Anda di halaman 1dari 3

HKUM4404-2

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4404/Teori Perundang-Undangan
Tugas :2

No. Soal
1.
Dua Permohonan Pengujian UU Cipta Kerja Sudah Diajukan ke MK

Kompas.com - 12/10/2020, 22:06 WIB


Kompas.com/Fitria Chusna FarisaGedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat,
Gambir, Jakarta Pusat.
Penulis Fitria Chusna Farisa

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja mulai bergulir
ke Mahkamah Konstitusi (MK). Hingga Senin (12/10/2020), sudah ada dua permohonan uji materil UU
Cipta Kerja yang diajukan ke MK.

"Hari ini sudah ada 2 permohonan yang diajukan ke MK," kata Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama
Dalam Negeri MK, Fajar Laksono, kepada Kompas.com, Senin (12/10/2020).

Permohonan pertama diajukan oleh dua orang pekerja bernama Dewa Putu Reza dan Ayu Putri.

Berdasarkan berkas permohonan yang diunggah di laman MK RI, keduanya menyoal Pasal 59, Pasal 156
Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 79 Ayat (2) huruf b dan Pasal 78 Ayat (1) huruf b klaster Ketenagakerjaan UU
Cipta Kerja.

Pemohon menilai, berlakunya UU Cipta Kerja tidak memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
para pemohon terkait status kepegawaian mereka.

Sebab, UU tersebut memberikan kewenangan bagi perusahaan untuk mengadakan perjanjian kerja waktu
tertentu (PKWT) secara terus-menerus tanpa batasan waktu pembaruan.

UU Cipta Kerja juga dinilai merenggut hak para pemohon sebagai pekerja untuk mendapatkan imbalan
atas pekerjaan dan dedikasinya bagi perusahaan berupa pesangon dan uang penghargaan yang layak.

"Bahwa keberlakuan undang-undang a quo akan memposisikan para pemohon sebagai pekerja dengan
beban kerja yang berlebih sebab undang-undang a quo telah mengurangi jumlah hari istirahat mingguan
dan menambah durasi maksimal lembur bagi pekerja," dikutip dari petikan permohonan.

Melalui permohonannya, Dewa Putu Reza dan Ayu Putri meminta agar MK menyatakan Pasal 59, Pasal
156 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 79 Ayat (2) huruf b dan Pasal 78 Ayat (1) huruf b klaster Ketenagakerjaan
UU Cipta Kerja bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.

Permohonan kedua diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Singaperbangsa (DPP
FSPS) yang diwakili oleh ketua umumnya, Deni Sunarya, serta sekretaris umum Muhammad Hafiz.

1 dari 3
HKUM4404-2

Pemohon menyoal Pasal 81 angka 15, angka 19, angka 25, angka 29 dan angka 44 Undang-undang
Cipta Kerja.

Pasal 81 angka 15 mengubah ketentuan Pasal 59 UU Ketenagakerjaan. Pasal ini mengatur soal perjanjian
kerja waktu tertentu (PKWT).

Sementara, Pasal 81 angka 19 menghapus ketentuan Pasal 65 UU Ketenagakerjaan. Pasal ini semula
mengatur tentang perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis.

Lalu, Pasal 81 angka 25 mengatur tentang ketentuan baru yakni Pasal 88D mengenai upah minimum
pekerja. Sedangkan Pasal 81 angka 29 menghapus Pasal 91 UU Ketenagakerjaan mengenai pengaturan
pengupahan.

Terakhir, Pasal 81 angka 44 mengubah Pasal 156 UU Ketenagakerjaan. Pasal ini mengatur kewajiban
perusahaan membayar uang pesangon atau uang penghargaan jika terjadi pemutusan hubungan kerja.

Para pemohon meminta agar pasal-pasal tersebut dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945.

Adapun Undang-undang Cipta Kerja disahkan melalui rapat paripurna DPR pada Senin (5/10/2020).

Pengesahan UU tersebut menimbulkan kontroversi karena pasal-pasal di dalamnya dinilai merugikan


masyarakat, khususnya para pekerja atau buruh. Selain itu, proses penyusunan dan pembahasan
naskahnya pun dianggap tertutup dari publik.

Pengesahan UU Cipta Kerja pun membuat buruh dan mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan aksi
unjuk rasa pada Kamis (8/10/2020) hampir di seluruh daerah.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat yang keberatan dengan Undang-Undang Cipta
Kerja untuk mengajukan mengajukan gugatan ke MK.

"Jika masih ada ketidakpuasan terhadap UU Cipta Kerja, silakan ajukan uji materi atau judicial review ke
Mahkamah Konstitusi," kata Jokowi dalam konferensi pers virtual dari Istana Kepresidenan, Bogor, Jumat
(9/10/2020).

Jokowi menegasakan bahwa melakukan uji materi ke MK atas suatu UU merupakan langkah yang sesuai
sistem tata negara di Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/10/12/22065281/dua-permohonan-pengujian-uu-cipta-kerja-
sudah-diajukan-ke-mk?page=all

Pertanyaan:

a. Berikan alasan mengapa suatu undang-undang dimohonkan untuk diuji atau dianggap bertentangan
dengan konstitusi.
b. Buatlah contoh bentuk pengujian materiil dan formil dari judicial review UU Cipta Kerja.

2. MA berhak untuk menilai materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah undang-


undang terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi di antaranya adalah produk hukum
pengaturan.

Pertanyaan:

2 dari 3
HKUM4404-2

Sebut dan jelaskan produk hukum apa saja yang merupakan hukum regeling! Jelaskan siapa yang
memiliki kewenangan untuk membuatnya hingga pengujiannya.

3. 1. Pengujian peraturan perundang-undangan dapat dilakukan oleh lembaga pembuatnya sendiri yang
dapat disebut sebagai pengujian internal atau pengawasan internal. Sebut dan jelaskan mana yang
termasuk pengujian internal.
2. Apa yang membedakan dengan judicial review termasuk keputusannya.

3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai