Anda di halaman 1dari 3

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK (DDTK)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini,
yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden
age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak
secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu,
penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat
dicegah.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi,
dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Sedini
mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu pemantauan juga dapat
dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki
oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
Skrining perkembangan untuk deteksi dini pada setiap anak penting dilakukan,
terutama pada anak sampai usia 3 tahun agar bila ditemukan kecurigaan penyimpangan
perkembangan dapat segera dilakukan intervensi dini sebelum terjadi kelainan. Dari beberapa
sumber kepustakaan didapatkan bahwa intervensi pada anak dengan kecurigaan
penyimpangan perkembangan sebaiknya dilakukan sebelum usia 3 tahun.

Departemen Kesehatan RI mengharapkan pada tahun 2010, 80% anak balita sudah
dilakukan skrining perkembangan agar dapat dilakukan intervensi dini terhadap anak yang
dicurigai mengalami gangguan perkembangan. Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan
revisi buku deteksi dini tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan
anak di tingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining
perkembangan (KPSP). Metode KPSP ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
seorang anak apakah sesuai dengan usianya ataukah ditemukan kecurigaan penyimpangan,
KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun tenaga non kesehatan yang terlatih.
PERMASALAHAN

Pengetahuan masyarakat tentang kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak


masih terbilang minim dan perlu untuk ditingkatkan. Kondisi gizi buruk, penyimpangan
pertumbuhan, penyimpangan perkembangan, dan penyimpangan mental emosional tidak
terdeteksi dan tidak disadari oleh orang tua dan masyarakat sekitar sehingga banyak anak
jatuh dalam kondisi yang lebih parah. Bila penyimpangan terlambat dideteksi, maka
lebih sulit diintervensindan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Kondisi ini
akan lebih mudah diintervensi apabila ditemukan secara dini sehingga perlu dilakukan upaya
deteksi dini tumbuh kembang anak di masyarakat.

PERENCANAAN DAN INTERVESI


Melalui kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) kondisi terparah dari
penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak
jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat
terdeteksi melalui kegiatan DDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan,
kegiatan DDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan
mental emosional.

PELAKSANAAN

Kegiatan dilakukan saat posyandu oleh bidan dan dokter. Proses pemeriksaan berupa :
1.Identitas anak, anamnesis pada orang tua anak mengenai keluhan saat ini dan apakah anak
punya masalah tumbuh kembang selama ini.
2. Pengukuran BB, TB /PB, lalu dinilai status gizi apakah baik, kurang, buruk, atau lebih.
3.Pengukuran Lingkar Kepala. Nilai lingkar kepala sesuai umur apakah normal,
makrocephali, atau mikrocephali.
4. Nilai perkembangan anak dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP
adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dan dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai
dengan 6 tahun. Nilaii apakah perkembangan anak sesuai, meragukan atau terdapat
penyimpangan.
5. Menilat Daya Lihat dan Daya Dengar anak apakah normal, atau curiga ada gangguan.
6. Menilai Mental Emosional apakah normal atau curiga ada gangguan.
7. Pemeriksaan Autis dan GPPH apabila ada keluhan dan indikasi.

MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan sudah berjalan cukup baik. Berikan koseling stimulasi pada ibu mengenai tumbuh
kembang anak. Jumlah 9-10 Ya pada formulir KPSP artinya sesuai maka beri pujian pada ibu
telah mengasuh anaknya dengan baik, teruskan pola asuh dan beri stimulasi anak setiap saat.
Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada 3 bulan selanjutnya. Jumlah 7-8 Ya artinya
Meragukan maka ajari ibu untuk stimulasi perkembangan anak yang ketinggalan, lakukan
pemeriksaan fisik lain apakah ada penyakit lain yang mendasari. Evaluasi kembali setelah 2
minggu jika tetap 7/8 maka lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya. Jumlah kurang dari sama
dengan 6 Ya artinya terdapat penyimpangan lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
sampai pemeriksaan penunjang bila perlu. Setelah dilakukan intervensi dini apabila masalah
tumbuh kembang tidak dapat diatasi maka lakukan rujukan dini sesuai indikasi.
Evaluasi pada kegiatan, Ada beberapa jenis alat yang sehasunya disiapkan untuk digunakan
mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu; 
 Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai
72 bulan.Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah
mental emosional pada anak prasekolah.
 Ceklist Autis anak praseolah  (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi anak
umur 18 bulan samapai 36 bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya
Autis pada anak umur 18 bulan – 36 bulan.
 Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.
Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan  Pemusatan Perhatia
Hiperaktivitas pada anak umur 36 bulan ke atas. 
Sehingga penilaian tumbuh kembang anak lebih bersifat objektif dan valid.

Anda mungkin juga menyukai