Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen
Menurut George R. Terry dalam Wijaya (2016) mendefinisikan manajemen
sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya. Sedangkan Robbins dan Coulter (2013:33) mengatakan
bahwa manajemen adalah mengoordinasi dan mengawasi kegiatan kerja sehingga
kegiatan pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien dalam menjalankan kegiatan
kerja dan efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi dan proses
penggunaan sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian menurut para ahli yang telah dijelaskan
diatas, maka dalam penelitian ini dapat dipahami bahwa manajemen merupakan
suatu rangkaian kegiatan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian serta pengawasan yang memanfaatkan sumber daya
manusia dan juga sumber daya lainnya untuk dapat mencapai suatu tujuan organisasi
yang telah ditentukan.

2.1.1 Fungsi Manajemen


Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu
ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Namun
terdapat perbedaan pandangan mengenai fungsi-fungsi manajemen oleh
beberapa ahli. Menurut Schermerhorn (2011:16) ada 4 fungsi manajemen
yaitu:
1. Planning: Proses menetapkan tujuan dan menentukan apa yang harus
dilakukan untuk mencapainya. Dengan perencanan manajer dapat

13
14

mengidentifikasi hasil yang ingin diinginkan dan cara untuk


mencapainya.
2. Organizing: Proses menetapkan tugas, mengalokasikan sumber daya, dan
mengkoordinasikan kegiatan individu atau kelompok untuk mencapai
rencana. pengorganisasian adalah bagaimana manajer mengubah rencana
menjadi tindakan dan mendukung rencana tersebut dengan teknologi dan
sumber daya lainnya.
3. Leading: Proses membangkitkan antusiasme orang dan mengilhami
upaya mereka untuk bekerja keras supaya dapat memenuhi rencana dan
mencapai tujuan. Sebagai manajer harus membangun komitmen untuk
mencapai visi, membangkitkan aktivitas kerja untuk mencapai tujuan, dan
dapat memberi pengaruh baik kepada semua orang dalam organisasi.
4. Controlling: Proses mengukur performa kinerja, membandingkan hasil
dengan target, dan mengambil tindakan untuk memastikan hasil yang
diinginkan. Dengan controlling akan membantu manajer dalam
mengumpulkan laporan dan informasi untuk mengambil langkah yang
harus dilakukan.

2.1.2 Unsur Manajemen


Dalam Rifa’I (2013:56) Memahami unsur-unsur manajemen (tools of
management) sangat diharuskan bagi setiap Manajer. Karena unsur yang ada
diorganisasi itulah yang harus diatur sedemikian rupa. Sehingga dapat
diketahui unsur yang manakah yang belum atau kurang atau tidak ada.
Berikut adalah 6 unsur manajemen:
1. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun
tenaga kerja operasional/pelaksana.
2. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai
tujuan.
4. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan
untuk mencapai tujuan.
6. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
15

2.2 Manajemen Organisasi


Wijaya (2016) mengatakan bahwa Organisasi adalah institusi atau wadah
tempat orang berinteraksi dan bekerjasama sebagai suatu unit terkoordinasi terdiri
setidaknya dua orang atau lebih yang berfungsi mencapai satu sasaran atau
serangkaian sasaran. Dalam Jones (2013) organisasi adalah sebuah alat yang
digunakan seseorang untuk mengkoordinasi tindakan yang dilakukan untuk
mencapai nilai dan sesuatu yang mereka inginkan.
Rifa’i (2013) mengatakan bahwa manajemen mencakup orang yang
melaksanakan tanggung jawab mencapai tujuan dalam suatu struktur organisasi dan
peran yang jelas. Oleh karena itu manajemen dan organisasi meruapakan dua sisi
yang tak terpisahkan. Keberadaan organisasi merupakan wadah bagi manajemen,
tetapi manajemen pula yang menentukan gerak dan napas organisasi. Artinya
organisasi tidak dapat digerakkan tanpa manajemen dan sebaliknya manajemen
hanya dapat diimplementasikan dalam organisasi. Manajemen adalah yang
menentukan gerak organisasi karena organisasi adalah wadah bagi manajemen.
Dapat diartikan bahwa organisasi tidak dapat digerakan tanpa manajemen dan
sebaliknya manajemen hanya dapat di implementasikan dalam organisasi.

2.2.1 Fungsi manajemen organisasi


Secara umum Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan
yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara
yang satu dengan lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam
organisasi atau bagian-bagian yang diberi tugas untuk melaksanakan
kegiatan.
Dalam melakukan proses manajemen organisasi melibatkan fungsi-
fungsi pokok yang harus dimilik seorang manajer atau pimpinan, yaitu:
Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Penataan staff
(staffing), memimpin (leading), memberikan motivasi (motivating),
memberikan pengarahan (directing), memfasilitasi (fasilitating),
memberdayakan staff (empowering) dan pengawasan (controlling).
Dari penjelasan diatas maka dapat di artikan fungsi manajemen adalah
suatu proses koordinasi meliputi proses perancanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian dalam suatu organisasi untuk mencapai
suatu tujuan yang telah di tetapkan.
16

Menurut Henry Frayol (2010:180) ada 4 fungsi manajemen


organisasi:
1) Fungsi perencanaan: Meliputi tugas-tugas menyusun rencana kegiatan
kedepan dari suatu organisasi, yang meliputi jangka panjang, menengah,
pendek, rencana kegiatan serta menetapkan target yang hendak dicapai.
2) Fungsi pengorganisasian: Meliputi tugas-tugas apa yang harus
dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana tugas-tugas itu
dikelompokkan, siapa melopor kepada siapa, dimana keputusan harus
diambil.
3) Fungsi kepempinan: Karena suatu organisasi terdiri dari orang-orang
adalah tugas seorang manajer untuk mengarahkan dan
mengoordinasikan orang-orang ini. Saat mereka mengarahkan,
memotivasi, memilih saluran komunikasi yang efektif atau memecahlan
konflik antara anggota semuanya ini adalah fungsi kepemimpinan
seorang manajer.
4) Fungsi pengendalian: Setelah tujuan-tujuan ditentukan, rencana di
tuangkan, pengaturan struktual digambarkan, dan orang-rang
dipekerjakan, dilatih, di motivasi masih ada kemungkinan bahwa ada
sesuatu yang keliru untuk memastikan semua urusan berjalan sebagai
mana mestinya seorang manajer harus memantau kinerja organisasi.

2.2.2 Ciri-Ciri Organisasi


Menurut Umam (2010), menyebutkan ciri-ciri organisasi sebagai :
a) Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling
mengenal.
b) Adanya kegiatan berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling
berkaitan (Interdependent part) yang merupakan kesatuan
kegiatan.
c) Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusi berupa
pemikiran, tenaga, dan lain-lain
d) Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
e) Adanya tujuan yang ingin dicapai
17

2.2.3 Efektivitas organisasi


Organisasi merupakan produk kebudataan modern manusia, terlebih
organisasi sekarang ini diarahkan pada suatu kepemilikan sistem kerja yang
memungkinkan tercapainya keinginan, kerjasama dan tujuan dengan
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dalam organisasi sudah seharusnya
ditata sedemikian rupa untuk mencapai efektivitas dalam setiap organisasi.
Gambaran tentang efektivitas organisasi diketahui dari apa yang
dikemukakan Gibson, et al (1997) dalam Rifa’I (2013) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Efektivitas Organisasi


Sumber: Rifa’i (2013)

Gambar diatas menunjukan bahwa baik individu maupun kelompok


mempunyai arah kepada pencapaian efektivitas supaya dapat berdampak baik
terhadap pencapaian organisasi secara efektif. Rifai’I (2013) mengatakan
bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan efektivitas individu dan
efektivitas kelompok. Dalam konteks ini efektivitas individu didukung oleh
faktor kemampuan, pengetahuan, sikap, motivasi dan tekanan. Sedangkan
yang menyebabkan efektivitas kelompok.

2.2.4 Membangun Organisasi yang inovatif


Tidd dan Bessant (2013) mengatakan Inovasi semakin banyak
menjelaskan tentang kerja tim dan kombinasi kreatif dari berbagai disiplin
dan perspektif. Sama halnya, 'organisasi inovatif' menyiratkan lebih dari
18

