Anda di halaman 1dari 7

MENGEMBANGKAN MADRASAH BERBASIS RISET

MELALUI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013


oleh: Mustagfiroh

Sejak tahun 2013 kemarin, lembaga pendidikan madrasah mulai fokus pada
pengembangan riset (Republika, 2013). Riset dan pengembangan penelitian di madrasah
diharapkan menjadi kekuatan sekaligus modal dalam upaya meningkatkan kualitas madrasah
agar tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan nomor dua di Indonesia.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Kemenag dalam upaya mengembangkan riset
adalah digelarnya ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) untuk ketiga kalinya pada tahun 2014
ini. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam
Kementerian Agama, Nur Syam bahwa Kompetisi Sains Madrasah (KSM) merupakan puncak
kulminasi dalam upaya pengembangan sains dan riset di Madrasah. Sebab menurut beliau,
madrasah juga memiliki potensi besar untuk melakukan riset di bidang teknologi (Muhammad
Sholeh, 2014). Selain KSM, mulai tahun ini juga diselenggarakan lomba karya tulis berbasis riset
yang pelaksanaannya terpadu denganpelaksanaan KSM.
Hal tersebut sejalan dengan adanya pemberlakuan kurikulum 2013 yang dalam
implementasinya selalu menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.
Penedekatan pembelajaran yang menagarah pada penelitian ini dirasa berat oleh sebagian guru
madrasah. Faktor penyebab utamanya adalah tidak terbiasanya pola pendidikan, terutama dalam
pendidikan dasar dan menengah untuk melaksanakan riset dan pengembangan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini membahas mengenai pentingnya mengembangkan riset
dalam pendidikan dan upaya mengembangkan riset melalui implementasi Kurikulum 2013.

Pentingnya Mengembangkan Riset dalam Pendidikan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat telah memunculkan
banyak masalah dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, budaya,
kependudukan, sampai pada masalah pembentukan karakter dan degradasi moral. Kompleksitas
masalah tersebut tentu saja berimbas pada pola pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan, terutama pendidikan formal. Lembaga pendidikan dianggap sebagai solusi paling
logis untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, karena melalui lembaga pendidikanlah
peningkatan kualitas sumber daya manusia bisa dilaksanakan.
Peningkatan sumber daya manusia melalui lembaga pendidikan(baca: madrsah) akan
tampak pada proses pembelajaran dan kualitas lulusan. Oleh karena itu, segala kegiatan dalam
madrasah seharusnya berorientasi pada pelaksanaan proses belajar yang baik untuk
menghasilkan lulusan yang mandiri, kompetitif, dan mampu memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupanya dengan baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
mengembangkan tradisi ilmiah dalam lingkungan madrasah melalui kegiatan riset dan
pengembangan penelitian.
Salah satu program kegiatan ekstrakurikuler di madrasah adalah KIR (Karya Ilmiah
Remaja). Hampir semua madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah memiliki ekstrakurikuler
ini. Bahkan, di beberapa madrasah KIR menjadi salah satu program unggulan. Namun, karena
posisinya hanya sebagai bentuk ekstrakurikuler, tidak semua siswa berminat untuk terlibat dalam
kegiatan riset dan pengembangan penelitian, meskipun hanya penelitian sederhana.
Madrasah yang memiliki program mewajibkan semua jurusan di kelas tertentu untuk
melakukan penelitian sederhana yang tagihan konkretnya berupa laporan hasil penelitian dalam
bentuk paper seringkali mengalami kendala. Kewajiban menyelesaikan paper ini ternyata
menimbulkan keresahan di kalangan siswa. Mereka menganggap tugas itu terlalu berat,
membingungkan, dan (yang paling parah) sia-sia.
Dari fenomena itu, bisa diketahui, betapa tradisi ilmiah dan berpikir sistematis dalam
menyelesaikan masalah masih belum ada dalam lingkungan madrasah. Mereka lebih suka
menyelesaikan persoalan dengan cara yang praktis dan pragmatis dibandingkan dengan
mengakaji secara komprehensif masalah tersebut untuk menghasilkan solusi yang tepat.
Hal itulah yang sesungguhnya menjadi alasan paling masuk akal, mengapa riset dan
pengembangan penelitian diharapkan menjadi landasan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Selain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan
menelaah bidang ilmu tertentu, diharapkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian itu,
mereka juga akan terbiasa menyelesaikan suatu masalah secara terencana, teruji, mendalam, dan
dapat dipertanggungjawabkan.

Upaya Mengembangkan Riset Melalui Implementasi Kurikulum 2013

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu, Kurikulum 2013 mengamanatkan


esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
(Kemendikbud, 2013). Yang dimaksud dengan pendekatan ilmiah atau yang dalam Kurikulum
2013 disebut sebagai Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Oleh karena itu,
model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayanya kecakapan
berpikir sains, terbangunnya sense of inquiry, dan kemampuan berpikir kreatif siswa.Dalam
pelaksanaannya, proses pembelajaran harus selalu menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Pendekatan ilmiah yang diaplikasikan dalam pembelajaran dianggap lebih efektif
dibandingkan dengan pedekatan pembelajaran. Hal tersebut karena dalam pembelajaran yang
berbasis sains selalu mendorong siswa untuk mencari tahu, mengalami sendiri, dan memecahkan
sendiri setiap masalah dalam pembelajaran. Ini sangat berbeda dengan pendekatan tradisional
dalam pembelajaran yang hanya mengajak siswa untuk membayangkan konsep-konsep
pembelajaran yang cenderung abstrak.
Visualisasi implementasi pendekatan ilmiah tersebut tampak pada langkah-langkah
pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup: (1)
mengamati (observing); (2) menanya (questioning); (3) menalar (associating);(4) mencoba
(experimenting); dan (5) mengomunikasikan (networking).

a. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Artinya, kegiatan mengamati harus diarahkanuntukmemenuhi rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
pengamatansiswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini.
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya (questioning)
Kegiatan bertanya dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal, baik dari siswa
kepada guru, siswa kepada siswa lain, maupun guru kepada siswa. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal.
Kemampuan menanggapi masalah secara verbal membuat siswa dan guru berusaha
berpikir kreatif, karena harus memberikan pernyataan yang logis, sistematis, dan efektif. Berpikir
seperti itu akan memaksa siswa dan guru untuk mencari referensi sebelum pembelajaran, karena
pernyataan verbal untuk menanggapi masalah mengharuskan seseorang untuk mengaitkan satu
pengetahuan dengan pengetahuan lainnya.
Selain hal tersebut, kegiatan menanya juga akan menstimulasi siswa untuk cermat
melihat masalah dan membuat guru mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa terhadap materi
pembelajaran. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa terhadap materi pembelajaran merupakan
informasi yang penting bagi guru untuk mendesain model pembelaran.

e. Menalar (associating)
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Setelah kegiatan menanya
siswa akan berusaha menemukan jawaban sementara atau dugaan-dugaan awal berkaitan dengan
persoalan yang dipertanyakan.

d. Mencoba (experimenting)/ Mengumpulkan Informasi (Exploring)


Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan
bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-
hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena
yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

e. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan adalah menyampaikan hal-hal yang telah diteliti dan ditemukan, baik
secara lisan, maupun secara tertulis. Langkah ini dimaksudkan agar siswa mampu
mengekspresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, baik dalam bentuk lisan, tulisan, atau
membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, kesan, dan lain
sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya.
Selaras dengan hal tersebut, kegiatan riset atau penelitian selalu menuntut seorang
peneliti untuk dapat mengomunikasikan hasil penelitiannya, misalnya dalam bentuk presentasi.
Ketika melakukan presentasi hasil riset atau penelitian, setidaknya seseorang harus menyiapkan
bahan presentasi dan media presentasi. Bahan presentasi ini bisa berupa point bahasan yang
dibentuk dalam program power point atau bahan presentasi yang berupa poster.

Penutup
Dari bahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengembangan berbasis
riset bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Sebaliknya, justru program ini selaras dengan
konten disasar oleh Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajarannya.
Oleh karena itu, setiap madrasah seharusnya menyambut baik program ini yang jelas-
jelas mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013.
Daftar Pustaka

Kemendikbud. 2013. Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam pembelajaran. Disampaikan sebagai


materi Diklat Implementasi Kurikulum 2013, Mata pelajaran: Konsep Pendekatan
Saintifik. Jakarta: Kemendikbud.

Republika. 2014. Kejar Nomor 1, Madrasah pun Berbasis Riset (Online). www.rupublika.co.id,
edisi 8 September. Diakses tanggal 25 Maret 2015.

Sholeh, Muhammad. 2014. Kembangkan Budaya Riset, Kemenag Gelar Kompetisi Sains
Madrasah (Online). merdeka.com. Diakses 25 Maret 2015.
MENGEMBANGKAN MADRASAH BERBASIS RISET
MELALUI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

ARTIKEL

Disusun oleh:
MUSTAGFIROH
NIP 197904192005012005

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN NGANJUK


MADRASAH ALIYAH NEGERI NGLAWAK KERTOSONO
2015

Anda mungkin juga menyukai