Model DL

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17
j Bab xv : Model Pembelajaran Berbasis Penemuan A. Definisi |. Model Pembelajaran Berbasis Penemuan Sebuah proses pembelajaran tidak bisa begitu saja dilaksanakan dengan baik walaupun seorang guru telah menyiapkan RPP (Rencana Program Pembelajaran). Jika melihat uraian atau deskripsi yang ada dalam setiap RPP yang disusun guru, terkadang guru lupa ‘ethadap bagian-bagian yang telah direncanakan. Di antara yang 'vpa tersebut adalah masalah model pembelajaran dan bahkan Pendekatan pembelajaran, atau bahkan seorang guru masih bingung ‘ntuk melaksanakan sejumlah metode pembelajaran yang sudah wtetcanakannya dalam RPP. Fenomena ini sengaja penulis ulas bali sebagai salah satu model pembelajaran yang sering disebut Ngan Pembelajaran berbasis penemuan. Perlu dipahami terlebih “hulu bahwa penemuan berarti Discovery (telah dibahas pada bagian stelumnya). Namun demikian, sesuatu yang ditemukan oleh para be dan siswa selama proses pembelajaran tidak langsung oe | Pasti selalu melalui proses pencarian terlebih dahulu (Inquiry). 110 Model Pembelajaran di ‘Sekolah Biasanya model pembelajaran berbasis penemuan Selaly diawali dengan proses pencarian. Sejumlah permasalahan akan, sulitnya peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dirumuskay, pada setiap mata pelajaran dan pokok bahasan tentunya akan meninggalkan pekerjaan rumah bagi para gurunya. Selama ini, beberapa faktor telah ditemukan oleh para guru dan peserta didik dalam menyelesaikan dan menguasai materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran menjadi berkualitas begitu akan mengulang hal yang sama para guru suka lupa. Pada sebagian peserta didik dengan gaya dan kebiasaan belajarnya pasti akan mencoba untuk menerapkan kebiasaan atau gaya belajarnya dengan cara yang sama ketika akan dan menerima materi pelajaran berbeda dari gurunya. Di sinilah dapat dicermati bahwa apa yang sudah ditemukan oleh kedua belah pihak merupakan input dalam merancang perencanaan pembelajaran yang berbasis pada temuan-temuan dari proses pembelajaran sebelumnya. Bisa saja yang telah ditemukan pada pertemuan sebelumnya akan menjadi dasar dalam mengembangkan model pembelajaran yang akan dipakai berikutnya, atau bisa saja diulas pada tahapan pendahuluan, bagaimana guru mengondisikan dan memberitahukan pada peserta didik untuk melakukan hal terbaik dari pengalaman belajar sebelumnya. Menurut Joyce dan Weil (1986), dalam setiap model pembelajaran harus memiliki 4 unsur, yaitu sebagai berikut. a. Sintak (syntax), merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secata nyata (Joyce dan Weil, 1986). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya? Sistem sosial (the social system), menunjukkan peran dan hubungan pendidik dan peserta didik selama proses pembelajara"- Kepemimpinan Pendidik sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, pendidik berperan sebagai fasilitator tetapi pada model yang lain pendidik berpera” sebagai sumber ilmu_pengetahuan. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagel" Pendidik memperlakukan peserta didik dan bagaimana pula # Model Pembe! *mbelojoran Berbos is Penemuon 111 merespons terhadap apa yang dij , 1 dilakuk: model, pendidi 5 ‘an peserta didi satu : pendi ik memberi Banjaran atas s didiknya. Pada dilakukan peserta didik dengan baik, tetapi esuatu yang sudah pendidik bersikap tidak memberi pi pada model yang lain a ikan ilai: didiknya, terutama untuk hal-hal oe Peserta i In kreati a sistem pendukung (support system) yan, eativitas, sarana, bahan, dan alat yang dapat digun: model tersebut. 1 Menunjukkan segala ‘akan untuk mendukung Berdasarkan pengertian dan sudut pandang dari para abl penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis penemuan yang disebut dengan Discovery Learning adalah sebuah model pembelajaran dan tertuju pada sejumlah acuan untuk melaksanakan pembelajaran serta memiliki perbedaan pada tingkatan tertentu berdasarkan pengalaman penemuan dari pengalaman pembelajaran sebelumnya. Namun demikian, banyak para pendidik, para praktisi dan para akademisi identik mengatakan model pembelajaran ini dipandang sebagai metode padahal dalam perkembangannya merupakan telaah mengenai riset tentang model- model pembelajaran yang adaptif. Dengan demikian Discovery-Inquiry sada kajian ini dipandang sebagai model pembelajaran yang memiliki tujuan akhir tersendiri. Dalam proses penerapan se learning adalah teori belajar yal pembelajaran di mana siswa diberikan seb lajar kemudian diberikan acuan bagaimana materi tersebut dapat dijadikan sebuah jawaban atas pertanyaan atau masalah yang diberikan peserta didik, Selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk menemukan langkah, tahapan dan jawaban-jawaban yang dibutuhkan sampai ia menemukan sendiri. Selanjutnya ia harus menggunakan hasil ‘emuannya tersebut untuk menjawab dan merumuskan ee ™aupun deskripsi jawaban yan& ditugaskan gurl: ees Ea Proses ini berlangsung di kelas- Dengan demikian para eS dapat mengorganisasi_ pengalaman belajar dan pengets ane Untuk sama-sama menuntaskan pembelajaran saat itu. ained _ iti Bruner menjelaskan bahwa: “Discovery Learning can be de) buah model pembelajaran, Discovery ng didefinisikan sebagai proses uah materi pembelajaran, 112 Model Pembetajaran a sekoleh the learning that takes place when the student is sa presented with ; tter in the final form, but rather is required to organize ae (Keiichi Takaya, 2008). Dengan demikian Discovery an dapat dipahami sebagai proses pembelajaran yang mampu menempatkan dan memerankan peran peserta didik sehingga lebin mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan poko, materi yang dipelajarinya sesuai dengan kerangka pembelajaran Yang disuguhkan oleh guru. Pada akhir pembelajaran atau peserta didi; setelah menyelesaikan tahapan pembelajaran ia dituntut juga untuk mampu mengorganisasi cara, tahapan dan gaya ia belajarnya sehingga sukses dalam menguasai materi. B. Prinsip Dalam perkembangannya setiap model pembelajaran harus mengikuti tuntutan pembelajaran yang akan dilakukan oleh para pendidik. Fenomena ini diperlukan agar dalam penyampaian materi yang disampaikan dapat sesuai dengan kenyataan tuntutan dari semua ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini. Hal ini membuat peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari materi dan menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika kembali kepada telaah terhadap model pembelajaran Discovery Learning, ternyata memiliki sejumlah kelebihan dan juga kelemahan, di antaranya sebagai berikut. 1. Kelebihan Penerapan Model Discovery Learning a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif yang bergu"™ untuk penemuan kunci keberhasilan dalam. belajarnya. b. _Kompetensi yang diperoleh melalui model ini sangat pribaci 43" ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer kompetensi selanjutnya. ; ¢ Menumbuhkan rasa senang peserta didik, karena tumbuhmy? | rasa pencarian (inquiry) yang tentunya selalu berhasil. \ ‘Model Pembelajaran Berbosis Penemuon 113 Model ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatan dan gaya belajarnya. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri selama proses pembelajaran berlangsung. Model ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan teman-temannya. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisisme (keragu- raguan) karena mengarah pada kebenaran yang tuntas dan utuh. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik pada setiap pembelajaran yang dikkutinya. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru dengan bekal hasil temuan belajar sebelumnya. Mendorong peserta didik selalu berpikir dan belajar keras atas inisiatif sendiri. Mendorong peserta didik berpikir dengan intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri untuk nantinya ditemukan jawabannya oleh dirinya sendiri. Memberikan keputusan yang bersifat in keterlambatan dari teman-temannye. Selama pembelajaran berlangsung situasi proses belajar menjadi lebih dinamis. Proses belajar meli menuju pada pembentukan manusia yang diharapkan. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik agar terus ttrinsik tanpa terpengaruh jputi semua aspek yang dimiliki peserta didik seutuhnya dengan kompetensi belajar mandiri. Kemungkinan pe: jenis sumber belajar yang ada belajar lainnya. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu sesuai serta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai di kelas, sekolah, dan sumber dengan potensi_ masing-masing- 114 Model Pembelojaran 4 sekoloh iahan Penerapan Model Discovery Learning mbelajaran yang berkembang tiday abkan keberhasilan yang optimal knya. Terkadang termasuk mode} ka tidak adaptif dengan situag, 2. Kelem Tentunya setiap model pe selamanya memiliki dan menyebab yang diperoleh guru dan pesert dik jaran berbasis penemuan ini. d vs oil foniaeenieei a khususnya pembelajaran Pasar didik maka dapat ditemukan dan dirasakan juga sejumlah kelemahan. jumpai di sekolah. Berikut adalah sejumiah kelemahan yang sering kelemahan dari model ini. Model ini terlalu menuntut kesiapan pikiran untuk belajar pada diri peserta didik, padahal setiap peserta didik pasti berbeda kondisi dan kemampuan berpikimnya. b. — Model ini cocok untuk jumlah siswa sekitar 25 orang di kelas. ¢. Membutuhkan waktu yang lama dalam setiap pembelajaran untuk membantu peserta didik hingga mampu menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. d. — Harapan-harapan yang dimiliki dalam model ini dapat terlupakan ketika guru yang akan menerapkannya berhadapan dengan peserta didik yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. e. — Pengajaran discovery ini sulit dalam mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi yang secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. f _Alur proses berpikir yang harus diikuti peserta didik terlalu linier, karena peserta didik telah dipilih terlebih dahulu. a. 3. Implementasi dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Berikut ini langkah-langkah dalam menerapkan tahapan dari model pembelajaran discovery learning ,yaitu sebagai berikut. a. Menentukan tujuan pembelajaran. b, Melakukan identifikasi karakteristik Peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). Memilih materi pelajaran. d. — Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secat@ induktif (dari contoh-contoh generalisasi), Model ‘ode! Pembelojaran Berbasis Penemuan 115 Mengembangkan bahan-bahan belajar ilustrasi- Tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. TT ' fa Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau d : sampai ke simbolik. lari tahap enaktif, Yang berupa contoh-contoh, ikonik ;, Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik 4, Prosedur Aplikasi Model Pembelajaran Discovery Learning Penerapan model pembelajaran ini tentunya akan membutuhkan dukungan dari sejumlah metode-metode lain seperti ceramah, tanya jawab, berikut adalah prosedur yang harus dilakukan para guru. a. Pemberian Stimulus (Stimulation) Pada tahap ini guru dapat mengondisikan peserta didik untuk memberikan kesempatan kepada siswanya agar membaca sejumlah sumber rujukan buku, di mana sebelumnya tidak diarahkan dulu pada jawaban-jawaban peserta didik yang masih belum lengkap. Selanjutnya arahkan mereka untuk menentukan keterkaitan fokus masalah dengan sejumlah sumber yang sesuai, biarkan mereka membuka buku dan mempelajarinya agar mampu menemukan jawaban oleh peserta didik sendiri. Pada tahap ini guru dapat memandang bahwa proses pemberian stimulus belajar akan berfungsi untuk menciptakan suasana yang interaktif sehingga peserta didik dapat aktif mengembangkan strategi kognitifnya dalam melakukan eksplorasi bahan materi Pelajaran untuk digunakan dalam menyelesaikan masyarakat. Selama Pembelajaran berlangsung guru dapat menerapkan teknik bertanve (metode ceramah) dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Yang Tenantang para peserta didik untuk terus melakukan eksplorasi berpikimnya. 116 Mode! Pembelojaran a sekolon b. Problem Statement (Pemberian Fokus Masalah /Identifikas} Masalah) Tahapan berikutnya guru dapat melakukan penjelasan bahwa peserta didik harus mampu merumuskan masalah-masalah atay peserta didik untuk mengidentifikast sebanyak mungkin dari hasij bacaan-bacaan dan juga apa yang sudah dieksplorasi pada tahap sebelumnya. Tentunya peserta didik melakukan identifikasi masalah yang terjadi yang sesuai dengan sejumlah hasil bacaannya tadi, Selanjutnya peserta didik memilih dan merumuskan kalimat hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan masalah dari fokus-fokus masalah tadi. Selanjutnya para siswa merumuskan pertanyaan tersebut menjadi kalimat pernyataan (statement) atau sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Pada saat itu juga para guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun budaya belajar mereka agar terbiasa menemukan suatu masalah. c Pengumpulan Data (Data Collection) Pada tahapan ini guru dapat mengondisikan siswa untuk melakukan proses mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan proses menjawab dan membuktikan jawaban-jawaban sementara dari tahap sebelumnya. Jadi pada tahap ini siswa akan menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Berbagai informasi yang peserta didik peroleh dari hasil bacaan buku akan menjadi bahan informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber atau teman mereka sendii, melakukan uji coba sendiri dan berdiskusi. Target dari tahap ini peserta didik harus belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. d. — Pengolahan Data (Data Processing) Tahapan ini guru dapat mengarahkan siswa untuk mampu mengolah sejumlah data dan informasi berkenaan dengan uPaY? merumuskan jawaban-jawaban atas pertanyaan (fokus masalah) pada tahapan sebelumnya. Tentunya data dan informasi tersebut telah ‘Model Pembelajaran Berbasis. Penemuan 117 jperoleh siswa melalui hasil membaca buku, diskusi, ‘Wwawancara, dan eet Dari hasil tersebut kemudian ditafsirkan atau dikalimatkan sengan baik yang dideskripsikan terarah kepada perumusan Jawaban, setelah_ mampu merumuskan hasil pengolahan data maka siswa diarahkan untuk mampu membentuk atau merumuskan konsep- jonsep yang dapat digeneralisasikan, Dari hasil melakukan proses generalisasi ini selanjutnya siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara rasional dan logis. e. Pembuktian (Verification) Peran guru pada tahap i tidak akan terlepas pada apa yang telah ditemukan oleh siswa di mana para peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan secara cermat dalam rangka membuktikan atas jawaban-jawaban yang dirumuskannya apakah benar atau belum. Tentunya jika diterapkan pada siswa di tingkat rendah, peran guru dapat berpartisipasi langsung tetapi jika berhadapan dengan siswa Sekolah Menengah aktivitas tahapan ini dapat dilakukan dengan mandiri oleh para peserta didik. Istilah verification ini memang harus hati-hati disampaikan kepada peserta didik dan mungkin saja bahasanya bisa disesuaikan, misalnya dapat saja disebut dengan pemeriksaan atas sejumlah alternatif jawaban- jawaban yang sudah dirumuskan oleh para peserta didik. Jika peserta didiknya kreatif dan gurunya mampu memberikan stimulus yang tepat, maka pada tahapan ini peserta didik akan mampu mencermati Setiap jawaban yang sesuai dengan konsep, teori, aturan atau Pemahaman melalui contoh-contoh dalam bentuk data dan informasi sebagai hasil dari tahapan sebelumnya. Pada akhir tahapan ini maka Peserta didik diberi kesempatan untuk mengecek jawaban sementara apakah terbukti atau belum. Ada sebuah catatan untuk para guru. Pada tahapan ini jangan sesekali menggiring peserta didik kepada Suasana yang frustrasi, mengingat apa yang telah dilakukan pea didik tidak ada yang salah sepenuhnya jika jawabannya belum terbut ™ampu menjawab masalah. 118 — Mode! Pembelajaran ai Sekolah f._ Menyimpulkan (Generalization) Pada tahap menyimpulkan ini diharapkan peserta didik map melakukan generalisasi yang tepat artinya bahwa proses menarik sebuah simpulan ini dapat dijadikan prinsip umum dan berlaky ny semua kejadian atau masalah-masalah yang pada awal dari tahap,, model pembelajaran ini dirumuskan oleh peserta didik. Berdasaria, hasil verifikasi maka dirumuskan sejumlah temuan-temuan dalam bentuk kalimat-kalimat dari peserta didik sehingga uraian ata, temuannya dapat digeneralisasi. Artinya temuan peserta didik dapa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di tempat lain day sekolah lain dalam pelajaran yang sama dengan menggunakan carg dan tahapan yang sama. Sudah barang tentu ketika hasil pesertg didik ini dapat digeneralisasikan, maka pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya dapat menambah wawasan yang luas pada dir peserta didik selamanya. C. Intisari Dalam konsep belajar, sesungguhnya model pembelajaran Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi yang dilakukan dan kemampuannya dimiliki oleh peserta didik sendit. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategor! berdasarkan upaya yang dilakukan proses pencariannya oleh sisw@ sendiri. Selama proses pembelajaran berlangsung maka tahapan yan lebih mendekati pada langkah berpikir ilmiah harus banyak dilatihiar kepada peserta didik, sehingga ia mampu menemukan jawabannvé sendiri. D. Aplikasi dalam Pembelajaran f Metode pembelajaran berbasis penemuan ini dapat itera di sekolah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut. > | Model Pembelajaran Berbasis Penemuan 119 4, Pendidik menyiapkan tampilan media berupa permasalahan yang berkaitan dengan materi Pelajaran yang diberikan. 2, Pendidik membentuk kelompok untuk melakukan observasi dan pengumpulan data untuk menjawab permasalahan yang telah diberikan. 3. Peserta didik melakukan observasi langsung dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. 4, Fakta-fakta atau penemuan dari data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan akan menjadi bahan diskusi untuk menambah pemahaman dalam Proses pembelajaran. Sebagai contoh implementasinya di sekolah adalah pada materi pelajaran Ilmu_lingkungan dengan pembahasan AMDAL (Analisis mengenai dampak pencemaran lingkungan). Pendidik memberikan salah satu permasalahan yakni pencemaran air sungai, peserta didik melakukan pengumpulan data tentang pencemaran air sungai yang terjadi di sekitar. Penarikan data dilakukan dengan observasi langsung atau mendatangi lembaga pemerintah terkait yang menangani pencemaran air sehingga didapatkan data yang valid. Setelah itu peserta didik dapat melakukan verifikasi data dan penarikan kesimpulan yang nanti hasilnya berupa solusi dari Pencemaran air sungai sesuai dengan Ppandangan masing-masing kelompok berdasarkan tinjauan literatur dan data yang telah diverifikasi sebelumnya. Model Pembelojaran apikatf 167 Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata. d. _ Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan menyintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoretis dan praktik, tetapi juga memotivasi peserta didik untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka. 4. Discovery Learning (Pembelajaran Berbasis Penemuan) Menemukan merupakan kegiatan utama dalam discovery learning. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. egiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery learning. Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran tersebut secara prinsip tidak banyak perbedaan. Intinya sama yaitu Model atau sistem pembelajaran yang membantu peserta didik baik Secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri Sesuai dengan pengalaman masing-masing. : : Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, suatu hasil Menemukan sendiri akan memiliki_nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari logika yang 168 Model Pembelajaran di Sekolah cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubun pula bila dikaitkan dengan model pembelajaran. Hasi merupakan hasil dan kreativitas peserta didik sendiri bersifat lebi tahan lama dingat oleh peserta didik bila dibandingkan dengan han pembelajaran yang sepenuhnya merupakan Pemberian dari Pendiay, Untuk menumbuhkan kebiasaan peserta didik secara kreatit 4 - bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplias an strategi yang dikembangkan oleh pendidik, Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bent finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri, Sebagai model belajar, discovery learning mempunyai Prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ady perbedaan yang prinsipiil pada ketiga istilah ini. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau Prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah pada discovery masalah yang dihadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh pendidik. Dalam mengaplikasikan discovery learning pendidik berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat pendidik harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar-mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Selain itu, hendaknya pendidik memberikan kesempatan Peserta didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang saintis, ahli sejarah, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasike” bahan serta membuat kesimpul: gan Yang r Pembelajara, lan-kesimpulan. a 1) 2) 3) 4) y) 2) 3) 4) 5) Model Pembelojaran Apiikatiy 169 Prinsip Pembelajaran Saintifik Esensi Model Pembelajaran Saintifik Merujuk pada teknik investi memperoleh pengetahuan bai pengetahuan sebelumnya, igasi atas suatu fenomena/gejala, ru, atau mengoreksi dan memadukan a Penalaran induktif, yaitu memandang fe atau situasi secara spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara ‘keseluruhan. Berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan Prinsip-prinsip on penalaran yang Memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi/data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Kriteria Model Pembelajaran Saintifik Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif pendidik-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu ey hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik ne mera menerapkan, dan mengembangkan pola weet ees dan objektif dalam merespons materi pem ij 170 Model Pembelajaran di Sekolah 6) _Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapay dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelag, tetapi menarik sistem penyajiannya. ¢. _ Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran saintifik Yang dapat diterapkan oleh para guru kepada para peserta didik dj kelas, Pendidik dapat melakukan mulai dari tahap: Observing (mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), dan Networking (membentuk jejaring). Dari kelima langkah-langkah pembelajaran saintifik di atas dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran menjadi delapan langkah yaitu, kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. 1) Mengamati (observing) Melalui mengamati media seperti foto, video, gambar, alam peserta didik dapat secara langsung menceritakan Kondisi sebagaimana yang dituntut dalam KD dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia, 2) Menanya (Questioning) Peserta didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru harus Mmampu menginspirasi Peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Pada saat guru mengajukan Pertanyaan, pendidik harus membimbing/ memandu peserta didik menanya dengan baik. Ketika pendidik menjawab pertanyaan, guru mendorong peserta didik menjadi penyimak yang baik. * — Pertanyaan guru dimaksudkan unt uk memperoleh tanggapan verbal. 3) 4) 4) ™enghadapi aneka perubahan dan tuntutan ‘Model Pembelojaran Aplikatif 171 Menalar (Associating) Merupakan | Proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta- fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. : Bukan terjemahan dari reasoning, Menalar (associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikah beragam peristiwa untuk kemudian memasukkarinya menjadi penggalan memori dalam otak. Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memoriotak berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi) Mencoba (Experimenting) Merupakan keterampilan proses" untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk memperoleh hasil belajar yang autentik, peserta didik harus melakukan percobaan, terutama untuk materi/substansi yang sesuai. Aplikasidarikegiatan mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagairanah tujuan belajar (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Mengolah (Processing) Mengolah merupakan proses bagaimana peserta didik merespons, mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungan. / Pada kegiatan mengolah, peserta didik sedapat_mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Fungs! pendidik sebagat manajer belajar, sedangkan peserta didik harus lebih aktif. Dalam situasi kolaboratif, peserta didik berinteraksi dengan empati saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan ™asing-masing. gkinkan peserta didik Tumbuh rasa aman yang memun belajar secara bersama- 172 Mode! Pembelajaran di Sekolah sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi), 6) — Menyajikan (Presenting) Hasil tugas yang telah dikerjakan secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk Portofolio kelompok atau individu. Kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, sebaiknya hasi Pencatatan. dilakukan oleh setiap individu agar dapat dimasukkan ke dalam file/map portofolio peserta didik. 7) Menyimpulkan (Conclusion) Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah. Bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah_informasi. 8) — Mengomunikasikan (Communicating) © Padakegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara bersama-sama dalam kelompok dan secara individu. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui dengan tepat apa yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. . Kegiatan mengomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan konfirmasi (Standar Proses). 2. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. _ Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Terdapat 10 karakteristik dalam proses pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai