan
maka: maka: Bupati ini tetap berlaku
a. izin Pemanfaatan Ruang dan KKPR yang a. izin Pemanfaatan Ruang dan KKPR yang sesuai dengan masa
berlakunya;
telah dikeluarkan tetap berlaku sesuai telah dikeluarkan tetap berlaku sesuai
b. izin pemanfaatan ruang
dengan masa berlakunya; dengan masa berlakunya; atau KKPR yang telah
b. Pemanfaatan Ruang di WP Kawasan b. Pemanfaatan Ruang di WP Kawasan dikeluarkan tetapi tidak
Perkotaan Labungkari yang Perkotaan Labungkari yang sesuai dengan
diselenggarakan tanpa izin Pemanfaatan diselenggarakan tanpa izin Pemanfaatan ketentuan Peraturan
Ruang atau KKPR dan bertentangan Ruang atau KKPR dan bertentangan Bupati ini berlaku
dengan ketentuan Peraturan Bupati ini, dengan ketentuan Peraturan Bupati ini, ketentuan:
1) untuk yang belum
akan ditertibkan dan disesuaikan akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
dilaksanakan
dengan Peraturan Bupati ini; dan Peraturan Bupati ini; dan pembangunannya,
c. izin Pemanfaatan Ruang yang telah c. izin Pemanfaatan Ruang yang telah habis izin pemanfaatan
habis masa berlakunya dan akan masa berlakunya dan akan diperpanjang, ruang atau KKPR
diperpanjang, ditindaklanjuti melalui ditindaklanjuti melalui mekanisme disesuaikan dengan
mekanisme penerbitan KKPR. penerbitan KKPR. fungsi kawasan
berdasarkan
Peraturan Bupati ini;
2) untuk yang sudah
dilaksanakan
pembangunannya,
dilakukan
penyesuaian dengan
masa transisi
berdasarkan
ketentuan
perundang-
undangan; dan
3) untuk yang sudah
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
dilaksanakan
pembangunannya
dan tidak
memungkinkan
untuk dilakukan
penyesuaian dengan
fungsi kawasan
berdasarkan
Peraturan Bupati ini,
izin pemanfaatan
ruang atau KKPR
yang telah
diterbitkan dapat
dibatalkan dan
terhadap kerugian
yang timbul sebagai
akibat pembatalan
izin pemanfaatan
ruang atau KKPR
dapat diberikan
penggantian yang
layak.
c. pemanfaatan ruang di
Daerah yang
diselenggarakan tanpa
izin pemanfaatan ruang
atau konfirmasi KKPR
dan bertentangan
dengan ketentuan
Peraturan Bupati ini,
akan ditertibkan dan
RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR
disesuaikan dengan
Peraturan Bupati ini;
dan
d. pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan
ketetentuan Peraturan
Bupati ini, agar
dipercepat untuk
mendapatkan
konfirmasi KKPR.
BAB XI BAB XI
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71 Pasal 73
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Buton Tengah. Buton Tengah.

Ditetapkan di Labungkari Ditetapkan di Labungkari


Pada tanggal ……………… Pada tanggal ………………

Pj. BUPATI BUTON TENGAH Pj. BUPATI BUTON TENGAH


RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN BUPATI BUTON
TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN TENGAH TENTANG RDTR KAWASAN
TANGGAPAN KETERANGAN
PERKOTAAN LABUNGKARI PERKOTAAN LABUNGKARI
SEBELUM LINTAS SEKTOR SETELAH LINTAS SEKTOR

TTD TTD

MUHAMMAD YUSUP MUHAMMAD YUSUP

Diundangkan di Labungkari Diundangkan di Labungkari


Pada tanggal ………………… Pada tanggal …………………

SEKRETARIS DAERAH SEKRETARIS DAERAH


KABUPATEN BUTON TENGAH KABUPATEN BUTON TENGAH

TTD TTD

H. KOSTANTINUS BUKIDE H. KOSTANTINUS BUKIDE

BERITA DAERAH KABUPATEN BUTON TENGAH BERITA DAERAH KABUPATEN BUTON TENGAH
TAHUN …. NOMOR …. TAHUN ... NOMOR ….
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, selaku Bupati Buton Tengah menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap materi muatan
Rancangan Peraturan Bupati Buton Tengah tentang Rencana Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Labungkari.

Pj. BUPATI BUTON TENGAH

MUHAMMAD YUSUP, SE., M.Si

Anda mungkin juga menyukai