Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Transportasi udara atau yang biasa disebut dengan Angkutan udara adalah setiap kegiatan
dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos
untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau
beberapa bandar udara.

Regulasi penerbangan di Indonesia diatur oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


(DGCA) Directorate general civil aviation, Kementerian perhubungan Republik Indonesia.
Dasar ketentuan yang mengatur moda angkutan udara adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dimana Penerbangan didefinisikan
sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara,
bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan,
lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah merilis aturan baru terkait tarif pesawat.
Aturan tersebut yaitu Peraturan Menteri Nomor PM 20 Tahun 2019 tentang Tata Cara dan
Formulasi Perhitungan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan
Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

Selain itu, Kemenhub juga merilis turunan aturannya dalam bentuk Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 72 Tahun 2019 Tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan
Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

Kedua aturan tersebut merupakan pembaruan dari PM 14 Tahun 2016 Tentang Mekanisme
Formulasi Perhitungan Dan Penetapan Tarif Batas Atas Dan Tarif Batas Bawah Penumpang
Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam Negeri.

Sebagaimana diketahui, Tarif Batas Atas (TBA) Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri (“Tarif Batas Atas”) diatur dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 72 Tahun 2019. Dalam regulasi itu, tarif batas atas tidak
berubah secara signifikan sejak 2014. Keputusan penurunan Tarif Batas Atas akan berlaku
efektif sejak ditandatanganinya Peraturan Menteri Perhubungan pada 15 Mei 2019.
Keputusan Menhub (Kepmen) Nomor 72 Tahun 2019 sudah tak lagi berlaku. 

Berdasarkan keputusan rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin


Nasution, Budi Karya mengimbau agar maskapai LCC (Low cost carrier) hanya memasang
harga penjualan tiket pesawat sekitar 50 persen dari tarif batas atas rute penerbangan. 

Sementara itu, untuk maskapai full service, pemerintah resmi memangkas tarif batas atas
penjualan tiket pesawat sebesar 12-16 persen. 

Tujuan dari dibuatnya aturan ini yaitu untuk mengatur harga yang pantas untuk kalangan
tertentu yang ingin menggunakan moda udara, tanpa mengorbankan kinerja dari maskapai
itu sendiri.
Tarif batas atas penerbangan ditentukan berdasarkan tarif jarak tujuan. Selain itu, tarif
dihitung berdasarkan jenis pesawatnya, apakah pesawat jet atau pesawat berjenis propeler
(baling-baling). Lalu juga terkait biaya operasi penerbangan, biaya operasi penerbangan
ditentukan dengan memperhatikan atau dipengaruhi biaya operasi langsung. Biaya operasi
langsung yang dimaksud meliputi biaya pesawat, asuransi hingga gaji pegawai dan
sebagainya.

berdasarkan jenis atau tipe pesawat :


1. Pesawat propeller < 30 seat
2. Pesawat propeller > 30 seat
3. Pesawat jet

Masalah:
1. seluruh rute domestik sepi peminat.
2. tiket pesawat ke luar negeri justru lebih murah jika dibandingkan dengan rute
domestik.
3. Bandara merugi
4. Minim alternative moda transportasi lain

Penyebab:
1. tingginya harga tiket pesawat selama ini karena pihak maskapai menerapkan harga
tiket yang mendekati TBA.
2. kenaikan harga bahan bakar pesawat terbang (avtur). Pada akhir Desember 2018,
harga avtur menyentuh USD 86,29 per barel, tertinggi sejak Desember 2014
3. bandara mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan

Solusi :
1. Adapun penurunan tarif tetap, yakni berkisar 12-16% dari tarif batas atas (TBA) yang
berlaku sebelumnya.
2. maskapai LCC hanya memasang harga penjualan tiket pesawat sekitar 50 persen dari
tarif batas atas rute penerbangan
3. Penerapan biaya bagasi dan pajak bandara diberlakukan terpisah di maskapai LCC
4. Peningkatan infrastruktur sehingga memberi peluang untuk moda transportasi lain

Kesimpulan ???
Saran ???

Pro :
1. Pemerataan moda transportasi
2.
Kontra :
1. Dari pihak maskapai, terutama maskapai yang melayani full service akan merugi
dengan penentuan tarif batas atas tersebut
2. Sector pariwisata ikut terkena imbas dari regulasi ini
3. Pelaku usaha bidang logistic terkendala masalah biaya pengiriman yg menjadi lebih
mahal

Anda mungkin juga menyukai