LP Batu Ureter
LP Batu Ureter
Disusun Oleh :
SINDY SILVIANI ADE PUTRI
2211102412219
A. Pemgertian
Batu ureter adalah proses terbentuknya kristal-kristal batu pada saluran perekemihan
saluran kemih. Kondisi adanya batu pada saluran kemih memberikan gangguan pada
oksalat kalkuli (batu ginjal) pada ureter, kandung kemih, atau pada daerah ginjal.
Batu ureter merupakan obstruksi benda padat pada saluran kemih yang terbentuk
B. Etiologi
Disamping itu, terdapat pula tiga faktor utaa yang harus dipertimbangkan untuk
terjadinya batu ureter yaitu : retinsi partikel urin supersaturasi urine, dan
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor
aie minum.
C. Klasifikasi
Menurut Mulyanti (2019), berdasarkan lokasi tertahannya batu (stone), batu saluran
Nefrolithiasis adalah salah satu penyakit ginjal, dimana terdapat batu didalam
pelvis atau kaliks dari ginjal yang mengandung komponen kristal dan matriks
oleh banyak faktor seperti, gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
kemih. Hal ini terjadi karena pengosongan kandung kemih yang tidak baik
obstruksi, salah satunya adalah statis urine dan menurunnya volume urine akibat
dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat meningkatkan resiko
terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urine adalah gejala abnormal yang umum
terjadi (Colella, J, Kochis E, Galli B, 2005), selain itu, berbagai kondisi pemicu
terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor utama
Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat mengubah
faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti, jenis
peningkatan kadar hormon testosteron dan penurunan kadar hormon estrogen pada
Umur, urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua, namun bila
dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih sering terjadi. Riwayat
kemungkinan membantu dalam proses pembentukan batu saluran kemih pada pasien
(25%) hal ini mungkin disebabkan karena adanya peningkatan produksi jumlah
mucoprotein pada ginjal atau kandung kemih yang dapat membentuk kristal dan
membentuk menjadi batu atau calculi (Colella, et al., 2005). Kebiasaan diet dan
obesitas intake makanan yang tinggi sodium, oksalat yang dapat ditemukan pada teh,
kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna
hijau terutama bayam dapat menjadi penyebab terjadinya batu (Suddarth, 2015).
geografis dan iklim. Beberapa daerah menunjukkan angka kejadian urolithiasis lebih
tinggi daripada daerah lain (Purnomo, 2012). Pekerjaan, yang menuntut untuk bekerja
di lingkungan yang bersuhu tinggi serta intake cairan yang dibatasi atau terbatas dapat
memacu kehilangan banyak cairan dan merupakan resiko terbesar dalam proses
pembentukan batu karena adanya penurunan jumlah volume urin (Colella, et al.,
2005). Cairan, asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya
intake cairan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya urolithiasis khususnya
nefrolithiasis karena hal ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran urin/ volume
Batu ureter
Gangguan mobilitas
fisik
Pasien mengeluh nyeri
pada perut
Risiko perdarahan
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri/kolik
Nyeri hebat atau kolik pada sekitar pinggang merupakan penanda penting dan
paling sering ditemukan. Nyeri biasanya muncul jika pasien kekurangan cairan
tubuh entah itu karena faktor masukan cairan yang kurang atau pengeluaran yang
keluhan mual, wajah pucat, dan keringat dingin. Kondisi terjadi akibat batu
tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang
menyebabkan kolik.
Pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu (Harmilah, 2020). Disuria,
hematuria, dan pancaran urine yang menurun merupakan gejala yang sering
mengikuti nyeri. Terkadang urine yang keluar tampak keruh dan berbau.
3. Demam
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap didalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih yang
4. Gejala gastrointestinal
Respon dari rasa nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal, meliputi
asupan nutrisi umum. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks retrointestinal dan
2020). Meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak mual diperut
G. Komplikasi
(Mulyanti, 2019) dan refluks kebagian ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal
(Harmilah, 2020).
2. Penurunan sampai kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut
bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal
ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian
(Haryadi, 2020).
3. Infeksi akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
(Harmilah, 2020).
2020).
H. Pemeriksaan penunjang
antara lain:
adanya sel darah merah, sel darah putih, dan kristal (sistin, asam urat, kalsium
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pH urine asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
5. BUN/kreatinin serum dan urine: abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada urine)
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum: peningkatan kadar klorida dan penurunan
infeksi/septikemia.
10. Hormon paratiroid: meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang rabsorpsi
11. Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada area
I. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Terdapat beberapa data yang berkaitan dengan pengeluaran batu secara spontan
bergantung pada ukuran batu, diperkirakan 95% batu dapat keluar spontan dalam
waktu 40 hari dengan ukuran batu hingga 4 mm. Observasi juga dapat dilakukan
pada pasien yang tidak memiliki komplikasi (infeksi, nyeri refrakter, penurunan
ginjal, dan kelainan anatomi di ureter maka terapi perlu ditunda. Penggunaan α-
blocker sebagai terapi ekspulsi dapat menyebabkan efek samping seperti ejakulasi
besar untuk keluarnya batu dengan episode kolik yang rendah dibandingkan tidak
keseluruhan lebih superior dibandingkan nifedipin untuk batu ureter distal. Terapi
ekspulsi medikamentosa memiliki efikasi untuk tata laksana pasien dengan batu
ureter, khususnya batu ureter distal ≥ 5 mm. Beberapa studi menunjukkan durasi
pemberian terapi obat-obatan selama 4 minggu, namun belum ada data yang
- Obstruksi persisten;
- Insufisiensi ginjal (gagal ginjal, obstruksi bilateral, atau solitary kidney); atau
Secara keseluruhan dalam mencapai hasil kondisi bebas batu (stone-free rate)
pada batu ureter, perbandingan antara URS dan SWL memiliki efikasi yang sama.
Namun, pada batu berukuran besar, efikasi lebih baik dicapai dengan
menggunakan URS. Meskipun penggunaan URS lebih efektif untuk batu ureter,
namun memiliki risiko komplikasi lebih besar dibandingkan SWL. Namun, era
endourologi saat ini, rasio komplikasi dan morbiditas secara signifikan menurun.
URS juga merupakan pilihan aman pada pasien obesitas (IMT >30 kg/m2) dengan
angka bebas batu dan rasio komplikasi yang sebanding. Namun, pada pasien
sangat obesitas (IMT >35 kg/m2) memiliki peningkatan rasio komplikasi 2 kali
lipat. Namun, URS memiliki tingkat pengulangan terapi yang lebih rendah
DJ stent), tingkat komplikasi yang lebih tinggi, dan masa rawat yang lebih
A. Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis, faktor jenis kelamin dan usia sangat signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian batu ureter dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini karena pola hidup,
2. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit skunder yang menyertai.
Keluhan utama biasanya yang sering muncul pada pasien dengan batu ureter
adalah nyeri pada perut yang menjalar sampai ke pinggang dan nyeri saat
berkemih.
Keluhan yang sering terjadi pada pasien batu ureter ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu,
Batu ureter bukan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
6. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif. Namun
pada sakitnya.
a. Pola aktivitas
Penurunan aktivitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi
Biasanya pasien dengan batu ureter terjadi mual muntah karena peningkatan
tingkat stres akibat nyeri hebat. Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi
c. Pola eliminasi
Biasanya pada eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola,
Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan pola tidur, sulit tidur
Biasanya pasien dengan batu ureter memiliki komunikasi yang baik dengan
orang lain, pendengaran dan penglihatan baik, dan tidak menggunakan alat
bantu.
Biasanya pasien dengan batu ureter, memiliki komunikasi yang baik dengan
Biasanya pasien dengan batu ureter tidak mengalami gangguan dalam pola
8. Pemeriksaan fisik
Kondisi klien batu ureter dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai
tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
b. Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi, dan vaskularisasi. Amati adanya
Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan
massa.
2) Kepala
Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari kebawah dari
3) Mata
edema, dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan
Inspeksi pupil, iris. Palpasi : ada tidaknya pembengkakan pada orbital dan
kelenjar lakrimal.
4) Hidung
Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan cairan yang
keluar.
penyimpangan bentuk.
5) Telinga
Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga, warna, dan lesi
Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan kongenital, kebersihan
mulut, faring.
7) Leher
Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (palpasi payudara:
massa)
kedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas
panjang.
krekels).
Palpasi : area orta pada intercostae ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke
kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri.
tambahan
11) Abdomen
umbilikus.
12) Genitalia
13) Ekstremitas :
Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles. Kaji reflek patologis :
reflek plantar.
B. Diagnosa Keperawatan