Anda di halaman 1dari 2

MENGENAL SOSOK PELUKIS.

MAUD LEWIS : Tentang Kehidupan dan Lukisannya.

Di Marshalltown, Nova Scotia.

Dia seorang perempuan yang bertubuh kecil, pendek dan menderita arthritis (kecacatan fisik) sejak
kecil dan selalu dianggap tidak mampu oleh keluarganya sendiri. Merasa tidak berguna di tengah
keluarganya, Maudie menjalani kehidupan kesehariannya dengan bibinya karena rumahnya dijual
oleh sang adik.

Kegemarannya melukis dijalaninya dari waktu ke waktu. Perempuan pelukis ini pada akhirnya
mendapatkan kehidupannya dengan bekerja sebagai pembantu di rumah petak seorang nelayan,
yang juga seorang penjaga panti asuhan bernama Everret Lewis.

Rumah kayu dengan ukuran tidak lebih dari 5 X 10 meter dengan plafon yang dijadikan tempat tidur
itulah “ruang kerja” Maudie, dimulai dengan bersih-bersih, menyapu hingga merapikan seluruh
ruangan. Berangsur2 rumah kecil dan berantakan itu mulai terlihat rapi dan bersih. Kegemarannya
melukis, dia aplikasikan ke dinding2 kayu rumah, sudut ruangan, seluruh furniture rumah mulai
meja, kursi, lemari bahkan tangga menuju plafon dan beberapa kayu bekas yang dia manfaatkan
menjadi canvas untuk menjadi media lukisnya.

Hampir kebanyakan perempuan, Maudie sebagai seorang pelukis, menempatkan sudut pandang
“kebahagiaan”, perasaan senang, sebagai inspirasi yang mendominasi dalam lukisannya. Tema-tema
pemandangan yang lengkap dengan pegunungan, suasana desa, bunga2, hewan seperti kuda, sapi,
anjing, burung dan kupu2 serta segala aktivitas petani maupun orang desanya. Tema-tema yang
tidak terlepas dari keindahan alam dan segala hiruk pikuk aktivitasnya, selalu mewarnai lukisannya
seperti pemandangan laut maupun kesibukan nelayan di dermaga dengan hasil tangkapannya.

Begitulah Maudie melakukan aktivitas melukis usai semua pekerjaan utamanya dibereskannya
sehingga bisa membuat majikannya puas akan hasil pekerjaannya karena dilakukannya dengan
penuh tanggung jawab.

Kehidupannya yang terbatas, membuatnya berkarya dengan media apapun. Maudie bisa melukis
dengan media apapun seperti papan kayu, dinding, meja, kursi, jendela, sampai kartu kertas. Bahkan
suatu ketika dia melukis pada sebuat kartu kertas yang membuat seorang pelanggan Everett, Sandra
dari New York City, kagum akan lukisan cat air Maudie pada kartu kertas. Sandrapun memesan
lukisan Maudie agar dibuat dengan ukuran yang lebih besar.

Dengan keterbatasan fisik dan diremehkan oleh keluarganya, justru membuat Maudie menjalani
kehidupannya sebagai seorang pelukis dan perempuan yang paripurna. Selain lukisannya di apresiasi
oleh Wakil Presiden AS, Richard Nixon, dia melengkapi kehidupannya yang sempurna, menikah
dengan Everret dan menjalaninya dengan penuh cinta dan kebahagiaan, selain itu Maudie juga
diberi kesempatan melihat putri semata wayangnya yang dirawat oleh adiknya, selama ini oleh
keluarganya dikhabarkan sudah meninggal karena dianggap Maudie tidak akan mampu merawatnya.

Melihat semua lukisan Maudie, kita akan dibawa pada suasana yang bahagia, penuh kesenangan,
pada komposisi warna yang cerah, dengan goresan cat yang mengembalikan kita pada ingatan masa
kanak-kanak yang penuh keceriaan tanpa beban gelapnya kehidupan. Kontras dengan orang lain
yang memandang kehidupan pelukis, dengan sudut pandang yang “skeptis”. Pra anggapan subyektif
yang belum sepenuhnya membaca akan ruang ekspresif pelukis.
Perlawanan akan keterbatasan fisik dan pandangan underestimate keluarga kepadanya, perlakuan
sang adik yang tidak adil terhadapnya, dia lakukan dengan menunjukkan etos kerja dan karya
sebagai seorang pelukis.

Maudie telah mampu mengekpresikan seluruh hasil perlawanannya kedalam lukisan-lukisan


cantiknya. Dia selesaikan pekerjaan, dia menjawab persepsi yang melemahkan kemampuannya, baru
kemudian goresan cat dimulainya. Goresan cat Maudie adalah goresan yang sempurna, karena
selalu satu goresan yang dia lakukan, setelah semua tanggung jawabnya, telah diselesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai