Anda di halaman 1dari 5

MATERI 7.

KRU FILM 3

SUSUNAN LENGKAP KRU FILM


Hai, kami sudah pernah membahas susunan kru yang sederhana namun esensial dalam
produksi film pendek. Namun kali ini, kami ingin beberkan susunan lengkap kru film pendek yang
acapkali kami gunakan dalam produksi kami. Alasannya, agar kalian bisa memahami cara kerja
hirarki, sebagaimana yang diterapkan dalam industri. Dengan memahami struktur kerja hirarki,
kalian bisa menerapkannya di komunitas kalian. Struktur ini diterapkan karena efektif dan efisien.
Masing-masing peran fokus pada tugasnya masing-masing, sehingga tidak ada tenaga yang sia-
sia.
Secara garis besar, produksi suatu film dibagi ke dalam beberapa departemen. Departemen-
departemen tersebut dipimpin oleh kepala masing-masing. Masing-masing departemen memiliki
fungsi dan perannya dan bekerjasama untuk mewujudkan visi sutradara. Departemen-departemen
tersebut antara lain departemen produksi (dipimpin produser), departemen penyutradaraan
(dipimpin sutradara), departemen artistik (dipimpin penata artistik / production designer),
departemen kamera (dipimpin penata kamera), departemen suara (dipimpin penata suara),
departemen kostum (dipimpin penata kostum utama), departemen makeup (dipimpin penata rias
utama), departemen post-production (dipimpin post-pro supervisor). Berikut pembahasan susunan
lengkap kru film pendek:

A. Departemen Produksi
1. Produser: Bertanggung jawab pada satu produksi film secara keseluruhan. Memimpin
manajemen produksi, dari awal hingga akhir, agar sebuah film dapat terselesaikan dengan
baik. Produser menginisiasi sebuah project, mencarikan dana / funding, mencari dan memilih
tenaga kerja yang akan terlibat, hingga melakukan supervisi terhadap proses pembuatan film
secara keseluruhan.
2. Produser Pelaksana / Line Producer: ‘Tangan kanan’ produser untuk urusan teknis.
Ibaratnya, produser merancang satu produksi secara kesuluruhan (plafon budget, timeline,
tenaga kerja, dsb), produser pelaksana yang menjalankan rancangan tersebut setiap harinya.
Itu sebabnya ia disebut produser pelaksana.
3. Manajer Produksi / Unit Production Manager : Bekerja dibawah supervisi produser
pelaksana, manajer produksi bertugas memastikan segala sesuatu yang bersinggungan
dengan produksi (hal-hal fisik bukan kreatif) berjalan dengan baik. Ia memastikan semua kru
dalam kondisi baik, tidak ada peralatan yang rusak, tidak ada alat yang keluar dari
rancangan budget, memesan dan memastikan logistik datang tepat waktu, dan lain
sebagainya.
4. Akuntan Produksi: Memantau dan mengelola perputaran kas dalam satu produksi.
Melakukan tugas-tugas bendahara, antara lain mencatat pemasukan dan pengeluaran
selama produksi, bekerjasama dengan produser pelaksana agar budget dapat terjaga dengan
baik, dsb.
5. Manajer Lokasi: Manajer lokasi (biasa bekerja sebagai tim dengan location scout), bertugas
mencari lokasi yang sesuai dengan visi sutradara. Ia juga bertugas untuk mengurus segala
perizinan, mulai dari biaya sewa, izin keramaian polisi, uang keamanan preman, dsb, agar
syuting dapat berjalan dengan aman dan tenteram.
6. Production Assistant: Biasa disebut PU (Pembantu Umum), bertugas untuk membantu tim
produksi secara generik. Apabila ada kebutuhan mendesak secara tiba-tiba, maka production
assistant lah yang bergerak cepat dan mobile. Pembantu umum juga membantu menyiapkan
logistik konsumsi dan mendistribusikannya ke kru.
 
B. Departemen Penyutradaraan
1. Sutradara: Penanggungjawab kreatif utama dalam produksi film. Berkontribusi di segala
aspek, mulai dari penentuan plot & alur cerita, memilih pemeran, memilih kru-kru utama,
menentukan bloking pemeran, pengembangan karakter, memilih lokasi yang dibutuhkan
cerita, referensi musik, pergerakan kamera, pilihan shot, dan hal-hal kreatif lainnya. Dengan
bantuan kru dari berbagai departemen, sutradara memastikan visinya dapat terlaksana
sebaik mungkin.
2. Asisten Sutradara 1: Membantu sutradara dalam urusan jadwal, manajemen pemeran dan
kru (jadwal panggilan kru & pemeran ke lokasi), jadwal makan dan istirahat, jadwal set alat
(kamera, lampu, artistik), dsb. Ia harus memastikan jadwal dapat berjalan tepat waktu dan
tidak ada adegan yang tidak terambil. Apabila ada jadwal yang ngaret, ia juga mesti berpikir
cepat untuk merombak jadwal agar tak ada adegan yang harus dikorbankan.

1
3. Asisten Sutradara 2: Bertugas membantu sutradara menyutradarai figuran (extras). Ia
juga bertugas membantu asisten sutradara 1 dalam menyusun jadwal. Selain itu, setiap hari
syuting, asisten sutradara 2 bertugas mengetik call sheet (jadwal panggilan untuk kru &
pemeran di hari syuting berikutnya).
4. Penulis: Bersama sutradara, mengembangkan cerita dari coretan hingga menjadi naskah. Ia
bertugas memastikan cerita dapat bergerak dengan baik. Ia juga mengembangkan karakter-
karakter dalam film agar believable dan relatable dengan penonton.
5. Script Continuity: Senjata utamanya adalah kamera pocket. Ia bertugas memotret setiap
hal visual yang muncul di dalam frame agar terjaga kesinambungannya di setiap adegan.
Misalnya: jika di shot sebelumnya, pemeran A memegang pensil di tangan kiri ketika
berbicara, maka di shot berikutnya script continuity harus mengingatkan agar pensil tetap di
tangan kiri. Lebih tricky lagi untuk syuting jumping (urutan adegan diambil acak), maka ia
harus berhati-hati dalam memperhatikan hal-hal visual yang muncul di frame.
6. Casting Director: Bertugas memilih aktor untuk memerankan karakter sesuai kebutuhan
cerita. Mereka akan berdiskusi dan berkonsultasi dengan sutradara. Setelah sutradara
menceritakan visi dan kebutuhan ceritanya, casting director akan membantunya mencarikan
pemeran yang dibutuhkan.
7. Kordinator Pemeran: Di lokasi syuting, perannya cukup vital. Kordinator pemeran
mengatur jadwal pemeran sesuai dengan jadwal yang sudah disiapkan oleh asisten
sutradara. Asisten sutradara akan memanggil pemeran untuk masuk atau keluar dari set dan
kordinator pemeran bertuga mengkoordinasikannya dengan para aktor. Kordinator pemeran
juga bertugas menyalurkan logistik ke para pemeran dari tim produksi.

C. Departemen Kamera
1. Penata Kamera: Biasa disebut Director of Photography (DP) atau Sinematografer. Sebutan
sinematografer biasanya dipakai apabila DP dan operator kamera adalah orang yang sama.
Penata kamera bertugas sebagai ‘penerjemah’ sutradara dalam level teknis pengambilan
gambar. Penata Kamera berdiskusi dengan sutradara dan memberi masukan perihal teknis
pengambilan gambar, mulai dari jenis kamera, lensa, pendekatan gambar, lighting, tone
warna, dsb. Semua dikerjakan sesuai dengan kebutuhan cerita menurut visi sutradara.
Singkatnya, sutradara menjelaskan pada DP tampilan visual seperti apa yang ia inginkan,
dan DP yang akan memilih lensa, filter, lighting, komposisi, dsb untuk memberikan efek
estetis tertentu pada penonton.
2. Operator Kamera: Sesuai dengan namanya, ia bertugas mengoperasikan kamera sesuai
dengan arahan penata kamera (DP). Seringkali, penata kamera dan operator kamera adalah
orang yang sama.
3. Asisten Penata Kamera: Biasa disebut juga focus puller. Tugasnya adalah memastikan
semua gambar yang diambil fokus. Asisten penata kamera juga bertugas merakit dan
membongkar rigging kamera di awal dan akhir syuting.
4. Clapper: Bertugas memberikan identitas pada gambar yang sedang diambil. Film pendek
bisa terdiri dari belasan bahkan puluhan adegan, apalagi film panjang. Agar tak bingung
ketika disunting, setiap gambar yang diambil diberikan identitas sesuai nomor scene dan shot
yang ditulis di naskah. Kami pernah membuat artikel khusus tentang ini. Silahkan baca artikel
tersebut di link berikut ini.
5. Digital Imaging Technician (DIT): Hanya pembuatan film di era digital yang mengenal
jabatan ini. DIT bertugas mengarsip dan membackup data yang sudah selesai diambil.
Gambar-gambar yang telah diambil akan dikelola oleh DIT untuk  tidak hanya dipindahkan ke
tempat penyimpanan seperti harddisk, tetapi juga di compress untuk proses selanjutnya di
paska produksi. DIT juga bertugas menerapkan beberapa adjustment pada gambar yang
sudah diambil sesuai dengan arahan penata kamera, misalnya terang gelap, tone warna,
dsb.
6. Gaffer: Ketua urusan pencahayaan (lampu). Dengan arahan dari DP, gaffer membuat desain
pencahayaan dan tata letak lampu agar visi sutradara dapat terwujud.
7. Best Boy (Lighting): Asisten gaffer. Ketimbang gaffer yang lebih banyak mengurus teknis
pencahayaan, best boy lebih banyak berkutat pada urusan logistik, seperti manajemen alat.
8. Key Grip: Selain lampu, ada beberapa perlengkapan lain yang sering dipakai di lokasi film,
antara lain polyfoam (stirofoam untuk reflector), diffuser, butterfly, dolly track, kaki lampu,
flag, dsb. Key grip adalah kepala untuk urusan-urusan tersebut.
9. Best Boy (Grip): Membantu key grip.
 
D. Departemen Artistik

2
1. Penata Artistik / Production Designer: Sebetulnya jabatan production designer dan art
director (penata artistik) adalah jabatan yang berbeda. Production designer adalah
perancang tampilan visual film secara keseluruhan, mulai dari warna set, props, pattern,
warna pakaian, makeup, dsb. Namun di Indonesia, jabatan ini belum banyak dipakai. Oleh
karena itu, kita lebih sering menemukan penata kostum dan rias bekerja secara terpisah
dengan tim artistik, padahal semestinya mereka bekerja di bawah satu rancangan  visual
yang sama. Berbeda dengan production designer, penata artistik lebih fokus pada urusan
artistik (set dan props saja). Ialah yang merancang tampilan interior sebuah set, beserta
menyiapkan properti-properti yang dibutuhkan oleh cerita.
2. Asisten Penata Artistik: Bertugas membantu penata artistik dalam tugas di lapangan.
Kadang merangkap sebagai standby art director alias penata artisitik yang standby di set
untuk segera mengatur set dan props sesuai kebutuhan framing. Biasanya penata artistik
lebih banyak duduk di depan monitor bersama sutradara, sementara asisten penata artistik
lebih banyak di set untuk mendengar masukan dari penata artistik.
3. Set Designer: Bekerja di bawah komando penata artsitik. Bertugas merancang set sesuai
(baik eksterior maupun interior) sesuai dengan arahan penata artistik.
4. Set Dresser: Set dresser memutuskan barang-barang apa saja yang akan diletakan di
dalam set sesuai dengan arahan set designer dan penata artistik.
5. Prop Master: Bertugas mendata, mencari, dan mengelola props yang digunakan dalam film.
Props adalah benda-benda di dalam set yang dapat dipindahkan dengan mudah, seperti
pisau, buku, telepon genggam, makanan, dsb.
6. Runner / Buyer: Bergerak cepat di lokasi apabila ada kebutuhan mendadak. Ia juga
bertugas membeli/menyewa barag-barang yang telah didata oleh prop master dan set
designer.
 
E. Departemen Suara
1. Production Sound Mixer: Kepala departemen suara. Ia bertugas memonitor, mengatur
leveling, melakukan mixing, hingga memilih microphone yang akan digunakan selama
syuting.
2. Boom Operator: Membantu sound mixer memrekam suara lewat boom.
3. Asisten Sound: Biasanya bertugas mencatat sound report (laporan perekaman suara agar
memudahkan proses sync di paska produksi).
 
F. Departemen Kostum & Rias
1. Penata Kostum: Bertugas mendesain pakaian dan/atau memilih kostum sesuai kebutuhan
cerita & karakter.
2. Penata Rias: Bertugas merias pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.
3. Penata Rambut: Bertugas merias  rambut pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.

G. Departemen Post-Production
1. Post-Production Supervisor: Membantu produser dalam mengelola proses paska
produksi, mulai dari mengatur jadwal hingga mengelola sumber daya manusia.
2. Editor: Bertugas memilih dan memilah gambar yang sudah diambil di proses syuting. Proses
editing dilakukan secara kreatif bersama sutradara. Biasanya editor dibantu oleh beberapa
asisten yang bertugas sebelum pemotongan dan penyusunan gambar dimulai.
3. Colorist: Di era digital, colorist bertugas melakukan penyesuaian warna agar semua gambar
yang diambil memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan (color correction), sebelum
lalu mewarnai untuk memberikan nuansa tersendiri bagi hasil akhir filmnya (color grading).
4. Visual Effect Artist: Apabila film membutuhkan visual effect tambahan, maka visual effect
artist bertugas membuat visual effect sesuai dengan kebutuhan cerita.
5. Rotoscope Artist: Biasanya banyak hal yang tidak diinginkan tidak sengaja terekam di
proses syuting, sebut saja kabel malang melintang di set, atau misalnya naskah kru yang
tertinggal di dalam set. Rotoscope artist bertugas menghapus objek-objek yang tidak
diinginkan tersebut.
6. Sound Designer: Setelah selesai disunting oleh editor dan gambar telah dikunci (picture
lock), maka hasil editing akan diteruskan ke departemen suara. Sound designer bertugas
melakukan penyelarasan serta menambahkan berbagai elemen kreatif lain agar gambar yang
telah disunting dapat lebih berbicara. Ia bekerja bersama editor dan sutradara.
7. Dialogue Editor: Tugasnya spesifik mengedit dialog agar semua terdengar dengan baik.
8. Composer: Bertugas membuat musik (score) sesuai dengan kebutuhan cerita.

3
9. Foley Artist: Bertugas merekam foley. Foley adalah manipulasi efek suara tambahan agar
gambar dapat lebih berbicara, misalnya suara langkah kaki, gesekan props, dan gerakan-
gerakan lain yang mungkin tidak terlalu terdengar di rekaman saat syuting.

Kira-kira inilah susunan lengkap kru film pendek yang biasanya kami terapkan dalam produksi-
produksi kami. Kira-kira kamu cocok masuk di departemen mana ya? Tulis komentarmu di kolom
komentar!

4
SUSUNAN CREDIT FILM
Bagaimanakah cara mengatur susunan credit film yang tepat? Apakah nama sutradara dulu
atau produser dulu? Lalu bagaimana dengan nama-nama bintang? Susunan credit film memang
bagian yang cukup tricky, tetapi jangan khawatir, karena sebetulnya ada guideline yang bisa
membantu kalian menyusun credit title dengan lebih rapi.
Sebelum kami membeberkan susunan credit film yang biasa digunakan, kami ingin memberi
tips yang bermanfaat dulu. Jumlah kru yang amat banyak kadang memang membuat ada satu
atau dua nama yang terlewat. Nah, untuk mencegah hal itu terjadi, maka kalian perlu membuat
list nama kru sejak awal. Biasanya nama-nama pemeran dan kru akan dikumpulkan menjadi satu
booklet kecil, sehingga apabila ada nama yang terlewat, yang bersangkutan dapat langsung
memberitahu. Selain itu, sebelum kamu merampungkan credit title di film kamu, sebaiknya kamu
konfirmasi ulang, setidaknya dengan chief atau kepala departemen dari orang yang bersangkutan.
Tam perlu berpanjang lebar lagi, berikut kami beberkan susunan credit film yang biasa
digunakan:
1. Sutradara
2. Penulis
3. Produser
4. Produser Eksekutif
5. Pemeran Utama
6. Pemeran Pendukung
7. Penata Kamera
8. Desain Produksi
9. Penyunting Gambar
10. Co-produser
11. Penata Musik
12. Penata Suara

Nama-nama di atas adalah jabatan yang biasanya diberikan satu frame khusus. Lalu,
bagaimana dengan rolling credit? Rolling credit biasanya diputar tepat setelah susunan credit film
tadi selesai diputar. Nah, untuk susunan rolling credit adalah sebagai berikut:
1. Manajer Unit Produksi
2. Asisten Sutradara 1
3. Asisten Sutradara 2
4. Nama-Nama Pemeran Lengkap (Biasanya diurutkan dalam urutan tampil).
5. Koreografi & Stuntman
6. Kru Produksi (Production assistant, supervisor, dsb)
7. Kru Penyutradaraan (Script supervisor, continuity, dsb)
8. Kru Kamera (Asisten Kamera, Gaffer, Grip, DIT, Loader, dsb)
9. Kru Artistik (Artistik, Hair/Makeup, Wardrobe)
10. Kru Pascaproduksi (Manajer, Colorist, penyelaras suara, digital imaging artist, CGI artist,
dsb)
11. Musik (kredit musik & lagu yang digunakan dalam film)
12. Ucapan terimakasih khusus (special thanks).
13. Ucapan terimakasih.
14. Logo sponsor & rekan.
15. Copyright.

Anda mungkin juga menyukai