Anda di halaman 1dari 3

KASUS 3:

Seorang laki-laki, usia 40 tahun, masuk RS dan dirawat di ruang ICU. Hasil
pemeriksaan dokter pasien di diagnosa menderita diagnosa Craniopharingoma.
Keluhan Utama : nyeri kepala, kejang, penurunan kesadaran. Riwayat penyakit
dahulu: sakit kepala hilang timbul dan setelah minum obat sakit kepala yang dijual
bebas, rasa sakit berkurang, penglihatan semakin berkurang. Penyakit sekarang:
diagnosa craniopharingoma, mengalami penurunan kesadaran dan dilakukan operasi
kraniotomi dan dirawat di ruang ICU. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada. Sosial
ekonomi : berasal dari suku Minang, bekerja sebagai sopir, mempunyai 1 orang anak
berusia 1 tahun. Tidak merokok. Hasil pengukuran antropometri TB 160 cm, BB 54
kg, BB berkurang dari 60 kg sejak 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan laboratorium Hb
11, 1 g/dL, Hematokrit 38%, Eritrosit 4,6 juta/µL, Leukosit 16900/µL, MCV 84 fL,
MCH 29 pg, trombosit 181 000 µL, GDS 124 mg/ dL, Natrium 156 mmol/L, Kalium
3,7 mmol/L, Kalsium 9,5 mg/dL, Magnesium 2,3 mmol/L, Cl 120 mmol/L, Kreatinin
0,6 mg/L, Albumin 2,8 g/ dL. pCO2 arteri 50 mmHg, pO2 arteri 82 mmHg.
Pemeriksaan fisik klinis keadaan umum sakit berat dan lemah, kesadaran
Soporcomma GCS E1 M4 Vett, tekanan darah 114/80 mmHg, nadi 78 x/menit,
Pernafasan dgn ventilator SIMV TV = 400, RR 15 x/ menit. Suhu 36,7°C, BU (+),
residu kekuningan 250 cc, Rh +/+ dan keseimbangan cairan – 290 ml/ 12 jam.
Riwayat gizi sebelum masuk RS : pola makan Os 3 kali makanan utama dan 3 kali
makanan selingan. Alergi makanan : tidak ada, lebih sering makan makanan luar
rumah. Makanan yang disukai : makanan junk food, gorengan, snack makanan ringan
(kemasan). Dua hari SMRS : Pagi : Bubur 5 sdm , ayam 25 g, sup sayuran (wortel ,
labu siam), Siang : Bubur 5 sdm, ayam 25 g, Malam: Bubur 5 sdm.
No Asupan E (kal) P (g) L (g) Kh (g)
1 Parenteral 1000 34 51 97
2 Enteral 180 10,8 2 50,4
Total 1180 44,8 52 147,4
Kebutuhan 1500 72,0 50 190,5
% asupan 78 62,0 104 77,0

Obat yang dimakan di RS: Manitol 4 x 150 ml, Inj Levofloxtacin 1x750 mg, OMZ
1x40 mg, Metilprednisolon 3x62,5 mg, Vitamin C 1x100 IV, Neurobion 5000 1x1 IV,
Kabiven 60 ml/ jam, Metoklopramid 3 x10 m.
Tindakan: Pemasangan CVP, NGT
PETUNJUK KASUS:
1) Buat patofisiologi penyakit pada kasus berdasarkan studi literatur
Jawab :
Kraniofaringioma diperkirakan berasal dari sisa-sisa sel ektodermal kecil yang
biasanya ditemukan di daerah transisi dari pituitary stalk dengan bagian distal dari
adenohipofise, dan kadang-kadang meluas ke bagian tuberalis setinggi dari pituitary
stalk.
Ada 2 hipotesa yang menjelaskan asal dari tumor kraniofaringioma:
1. Teori Embriogenetik
Teori ini berhubungan dengan perkembangan dari adenohipofise dan
transformasi dari sisa sel-sel ektoblast pada duktus kraniofaringeal dan involusi
Rathke’s pouch. Rathke’s pouch dan infundibulum berkembang pada minggu
keempat kehamilan dan secara bersama-sama membentuk hipofise. Infundibulum
akan menginvaginasi kebawah, sedangkan Rathke’s pouch akan menginvaginasi ke
atas. Selama perkembangan dalam bulan kedua, Rathke’s pouch melekat dengan
infundibulum. Kemudian Duktus kraniofaringeal yang merupakan leher dari kantong
yang berhubungan dengan stomodeum, sempit, tertutup, memisahkan kantong dari
rongga mulut primitif yang berakhir pada bulan kedua.
Selanjutnya kantong menjadi vesikel, yang rata dan mengelilingi permukaan
anterior dan lateral dari infundibulum. Dinding vesikel ini membentuk struktur-
struktur yang berbeda dari hipofise. Dinding anterior dari sel membentuk pars anterior
(pars distalis) dari hipofisis. Sel meluas ke bagian atas dari vesikel secara superior dan
mengelilingi stalk dari infundibulum membentuk pars tuberalis. Dinding sel bagian
posterior dari vesikel membentuk pars intermedia. Akhirnya, vesikel ini berinvolusi
ke dalam cleft dan menghilang seluruhnya. Rathke’s cleft, bersama dengan sisa dari
duktus kraniofaringeal, dapat menjadi kraniofaringioma.

2. Teori Metaplastik
Teori ini berhubungan dengan sisa epitelium skuamous dari adenohipofisis
dan anterior infundibulum yang dapat menjadi metaplasia. Walaupun etiologi
kraniofaringioma masih kontroversial, diyakini bahwa kraniofaringioma mempunyai
2 bentuk, yakni yang berasal dari sisa-sisa proses embrionik disebut dengan childhood
(adamantinous) craniopharyngioma dan yang berasal dari metaplasia adenohipofisis
disebut dengan adult (squamous papillary) craniopharyngioma. (Nst, 2014)
2) Tentukan:
a. hasil skor skrining gizi dengan metode yang tepat untuk pasien,
b. Indikasi yang menunjukkan pasien berisiko malnutrisi,
c. Indikasi kondisi/ tanda klinis yang menunjukkan pasien berpotensi kritis
atau dalam keadaan kritis.
d. Perubahan metabolisme zat gizi yang terjadi pada pasien
e. Fase stres metabolisme yang dialami pasien dan apa yang terjadi pada fase
tersebut
f. Kemungkinan interaksi obat dan makanan yang dialami pasien.
3) Rencanakan asuhan gizi terstandar pada pasien tersebut, sesuai langkah ADIME
(Assesment, Diagnosa, Intervensi Gizi, Monitoring dan Evaluasi)

DAFTAR PUSTAKA

Nst, I. K. (2014) ‘Departemen neurologi fakultas kedokteran usu / rsup h. adam malik
medan 2014’.

Anda mungkin juga menyukai