sekadar struktur atau proses, Namun merupakan seperangkat komponen


terintegrasi yang bekerja sama untuk menciptakan dan memperkuat jenis
lingkungan yang memungkinkan inovasi untuk berkembang. Ada 7
komponen organisasi inovatif menurut Tidd dan Bessant yaitu:
1. Shared Vision, Leadership and the Will to Innovate
Kontribusi yang diberikan para pemimpin terhadap kinerja organisasi
mereka dapat menjadi signifikan. Keputusan dan pilihan oleh manajemen
puncak memiliki pengaruh pada kinerja organisasi (positif atau negatif),
Melalui penilaian mereka terhadap lingkungan, pengambilan keputusan
strategis dan dukungan untuk inovasi.
2. Appropriate Organization Structure
Banyak penelitian inovasi mengakui bahwa struktur organisasi
dipengaruhi oleh sifat tugas yang harus dilakukan dalam organisasi. Pada
intinya semakin tidak terprogram dan semakin tidak pasti tugas
dansemakin besar kebutuhan akan fleksibilitas di sekitar penataan
hubungan. Semakin pentingnya inovasi dan pengalaman akibat tingginya
tingkat perubahan di seluruh organisasi telah mulai menimbulkan
tantangan bagi struktur organisasi yang biasanya dikonfigurasi untuk
stabilitas.
3. Key Individuals
Ada, pada kenyataannya, beberapa peran yang dapat dimainkan oleh
tokoh-tokoh kunci, yang memiliki pengaruh pada sumber pengetahuan
teknis yang. Mereka akan memiliki pemahaman luas tentang teknologi di
balik inovasi dan kemampuan untuk memecahkan banyak masalah
pembangunan yang mungkin muncul dalam jangka panjang dari
laboratorium atau papan gambar ke skala penuh. Kontribusi di sini bukan
hanya pengetahuan teknis, tetapi juga melibatkan inspirasi ketika masalah
teknologi tertentu muncul tidak terpecahkan, dan motivasi dan komitmen.
4. Effective team working
Tim berarti kombinasi individu yang datang bersama atau yang telah
disatukan untuk tujuan bersama atau tujuan dalam organisasi mereka. Tim
adalah kelompok yang harus berkolaborasi dalam pekerjaan profesional
mereka di beberapa perusahaan atau pada beberapa tugas dan berbagi
akuntabilitas atau tanggung jawab untuk memperoleh hasil.
19

5. High-Involvement innovation
Jika mekanisme dapat ditemukan untuk memfokuskan kemampuan
inovasi secara rutin di seluruh perusahaan, potensi inovatif yang
dihasilkan sangat besar. Meskipun masing-masing individu hanya dapat
mengembangkan inovasi inkremental yang terbatas, jumlah dari upaya ini
dapat memiliki dampak yang luas.
6. Create Climate
Ini memiliki implikasi besar bagaimana cara mengelola kreativitas dalam
organisasi dan terciptanya inovasi yang melibatkan dan membawa sesuatu
yang baru ke dalam penggunaan yang luas, bukan hanya menciptakannya.
7. External Focus
Orientasi yang pada dasarnya terbuka untuk rangsangan baru dari luar.
Organisasi semacam itu memiliki pendekatan yang mengambil dan
mengkomunikasikan sinyal melalui organisasi. Yang membuahkan hasil
dari sejauh mana inovasi telah menjadi proses terbuka yang melibatkan
jaringan yang lebih kaya di antara organisasi.

2.3 Organisasi Pembelajaran


Secara umum Organisasi Pembelajaran ialah organisasi yang dapat di artikan
sebagai organisasi yang belajar secara terus menerus yang mentransformasikan diri
kearah yang lebih baik untuk dapat mengatur pengetahuan didalam organisasi,
dengan memanfaatkan teknologi, memberdayakan orang-orang didalam dan
mengembangkan pembelajaran untuk dapat menyesuaikan diri dan berhasil dalam
lingkungan yang terus berubah.
Menurut Senge (1990) dalam Browaeys (2011:180) organisasi pembelajaran
adalah organisasi di mana orang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk
menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola pemikiran baru
dan ekspansif dipupuk, di mana aspirasi kolektif dibebaskan, dan di mana orang terus
belajar melihat keseluruhan secara bersama. Jones (2013:364) mengartikan
organisasi pembelajaran sebagai proses yang digunakan manajer untuk
meningkatkan kapasitas anggota organisasi untuk memahami dan mengelola
organisasi dan lingkungannya sehingga mereka dapat membuat keputusan yang terus
meningkatkan efektivitas organisasi. dan menurut Robbins dan Coulter (2013:386)
organisasi pembelajaran adalah organisasi yang telah mengembangkan kapasitas
20

mereka untuk terus belajar, beradaptasi, dan berubah. Jones (2013:365) mengatakan
ada 4 macam dari organisasi pembelajaran yaitu Individual; Group; Organizational;
Interorganizational.
Menurut Serrat (2017:5) poin-poin utama dari organisasi pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1. Ada visi inspiratif untuk belajar dan strategi pembelajaran organisasi yang
dengan jelas mengkomunikasikan bahwa pembelajaran sangat penting
untuk keberhasilan organisasi
2. Pemimpin mengambil peran utama yang patut dicontoh dalam
menciptakan dan mempertahankan budaya belajar yang mendukung.
3. Struktur organisasi formal yang sederhana memfasilitasi pembelajaran,
adaptasi, dan perubahan
4. Pendekatan yang seimbang untuk belajar yang mengakui pentingnya
pembelajaran terencana dan muncul.
5. Pembelajaran terencana ditujukan melalui desain strategi, struktur, sistem,
prosedur, dan rencana yang cermat dan Pembelajaran yang muncul secara
tidak langsung dapat menciptakan peluang untuk berbagi pengetahuan
dan pengalaman secara tidak resmi.

2.3.1 Karakteristik Organisasi Pembelajaran


Karakteristik organisasi pembelajaran ialah keyakinan bahwa suatu
individu adalah proaktif untuk meningkatkan kualitas diri, dan berusaha terus
maju dan belajar dengan menciptakan iklim organisasi yang terbuka dan arus
informasi yang berjalan jelas.
Menurut Wen (2014) mengemukakan karakteristik organisasi
pembelajaran sebagai berikut:
1. Belajar merupakan sifat dasar manusia
2. Penekanan pada nilai-nilai dan makna kehidupan
3. Penekanan pada system thinking
4. Kinerja organisasi dan pembangunan berkelanjutan
5. Pembelajaran berkelanjutan dan perbaikan mendasar
6. Penekanan pada pembelajaran proaktif dan dialog mendalam
21

2.3.2 Dimensi Organisasi Pembelajaran


Organisasi pembelajaran memiliki dimensi-dimensi yang berfokus
pada lima disiplin yang perlu ada dan dibutuhkan, karena dimensi-dimensi ini
memungkinkan organisasi untuk dapat belajar, berkembang, dan berinovasi.
Kelima dimensi tersebut dikemukakan oleh Senge (2006), dalam
Schermerhorn (2011:44) yang menggunakan lima dimensi yang terdapat
dalam organisasi pembelajaran yaitu :
1. Systematic Thinking ( Berpikir Sistematis)
Pola berpikir system merupakan kerangka koseptual, suatu bagan
pengetahuan dan alat yang telah dikembangkan selama lebih dari lima
puluh tahun, untuk membuat seluruh pola jelas, dan membantu kelompok
kerja yang bekerja sama untuk melihat bagaimana cara untuk mengubah
secara efektif. Bisnis dan usaha manusia lainnya juga sebagai system.
Keduanya juga meningkatkan dengan adanya tindakan-tindakan berkaitan
dengan yang tidak kelihatan yang sering kali menyita waktu bertahun-
tahun untuk menunjukan akibatnya satu sama lain
2. Personal Mastery (keahlian pribadi)
Keahlian pribadi merupakan dalam mengklarifikasikan secara terus-
menerus dan memperdalam visi pribadi seseorang, memfokuskan energy
atau mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas secara obyektif. Hal
ini merupakan suatu titik pijak yang penting dari organisasi pembelajaran
atau sebagai dasar spiritual organisasi pembelajaran. Keahlian dapat
mendominasi orang terhadap sesuatu. Tetapi keahlian juga bisa berarti
suatu tungkat tertentu dari tingkat kecakapan. Menurut O’Brien, orang
dengan keahlian pribadi dengan tingkat tinggi lebih berinisatif, mereka
lebih memiliki rasa tanggung jawab yang lebih luas dan lebih mendalam
di dalam pekerjaan mereka, dan mereka belajar lebih cepat.
3. Improving Mental Models ( Mengembangkan Model Mental)
“Model mental” adalah asumsi yang sangat dalam, melekat, umum atau
bahkan suatu gambaran dari bayangan atau citra yang berpengaruh pada
bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil suatu
tindakan. Kedisiplinan bekerja dengan model mental dimulai dengan
mengubah cermin hati, belajar menggali gambaran internal yang dimiliki
oleh seseorang terhadap dunia, membawanya ke permukaan dan
22

memegangnya dengan teliti dengan pengkajian yang cermat. Hal ini juga
termasuk kemampuan melakukan percakapan yang “bisa di pelajar” yang
menyeimbangkan antara penyelidikan dan pembelaan, dimana orang
menyatakan pikiran mereka dengan efektif dan pikiran tersebut terbuka
terhadap pengaruh orang.
4. Building Shared Vision (Membangun visi bersama)
Praktek membangun visi bersama melibatkan keterampilan menggali “
masa depan” bersama yang saling di bagikan yang membantu komitmen
sejati dan ikut sertaan di banding hanya sekedar pemenuhan. Dalam
menguasai disiplin ini, pemimpin belajar suatu bentuk kontrak produktif
dalam hal mencoba mendiktekan suatu visi, tidak perduli bagaimana
upaya sepenuh hati. Visi bersama muncul dari visi pribadi, namun saat ini
banyak pimpinan mempunyai visi pribadi yang tidak pernah dapat di
terjemahkan kedalam visi bersama yang melapisi suatu organisasi. Terlalu
sering, suatu visi bersama perusahaan telah beredar karena karisma
seseorang pemimpin, atau karena krisis yang melingkupi setiap orang
sementara waktu. Maka dari itu kedisiplinan untuk menterjemahkan visi
individu kedalam visi bersama tidak dapat terwujud
5. Team learning ( pembelajaran Tim)
Pembelajaran tim merupakan proses dari pengembangan kapasitas dan
menyerahkan sebuah tim untuk menciptkana hasil yang benar-benar
diinginkan oleh para anggota organisasi. Hal itu juga dibangun diatas
penguasaan pribadi, karena tim berbakat terbentuk dari individu yang
berbakat.

2.3.3 Alasan Organisasi Pembelajar Dibutuhkan


Menurut Serrat (2017:140), alasan organisasi pembelajaran
dibutuhkan karena :
1. Untuk menghasilkan berbagai solusi untuk masalah organisasi
2. Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan yang berulang
3. Untuk memperluas cakrawala tentang siapa kita dan apa jadinya kita
4. Untuk memperjelas visi, tujuan, nilai-nilai, dan perilaku organisasi
5. Untuk meningkatkan kemampuan mengelola perubahan dan inovasi
6. Untuk memahami risiko dan keragaman lebih dalam
23

2.3.4 Hambatan Organisasi Pembelajar


Yadav dan Agarwal (2016) ada beberapa faktor yang dapat
menghambat organisasi pembelajaran dalam sebuah perusahaan sebagai
berikut:
1. Stubbornness and Resistance to Change
Hal ini sering terjadi diperusahaan yang sudah berjalan cukup lama
karena beberapa orang dalam organisasi berpikir bahwa mereka tahu apa
yang harus dilakukan terhadap pekerjaan mereka. Disinilah peran
pemimpin harus mampu memenangkan dan mengontrol para anggota
organisasi.
2. Lack of Direct Leadership
Kepemimpinan yang terlalu pasif tidak akan menerapkan organisasi
pembelajaran dalam perusahaan. dalam kepemimpinan dengan budaya
modern, para pemimpin harus hadir dan terlibat dalam setiap aspek
pembelajaran, untuk memotivasi orang dan memberi mereka tekad dan
keyakinan yang mereka butuhkan.
3. Disregard of Team Success
Dalam banyak budaya perusahaan, mengucapkan selamat dan memuji
sudah hal yang biasa jika suatu orang atau kelompok berhasil. Namun
budaya itu hanya sebatas ucapan bukanlah rasa semangat dan persatuan.
Agar pembelajaran organisasi berhasil, maka kesuksesan dan kesatuan
tim harus dihargai setara karena tidak hanya kesuksesan dan kemakmuran
individu namun untuk satu organisasi
4. Lack of Value for learning Itself
Di beberapa lingkungan, keinginan untuk belajar secara individu itu tidak
ada dan sering diabaikan. Masalahnya adalah bahwa dalam sebuah
organisasi ada beberapa unit dan beberapa individu harus mempelajari
informasi dan pengetahuan baru yang digunakan dalam aktivitas
pekerjaan. Ketika individu tidak menghargai pembelajaran dan
pertumbuhan baru untuk kepentingannya sendiri, ini akan membuat
proses pembelajaran dalam organisasi sulit dilakukan dan diterapkan
secara keseluruhan
24

5. Short-term focus
Dalam bisnis, sering kali mudah untuk fokus pada menghentikan celah
untuk menyelesaikan masalah jangka pendek tanpa melihat gambaran
besar. Sehingga rencana jangka panjang seringkali dilupakan dan tidak
melakukan persiapan. Ini adalah salah satu faktor dimana organisasi
pembelajaran tidak dipikirkan dan tidak diterapkan karena kurangnya
perhatian dari pemimpinnya.

2.3.5 Manfaat dari Organisasi Pembelajar


Manfaat organisasi pembelajaran menurut Wen (2014) adalah:
1. Pemimpin adalah pertama, transisi kepemimpinan dan pemimpin
tim pembelajaran
Dalam organisasi pembelajar, penentuan dan tindakan pemimpin
memainkan peran penting dalam menghormati pendapat dan
keinginan anggota, berbagi, dialog mendalam, kerja tim, dan
perubahan budaya organisasi. Dengan kata lain, pembelajaran
organisasi tidak mungkin terjadi tanpa perhatian dan panduan
pemimpin di dalam organisasi.
2. Untuk mempromosikan pembelajaran dan personal mastery
Penguasaan pribadi adalah semangat dasar organisasi
pembelajaran, yang tidak terbatas pada keterampilan dan teknik,
tetapi cara hidup dan sikap yang mencakup dua aspek: pertama,
kita harus terus mengklarifikasi apa hal yang paling penting dan
apa yang benar-benar kita inginkan ; kedua, kita harus terus
menerus mengamati realitas dan memahami kebenaran realitas.
3. Untuk mengembangkan kapasitas organisasi, tim belajar dan
dialog yang mendalam
Dari sudut pandang kepemimpinan, memperluas kapasitas
organisasi adalah untuk meningkatkan demokrasi dan untuk
mempromosikan demokratisasi manajemen. Semakin besar
kapasitas organisasinya, semakin banyak anggota kebebasan yang
bisa dapatkan, demikian pula kreativitas dan komunikasi yang
mendalam.
25

4. Untuk mempromosikan praktik pembelajaran


Belajar dalam organisasi pembelajaran tidak hanya membaca dan
mendengarkan laporan, tetapi lebih penting untuk menyelesaikan
masalah di tempat kerja
5. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
Membangun organisasi pembelajaran adalah proses jangka
panjang dan harus ada rencana jangka panjang, sesuai dengan
keadaan khusus pengembangan organisasi, strategi dan metode
target sehingga dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
perusahaan.

2.4 Innovation Capability


Untuk mencapai keunggulan bersaing terutama di pasar bebas, maka berbagai
macam-macam cara yang akan ditempuh oleh perusahaan-perusahaan. Inovasi
merupakan salah satu dari berbagai cara yang dapat digunakan oleh perusahaan
untuk tetap eksis atau survive.Menurut Chesbrough (Nastaran Taherpavar, 2014)
mengemukakan inovasi adalah cara untuk mengatasi situasi yang kompleks dan
berubah, terutama jika perusahaan menggunakan inovasi terbuka atau inovasi
berorientasi pelanggan. Selain itu, perhatian pada ide dan kebutuhan pelanggan
menciptakan ide yang lebih cepat dan meluncurkan produk/ layanan inovatif yang
jauh lebih baik. Tidd dan Bessant (2016:3) mengatakan inovasi didorong oleh
kemampuan untuk melihat koneksi, untuk menemukan peluang, dan mengambil
keuntungan tersebut.
Menurut Robbins dan Coulter (2014:229) mendefinisikan inovasi sebagai
kegiatan mengambil ide kreatif dengan cara yang unik atau untuk membuat asosiasi
yang tidak biasa di antara ide-ide . Menurut Sutarno (2012: 132), menyatakan “
Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru,
tindakan menggunakan sesuatu yang baru.
Menurut Kasim dan Noh (2012) mendefinisikan innovation capability adalah
kemampuan perusahaan untuk mentransfrom pengetahuan dan ide kedalam produk
dan proses baru. Selanjutnya innovation capability didefinisikan sebagai
seperangkat dari karakteristik organisasi yang mendukung kegiatan inovasi
(burgelman er al.,2004).
26

Berdasarkan penjelasan di atas Inovasi adalah hal yang krusial untuk


keberhasilan suatu bisnis diperusahaan sehingga perusahaan harus dapat responsive
untuk melihat perubahan kondisi bisnis dan mencapai tujuan perusahaan atau Salah
satu penentu utama inovasi memberikan tekanan kuat pada kualitas, dan dukungan
manajerial untuk inovasi dan sangat menentukan apabila individu ingin
mengembangkan dan mengimplementasikan ide mengenai cara baru yang lebih baik
dalam mengerjakan berbagai hal. Mengembangkan inovasi di tempat kerja dimulai
dengan mengembangkan kreativitas individu dan juga kelompok, sedangkan ide baru
berasal dari motivasi, pemikiran, dan implementasi oleh individu di tempat bekerja.

2.4.1 Karakteristik-karakteristik Innovation Capability


Menurut Rogers (1983) dalam Tidd dan Bessant (2013:373)
mengemukakan terdapat lima karakteristik innovation Capability, yaitu :
1. Relative advantage
2. Kompatibilitas
3. Complexity
4. Trialbility
5. Observability

2.4.2 Dimensi Innovation Capability


Menurut Kasim dan Noh (2012), terdapat tiga dimensi dari innovation
Capability adalah sebagai berikut :
1. Innovativeness
Innovatiness merupakan suatu kesiapan perusahaan dalam menerima ide
baru dan mentransformasikan kedalam produk atau jasa yang baru.
2. Capacity to innovate
Capacity to innovate merupakan kapasitas organisasi untuk berinovasi
dengan melalui komitmen dan implementasi dari inovasi baru. Komitmen
yang di maksud adalah ketersediaan dari organisasi untuk menjadi
inovatif dan melakukan aktivitas inovasi.
3. Willingness to Change
Willingness to Change adalah kegiatan bisnis yang tidak menentu,
organisasi harus dapat terus menerus merespon agar tetap kompatitif.
Sehingga diperlukan perubahan dan inovasi, organisasi harus bersedia
27

untuk berubah terlebih dahulu untuk mempelajari metode baru,


pengetahuan baru, dan mengimpementasikan ide baru untuk kemajuan
perusahaan.

2.4.3 Faktor-Faktor Innovation Capability


Innovation Capability adalah kemampuan perusahaan untuk
mentransform pengetahuan dan ide kedalam produk dan proses baru ( Kasim
dan Noh, 2012). Dengan menggunakan dimensi innovativeness, Capacity to
innovate, dan Wiling to change. yang dapat membantu agar inovasi di
perusahaan tetap berjalan dengan lancar. Berikut faktor-faktor Innovation
Capability menurut Gloet (2013) sebagai berikut :
1. Strategy and Leadership
2. Customer Focus
3. Resources for innovation
4. Change focus
5. Risk appetite
6. Values and culture to support innovation
7. Learning culture
8. External partners and open innovation
9. Quality processes and philosophy
10. Rewards and recognition for innovation contributions

2.5 Business Performance


2.5.1 Pengertian Business Perfomance
Istilah bisnis dan organisasi secara umum dapat dipertukarkan.
Organisasi adalah entitas sosial yang memiliki tujuan kolektif dan terkait
dengan lingkungan eksternal. Organisasi adalah istilah untuk mendefinisikan
sejumlah individu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuannya bersama.
Jelas bahwa organisasi adalah konsep yang luas secara umum. Bisnis adalah
salah satu jenis organisasi itu sendiri.
Kinerja organisasi dapat dilihat melalui seberapa jauh organisasi
mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Moeheriono (2012) kinerja
atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
28

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui


perencanaan strategis suatu organisasi.
Moerdiyanto (2010) mengatakan kinerja perusahaan adalah hasil dari
proses bisnis yang mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi antara
lain sumber daya manusia dan keuangan perusahaan. Abdullah (2013)
mengatakan bahwa kinerja adalah hasil dari pekerjaan organisasi, yang
dikerjakan oleh karyawan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk
(manual), arahan yng diberikan oleh pimpinan (manajer), kompetensi dan
kemampuan karyawan mengembangkan nalarnya dalam bekerja.
Wirawan (2009) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-
fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam
waktu tertentu. Kinerja penting bagi setiap organisasi karena kinerja
merupakan cerminan kemampuan organisasi dalam mengalokasikan sumber
dayanya. Mengingat bahwa setiap organisasi memiliki tujuan sendiri untuk
dicapai, konsep kinerja organisasi menjadi faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Kinerja organisasi pasti bisa menjadi ukuran untuk
mengevaluasi apakah pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi selaras
dengan tujuan yang telah ditetapkan di tempat pertama. Terlepas dari
pentingnya memahami kinerja suatu bisnis, hanya sedikit yang memiliki
informasi pasti tentang kinerja mereka, karena sulit untuk mengukur kinerja
itu sendiri.

2.5.2 Indikator Business Perfomance


Indikator untuk pengukuran kinerja bisnis perlu dikaitkan dengan
tujuan organisasi. Misalnya, organisasi swasta, yang menekankan pada
menghasilkan laba dan output yang dihasilkannya, maka indikator yang
sesuai adalah berapa banyak output yang dihasilkan dan seberapa
menguntungkan organisasi tersebut.
Dalam Schermerhorn (2011:11) performa sebuah organisasi di
lihat dari 3 faktor yaitu
1. Productivity: kuantitas dan kualitas kinerja kerja, dengan
mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya
2. Performance effectiveness: sebuah hasil pengukuran output yang
menunjukan tugas atau tujuan yang ingin dicapai
29

3. Performance efficiency : sebuah hasil pengukuran input yang


menunjukan tugas atau tujuan yang ingin dicapai

Menurut Misankova (2013) Pada pertumbuhan kinerja bisnis,


manajemen puncak perusahaan terutama terlibat. Mereka mempengaruhi
manajer pada tingkat yang lebih rendah dan mereka tertarik pada perubahan,
yang dapat mereka atur dari posisi mereka dan yang dapat / menyebabkan
peningkatan nilai. Mengidentifikasi faktor dan dampaknya pada nilai kinerja
adalah alat penting dari manajemen yang berorientasi pada pertumbuhan nilai
perusahaan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja bisnis adalah:
1. Generators of the value,
2. pyramid system of indicators,
3. earnings, costs and profit, strategic long - lasting investment
decision making,
4. management of net working capital,
5. costs of the capital,
6. financial and capital structure of the company

Untuk kinerja organisasi swasta, dapat dilihat melalui tujuannya yang


telah ditetapkan pada visinya, meskipun dapat bervariasi berdasarkan strategi,
operasi, keuangan dan pengembangan organisasi. Sejumlah penelitian
mengadopsi berbagai dimensi untuk mengukur kinerja bisnis. Menurut
Blackburn (2013) performa bisnis dilihat dari kinerja dari karyawan nya dan
ada 3 indikator untuk menilai performa yaitu: (i) Turnover, (ii) Employment
growth, (iii) profit.
Menurut Hakala dan Kohtamaki (2011), perusahaan dapat mengukur
kinerja bisnis melalui:
1. Performance satisfaction
Kepuasan terhadap kinerja perusahaan
2. Profitability
Keuntungan yang dibandingkan dengan kompetitor perusahaan
3. Growth performance
Pertumbuhan perusahaan yang lebih cepat dibandingkan dengan
kompetitor
30

2.5.3 Faktor Business Perfomance


Menurut Selviyani dan Mulyana (2018) kinerja bisnis perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:
1) Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi adalah faktorfaktor yang mempengaruhi daya beli
dan pola pengeluaran konsumen. Suatu bangsa mempunyai tingkat dan
distribusi pendapatan yang sangat beragam.
2) Lingkungan Fisik
lingkungan fisik adalah lingkungan yang sengaja dibuat atau diciptakan
manusia sebagai dukungan atas layanan yang diberikan kepada
konsumen.
3) Lingkungan Organisasi
Lingkungan diduga mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan
perilaku karyawan. Lingkungan organisasi memiliki kedudukan penting
dalam lingkungan pengendalian manajemen terpadu yang unsur-unsurnya
adalah tenaga kerja, alat kerja, kondisi kerja.
4) Lingkungan Individu
Lingkungan individu dapat diukur dengan kepribadian yang terbuka atau
tidak, faktor logika sosial yang melibatkan latar belakang pekerjaan
orangtua dan biografi yang diukur dengan umur.

2.6 Kerangka Pemikiran


Organisasi pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan dalam perusahaan agar perusahaan dapat mempunyai sumber daya
manusia yang baik dan kompak dalam mencapai visi dan misi. Untuk mendukung
kapabilitas inovasi atau innovation capability, sebaiknya perusahaan mendukung
agar organisasi pembelajaran dapat diterapkan dan dirasakan semua karyawannya.
Setelah kedua hal tersebut saling mendukung maka akan menghasilkan hasil yang
baik juga terutama untuk kinerja dalam perusahaan. Kesiapan perusahaan dalam
menghadapi inovasi dan perubahan bukanlah masalah jika karyawan dalam
perusahaan mempunyai keterampilan yang merata, membagikan ide, dan kesiapan
mereka jika terjadi suatu perubahan. Dari pernyataan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa organisasi pembelajaran dapat mendukung perusahaan dalam
mengukur kemampuan inovasi, dan diharapkan dapat berpengaruh dalam kinerja
31

bisnis perusahaan supaya lebih baik. Hubungan antara 3 variabel tersebut dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Penelitian sebelumnya mengenai hubungan anatara variable
1. Organisasi Pembelajaran dan Innovation capability
Dar penelitian Sirait, Sukmawati, dan Sumertajaya (2015) dengan
menjadi organisasi pembelajar, akan meningkatkan kompetensi dan
kreativitas SDM untuk menghasilkan proses dan produk yang inovatif,
dan mampu bersaing dengan kompetitor. Dan dalam Kiziloglu (2015)
Menurut hasil penelitian ini organisasi pembelajaran memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan inovasi
2. Innovation Capability dan Business Performance
Taherparvar (2014) kemampuan inovasi telah dianggap sebagai faktor
yang signifikan dan aset tidak berwujud bagi perusahaan untuk
menciptakan nilai dan keunggulan kompetitif yang ahkirnya berdampak
pada kinerja perusahaan. Dan dalam Aini, Shen, Musadieq dan handayani
(2013) kemampuan inovasi dan kewirausahaan memiliki dampak positif
secara signifikan terhadap kinerja bisnis
3. Organisasi Pembelajaran dan Business Performance
Dari hasil penelitian Noruzy, et al (2013) menunjukan bahwa organisasi
pembelajaran berpengaruh pada kinerja organisasi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dan Huseein dan Mohamad (2014) organisasi
pembelajaran memiliki dampak yang signifikan terhadap organisasi
kinerja dan inovasi organisasi.

Hipotesis:
H1 :
Ho = Tidak ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap
Innovation capability
32

Ha = Ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap Innovation


Capability
H2 :
Ho = Tidak ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap
Business Performance
Ha = Ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap Business
Performance
H3 :
Ho = Tidak ada pengaruh antara Innovation Capability terhadap
Business Performance
Ha = Ada pengaruh antara Innovation Capability terhadap Business
Performance
H4:
Ho = Tidak ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap Business
Performance melalui Innovation Capability
Ha = Ada pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap Business
Performance melalui Innovation Capability

Anda mungkin juga menyukai