Program Manajemen Risiko B3 Rs
Program Manajemen Risiko B3 Rs
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan dan keselamatan kepada kita semua, Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-Nya dan umatnya sampai
akhir zaman. Bahwa dalam mewujudkan rumah sakit yang aman dari bahan maupun limbah
B3 maka perlu dibentuk program sebagai upaya pengendalian bahaya tersebut yang
berpedoman pada pedoman keamanan dan keselamatan rumah sakit.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
program kerja manajemen risiko B3 rumah sakit ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kekuatan dan bimbingan dalam menjalankan aktivitas kita sehari-hari, aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
i
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ...................................................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................................2
G. Sasaran ...........................................................................................................................7
ii
PROGRAM MANAJEMEN RISIKO B3
A. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang didalam kegiatannya banyak menggunakan
bahan-bahan yang mengandung B3 begitu juga limbah yang dihasilkan banyak yang bersifat B3
karena mempunyai unsur-unsur sesuai kriteria B3 seperti mudah Terbakar, mudah Meledak,
Infeksius, Korosif dll. Dirumah sakit juga ada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit yang meliputi: obat,
alkes, reagensia, gas medis, radiofarmaka, dan termasuk sediaan B3, serta merupakan tempat yang
berpotensi menimbalkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Begitu juga Limbah
yang dihasilkan dikelola unit sanitasi, dimasukkan TPS Limbah B3 dan pemusnahannya telah
dilakukan bekerja sama dengan pihak ketiga.
Dalam kurun waktu terakhir ini, dengan pesatnya perdagangan global bahan kimia,
meningkatnya penggunaan B3 pada berbagai sector (industry, pertanian, pertambangan, kesehatan
dll). Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup manusia dari carbohydrate bases economy
ke arah petrochemical bases economy yang menyebabkan beberapa dampak negative antara lain
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan apabila limbah B3 tidak dikelola sesuai
ketentuan/peraturan. Di lingkungan Rumah Sakit sebagian barang konsumtif yang di Rumah Sakit
Berpotensi mengandung B3.
B. Latar Belakang
RSIA Respati mengalami perkembangan terutama dari sisi pelayanannya. Kondisi ini
berpengaruh terhadap berbagai aspek pelayanan dan pendukung pelayanan, termasuk peningkatan
jumlah bahan baku serta limbah.
Akan tetapi sebagian dari bahan baku serta limah tersebut merupakan bahan berbahaya dan
beracun. Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele
penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani limbah B3
tersebut, maka dampak yang luas dari limbah.
Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut akan semakin meluas. Bahkan dampaknya pun akan
sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada
kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak
yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan dating dan kita tidak akan tahu
seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi namun seperti kata pepatah “Lebih Baik
1
Mencegah Dari Pada Mengobati” hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua
agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut
ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita dan kita
semakin sulit untuk menanggulanginya.
Dalam rangka untuk meminimalkan risiko tersebut maka diperlukan suatu langkah-langkah
yang tepat dan jelas dalam bentuk program kerja pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pengelolaan sediaan dan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko
dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
2. Tujuan Khusus
a. Pengelolaan sediaan dan limbah B3 di lingkungan Rumah Sakit yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. Meminimalkan sediaan B3 di Rumah Sakit, sehingga pengelolaan lebih mudah.
c. Mencegah terjadinya cedera akibat paparan B3 baik bagi pegawai, pasien dan setiap orang
yang berkunjung di lingkungan Rumah Sakit.
d. Pemusnahan limbah B3 yang sesuai dengan ketentuan.
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
a. Kegiatan Pokok
Melakukan inventarisasi sediaan dan limbah B3
Melakukan supervise penyimpanan sediaan B3 dan TPS Limbah
B3
Melakukan penandaan dengan pemasangan label, dan tanda bahaya memakai lambing atau
peringatan
Melakukan sosialisasi penggunaan APD setiap kegiatan yang berhubungan dengan sediaan
B3
b. Rincian Kegiatan
1) Identifikasi Risiko Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebab dan potensi
akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan dengan kemampuan, sasaran
dan jenis risiko yang dihadapi. Cara mengidentifikasi yang digunakan dalam rencana induk
2
ini adalah dengan Brainstorming atau curah pendapat antara manajer dan pengawas
program serta pihak lain di internal rumah sakit.
Idientifikasi risiko pengelolaan B3 antara lain sebagai berikut:
Ledakan / kebakaran B3
Tumpahan B3
Paparan B3
Penyalahgunaan limbah B3
2) Analisa Risiko Pengelolaan B3
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan semua risiko
yang dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan B3 dan menyediakan data untuk
mambantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko mancakup pertimbangan
dan mengkombinasikan estimasi terhadap consequence dan likelihood didalam konteks
untuk mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini adalah analisa
kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilitas kejadian dan nilai dampak atau
konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
2. Tumpahan B3 3 2 6
3. Paparan B3 2 2 4
4.
Penyalahgunaan B3 1 3 3
Keterangan :
a. Kriteria Likelihood
Kriteria Kuantitatif Kriteria Kuantitatif
Kriteria Kuantitatif Sebutan Nilai
(Probabilitas) (Frekuensi/Tahun)
0.10 1-5 kejadian Hampir tidak mungkin terjadi Sangat Kecil 1
0.30 6-10 kejadian Kemingkinan kecil terjadi Kecil 2
Dapat terjadi, dapat juga tidak
0.50 11-20 kejadian Sedang 3
50:50
0.70 21-50 kejadian Besar kemungkinan terjadi Besar 4
0.90 Lebih dari 50x terjadi Hampir pasti terjadi Sangat Besar 5
3
b. Kriteria Consequences
1 2 3 4 5
INSIGNIFICA CATASTROPHI
MINOR MODERATE MAJOR
NT C
CEDERA PASIEN Tidak ada Dapat diatasi dengan Berkurangnya Cedera luas Kematian
cedera pertolongan pertama fungsi monorik / kehilangan fungsi
sansorik setiap kasus permanent
yang
memperpanjang
keperawatan
PELAYANAN Terhenti lebih Terhenti lebih dari 2 Terhenti lebih dari 1 Terhenti lebih dari 1 Terhenti
OPERASIONAL dari 1 jam jam hari minggu permanent
BIAYA/KEUANGAN Kerugian kecil Kerugian lebih dari Kerugian lebih dari Kerugian lebih dari Kerugian lebih
0,1% anggaran 0,25% anggaran 0,5% anggaran dari 1% anggaran
PUBLIKASI Rumor -Media lokal – Media lokal waktu Media nasional kurang Media nasional
Waktu singkat lama dari 3 hari lebih dari 3hari
REPUTASI Rumor Dampak kecil Dampak bermakna Dampak serius Menjadi masalah
terhadap moril terhadap moril terhadap moril besar bagi PR
karyawan dan karyawan dan karayawan dan
kepercayaan kepercayaan kepercayaan
masyarakat masyarakat masyarakat
Hampir Pasti 5 5 10 15 20 25
Medium Medium High High High
Kemungkinan Besar 4 4 8 12 16 20
Medium Medium Medium High High
Kemungkinan 3 3 6 9 12 15
Sedang Low Medium Medium Medium High
Kemungkinan 2 2 4 6 8 10
Kecil Low Medium Medium Medium High
Jarang 1 1 2 3 4 5
Low Low Low Medium High
1 1 2 3 4 5
4
Likelihood
Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan dan tanggung jawab
dalam pengelolaan risiko sebagai berikut:
Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di level risiko mulai dari 16
sampai dengan 25 menjadi perhatian penuh Direksi dalam pengelolaannya.
Level risiko di atas garis risk tolerance sampai lebih kecil dari 16 menjadi perhatian
penuh Manajer.
Risiko dibawah garis risk tolerance sepenuhnya dalam tanggung jawab pengelolaan
ditingkat operasional atau oleh supervisor.
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan dengan
gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
PIC Pengelolaan
No Jenis Risiko Skor Kriteria Risiko Tindak Lanjut
Risiko
Tidak perlu penanganan khusus
Pemantauan periodik untuk memastikan
sejak dini risiko tidak terjadi
1 Ledakan /kebakaran B3 4 Medium Manajer
Perlunya koordinasi antar lintas sectoral
untuk fungsi pencegahan, deteksi dan
penanganan.
Tidak perlu penanganan khusus
Pemantauan periodik untuk memastikan
sejak dini risiko tidak terjadi
2 Tumpahan B3 6 Medium Manajer
Perlunya koordinasi antar lintas sektoral
untuk fungsi pencegahan, deteksi dan
penanganan.
Tidak perlu penanganan khusus
Pemantauan periodik untuk memastikan
sejak dini risiko tidak terjadi
3 Paparan B3 4 Medium Manajer
Perlunya koordinasi antar lintas sektoral
untuk fungsi pencegahan, deteksi dan
penanganan.
Tidak perlu penanganan khusus
4 Penyalahgunaan B3 3 Low Supervisor Pemantauan periodik untuk memastikan
sejak dini risiko tidak terjadi.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah risk tolerance. Hal ini berarti bahwa
masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang sangat khusus untuk
5
melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah dan medium
adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat B3 disimpan/digunakan
bekerjasama dengan supervisor sanitasi. Sedangkan pada risiko medium diperlukan
koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.
Mitigasi/Pengelolaan
No Jenis Risiko
Pencegahan Penanganan
1 Ledakan/ Kebakaran Melakukan monitoring suhu penyediaan B3 Jika terjadi kebakaran, pemadaman dilakukan
B3 Memasang detektor kebakaran dengan APAR jenis Foam sesuai dengan SOP
Menyediakan APAR penanganan kebakaran di RS
Menyediakan ventilasi yang memadai Jika terjadi ledakan dilakukan sesuai dengan
6
SOP wajib pemakaian
APD di lokasi B3.
4 Penyalahgunaan B3 Melakukan pengawasan terhadap penggunaan Melakukan investigasi dan melaporkan kejadian
sediaan B3 beserta limbah B3 ke Direktur
Membuat Neraca B3 Penyalahgunaan terjadi di internal RS
Membuat tempat penyimpanan yang sesuai B3 Jika terjadi di eksternal RS yang melibatkan dari
dan selalu terkunci pihak luar dilakukan pemutusan hubungan
Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dengan pihak luar tersebut.
dalam pemusnahan B3 dan dibuat MOU,
dengan perusahaan yang sesuai spesifikasi dan
legal
Melakukan inventarisasi limbah B3 yang ada
dilingkungan Rumah Sakit.
7
1. Tempat penyimpanan sediaan B3 dan TPS Limbah B3 di supervisi secara rutin meliputi
monitoring suhu, alarm/detektor kebakaran, APAR, dan MSDS.
2. Jenis dan Jumlah Sediaan B3.
3. Jenis dan jumlah produksi limbah B3.
4. Petugas yang berhubungan langsung dengan B3.
5. Monitoring dan evaluasi rutin Pelaksanaan MOU Pemusnahan Limbah B3 dengan pihak ke 3.
H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1. Kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan supervise penyimpanan sediaan B3 oleh
Supervisor Logistik Farmasi ke Manajer Farmasi.
2. Kegiatan evaluasi dan pelaporan penanganan limbah sediaan B3 dilakukan oleh supervisor
sanitasi.
3. Kegiatan penggunaan APD dilakukan evaluasi oleh Tim K3 dan PPI RS.
I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Ada beberapa hal akan dijadikan pijakan dalam setiap proses evaluasi yaitu;
1. Form Checklist Supervisi penyimpanan merupakan lembar ceklist Logistik Farmasi dalam
pemantauan sediaan B3.
2. Neraca Limbah B3.
3. Lembar monitoring suhu ruang penyimpanan sediaan dan limbah B3.
4. Daftar Ketersediaan dan Penggunaan APD disetiap lokasi B3.
5. Angka kejadiaan kecelakaan kerja karena B3.
6. Pelaksana Program Kerja minimal 80% terlaksana.