Anda di halaman 1dari 62

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Manajemen

2.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan

melalui kerja sama dengan orang lain. Manajemen juga merupakan salah

satu bagian penting bagi organisasi atau perusahaan. Ernie dan

Kurniawan (2009:6), menyatakan bahwa manajemen adalah sebuah

proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui

rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.

Terry (2010:16), menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses

khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Sedangkan Samsudin (2010:300), menyatakan bahwa manajemen adalah

bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan

pelaksanaan perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing),

penyusunan personalia atau kepegawaian (Staffing), pengarahan dan

kepemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling).

Berdasarkan definisi para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas yang terdiri dari


7
8

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kepemimpinan,

pengendalian dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya dan

sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi.

2.1.2. Fungsi-fungsi Manajemen

Manajemen sangat diperlukan dalam suatu organisasi, dalam

manajemen terdapat fungsi manajemen untuk meningkatkan kinerja

karyawan. Jika fungsi manajemen tidak terlaksanakan dengan baik maka

kinerja karyawan tidak optimal. Menurut Robbins dan Mary (2010:9),

fungsi manajemen meliputi:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang melibatkan proses

pengaturan tujuan, menetapkan strategi yang dipakai untuk mencapai

tujuan tersebut dan mengembangkan rencana-rencana untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang melibatkan

pengaturan dan pentaan pekerjaan tentang apa yang dilakukan dan

siapa yang melakukan pekerjaan tersebut untuk mencapai tujuan

organisasi.
9

3. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimimpinan adalah fungsi manajemen yang melibatkan

pengaturan dan penataan pekerjaan tentang apa yang dilakukan dan

siapa yang melibatkan pekerjaan yang dilakukan dengan melalui

orang lain termasuk motivasi, pengarahan dan kegiatan lainnya dalam

rangka untuk menangani orang-orang dalam mencapai tujuan

organisasi.

4. Pengendalian (Controlling)

Pengarahan adalah fungsi manajemen yang mencakup pengawasan

perbandingan dan mengoreksi performa kerja untuk memastikan

semua kegiatan berjalan sesuai dengan yang telah direncankan.

Menurut Terry (2010:8), ada beberapa fungsi manajemen terbagi 4

(empat), antara lain:

1. Perencanaan (Planning)

Adalah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok

untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup

kegiatan pengambilan keputusan, karena termaksud dalam pemilihan

alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk

mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan

suatu pola dalam himpunan tindakan untuk masa mendatang.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada setiap manajer.


10

3. Penggerakan (Actuating)

Merupakan usaha menggerakkan para anggota-anggota sekelompok

sedemikian bentuk-bentuknya, sehingga mereka berkemauan dan

berusaha memotivasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan

bersama.

4. Pengawasan (Controlling)

Adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin

bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

diterapkan.

Menurut Daft (2011:9), sangat perlu diperhatikan berkaitan

dengan manajemen yakni:

1. Perencanaan atau Planning

Penentuan sasaran sebagai pedoman kinerja organisasi di masa depan

dan penataan tugas-tugas serta alokasi sumber daya yang diperlukan

untuk mencapai sasaran.

2. Pengorganisasian atau Organizing

Melibatkan penetapan tugas, pengelompokkan tugas-tugas kedalam

departemen, dan alokasi bermacam-macam sumber daya ke dalam

berbagai departemen.

3. Efektivitas atau Effectiveness

Derajat seberapa jauh organisasi berhasil mencapai sasaran yang

ditetapkan.
11

4. Pengendalian atau Controlling

Memantau aktivitas karyawan, menjaga organisasi agar tetap berjalan

kearah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi apabila diperlukan.

Dengan adanya fungsi manajemen, maka segala kegiatan-kegiatan

organisasi dapat terkendali dalam mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

manajemen adalah melakukan perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian untuk kemajuan suatu organisasi

perusahaan.

2.1.2. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia sebagai salah satu sumber

daya yang ada dalam organisasi memegang peranan penting dalam

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Berhasil atau tidaknya

tergantung pada kemepuan sumber daya manusia dalam menjalankan

tugas dan fungsinya, manusia selalu berperan aktif dan selalu dominan

dalam setiap aktifitas organisasi, karena manusia menjadi perencana,

pelaku, sekaligus penentu terwujudnya tujuan organisasi. Mondy (2008:4),

menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah

pemanfaatan para individu untuk mencapai tujuan. Menurut Mathis dan

John (2006:3), menyatakan bahwa Manajemen sumber daya manusia

adalah rancanangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna


12

mencapai tujuan organisasi’. Sedangkan menurut Dessler (2006:5),

menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah proses

memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada

pegawai, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan

keamanan, serta masalah keadilan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia kedudukannya

sangat penting bagi organisasi. Oleh karena itu, dalam mengelolanya,

mengatur dan memanfaatkan sumber daya manusia akan berjalan sesuai

apa yang diharapkan. Sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk

tercapainya tujuan organisasi.

2.2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Secara Umum fungsi manajemen dimaksudkan sebagai titik tolak

dalam menjalankan tugas-tugas manajemen sumber daya manusia,

sehingga akhirnya tercapai tujuan dari organisasi atau perusahaan.

Keberhasilan suatu kegiatan atau tugas-tugas tergantung dari

manajemennya.

Menurut Sutrisno (2011:9), menjelaskan fungsi manajemen sumber

daya manusia sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, untuk sesuai

dengan kebutuhan organisasi secata efektif dan efisien dalam

membantu terwujudnya tujuan.


13

2. Pengorganisasian

Kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian

kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi

dalam bentuk bagan organisasi.

3. Pengarahan dan Pengadaan

Pengarahan adalah kegiatan memberikan petunjuk kepada pegawai

agar mau kerja sama, bekerja efektif dan efisien dalam membantu

tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan pengadaan merupakan

proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, serta induksi untuk

mendapatkan pegawai yang sesuain dengan kebutuhan.

4. Pengendalian

Kegiatan mengendalikan semua pegawai agar mentaati peraturan-

peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan dengan rencana.

5. Pengembangan

Proses peningkatan keterampilan teknis, konseptual, dengan moral

pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.

6. Kompensasi

Pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada

pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.

7. Pengintegrasian

Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan

kebutuhan pegawai, agar terciptan kerjasama yang serasi dan saling

menguntungkan.
14

8. Pemeliharaan

Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental

dan loyalitas pegawai agar mereka mau bekerja sama sampai

pension. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program

kesejahteraan yang berdasarkan sebagian besar kebutuhan

pegawainya.

9. Kedisiplinan

Keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan-peraturan

perusahaan dan norma-norma social.

10. Pemberhentian

Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.

Pemutusan hubungan kerja ini dapat disebabkan oleh keinginan

pegawai, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pension dan

sebab-sebab lainnya.

Menurut Mondy (2008:4), Fungsi manajemen sumber daya

manusia pada dasarnya ada lima jenis yaitu:

1. Penyediaan Staf

Merupakan proses yang menjamin suatu organisasi untuk selalu

memiliki jumlah pegawai yang tepat dengan keahlian-keahlian yang

memadai dalam pekerjaan-pekerjaan tepat pada waktunya untuk

mencapai tujuan organisasi.


15

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Fungsi manajemen sumber daya manusia utama yang tidak hanya

terdiri dari pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas-aktivitas

perencanaan, dan pengembangan karir individu, organisasi, serta

manajemen dan penilaian kinerja.

3. Kompensasi

Suatu sistem kompensasi yang terencana matang memberi para

pegawai imbalan-imbalan yang layak dan adil atas kontribusi mereka

dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

4. Kesehatan dan keselamatan

Keselamatan adalah perlindungan bagi para pegawai yang disebabkan

kecelakaan-kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan, kesehatan

adalah bebesanya para pegawai dari sakit fisik atau emosi.

5. Hubungan Kepegawaian dan perburuhan

Hubungan pegawai dengan pihak perusahaan haruslah dijaga dengan

baik, agar pegawai lebih teromotivasi untuk mencapai tujuan

perusahaan yang telah ditetapkan.

Menurut Rivai (2004:15), fungsi manajemen sumber daya manusia

sama dengan fungsi manajemen umum yaitu fungsi manajerial dan fungsi

operasional.
16

1. Fungsi Manjerial

1) Perencanaan (Planning)

Yaitu kegiatan menggambarkan atau memperkirakan dimuka tentang

tenaga kerja agar sesuai dengan kebtuhan organisasi, perencanaan

merupakan tahap awal dari pelaksanaan berbagai aktivitas

perusahaan.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan

pembagian kerja, hubungan kerja, wewenang, delegasi, koordinasi

dan integrasi dalam bentuk bagan organisasi.

3) Pengarahan (Directing)

Yaitu kegiatan memberikan petunjuk kepada pegawai agar mau

berkerja sama dan bekerja secara efisien dalam membantu

tercapainya tujuan organisasi.

4) Pengendalian (Controlling)

Yaitu kegiatan mengendalikan pegawai agar menataati peraturan

organisasi dalam bekerja sesuai dengan rencana. Bila terjadi

penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan.

2. Fungsi Operasional

1) Pengadaan

Yaitu proses penarikan, penempatan, seleksi, orientasi dan

induksi untuk mendapatkan pegawai yang dibutuhkan organisasi.


17

2) Pengembangan

Adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,

konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.

3) Kompensasi

Yaitu pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung

(indirect), berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai

imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi.

4) Pengintegrasian

Yaitu untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan

kebutuhan pegawai agar tercipta kerjasama yang serasi dan

saling menguntungkan.

5) Pemeliharaan

Yaitu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,

loyalitas dan mental pegawai supaya mereka mau bekerja sama

sampai pensiun.

Berdasarkan

2.1.3. Komunikasi Interpersonal

2.1.3.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Dilihat dari asal katanya inter yang berarti antar dan kata person

yang berarti orang, maka komunikasi interpersonal baerati berada di

antara media komunikasi dan teknologi pada suatu sisi dan komunikasi

nonverbal pada sisi lainnya. Luthans (2006:380), menyatakan bahwa

komunikasi interpersonal merupakan transfer informasi dari satu orang ke


18

orang lain. Komunikasi dilihat sebagai metode dasar yang mempengaruhi

perubahan perilaku, dan komunikasi menghubungkan proses psikologi

(persepsi, pembelajaran dan motivasi) pada satu sisi dan bahasa sisi

lainnya. Sedangkan Wood (2010:21), menyatakan bahwa komunikasi

interpersonal adalah bagian interaksi antar beberapa orang. Sedangkan

menurut Mulyana dalam Panuju (2018:62), menyatakan bahwa

komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara dua

orang secara tatap muka.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis mengambil kesimpulan

bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan

oleh dua orang maka satu orang menjadi pemberi pesan dan satu orang

lainnya penerima pesan dan adanya feedback dari hasil komunikasi yang

telah dilakukan.

2.1.3.1. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan komunikasi interpersonal adalah membangun dan

memelihara hubungan yang harmonis dengan bawahan ataupun sesame

pegawai lainnya maka akan meningkatkan produktivitas pegawai.

Menurut Panuju (2018:66), Komunikasi interpersonal memiliki

beberapa tujuan yaitu:

1. Meningkatkan kualitas dari perkenalan menjadi pertemanan dan

kemudian menjadi persahabatan.

2. Mencari orang yang bersedia mendengarkan keluhannya.


19

3. Memecahkan masalah pribadi ataupun masalah pribadi yang

disebabkan orang lain.

4. Kepentingan bisnis

5. Membangun jaringan (Networking)

Menurut Purwanto (2006:22), komunikasi interpersonal terbagi atas

enam tujuan yaitu:

1. Menyampaikan Informasi

Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki

berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah

untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut

mengetahui sesuatu.

2. Berbagi pengalaman

Selain menyampaikan informasi, komunikasi interpersonal juga memilki

tujuan untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain

mengenai hal-hal menyenangkan maupun hal-hal yang

menyedihkan/menyusahkan.

3. Menumbuhkan Simpati

Simpati merupakan suatu sikap positif yang ditunjukan oleh seseorang

yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan

bagaimana beban derita, musibah, kesedihan dan kepiluan yang

sedang dirasakan orang lain.


20

4. Melakukan Kerja Sama

Tujuan komunikasi interpersonal yang lainnya adalah untuk melakukan

kerjasama antara seseorang dengan orang lainuntuk mencapai suatu

tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu bermanfaat bagi kedua

belah pihak.

5. Menceritakan Kekecewaan atau Kekesalan

Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan seseorang untuk

menceritakan rasa kekecewaan atau kekesalan secara tepat dan

secara tidak langsung akan mengurangi beban pikiran.

6. Menumbuhkan Motivasi

Melalui komunikasi interpersonal, seseorang dapat memotivasi orang

lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif.

Menurut Muhammad (2005:165), komunikasi interpersonal memiliki

beberapa tujuan yaitu:

1. Menemukan diri sendiri

Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita

belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.

2. Menemukan dunia luar

Meskipun banyak jumlah informasi yang dating kepada kita dari media

massa, hal itu di diskusikan yang akhirnya di pelajari atau di dalami

melalui interaksi interpersonal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa komunikasi interpersonal menjadi acuan pegawai dalam


21

memecahkan masalah, berbagi pengalaman, melakukan kerja sama dan

menumbuhkan motivasi pegawai dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab nya di dalam sebuah organisasi.

2.1.3.3. Faktor-faktor yang Mendukung Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dibutuhkan dalam sebuah organisasi

dalam mendukung terjalinnya sebuah komunikasi yang baik. Menurut

Panuju (2018:67), “faktor yang mendukung komunikasi interpersonal

terbagi atas beberapa faktor yaitu:

1. Faktor Biasa

Semakin homogen bahasa yang digunakan masing-masing semakin

mudah bentuk membentuk saling pengertian (mutual of understanding).

Gangguan komunikasi yang disebabkan kesulitan bahasa sering

disebut gangguan semantic (semantic noise).

2. Faktor fisik

Komunikasi interpersonal cenderung berjalan baik bila masing-masing

dalam kondisi sehat. Gerak tubuh (gesture), gerak mata, dan para

linguistik yang disebabkan keadaan keadaan tidak sehat cenderung

membuat lawan bicara tidak nyaman. Komunikasi pun berjalan dengan

tidak lepas.

3. Faktor psikis

Komunikasi interpersonal cenderung berjalan bila pada masing-masing

memilki gairah yang positif. Misalnya tidak ada kecurigaan (praduga),

kebencian, dendam, ataupun predisposisi negative (misalnya


22

menyimpulkan lawan bicara yang bersumber dari keyakinannya pada

mitos,stereotype).

4. Faktor Lingkungan

Komunikasi interpersonal akan berjalan baik bila lingkungan tempat

berkomunikasi dalam suasana yang kondusif. Misalnya, tidak ada

gangguan dari suara bising kendaraan, suasan ramai dari percakapan

orang lain, suara pengeras suara, musik yang keras, dan lainnya.

Bahkan juga bau-bauan yang harum, dalam kadar yang wajar, hal itu

bisa menciptakan suasana yang menyenangkan, namun bila dosisnya

berlebihan bisa membuat hidung tersengat hingga bersin-bersin.

Sedangkan menurut Devito (2011:256), faktor-faktor yang

mendukung komunikasi interpersonal yakni:

1. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan kemauan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan interpersonal.

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam

menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.

2. Empati

Empati merupakan merasakan apa yang dirasakan orang lain atau

proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan

menangkap arti perasaan itu dan kemudian mengkomunikasikannya

dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia

sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain.


23

3. Dukungan

Dukungan merupakan situasi yang terbuka untuk mendukung agar

komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa Positif

Rasa positif merupakan perasaan terhadap diri sendiri, kemampuan

mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan kemampuan

menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk berinteraksi yang

efektif.

Sedangkan menurut Dewi (2007:16), faktor-faktor komunikasi

interpersonal, yaitu:

1. Perbedaan persepsi dan Bahasa

Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas suatu hal. Definisi

seseorang mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang

lain.

2. Pendengaran yang buruk

Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata

menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan

melamun atau lelah memikirkan masalah lain, seseorang cenderung

kehilangan minat mendengar.

3. Gangguan Emosional

Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan

merasa kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan

dengan baik.
24

4. Perbedaan Budaya

Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat

dihindari, terlebih lagi dalam zaman globalisasi ini. Perbedaan

budaya merupakan hambatan yang paling sulit di atasi.

5. Gangguan Fisik

Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang

bersifat fisik, seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat

dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik

bisa mengganggu konsentrasi dalam berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

ada beberapa faktor yang memepengaruhi komunikasi interpersonal yakni

faktor fisik,faktor lingkungan, faktor kepribadian, keterbukaan dan

kesetaraan.

2.1.3.4. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan pendekatan terhadap

pegawai untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Komunikasi

interpersonal berbeda dengan komunikasi lainnya.

Menurut Effendy (2016:36), secara teoritis komunikasi

interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:

1. Komunikasi Diadik

Merupakan komunikasi interpersonal yang berlangsung antara dua

orang yakni seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan

dan seorang lagi komunikasn yang menerima pesan.


25

2. Komunikasi Triadik

Merupakan komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga

orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

Sedangkan menurut Robbins dan Timothy (2011:380), lebih melihat

komunikasi interpersonal dalam caranya bagaimana komunikasi dapat

dilakukan, yaitu melalui:

1. Oral Communication

Komunikasi lisan merupakan sarana utama untuk menyampaikan

pesan. Bentuknya dapat berupa pidato, diskusi individual atau

kelompok lisan adalah dalam kecepatan dan umpan balik. Kita dapat

menyampaikan berita secara verbal dan menerima respon dalam waktu

minimal. Sedangkan kerugiannnya terletak pada apabila berita

tersampaikan melalui sejumlah orang, maka semakin banyak orang

akan semakin besar potensi distorsi.

2. Written Communication

Komunikasi tertulis dilakukan melalui memo, surat, fax e-mail, instan

messaging, organizational perioicals, peringatan pada papan

pengumuman, dan cara lain yang disampaikan melalui kata tertulis atau

simbol. Keuntungsn komunikasi tertulis karena tangible dan verifyble.

Ketika tercetak, baik sender maupun receiver mempunyai catatan

komunikasi, dan beritanya dapat disimpulkan untuk waktu tidak

terbatas. Tetapi komunikasi tertulis mempunyai kekurangan karena

lebih memakan waktu. Apa yang dapat dikatakan dalam waktu 15 menit
26

mungkin memerlukan waktu satu jam untuk menulis. Disamping itu,

kelemahan lain adalah kurangnya mekanisme umpan balik.

3. Nonverbal Communication

Dalam menyampaikan pesan secara verbal, sering diikuti dengan

pesan nonverbal. Tetapi komponen nonverbal dapat pula berdiri sendiri.

Wujudnya dapat berupa pandangan sekilas, tatapan, senyuman,

mengerutkan dahi, atau gerakan tubuh. Diskusi tidak menunjukkan

komunikasi lengkap apabila tidak diikuti komununikasi nonverbal,

termasuk gerakan badan, intonasi atau penekanan pada kata, ekspresi

wajah, dan jarak fisik antara sender maupun receiver.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2010:408), terdapat jenis-jenis

komunikasi interpersonal yaitu:

1. Assertiveness

Ketegasan dalam komunikasi dilakukan dengan mendorong kuat tanpa

menyerang, mengizinkan orang lain memengaruhi hasil, ekpresif dan

peningkatan diri tanpa memaksa pada orang lain.

2. Aggresiveness

Dalam komunikasi dilakukan dengan mengambil keuntungan diri atas

beban orang lain.

3. Nonassertiveness

Ketidaktegasan dalam komunikasi dilakukan dengan mendorong orang

lain mengambil keuntungan dengan mencegah dan ingkar diri.


27

4. Nonverbal Communication

Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi di mana pesan

disampaikan tanpa kata tertulis atau ucapan. Termasuk di dalamnya

disampaikan tanpa kata tertulis atau ucapan. Termasuk di dalamnya

penggunaan waktu dan tempat, jarak di antar orang dalam percakapan,

pengaturan tempat duduk, lokasi dan furniture kantor.

5. Active Listening

Listening atau menyimak menyangkut lebih sekedar hearing atau

mendengar. Mendengar adalah komponen fisik dan dari listening.

Listening adalah suatu proses sceara aktif memecahkan sandi dan

menginterpretasikan pesan verbal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

ada beberapa jenis komunikasi interpersonal yang digunakan dalam suatu

organisasi namun memiliki tujuan yang sama, yang meliputi ketegasan

dalam komunikasi.

2.1.4. Tata Ruang Kantor

2.1.3.1. Pengertian Tata Ruang Kantor

Tata ruang kantor berasal dari bahasa inggris, yaitu Office Layout.

Kelancaran aktivitas pekerjaan kantor, rasa kepuasan pegawai maupun

tamu sangat ditentukan oleh penataan ruang kantor. Semakin baik tata

ruangnya, semakin baik pula dalam bekerja serta meningkatkan

produktivitas kerja. Gie (2007:186), menyatakan bahwa tata ruang

perkantoran adalah perencanaan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang


28

dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruangan ini untuk

menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang perlu

bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya-biaya yang layak.

Sedarmayanti (2014:502), menyatakan bahwa tata ruang kantor tidak

hanya menempatkan perlengkapan dan peralatan suatu kantor, tetapi tata

ruang kantor harus dapat digunakan untuk mengatur dan memudahkan

pergerakan alur kerja pegawai dari suatu ruangan ke ruangan lain.

Sedangkan menurut Haryadi (2009:122), menyatakan bahwa tata ruang

kantor adalah pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat dan

perabotan kantor sesuai dengan luas lantai dan ruangan yang tersedia

untuk memberikan sarana bagi pegawai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis memberikan

kesimpulan bahwa tata ruang kantor merupakan pengaturan dan

penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor serta perabot

kantor pada tempat yang tepat. Maka pegawai dapat bekerja dengan baik,

nyaman, leluasa, dan bebas untuk bergerak, sehingga akan tercapai

efisiensi kerja.

2.1.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tata Ruang Kantor

Suatu gedung atau bangunan kantor sangat identik dengan ruang

kantor. sebab di area itulah segala kegiatan administrasi perkantoran

diadakan. Dapat dikatakan bahwa produktivitas perusahaan secara

langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi penataan ruang kantor.


29

Menurut Sukoco (2007:190), ada beberapa faktor yang diperhatikan agar

terciptanya tata ruang kantor secara efektif, antara lain :

1. Tugas Pegawai

Jenis tugas dan tingkat ekonomi yang dimiliki pegawai akan

mempengaruhi penggunaan fasilitas kantor yang dibutuhkan guna

mengoptimalkan kinerja.

2. Arus Kerja

Analisis arus kerja (Work flow) dengan mengacu pada pergerakan

informasi dan tugas secara horizontal atau vertikal tentunya sangat

diperlukan dalam perencanaan layout.

3. Badan Organisasi

Ketika arus kerja berlangsung secara vertikal, bagan organisasi

menggambarkan tentang wewenang masing-masing anggota

organisasi. Hal ini juga akan mengidentifikasi hubungan kerja para

pegawai di level yang sama dan membantu menjelaskan.

4. Proyeksi Kebutuhan Kerja di Masa Datang

Menjelaskan beberapa luas yang dibutuhkan jika perusahaan akan

melakukan perluasan atau pengurangan di masa datang.

5. Jaringan Komunikasi

Analisis bentuk interaksi maupun media yang digunakan untuk

berkomunikasi (telepon, e-mail, surat, tatap muka dan lain-lain) yang

dilakukan oleh pegawai maupun departemen sangat membantu dalam


30

perancangan Layout kantor, semakin tinggi frekuensi hubungan yang

dilakukan semakin dekat ruangannya.

6. Departemen Dalam Organisasi.

Banyak perusahaan mengelola kantornya berdasarkan fungsi

terutama departemen yang berpengaruh terhadap keputusan

penempatan ruangan kerja yang biasanya ditetapkan arus kerja

diantara mereka.

7. Kebutuhan Ruang

Beberapa faktor yang dapat menjelaskan ruangan yang minimum

dibutuhkan oleh pegawai adalah pegawai yang membutuhkan

peralatan dalam melaksanakan tugasnya akan membutuhkan ruang

yang lebih besar dibandingkan yang tidak. Kedua, jenis peralatan

tanggung jawab masing-masing pegawai akan mempengaruhi

kebutuhan ruangan kerjanya.

8. Pertimbangan Keamanan

Dasarnya desain dan layout kantor memfasilitasi pergerakan pegawai

dari suatu area ke area lain. Perencanaan tersebut terus dapat

membuat pegawai bergerak secara mudah tanpa terhambat, maka

sebaiknya lorong tempat pegawai bergerak tidak diisi peralatan yang

dapat menghalanginya.

9. Pembiayaan Ruang Kantor

Dapat dikatakan bahwa investasi perusahaan dalam kantor keduanya

sangat dibutuhkan.
31

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:125), ada beberapa faktor

yang diperhatikan agar terciptanya tata ruang kantor yang efektif, antara

lain:

1. Cahaya

Cahaya merupakan gelombang yang dipancarkan oleh suatu sumber

cahaya memancar dan menyebar keseluruh ruangan.Sumber cahaya

(Matahari, lilin, lampu) memancarkan dan menyebar keseluruh

ruangan. Pencahayaan pada ruangan kerja dikantor merupakan salah

satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen.

Dengan adanya pencahayaan yang baik akan meningkankan

ketelitian kerja, kecermatan hasil dan meningkatkan keselamatan

kerja.

2. Warna

Warna dapat merangsang emosi dan otak manusia. Warna yang tepat

untuk dekorasi dan ruang kerja akan menimbulkan kenyamanan serta

peningkatan produktivitas kerja.

3. Udara

Aliran udara yang segar (banyak mengadung oksigen) secara terus-

menerus dikantor akan dapat mengurangi keletihan dan menimbulkan

kesegaran bagi pegawai.

4. Suara

Suara yang gaduh akan menggangu pekerjaan, terutama pekerjaan

yang menumbuhkan konsentarsi (kerja otak) tinggi, seperti pembuatan


32

konsep-konsep, perencanaan, perhitungan, dan lain-lain sebagainya.

Bila situasi gaduh ini dibiarkan terus akan dapat mengakibatkan

kekacauan dan kesalahan pada hasil kerja pegawai yang

bersangkutan. Oleh karena itu suasana perlu dikendalikan.

5. Budaya

Yaitu kebiasaan yang telah mejadi perilaku, tidak tunduk bekerja,

berkomunikasi, dan berhubungan dengan sesama dan pihak luar.

Misalnya: ramah, masuk tepat waktu, rapih dalam dalam bekerja dan

sebagainya. Budaya ini biasanya dibentuk oleh

kebersamaan/kelompok, tetapi dapat juga berawal dari pimpinan yang

didukung oleh stafnya.

Selain itu menurut Assauri (2008:86), faktor yang perlu diperhatikan

dalam penyusunan layout adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan, mengenai produk yang dihasilkan ini perlu

diperhatikan:

1) Besar dan beratnya produk tersebut, kalau produknya besar dan

berat maka memerlukan handling yang khusus seperti forktruck

atau conveyer

2) Sifat dari produk tersebut yaitu apakah mudah pecah atau tidak

2. Urutan Produksinya, faktor ini penting terutama bagi product layout

karena menyusun product layout disdarkan pada urutan produksi

(operation sequence).
33

3. Kebutuhan akan ruangan yang cukup luas (special requirement),

dalam hal ini diperhatikan luas ruangan pabrik dan tingginya.

4. Peralatan atau mesin-mesin itu sendiri, apakah mesin-mesinnya berat

atau kalau berat maka diperlukan lantai yang lebih kokoh dan sifat

mesin tersebut.

5. Maintenance dan replacement, Mesin-mesin harus ditempatkan

sedemikian rupa sehinga maintenance mudah dilakukan dan

replacement mudah dilakukan.

6. Adanya keseimbangan kapasitas (Balance capacity)

7. Minimum Movement, dengan gerak yang lebih sedikit maka biasanya

akan lebih rendah.

8. Aliran (Flow) dari materi. Sebenarnya flow ini dapat digambarkan,

yaitu merupakan arus yang harus diikuti oleh suatu produk pada

waktu dia dibuat, gambar mana sangat penting bagi perencanaan

lantai, atau ruangan pabrik (floor plan).

9. Employee Area: tempat kerja buruh di pabrik harus cukup luas,

sehingga tidak mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta

kelancaran produksinya.

10. Service Area (Seperti cafetaria, toilet, tempat istirahat, tempat parker

mobil dan sebagainya). Sevice area diatur sedemikian rupa sehingga

dekat dengan tempat kerja dimana dia sangat dibutuhkan.


34

11. Waiting Area, yaitu untuk mecapai flow material yang optimum, maka

kita harus memerhatikan tempat-tempat dimana kita harus

menyimpan barang-barang sambil menunggu proses selanjutnya.

12. Plant Climate: udara dalam pabrik tersebut harus diatur, yaitu harus

sesuai dengan keadaan pabrik dan buruh, jangan terlalu panas, dan

terlalu dingin, dan juga jangan merusak kesehatan buruh.

13. Fleksibility: Perubahan-perubahan dari produk atau proses/mesin dan

sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan, karena sesuai dengan

perkembangan teknologi, sehingga layout harus dibuat sedemikian

rupa sehingga dapat fleksibel, perubahan-perubahan kecil yang terjadi

tidak memerlukan biaya yang tinggi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tata ruang kantor yaitu tugas pegawai, arus kerja, badan

organisasi, proyeksi kebutuhan kerja di masa depan, jaringan komunikasi,

departemen dalam organisasi, kebutuhan ruang, pertimbangan keamanan

dan pembiayaan ruang kantor.

2.1.4.3. Perencanaan Tata Ruang Kantor

Tata ruang kantor harus direncanakan terlebih dahulu supaya

para pegawai dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan nyaman.

Menurut Muther dan Serdamayanti (2009:12), tata ruang kantor memiliki 4

asas pokok yang berguna bagi organisasi sebagai pedoman dalam

perencanaan tata ruang kantor yaitu:


35

1. Asas Jarak Terpendek

Dengan tidak mengabaikan hal-hal, suatu tat ruang kantor yang baik

adalah yang memungkinkan proses penyelesaian suatu pekerjaan

menempuh jarak yang sependek mungkin.

2. Asas Penggunaan Segenap Ruang

Tata ruang kantor yang baik adalah yang mempergunakan

sepenuhnya semua ruang yang ada. Ruang yang mempergunakan

sepenuhnya semua yang ada.Ruang itu tidak hanya yang berupa luas

lantai (ruang datar), melainkan juga ruang yang vertikal keatas

maupun kebawah. Jadi, tidak ada ruang yang dibiarkan tidak

terpakai.

3. Asas Perubahan Susunan Tempat kerja

Dengan tidak mengabaikan hal-hal khusus, suatu tata ruang yang

terbaik ialah yang dapat di ubah atau disusun kembali dengan tidak

terlampau sukar atau tidak memakan biaya besar.

4. Asas Rangkaian Kerja

Tata ruang kantor yang baik adalah yang menempatkan para pegawai

dan alat-alat kantor menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan-

urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:107), perencanaan tata

ruang kantor ada 4 yaitu:

1. Perencanaan Cahaya
36

Cahaya penerangan yang cukup memungkinkan pegawai bekerja

lebih cepat dan lebih sedikit membuat kesalahaan akibat penerangan

yang buruk. Kurangnya sinar yang mencakup bagi pegawai akan

menimbulkan ketegangan otot dan kelelahan mata, serta membuat

kemungkinan kesalahan kerja semakin tinggi sehingga produktivitas

kerja ikut menurun.

2. Perencanaan Warna

Sejalan dengan cahaya, warna menjadi faktor penting untuk membuat

pegawai menajadi nyaman, bekerja lebih efektif, bekerja lebih

produktif jika warna yang mendominasi suatu ruangan adalah yang

mempengaruhi perasaan seperti, biru, ungu, hijau, dan putih biasanya

menimbulkan kesan tenang.

3. Perencanaan Udara

Pekerjaan kantor lebih pada bersikap pikiran, maka dari itu hendaknya

suatu ruangan mendapat suplai udara yang teratur, usahakan agar

udara yang bersih dan sejuk, sehingga kenyamanan akan tercipta

yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas bekerja

pegawai.

4. Penataan suara

Suara gaduh dapat menyebabkan tidak efisiennya pekerjaan kantor.

Karena akan mengganggu konsentrasi orang yang berada

didalamnya. Dengan demikian suatu ruangan dituntut untuk agar


37

terbebas dari suara yang mengganggu, baik suara dari luar maupun

dari dalam kantor itu sendiri.

Selain itu, menurut Assauri (2008:88), dalam melakukan plant layout

ada beberapa tahapan yang harus dilalui:

1. Plant Inventory

Tahap pertama didalam menetukan layout sebuah pabrik yang baru,

atau mengubah layout yang telah ada adalah:

1) Daftar mesin: membuat daftar mesin atau peralatan yang

diperlukan, dapat dimasukkan pula perlatan untuk extension di

kemudian hari.

2) Ukuran mesin: bentuk dan ukuran mesin-mesin secara garis

besar harus jelas.

3) Gambar-gambar mesin (menurut skala). Gambar-gambar ini tidak

perlu secara mendetail cukup dengan kotak-kotak menurut skala.

2. Group Outline

Di dalam menggambar perlu diperhatikan pula macam-macam mesin

secara kelompok (group), terdiri atas mesin-mesin yang sama dan

ukuran yang sama.

3. Alat-alat Pembantu

Alat-alat pembantu adalah alat-alat yang diperlukan untuk membantu

jalannya produksi seperti lori (trolleys) untuk transport, tool boxes,

standard dan lain-lain.

4. Method Investigasi
38

Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alat-alat

pembantu dapat digambarkan dan diskala.

5. Daerah Mesin

Ruangan untuk pemeliharaan harus ditambahkan pada ruangan kerja

mesin.

6. Machine Blok Plan

Peraturan mesin sesuai dengan proses produksi atas kumpulan

mesin-mesin didalam bentuk machine blok plan.

7. Shop Floor Layout

Di dalam menentukan layout dan machine blok perlu ditinjau dari

segi:

1) Flow of production

2) Pembagian gang

3) Dimensi machine shop

4) Kedudukan dari penghalang-penghalang yang tak dapat

bergerak seperti tiang-tiang atau kolom-kolom penempatan dari

gudang (stores).

Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas, penulis memberi

kesimpulan bahwa perencanaan tata ruang kantor yaitu asas jarak

terpendek, asas penggunaan segenap ruang, asas perubahan susunan

tempat kerja, asas rangkaian kerja, perencanaan cahaya, perencanaan

warna, perencanaan udara dan penataan suara.

2.1.4.4. Tujuan Tata Ruang Kantor


39

Tata ruang kantor juga harus disusun secara ilmiah dan hal ini

memerlukan pengetahuan tentang pekerjaan apa yang akan dilakukan

dan cata terbaik untuk mengerjakannya, serta pandangan jauh tentang

apa yang mungkin diperlukan pada waktu yang akan datang. Menurut Gie

(2007:188), dalam penyusunan tata ruang kantor ada beberapa tujuan

yang perlu dicapai. Tujuan itu merupakan pula syarat-syarat yang hendak

dipenuhi dalam setiap tata ruang kantor yang baik. Tujuan yang hendak

dicapai adalah:

1. Pekerjaan kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh

jarak yang sependek mungkin.

2. Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar.

3. Segenap tata ruang dipergunakan efisien untuk keperluan pekerjaan.

4. Kesehatan dan kepuaan bekerja para pegawai dapat terpelihara.

5. Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara

memuaskan.

6. Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat

kesan yang baik mengenai organisasi tersebut.

7. Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan

dan mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan.

Menurut Gie (2007:164), dengan penataan ruangan kantor yang

baik sesuai proses alur pekerjaan yang efektif dan efisien. Maka tujuan

tata ruang kantor akan dapat tercapai, diantara tujuan penentuan ruangan

itu adalah:
40

1. Aliran pekerjaan yang efektif

2. Ruang yang luas tapi dipergunakan dengan baik

3. Kesenangan dan rasa puas pegawai

4. Memudahkan pengawasan

5. Kesan yang baik para pelanggan dan tamu

6. Fleksibilitas yang besar untuk kebutuhan-kebutuhan yang berlainan.

Sedangkan menurut Haryadi (2009:122), tujuan tata ruang kantor

adalah:

1. Memanfaatkan seluruh ruangan yang ada untuk keuntungan

ekonomis yang besar. Dengan demikian setiap meter persegi, sudut,

atau tengah ruangan seluruhnya terkendali, dengan kata lain tidak ada

tempat yang tidak berguna.

2. Memudahkan pengawasan manajer terhadap staf yang sedang

bekerja.

3. Memudahkan arus komunikasi dan arus kerja yang baik akan

mempengaruhi kualitas arus komunikasi.

4. Layout ruangan yang baik akan memberikan kepuasan dan

kenyamanan untuk bekerja, sehingga pegawai merasa betah bekerja

di kantor.

5. Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pegawai seperti komputer,

telepon, interkom, faksimili, e-mail dan pelayanan lainnya yang

menyangkut pelayanan rumah tangga perusahaan seperti air minum.


41

6. Memudahkan setiap pergerakan para pegawai dalam menyimpan

arsip, khususnya untuk arsip aktif, lemari dan ruangan harus

diltempatkan berdekatan dengan pegawai yang membutuhkan arsip

tersebut.

2.1.4.5. Manfaat Tata Ruang Kantor

Pengaturan Tata letak ruang kantor yang baik akan dapat

memberikan manfaat bagi orang-orang yang bersangkutan dalam

menyelesaikan pekerjaanya. Sedangkan Menurut Moekijat (2010:145),

tata letak ruang kantor yang baik akan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Merencanakan suatu kantor dengan baik akan memberikan efisiensi

melakukakan pekerjaan.

2. Penghematan penggunaan ruang lain yang tepat

3. Pengawasan dapat dipermudah

4. Hubungan dapat dipermudah.

5. Perlengkapan dan mesin kantor berguna lebih baik.

6. Jalannya pekerjaan lebih lancar

7. Menambah kesenangan dan semangat bekerja bagi karyawan

Sementara itu menurut Sukoco ( 2007:189), tata ruang yang efektif

akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada secara efektif

2. Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai.

3. Memberikan kesan yang positif terhadap pelanggan perusahaan


42

4. Menjamin efisiensi dan arus kerja yang ada

5. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

6. Mengantisipasi pengembangan organisasi di masa depan dengan

melakukan perencanaan tata ruang yang flleksibel.

Sedangkan menurut Gie (2000:188), ada beberapa manfaat dalam

pengaturan tata letak ruang kantor yang baik, antara lain:

1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena

berjalan mondar-mandir

2. Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.

3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas

lantas tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-

banyaknya.

4. Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang

akan menemui sutu bagian tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

tata ruang kantor memberikan manfaat tercapainya proses pekerjaan

yang lebih efisien, penataan ruang kantor dapat meningkatkan

produktivitas dan semangat kerja pegawai dalam bekerja sehingga

menjadikan kelancaran kegiatan perusahaan dapat lebih fleksibel juga

hubungan komunikasi antar pegawai dan atasan dan atasan dengan

pegawai dapat lebih terjalin dengan Fleksibel.

2.1.4.6. Jenis-jenis Tata Ruang Kantor


43

Setiap Perusahaan atau instansi, memiliki penerapan tata ruang

kantor yang berbeda-beda, hal ini diakibatkan setiap perusahaan atau

instansi memiliki kebutuhan yang tidak sama. Dalam hal ini bertujuan

untuk mempermudah juga memperlancar setiap pergerakan pegawai.

Menurut Sedarmayanti (2009:104), pada dasarnya terdapat empat

macam tata ruang kantor, antara lain:

1. Tata Ruang Kantor Tertutup/ Berkamar (Cubical Type Office)

Tata ruang kerja dipisah atau dibagi dalam kamar atau ruang kerja.

Keuntungan dari tata ruang kantor tertutup/berkamar antara lain :

1) Menjamin konsentrasi kerja

2) Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia

3) Menambah dan menjaga status pimpinan (terjaganya kewibawaan

pimpinan)

4) Menjadi kebersihan kerja

Sedangkan kerugian tata ruang kantor tertutup/ berkamar antara lain:

1) Komunikasi langsung antar pegawai tidak berjalan lancar, sehingga

komunikasi antar sesama pegawai menjadi berkurang

2) Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan ruangan,

penerangan dan biaya peralatan lainnya.

3) Pemakaian ruangan luwes/ fleksibel apabila ada perubahan dan

perkembangan organisasi.

4) Mempersulit pengawasan.

5) Memerlukan banyak luas lantai.


44

2. Tata Ruang Kantor Terbuka (Open Plan Office)

Ruang Kerja yang cukup luas, ditempati oleh beberapa pegawai

untuk bekerjasama diruangan termasuk tanpa dipisah oleh penyekat atau

pembatas yang permanen. Keuntungan tata ruang kantor terbuka antara

lain:

1) Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara, warna dan

dekorasi.

2) Luwes / fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan tidak

memerlukan biaya tinggi.

3) Mudah untuk mengadakan hubungan langsung, pengawasan,

penyeragaman kerja, dan pembagian peralatan kerja.

4) Biaya lebih hemat untuk pemeliharaan ruang kerja

Sedangkan kerugian tata ruang kantor terbuka antara lain:

1) Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan dan kebisingan karena

pegawai bersenda gurau, ngobrol dan lain-lain.

2) Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh konsentrasi.

3) Batas kedudukan antara pimpinan dan bawahan tidak jelas.

4) Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit untuk dilakukan.

5) Kemungkinan tampak adanya tumpukan berkas atau kertas dan

peralatan kerja yang berserakan, sehingganpemandangan kurang

baik.
45

3. Tata Ruang Berhias / Berpanorama / Bertaman (Landscape Offices)

Ruang kerja yang dihiasi oleh taman, dekorasi, dan lain-lain

sebagainya. Bentuk ruang kantor berhias ini bertujuan agar lingkungan

yang nyaman, menyegarkan, serta ekonomis. Keuntungan tata ruang

kantor berhias/ berpanorama / bertaman antara lain:

1) Pegawai akan merasa nyaman dan betah bekerja.

2) Ketegangan saraf dapat berkurang atau di hindarkan.

3) Kebisingan dan kegaduhan dapat dihindarkan.

4) Pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien, produktivitas kerja dapat

meningkat, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

Sedangkan tata ruang kantor berhias / Berpanorama / bertaman

antara lain:

1) Biaya cukup tinggi untuk mengadakan taman dan dekorasi lain

2) Biaya pemeliharaan tinggi.

3) Memerlukan tenaga ahli yang tidak mudah dan tidak murah.

4) Tata Ruang Kantor Gabungan (Mixed Offices)

Ruang kantor yang merupakan gabungan antara bentuk ruang

kantor berkamar saja, terbuka, bertaman hias. Karena ketiga bentuk

ruang masing-masing mempunyai kerugian. Maka untuk mencegah atau

mengurangi kerugian yang ada, dapat diciptakan tata ruang kantor

gabungan.

Selain itu, Menurut Nuraida (2008:143), tata ruang kantor terbagi

Menjadi dua yaitu:


46

1. Tata Ruang Kantor terbuka (Open plan offices)

Semua aktivitas dilaksanakan bersama-sama oleh beberapa pegawai

dalam satu ruangan terbuka serta tidak dipisahkan oleh dinding atau

penyekat yang terbuat dari kayu.

Keuntungannya adalah:

1) Menudahkan perubahan layout ruangan tanpa perlu biaya yang

tinggi.

2) Memudahkan komunikasi dan koordinasi kerja antar pegawai

3) Menghemat penggunaan dan peralatan kerja

4) Memudahkan pengawasan

Kerugiannya adalah:

1) Sulit melakukan pekerjaan yang bersifat rahasia

2) Memerlukan AC untuk mengurangi debu dan pendingin udara

serta air cleaner untuk mengurangi bau

3) Memungkinkan terjadinya kebisingan yang mengganggu

konsentrasi kerja

2. Tata Ruang Tertutup (closed plan offices)

Tempat kerja dipisahkan dalam kamar-kamar atau ruangan yang

dipisahkan oleh tembok atau penyekat yang terbuat dari kayu.

Keuntungannya adalah:
47

1) Cocok untuk pekerjaan yang harus terjamin kepentingan,

kerahasiaan, kenyamanannya, baik dari segi pembicaraan,

dokumen-dokumen, atau asset aset perusahaan yang berharga.

2) Konsentrasi terhadap pekerjaan lebih mudah.

3) Dapat lebih menghargai tamu.

Kerugiaannya yaitu:

1) Membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memisahkan ruangan,

lebih banyak alat komunikasi seperti telepon, penerangan,

ventilasi, peralatan kantor dan pemeliharaannya.

2) Mempersulit perubahan layout kantor atau fleksibel ruangan

3) Komunikasi dan koordinasi lebih sulit jika tidak dilengkapi alat

komunikasi yang memadai

4) Mempersulit pengawasan

Sedangkan menurut Gie (2007:192), dengan alasan sebagai

berikut:

1) Tata ruang yang terpisah-pisah

Pada susunan ini ruang untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa

satuan. Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang

terdiri atas kamar-kamar mauoun karena sengaja dilakukan

pemisahan buatan.

2) Tata ruang terbuka

Susunan ruang kerja yang bersangkutan tidak dipisahkan.


48

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan

bahwa jenis-jenis tata ruang kantor terbuka, tata ruang kantor tertutup,

tata ruang berhias, dan tata ruang kantor gabungan. Dimana pemilihan

jenis tata ruang kantor disesuaikan dengan bentuk instansi atau

organisasi dan kebutuhan pegawainya agar dapat tercipta suasana yang

nyaman serta dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

2.1.5. Kinerja

2.1.5.1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dilakukan oleh pegawai

dalam melaksanakan aktivitas maupun kegiatan dalam perusahaan guna

untuk mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab yang telah diberikan. Kinerja para karyawan adalah faktor utama

yang menentukan tercapainya tujuan suatu perusahaan. Tercapainya

tujuan perusahaan tersebut tergantung pada upaya para pelaku yang

terdapat pada perusahaan yang bersangkutan, sehingga baik buruknya

kinerja mereka merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan

perusahaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2019

tentang Penilaian Pretasi Kerja Pegawai Negeri Sipil menggabungkan

antara Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) Dan Perilaku Kinerja dengan

bobot penilaian masing-masing unsur penialain SKP 60% dan PK sebesar

40% (pasal 41 ayat 2 PP No.30 Tahun 2019).


49

Mathis Zainal, dkk. (2015:406), menyatakan bahwa kinerja

merupakan perilaku nyata yang ditampilkan oleh orang sebagai prestasi

kerja yang dihasillkan oleh karyawan sesuai dengan perannya didalam

perusahaan. Bangun (2012:231), menyatakan bahwa kinerja

(performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang

berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement).

Sedangkan Kasmir (2016:182), menegaskan kembali kinerja adalah hasil

kerja yang telah dicapai sesorang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

dan tanggung jawab yang diberikan dalam satu periode terakhir.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja merupakan hasil dari perilaku nyata yang termasuk kepada

pengalaman dan kesungguhan seorang karyawan terhadap organisasi

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam membangun sebuah

perusahaan untuk mencapai tujuan.

2.1.5.2. Metode Penilaian Kinerja

Kinerja seorang pegawai merupakan hal yang bersifat individual

karena setiap pegawai memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda

dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk mengetahui prestasi kerja

pegawai maka dapat dilakukan penilaian kinerja pegawai yang dapat

diukur berdasarkan tolak ukur yang telah di teteapkan oleh organisasi

ataupun perusahaan.

Menurut Bangun (2012:238), ada beberapa netode dalam

penilaian kinerja antara lain:


50

1. Metode Penilaian Mengacu Pada Norma

Metode ini mengacu pada norma yang didasarkan pada kinerja paling

baik. Beberapa metode yang termasuk ke dalam kelompok penilaian ini

adalah:

1) Metode Ranking Langsung

Metode rangking baik digunakan pada perusahaan-perusahaan

kecil yang memiliki karyawan dalam jumlah yang sedikit.

Penggunaan metode ini dengan mengurutkan kinerja seorang

karyawan dari yang terbaik sampai terburuk.

2) Rangking Alternatif

Metode yang membagi dua kelompok karyawan yaitu karyawan

berkinerja terbaik ditempatkan pada bagian teratas, sedangkan

kinerja terburuk ditempatkan pada bagian terbawah pada daftar.

3) Perbandingan Antar individu

Metode ini membandingkan kinerja antar individu dalam organisasi

untuk menentukan karyawan yang terbaik.

4) Distribusi Paksaan

Metode yang membagi kinerja karyawan ke dalam beberapa

kategori dengan menetapkan persentase pada setiap kategori.

2. Metode Penilaian Standar Absolut

Metode ini menggunakan standar absolute dalam menilai kinerja

karyawan. Penilai mengevaluasi karyawan denganmengaitkannya


51

dengan faktor-faktor tertentu. Beberapa metode yang digunakan pada

metode penilaian absolute adalah:

1) Skala Grafik

Metode penilaian yang membagi jika kategori penilaian untuk setiap

faktor dalam penilaian.

2) Metode Kejadian-kejadian Kritis

Metode yang menyimpan kejadian-kejadian baik dan buruk yang

pernah dilakukan karyawan dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk menentukan kinerja seorang karyawan.

3) Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku

Metode yang menggabungkan unsur penilaian tradisional dengan

metode kinerja kritis.

3. Metode Penilaian Berdasarkan Output

Suatu metode yang menilai kinerja karyawan berdasarkan pada hasil

pekerjaan. Ada terdapat empat metode penilaian berdasrakan output

yaitu:

1) Management by Objective

Metode yang diawali penetapan sasaran yang dilakukan atasan dan

bawahan secara bersama-sama kemudian menetukan strategi

untuk mencapai sasaran tersebut.

2) Pendekatan Standar Kinerja


52

Metode yang menetapkan standar kinerja sebagai acuan

menetukan kinerja seorang karyawan dengan menggunakan

ukuran-ukuran langsung.

3) Pendekatan Indeks Langsung

Metode yang menekankan pada pengukuran kinerja dengan

menggunakan pendekatan melalui criteria impersonal objective.

4) Catatan Prestasi

Metode penilaian yang menentukan dimensi pekerjaan secara jelas

kemudian penilaian dilakukan oleh tim yang terdiri dari para pakar

yang memiliki komptensi pada jenis pekerjaan yang dinilai.

Menurut Rivai (2009:416), ada beberapa metode penilaian kinerja

pegawai yaitu:

1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

Dengan mengevaluasi prestasi kinerja di masa lalu, karyawan dapat

memperoleh umpan balik dan upaya yang dilakukannya. Berikut

beberapa teknik penilaian berorientasi masa lalu antara lai:

1) Skala peringkat yaitu melakukan suatu penilaian yang berhubungan

dengan hasil kerja pegawai dalam skala-skala tertentu, mulai dari

yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi.

2) Daftar pertanyaan yaitu penilaian yang terdiri dari sejumlah

pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku

bagi suatu pekerjaan tertentu.


53

3) Metode dengan pilihan terarah merupakan metode yang dirancang

untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi subjektivitas

dalam penilaian.

4) Metode peristiwa kritis yaitu pemilihan yang mendasarkan pada

catatan kristis penilai atas perilaku karyawan seperti sangat baik

atau sangat jelek di dalam melaksanakan tugas.

5) Metode catatan prestasi adalah metode penilaian yang

berhubungan dengan penampilan, kemampuan berbicara, peran

kepemimpinan dan aktivitas lain yang berhubungan dengan

pekerjaan.

6) Skala peningkatan dikaitkan dengan tingkah laku merupakan suatu

cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk satu kurun waktu

tertentu dimasa lalu dengan mengaitkan skala peringkat presatasi

kerja dengan perilaku tertentu.

7) Metode peninjauan lapangan merupakan sebuah metode yang

meletakkan tanggung jawab utama alam melakukan penilaian pada

para ahli penilaian yang bertugas di bagian sumber daya manusia,

biasanya para ahli penilai turun ke lapangan untuk melakukan

penilaian atas prestasi kerja karyawaan.

8) Tes dan observasi prestasi kerja artinya karyawan yang dinilai, diuji

kemampuannya, baik melalui ujian tertulis menyangkut berbagai hal

seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan mekanisme kerja

yang telah ditetapkan dan harus ditaati.


54

9) Pendekatan evaluasi komparatif mengutamakan perbandingan

prestasi kerja seseorang dengan karyawan lain yang

menyelenggarakan kegiatan sejenis.

2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

Menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek

penilaian yang tunduk dan tergantung pada penyedia, tetapi karyawan

dilibatkan dalam proses penialaian. Ada beberapa teknik penilaian

metode antara lain:

1) Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh

karyawaan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih

mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga mampu

mengidentifikasi aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada

masa yang akan datang.

2) Manajemen berdasarkan sasaran adalah penilaian dimana

karyawan dan penyedia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan

atau sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang akan dating.

3) Penilaian secara psikologis untuk mengetahui potensi seseorang

yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti motivasi dan

kemempuan intelektual.

4) Pusat penilaian adalah penilaian yang dilakukan melalui

serangkaian teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai

untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung

jawab yang besar.


55

Sedangkan menurut Gomes (2003:137), ada beberapa metode

penilaian kinerja karyawan yaitu:

1. Penilaian Performansi Berdasarkan Hasil

Yaitu merumuskan performansi pekerjaan berdasarkan pencapaian

tujuan organisasi atas mengukur hasil-hasil akhir.

2. Penilaian Performansi Berdasarkan Perilaku

Yaitu tipe yang mengukur sarana pencapaian sasaran, bukannya hasil

akhir.

3. Penilaian Performansi Berdasarkan Judgement

Merupakan tipe kriteria performansi yang menilai atau menegvaluasi

performansi kerja pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spsifik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa penilaian kinerja pegawai terdiri dari metode penilaian yang

mengacu pada norma, metode penilaian standar absolut, metode

penilaian berdasarkan output, metode penilaian berorientasi masa lalu,

metode penilaian berorientasi masa depan, penilaian performansi

berdasarkan hasil, penilaian performansi berdasarkan perilaku, dan

penilaian performansi berdasarkan judjement.

2.1.5.2. Dimensi Kinerja

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

30 tahun 2019 tentang Penilaian Pretasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

menggabungkan antara Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) Dan Perilaku

Kinerja dengan bobot penilaian masing-masing unsur penialain SKP 60%


56

dan PK sebesar 40% (pasal 41 ayat 2 PP No.30 Tahun 2019, dimensi

penilaian kinerja pegawai didasarkan pada:

1. Sasaran Kerja Pegawai (PNS)

Sasaran kerja pegawai (SKP) merupakan rencana kerja dan target

yang akan dicapai oleh seorang pegawai dan dilakukan berdasarkan

kurun waktu tertentu. Sasaran kerja pegawai meliputi unsur:

1) Kuantitas merupakan ukuran jumlah atau banyaknya keluaran

(output) dan manfaat (outcome) yang harus ada dalam setiap target

kinerja.

2) Kualitas merupakan ukuran mutu keluaran dan atau mutu manfaat

dan tidak selalu harus ada dalam target kinerja, disesuaikan jenis

dan karakteristik kegiatan yang dilaksanakan.

3) Waktu merupakan standar waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan kegiatan dan tidak selalu harus ada dalam target

kinerja, disesuaikan jenis dan karakteristik kegiatan yang

dilaksanakan.

4) Biaya merupakan dana yang digunakan untuk menyelesaikan

kegiatan dan tidak selalu harus ada dalam target kinerja,

disesuaikan jenis dan karakteristik kegiatan yang dilaksanakan.

2. Perilaku kerja (PK)

Perilaku kerja merupakan setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang

dilakukan oleh seorang pegawai yang seharusnya dilakukan atau tidak


57

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Adapun unsur perilaku kerja meliputi:

1) Orientasi pelayanan merupakan sikap dan perilaku pegawai dalam

memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayani antara lain

meliputi masyarakat, atasan, rekan sekerja, unit kerja terkait dan

atau golongan.

2) Inisiatif Kerja merupakan kemauan dan kemampuan untuk

melahirkan ide-ide baru, cara-cara baru untuk peningkatan kerja,

kemauan untuk membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan,

melihat masalah sebagai peluang bukan ancaman, kemauan untuk

bekerja menjadi lebih baik setiap hari serta penuh semagat atau

antusiasme. Aspek inisiatif kerja juga termasuk inovasi yang

dilakuakan pegawai.

3) Komitmen merupakan kemauan dan kemampuan untuk

menyelaraskan sikap dan tindakan pegawai untuk mewujudkan

tujuan organisasi dan mengutamakan kepentingan diri sendiri,

seseorang atau golongan.

4) Kerjasama merupakan kemauan dan kemampuan pegawai untuk

bekerjasama dengan rekan kerja serta instansi dalam

menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab yang ditentukan

sehingga tercapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya.

5) Kepemimpinan kemampuan dan kemauan pegawai untuk

memotivasi dan mempengaruhi bawahan atau orang lain yang


58

berkaitan dengan bidang tugasnya demi tercapainya tujuan

organisasi (bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural).

Menurut Bangun (2012:233), menyatakan bahwa suatu kinerja

dapat diukur melalui jumlah kerja, kaulitas, ketepatan waktu

mengerjakannya, kehadiran dan kemampuan bekerja sama yang dituntut

suatu pekerjaan tertentu.

1. Jumlah pekerjaan

Yaitu yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan

yang menjadi standar pekerjaan.

2. Jumlah pekerjaan

Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan

tertentu untuk dapat menhasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang

dituntut suatu pekerjaan tertentu.

3. Ketepatan waktu

Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda untuk jenis

pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memilki

ketergantungan atas pekerjaan lainnya.

4. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam

mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan

5. Kemampuan Kerja sama

Menurut Sutrisno (2010:172), terdapat enam aspek kinerja yaitu:

1. Kualitas yang Dihasilkan


59

Menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan dalam

melakukan tugas.

2. Kuantitas yang Dihasilkan

Berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa yang dapat

dihasilkan.

3. Waktu Kerja

Menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan serta masa

kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.

4. Kerja Sama

Yaitu menerangkan akan bagaimana individu membantu atau

mengahambat usaha dari teman sekerjanya.

Kinerja memiiki peranan dalam menilai apa yang dilakukan atau

yang tidak dilakukan oleh pegawai. Dan setiap pekerjaan memiliki kriteria

pekerjaan yang spesifik dimana dimensi kinerja mengidentifikasi dimensi-

dimensi dalam menilai hasil kerja suatu organisasi. Berdasarkan dari

beberapa teori dapat disimpulkan bahwa dimensi kinerja mempengaruhi

hasil dari kinerja seorang pegawai dalam suatu perusahaan.

Selain sebagai tolak ukur dalam menentukan hasil kerja seorang

pegawai, dimensi-dimensi kinerja juga bisa digunakan sebagai penilaian

kinerja.

2.1.6. Pengaruh Antar Variabel


60

2.1.6.1. Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kinerja

Pegawai

Dalam melakukan setiap pekerjaannya, seorang pegawai

memerlukan komunikasi yang baik antar kelompok maupun individu serta

tanpa disadari komunikasi merupakan hal yang paling utama untuk

pendekatan dan meningkatkan kinerja pegawai. Suwanto dan Priansa

(2011:276), menyatakan bahwa komunikasi berfungsi untuk

membangkitkan motivasi pegawai, fungsi ini berjalan ketika manajer ingin

meningkatakan kinerja pegawai.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

yang baik diterima oleh pegawai dalam memahami pekerjaannya

sehingga mampu meningkatkan kualitas kinerja .

2.1.6.2. Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Kinerja Pegawai

Selain komunikasi interpersonal, tata ruang kantor juga dapat

mempengaruhi kinerja pegawai. Tata ruang kantor merupakan salah satu

penunjang sistem kerja yang harus diperhatikan dalam perkantoran untuk

pelaksanaan kerja pegawai sehari-hari. Pemanfaatan penataan ruang

kantor sangat erat kaitannya dengan peningkatan kinerja serta

berkontribusi untuk mencapai prestasi kinerja yang baik. Gie (2009:188),

menyatakan bahwa tata ruang perkantoran yang baik akan bermanfaat

bagi organisasi yang bersangkutan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Sejalan dengan pendapat Gie menurut pendapat Porras dan Robertson

dalam Sukoco (2007:189), menyatakan bahwa sebuah layout kantor akan


61

mempengaruhi kedinamisan suatu tempat kerja. Oleh karena itu,

pemilihan layout harus menjadi salah satu agenda dari pihak manajemen

karena akan mempengaruhi produktivitas sebuah organisasi.

Berdasarkan uraian diatas, tata ruang kantor yang baik akan

memberikan manfaat bagi organisasi yang bersangkutan dalam

menyelesaikan pekerjaan. Tata ruang ini tidak hanya mengenai

penyusunan dan penempatan alat-alat kantor pada tempat yang tepat,

akan tetapi tata ruang kantor ini juga mencakup kenyamanan di dalam

menyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tata

ruang kantor tidak hanya mencakup penyusunan dan penempatan alat-

alat kantor tetapi menjadi faktor yang utama dalam kenyamanan pegawai

dalam bekerja dan tentu akan meningkatkan kinerja pegawai di dalam

sebuah organisasi.

2.1.6.3. Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Tata Ruang Kantor

terhadap Kinerja Pegawai

Komunikasi dan tata ruang kantor memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja pegawai. Komunikasi merupakan cara

berinteraksi antar manusia baik individu maupun kelompok, yang tanpa

disadari komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Selain

itu, penataan ruang yang tidak sesuai proses alur pekerjaan yang efektif

dan efisien maka tujuan tata ruang kantor akan dapat terlaksana dan
62

kinerja pegawai akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Handoko (2010:272) dan Gie (2009:188).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal dan tata ruang kantor berpengaruh terhadap

kinerja pegawai.

2.1.7. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan teori menurut pendapat ahli

yang disusun secara sistematis sesuai dengan uraian teoritis. Adapun

kerangka teori dpat dinyatakan dalam bentuk skema sederhana. Kerangka

teori terdiri dari Grand Theory, Middle Range Theory, dan Applied Theory

yaitu:

Grand Manajemen
Theory
Terry (2010), Ernie dan Kurniawan (2009), Robbins dan Mary (2010),
Daft (2013)

Middle
Range Manajemen Sumber Daya Manusia

Theory Mondy (2008), Dessler (2006), Sutrisno (2011), Mathis dab John
Tata Ruang (2006), Rivai (2004
Kinerja Pegawai
Kantor
Komunikasi
Interpersonal

Luthans (2006) Mathis Zainal, dkk


Gie
Wood (2007)
(2010)
Panuju (2018) (2015)
Sedarmayanti
Purwanto (2006) Bangun (2012)
(2009)
Muhammad (2005)
Applied Mathis dan John Mathis dan John
Haryadi (2009)
Theory (2006) (2006)
Sukoco (2007)
Devito (2011)
Effendy (2016) Rivai (2009)
Assauri (2008)
Kreitner dan Knicki Gomes (2003)
Moekijat
(2010) (2010)
Kotler dan Gary Sutrisno (2010)
Kasmir (2003)
(2008) PP Nomor 30
Hasan (2013)
Tjiptono (2014) Tahun 2019
63

Sumber: Uraian teoritis

Gambar 2.1.
Kerangka Teori

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ilmiah dilakukan berpedoman pada berbagai informasi

yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan tujuannya adalah untuk

menambah dan menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah

yang menjadi sasaran kajian. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu

yang digunakan pada penelitian.

Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul, Instansi, Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Tahun Penelitian Penelitian
1 Lukmanati, Pengaruh Komunikasi Variabel Bebas: Dari hasil
dkk Interpersonal terhadap Komunikasi penelitiandidapatka
Kinerja Pegawai Pada Interpersonal n bahwa komunikasi
SMA POMOSDA Interpersonal
Tanjunganom Variabel Terikat: berpengaruh positif
Nganjuk. Sekolah Kinerja Pegawai dan signifikan
Tinggi Teknologi terhadap kinerja
POMOSDA Nganjuk. pegawai hasil
2018 regresi diperoleh:
Ŷ = 15,504 +
0,360+e.
64

2 Iwan Aditya Pengaruh Komunikasi Variabel Bebas: Komunikasi


interpersonal terhadap Komunikasi Interpersonal
kinerja karyawan pada Interpersonal. berpengaruh
Front Desk Hotel Bumi signifikan terhadap
Senyiur Samarinda. Variabel Terikat: kinerja karyawan,
Skripsi Universitas Terikat Kinerja dibuktikan dengan
Binas Nusantara Karyawan hasil regresi Ŷ =
Medan. 2017. 17,456 + 0,482 X

3 Febriarto Pengaruh Komunikasi Variabel bebas: Komunikasi


Interpersonal, Komunikasi interpersonal dan
Kerjasama Tim dan Interpersonal, kerjasama tim
Budaya kerja kerjasama tim berpengaruh
Terhadap Kinerja dan Budaya kerja signifikan terhadap
Karyawan CV Surya kinerja karyawan,
Indah Motor Kudus. Variabel Terikat: dibuktikan dengan
Jurnal Universitas Kinerja Pegawai hasil regresi Ŷ =
Muria Kudus, Jawa 12,036 + 0,408 X1 +
Tengah. 2017. 0,332 X2 + 0,350 X3
4 Reindy Pengaruh Komunikasi Variabel Bebas: Hasil penelitian ini
Gustiawan, Interpersonal, Komuniksi ialah
dkk Terhadap kinerja interpersonal Komunikasi
Karyawan di Divisi interpersonal
Sekretaris Perusahaan Variabel Terikat: berpengaruh
PT. Dirgantara Kinerja pegawai signifikan terhadap
Indonesia (Persero). kinerja karyawan, di
2015 divisi Sekretaris
Perusahaan PT.
Dirgantara
Indonesia (Persero)
sebesar 47,2%.
Sementara sisanya
sebesar 52,8%
dijelaskan oleh
faktor lain.

5 Rifka M Pengaruh Tata Ruang Variabel Bebas: Berdasarkan


Ridwan, dkk Kantor terhadap Tata Ruang analisis regresi
kinerja pegawai negeri Kantor linear sederhana
sipil pada Kantor diperoleh analisis
Badan Pusat Statistik Variabel Terikat: persamaan regresi
Provinsi Sulawesi Kinerja Pegawai regresinya yang
Selatan. Skripisi. 2018. dihasilkan adalah: Ŷ
= 23,045 + 0,559 .
6 Masasti Pengaruh Disiplin Variabel bebas: Uji keberartian
Suci, dkk Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin kerja, persamaan regresi
Tata Ruang Kantor motivasi kerja, dilihat dari uji Fhitung
terhadap Kinerja tata ruang kantor = 49,993 dengan
Pegawai Kelurahan profitabilitas
Kecamatan Variabel terikat: sebesar 0,000 <
Perbalingga Kinerja pegawai 0,05 sehingga
65

Kabupaten diperoleh hasil


Purbalingga,2015. analisis regresi
linear berganda
dengan hasil
regresi Ŷ = 0,281 +
0,357 X1 + 0,252
X2 + 0,222 X3,
7 Femi The impact of Variabel Bebas: This study examines
communication on Communications the sidnificant
worker performance in Workers’ relationship
selected organizations performance between
in Lagos state Nigeria productivity communication and
ASAMU Festus Femi worker’s
Journal. Universite performance in
Landmark Humanitis some selected
And Social Science. Variabel terikat: through
2014. Commitment questionnaire with
sample population
of 120 respondent.
The result of study
reveals that a
Sumber: beberapa karya ilmiah.

2.1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah salah satu kegiatan sejak dari

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyelenggaraan yang berupa

satu kerangka pemikiran yang utuh menuju kepada satu tujuan tunggal

yakni memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dalam perumusan masalah. Kerangka pemikiran dapat dinyatakan dalam

bentuk skema sebagai berikut:


66

Komunikasi
Interpersonal (X1)
1. Perbedaan
persepsi dan
budaya
2. Pendengaran yang
buruk Kinerja Pegawai (Y)
Pakpahan,
3. Gangguan Handoko
emosional (2010,272) 1. Sasaran Kerja Pegawai
4. Perbedaan budaya (SKP)
5. Gangguan fisik
2. Perilaku Kerja (PK)
Gie
(2009:188)
Tata Ruang Kantor (X2)

1. Tata Ruang Kantor


Tertutup/Berkamar
(cubical Type Offices)

2. Tata Ruang Kantor


Terbuka (Open Plan
Offices)

Teori yang melandasi


Komunikasi
Tata Ruang Kantor Kinerja Pegawai
Interpersonal
(X2) (Y)
(X1)
Panuju (2018) Gie (2007) Mathis dan John (2006)
Devito (2011) Sedarmayanti (2009) Sutrisno (2010)
Dewi (2007) Nuraida (2008) PP Nomor 30 Tahun 2019

Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran

Variabel komunikasi interpersonal (X1) adalah komunikasi

interpersonal dilakukan oleh dua orang maka satu orang menjadi

komunikator dan satu orang lainnya menjadi komunikan dan adanya


67

respon dalam setiap komunikasi tanpa adanya hambatan-hambatan.

Dimensi komunikasi interpersonal meliputi Perbedaan persepsi dan

budaya, pendengaran yang buruk, gangguan emosional, perbedaan

budaya, gangguan fisik.

Variable tata ruang kantor (X 2) adalah penggunaan tata ruang

secara efektif dan efisien dalam meningkatkan kenyamanan didalam

menjalankan pekerjaan. Dimensi tata ruang kantor meliputi dua dimensi

yang terdiri dari tata ruang tertutup atau berkamar dan tata ruang terbuka

Selanjutnya kinerja pegawai (Y) yaitu merupakan prestasi kerja

yang telah dicapai oleh individu dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepada karyawan dan tanggung jawabnya di dalam

perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dimensi kinerja pegawai

meliputi Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja (PK).

Dari kerangka pemikiran diatas menunjukkan bahwa komunikasi

interpersonal (X1) dan Tata ruang kantor (X 2) berpengaruh terhadap

kinerja pegawai (Y). hal ini didukung pendapat yang dikemukakan oleh

Handoko (2010:272) dan Gie (2009:188).

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah suatupendapat atau jawaban sementara yang

dianggap benar agar dapat ditarik suatu konsekuensi yang logis yang

akan dilakukan pengujian tentang kebenarannya dengan mengadakan

penelitian. Adapun hipotesis yang diambil penulis adalah sebagai berikut:


68

1. H0 = 0, artinya komunikasi interpersonal dan tata ruang kantor

terhadap kinerja pegawai baik secara simultan maupun parsial.

2 Ha ≠ 0, artinya komunikasi interpersonal dan tata ruang kantor

berpengaruh terhadap kinerja pegawai baik secara simultan maupun

parsial

Anda mungkin juga menyukai