Anda di halaman 1dari 15

Resume 9

Judul : Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS


Nama : Ni Nyoman Rimin, S.Pd, H
Kelas : II (Dua)
5. Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning),
dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Tingkat kesukaran dalam
butirs soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tinggi. Contohnya, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab soal tersebut tidak
termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu
soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Beberapa karakteristik soal-soal HOTS adalah:

a) Bersifat divergen. Maksud bersifat divergen adalah instrumen penilaian


berbasis HOTS ini dapat menumbuhkan ide atau solusi peserta didik dalam
memberikan jawaban-jawaban. Karena bersifat divergen, instrumen penilaian
berbasis HOTS lebih mudah dirancang dalam tugas esai, uraian, dan kinerja.
b) Menggunakan multi representasi. Dalam instrumen penilaian berbasis HOTS
sebaiknya menggunakan multirepresentasi antara lain seperti verbal (berbentuk
kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol,
ikon, inisial, isyarat), dan matematis (angka, rumus, persamaan)

c) Berbasis permasalahan kontekstual. Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang


berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari hari, dimana peserta didik dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah-masalah nyata.
d) Menggunakan bentuk soal beragam. Terdapat beberapa bentuk soal yang dapat
digunakan untuk menulis butir soal HOTS yaitu soal pilihan berganda dan
uraian. Dalam pembuatan soal pilihan ganda, soal HOTS yang berbentuk
pilihan ganda harus memuat stimulus yang bersumber pada situasi nyata. Soal
pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor). Kunci jawaban adalah jawaban yang benar atau paling
benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan peserta didik terkecoh untuk memilihnya apabila peserta didik
tidak menguasai materi pelajaran dengan baik. Peserta didik diminta untuk
menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus dengan menggunakan
konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki, serta menggunakan
logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1 dan jawaban yang
salah diberikan skor 0. Dalam pembuatan soal uraian, jawaban peserta didik
dituntut untuk mengorganisasikan gagasan atau hal- hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tulisan. Dalam
menulis soal uraian, guru harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup
materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, sehingga
kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari dan juga dapat
membantu mempermudah pembuatan kriteria penskoran.

Sehingga dengan menyajikan soal-soal HOTS yang stimulusnya berdasarkan


permasalahan di daerah sekitar diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin ikut ambil
bagian dalam penyelesaian masalah tersebut bagi peserta didik.

Berikut langkah-langkah dalam penyusunan soal berbasis HOTS.

a) Menganalisis KD. Dalam menganalisis KD bertujuan untuk menganalisis KD


yang memiliki tingkat kognitif yang sama karena tidak semua KD mempunyai
tingkat kognitif yang sama. Dalam penyusunan soal HOTS, terlebih dahulu
guru harus merumuskan IPK dengan tingkat kognitif C4 (menganalisis), C5
(mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Setelah itu, dapat disusun soal HOTS
sesuai dengan KD yang telah dianalisis dengan terlebih dahulu.
b) Menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi penyusunan soal dapat membantu guru
dalam penulisan soal HOTS, di mana pada kisi-kisi soal terdapat KD yang
akan dibuat soal, lingkup materi dan materi yang berkaitan dengan KD,
merumuskan indikator soal, menentukan nomor soal, menentukan level
kognitif, dan menentukan bentuk soal yang digunakan apakah berbentuk
pilihan ganda atau uraian
c) Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual. Stimulus yang tepat dan
kontekstual yaitu stimulus yang dapat membuat peserta didik mencermati soal
dan stimulus tersebut sesuai dengan kenyataan sehari-hari agar peserta didik
tertarik untuk membaca.
d) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan
ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir
soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan
bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format yang
ditentukan oleh guru.
e) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Penilaian pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru


untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3).
Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai
oleh peserta didik melalui proses pembelajaran (Kunandar, 2013, hal. 159). Penilaian
pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan
belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan
pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu,
pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan
hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk
perbaikan mutu pembelajaran.
Bagaimana teknik penilaian pengetahuan? Teknik menilai kompetensi
pengetahuan bisa melalui: (1) tes tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) tes
lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan daftar pertanyaan, dan
(3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. (Kunandar, 2013, hal. 167). Pada tes lisan berupa sejumlah pertanyaan
yang telah disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa. Tes tertulis terdiri dari dua
model yaitu objektif dan non objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat. Sedangkan non nobjektif yaitu soal uraian.
Dalam kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah PG dan uraian

Gambar 9. Skema Penilaian Pengetahuan

1) Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis menuntut respons dari peserta tes yang
dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki. Instrumen tes
tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
a) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif,
atau sumatif.
b) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis
soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis,

meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, level kognitif, bentuk
soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih terarah
sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak
diukur lebih tepat.
c) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan butir soal.

Contoh Tabel Kisi-Kisi

Tabel 28
Model Kisi-Kisi Tes Tertulis Bentuk Pilihan Ganda

Nama Satuan pendidikan : ..................................................................


Kelas/Semester : ..................................................................
Tahun pelajaran : ..................................................................
Mata Pelajaran : ..................................................................

No Kompetensi Materi Indikator Soal Level No. Bentuk


Dasar Kognitif Soal Soal
1

Tes tulis terdiri dari tes tulis bentuk pilihan ganda dan uraian. Pada tes tulis
pilihan ganda, butir soal terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Dari
pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban yang benar atau
paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor).

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut.


a) Substansi/Materi terdiri dari: Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
bentuk PG); Tidak bersifat SARA dan PPPK (suku/agama/ras/antar-
golongan/ pornografi/politik/propaganda/kekerasan); Materi yang diukur
sesuai dengan kompetensi (UKRK: urgensi, keberlanjutan, relevansi, dan
keterpakaian); Pilihan jawaban homogen dan logis; serta hanya ada satu
kunci jawaban yang tepat.
b) Konstruksi yang terdiri dari: Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,
dan tegas; Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan
yang diperlukan saja; Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban;
Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif ganda;
Gambar/grafik/tabel/diagram dan sebagainya jelas dan berfungsi; Panjang
rumusan pilihan jawaban relatif sama; Pilihan jawaban tidak menggunakan
pernyataan "semua pilihan jawaban benar” atau “semua pilihan jawaban
salah”; Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun
berdasarkan besar kecilnya angka atau kronologis kejadian; Butir soal tidak
bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
a) Bahasa terdiri dari: Menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia, kecuali untuk mata pelajaran bahasa Asing dan/atau bahasa

daerah; Menggunakan bahasa yang komunikatif; Tidak menggunakan


bahasa yang berlaku setempat; Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian.
Tabel. Penilain Pilihan Ganda

No
Nama Nomor Soal
.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ahmad √ - √ √ - √ √ √ √ √

Siti √ √ √ √ √ √ - √ - √
Dst.

Sebagai contoh, apabila kita melakukan penilaian dalam soal pilihan ganda
dengan jumlah soal 10 maka soal benar kita beri skor = 1 dan soal salah
kita beri skor = 0. Jadi, mencari skor pada soal pilihan ganda kita dapat
mencari nilainya dengan rumus
Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Setelah skor nilai telah diperoleh, maka kita bisa mengkonversikannya
apabila nilai skor yang diperoleh 0 – 79 maka dia mendapatkan nilai C.
Apabila nilai yang didapat 80–89 maka mendapatkan nilai A , dan jika dia
mendapatkan nilai 90–100 maka nilai yang didapatkan adalah A.

Contoh penilaian Essay atau uraian

Tabel Penilaian Soal Essay/Uraian

No
Nama Nomor Soal
.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ahmad 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1

Siti 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2

Dst.

Keterangan :
Total Skor = 20
Jawaban sesuai dan tepat skor 2
Jawaban tidak sesuai / tepat = 1
Tidak dijawab = 0
Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100
Total Skor
Keterangan: Nilai 90 – 100 = A Nilai 80 – 89 = B Nilai 0 – 79 = C
Sedangkan Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mengorganisasikan dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
Penilaian sebaiknya lebih banyak menilai keterampilan berpikir tingkat
tinggi/high order thinking skills (HOTS) yaitu bentuk soal yang memiliki
tingkatan berpikir menganalisis, mengevaluasi, sampai ke mencipta. Untuk
melatih HOTS sebaiknya penilaian lebih banyak diberikan dalam bentuk uraian.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut
a) Substansi/materi terdiri dari: Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
bentuk uraian); Tidak bersifat SARA dan PPPK (Suku/Agama/Ras/Antar-
golongan/Pornografi/ Politik/Propaganda/Kekerasan); Batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan sesuai; Materi yang diukur sesuai dengan
kompetensi; Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tingkat kelas;
Konstruksi; Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal;
Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai; Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus
jelas dan berfungsi; Ada pedoman penskoran atau rubrik.
a) Bahasa yang terdiri dari: Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku, kecuali untuk mata
pelajaran bahasa asing dan/atau bahasa daerah; Tidak mengandung kata-
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian;
Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan; Tidak menggunakan
bahasa yang berlaku setempat Lebih jelasnya dapat dilihat pada Contoh
Kisi-Kisi Soal Uraian
Tabel 29
Model Kisi-Kisi Tes Tertulis Bentuk Uraian

Nama Satuan pendidika :

............................................................
Kelas/Semester : ..........................................................
Tahun pelajaran : ...........................................................
Mata Pelajaran : ...........................................................

No Kompetensi Materi Indikator Level No. Bentuk


Dasar Soal Kognitif Soal Soal

2) Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal ketika pembelajaran.
Jawaban peserta didik dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan
menumbuhkan sikap peserta didik untuk berani berpendapat.
Rambu-rambu pelaksanaan tes lisan sebagai berikut.
a) Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai (assessment of learning) dan
dapat juga digunakan sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui pemahaman
peserta didik terhadap kompetensi dan materi pembelajaran (assessment for
learning).
b) Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi
pada kompetensi dasar yang dinilai.
c) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam
mengonstruksi jawaban sendiri.
d) Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
3) Penugasan
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian ini bertujuan untuk pendalaman terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai di kelas melalui proses
pembelajaran. Dalam memberikan tugas kepada peserta didik hendaknya
ditentukan batas waktu pekerjaannya. (Kunandar, 2013, hal. 225).
Rambu-rambu penugasan.
a) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
c) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
d) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
e) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
f) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.
g) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
h) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

Tabel 31
Contoh Pengolahan Hasil Penugasan

Skor
P P K T K
e e e a e
n l s m t
d a i p e
No Nama a k m i r Jumlah Nilai
Skor
h s p l b
u a u a a
l n l n c
u a a a
a a n a
n n n
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fulan 4 2 2 3 3 14 70
dst.

Keterangan:
● Skor maksimal = Jumlah skor tertinggi setiap kriteria.
Pada contoh di atas, skor maksimal = 5+4+4+4+4 = 21.
● Nilai tugas =

Pada contoh di atas nilai tugas Adi = x 100 = 66,67. Dibulatkan menjadi 70.

Bagaimana jenis-jenis soal pengetahuan HOTS? Pada instrumen soal


pengetahuan dengan bentuk uraian dan pilihan ganda.

a. Jenis instrument soal pengetahuan jenis uraian dapat diklasifikasikan menjadi


empat macam pertanyaan yaitu: pertanyaan inferensial, pertanyaan interpretasi,
pertanyaan transfer, dan pertanyaan hipotetik.
1) Pertanyaan Inferensial, merupakan pertanyaan yang segera dijawab
setelah peserta didik melakukan pengamatan maupun pengkajian atas
bahan yang diberikan oleh guru. Bahan informasi tersebut bisa berupa
potret, gambar, tulisan singkat, sanjak, berita, dan sebagainya.
Pertanyaan
Inferensial bertujuan mengungkap apa yang dilihat atau didapati dan apa
yang dipahami oleh peserta didik setelah mengamati atau membaca bahan
yang disajikan oleh guru.

yang dipahami oleh peserta didik setelah mengamati atau membaca bahan yang
disajikan oleh guru.
2) Pertanyaan Interpretasi. Pertanyaan interpretasi diajukan pada peserta
didik berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak ada dalam
bahan yang disajikan oleh guru, dan para peserta didik mesti bisa
memberikan makna. Pertanyaan Interpretasi ditujukan agar para peserta
didik bisa memberikan makna suatu konsekuensi dari suatu gejala atau
sebab yang ada.
3) Pertanyaan Transfer, merupakan upaya untuk memperluas wawasan atau
bersifat horizontal. Pertanyaan transfer mencakup pula aplikasi ilmu pada
kasus yang lain. Contoh Pertanyaan Transfer, seperti: Apakah perbedaan
teori…dengan teori…? Bagaimana kalau teori ini diterapkan pada kasus…?
4) Pertanyaan Hipotetik. Pertanyaan hipotesis memiliki arah untuk
mendorong peserta didik melakukan prediksi atau peramalan dari
sesuatu permasalahan yang dihadapi dan/atau mengambil kesimpulan
untuk generalisasi. Pada Pertanyaan Hipotetik, hipotesis dan kesimpulan
ini merupakan hasil pemahaman permasalahan ditambah data atau
informasi yang telah dimiliki dan/atau data yang sengaja telah diperoleh
untuk mengkaji permasalahan tersebut lebih jauh.
b. Jenis soal pilihan ganda, pengembangan instrumen soal HOTS jenis pilihan
ganda memiliki 4 Tipe, yaitu: tipe pilihan ganda biasa; tipe pilihan ganda
kompleks; Tipe pilihan ganda Kasuistik; dan Tipe pilihan ganda asosiatif

1. Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan ganda
Asosiatif
Perhatikan ilustrasi di bawah ini

Konflik horizontal yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir Nampak
semakin membesar karena dipicu oleh perbedaan. Konflik Sampit dan Sambas
membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon membesar karena perbedaan
agama. Konflik Sampang membesar karena adanya perbedaan aliran atau mazhab.
Jika dipelajari, pemicu dari konflik-konflik tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat
dikategorikan kasus kriminal biasa. Namun karena sentimen SARA maka perkara
kecil dibesar-besarkan dan perbedaan SARA menjadi katalisator.

Untuk mencegah konflik/kerusuhan horizontal pada masyarakat yang disebabkan


faktor SARA, harus ada daya dan langkah strategis pemersatu di masyarakat.
Negara harus dapat menjalankan peran dan fungsinya untuk
menciptakan daya pemersatu yang kuat dan tidak mudah ditembus oleh

c. Jenis soal pilihan ganda, pengembangan instrumen soal HOTS jenis pilihan ganda
memiliki 4 Tipe, yaitu: tipe pilihan ganda biasa; tipe pilihan ganda kompleks; Tipe
pilihan ganda Kasuistik; dan Tipe pilihan ganda asosiatif

1) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS pilihan ganda
biasa

3) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan ganda
Asosiatif
Perhatikan ilustrasi di bawah ini

Konflik horizontal yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir Nampak
semakin membesar karena dipicu oleh perbedaan. Konflik Sampit dan Sambas
membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon membesar karena perbedaan
agama. Konflik Sampang membesar karena adanya perbedaan aliran atau mazhab.
Jika dipelajari, pemicu dari konflik-konflik tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat
dikategorikan kasus kriminal biasa. Namun karena sentimen SARA maka perkara
kecil dibesar-besarkan dan perbedaan SARA menjadi katalisator.

Untuk mencegah konflik/kerusuhan horizontal pada masyarakat yang disebabkan


faktor SARA, harus ada daya dan langkah strategis pemersatu di masyarakat.
Negara harus dapat menjalankan peran dan fungsinya untuk
menciptakan daya pemersatu yang kuat dan tidak mudah ditembus oleh
sentimen SARA. Daya pemersatu yang harus ditumbuh kembangkan oleh negara adalah
sebagai bentuk pelaksanaan nilai-nilai Pancasila yaitu....

A. Mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerja sama dengan


bangsa lain mengakibatkan Indonesia secara mudah diterima dalam forum
internasional dan aktif dalam berbagai lembaga internasional
B. Membina kerukunan hidup antar sesama umat agama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa berdampak pada terbangunnya solidaritas sosial internal
pemeluk agama dalam kehidupan bebangsa
C. Nasionalisme yang melemah di kalangan rakyat Indonesia menyebabkan terjadinya
perbedaan dan dianggap sebagai hal yang kurang bisa diterima oleh semua lapisan
masyarakat yang beragam
D. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dimuka hukum dan pemerintahan yang
berakibat pada adanya kesetaraan hak dan kebebasan berpendapat
E. Menempatkan persatuan, dan kesatuan serta kepentingan bangsa dan
Negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan
yang berakibat pada kokohnya negara.

Kunci Jawaban E

15

Anda mungkin juga menyukai