Macam-Macam Reklame
Menurut Tujuan Pengadaannya
Menurut tujuan pengadaannya, reklame dibedakan menjadi 2 macam, yakni :
Reklame Komersial
Reklame komersial adalah jenis reklame yang dibuat untuk kepentingan bisnis. Tujuan pembuatan reklame
komersial adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Reklame Nonkomersial
Reklame nonkomersial adalah reklame yang digunakan untuk kepentingan komersial, yakni mengajak,
menghimbau, dan menyampaikan informasi agar bersedia atau mengikuti pesan yang disampaikan. Contoh
reklame nonkomersial diantaranya adalah himbauan untuk tertib berlalu lintas, membayar pajak, donor
darah, dan lain sebagainya.
Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, reklame dibedakan menjadi berikut.
Reklame Penerangan
Reklame peenerangan adalah reklame yang informatif, artinya bersifat menyampaikan informasi kepada
masyarakat.
Reklame Peringatan
Reklame Peringatan adalah reklame yang bernada mengingatkan kepada masyarakat pengguna jalan
melalui gambar reklame. Contoh reklame peringatan : “Hati-hati sering terjadi kecelakaan”.
Reklame Permintaan atau Ajakan
Reklame permintaan atau ajakan adalah reklame yang bernada meminta atau mengajak warga masyarakat
supaya bersedia memenuhi permintaan atau ajakan, mengajak masyarakat untuk peduli dengan
sesamanya melalui gambar reklame. Contoh reklame permintaan :
“Setetes darah anda menyelamatkan jiwa sesama.”
“Bantulah korban bencana alam.”
Menurut Tempat Pemasangannya
Menurut tempat pemasangannya, reklame dapat dibedakan menjadi berikut.
Reklame Indoor
Reklame indoor adalah reklame yang dipasang didalam ruangan. Gambar reklame indoor memiliki ukuran
yang kecil atau sedang dengan bahan yang tidak perlu tahan air dan sengatan matahari, seperti mobile,
hanger, dan bahan kertas. Contoh reklame indoor : brosur, etiket, dan leaflet.
Reklame Outdoor
Reklame outdoor adalah reklame yang dipasang diluar gedung. Gambar reklame outdoor berukuran besar
dengan menggunakan bahan tahan lama terhadap air dan sengatan matahari. Contohnya reklame outdoor :
spanduk, baliho, papan nama, dan logo.
Menurut Media
Menurut medianya, reklame dibedakan menjadi berikut.
Reklame Audio
Reklame audio adalah reklame yang diwujudkan melalui suara baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Reklame Visual
Reklame visual adalah reklame yang diwujudkan dalam bentuk gambar. Reklame visual terdiri dari :
Poster
Poster adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar bentuk barang atau objek dengan gambar
huruf.
Spanduk
Spanduk adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar huruf yang dibuat diatas kain mamanjang.
Plakat
Plakat adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar bentuk barang atau jasa dari gambar huruf yng
dibuat pada kertas.
Etiket
Etiket adalah ragam gambar reklame yang berupa nama suatu produk barang dagangan dan disertai
dengan keterangan.
Leaflet
Leaflet adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar bentuk barang atau objek dengangambar huruf
sebagai keterangannya.
Brosur
Brosur adalah ragam gambar reklame yang menggunakan huruf sebagai unsur utamanya.
Logo
Logo adalah ragam gambar reklame yang berupa simbol atau lambang suatu badan usaha milik negara
maupun swasta.
Papan Nama
Papan nama adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar huruf dan gambar logo.
Baliho
Baliho adalah ragam gambar reklame yang berupa gambar bentuk barang atau objek dengan gambar huruf
yang berukuran besar.
Reklame Audiovisual
Reklame audiovisual adalah reklame yang menggunakan media suara dan gambar.
BAGIAN 2
B. BATIK
Mori Biru
Kain mori ini merupakan golongan ketiga, yang biasa digunakan untuk membatik yang bukan batik halus,
hal ini dikarenakan susunan atau konstruksi mori biru ini hanya menggunakan benang Ne 28-36 untuk
benang lusi dan Ne 26-34 untuk benang pakan, sehingga bisa mempengaruhi proses pembatikan dan
pewarnaannya.
Selain ketiga jenis kain mori diatas, seiring dengan semakin pesatnya laju teknologi dan perkembangan
tekstil dunia maka kain mori semakin beragam jenisnya. Hal inipun dimanfaatkan para pembatik dan
pengrajin batik untuk memanfaatkan mori-mori ini karena kualitasnya juga sangat bagus dan baik untuk
dijadikan bahan batik seperti batik tulis maupun batik cap.
2. Kain Katun
Kain batik yang satu ini adalah kain yang umum digunakan untuk membuat batik. Kain katun ada beberapa
tingkatan.
Kain katun primisima lebih bagus dari katun prima, dan kain polisima paling bagus diantara keduanya.
Masing-masing katun tersebut ada beberapa tingkatan pula. Ada yang kasar dan tipis, lebih halus dan tebal
dan paling tebal serta halus. Semua tergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam
pembuatan kain tersebut.
Berikut perbedaan lebih detailnya:
Bahan Grey
Bahan kain batik ini bisa di katakan “bahan unfinish” karena masih ada proses selanjutnya yang memang
sengaja tidak di lalui dengan maksud untuk memangkas harga. Bahan ini sengaja tidak di putihkan
warnanya dan biasanya untuk penggunaan motif batik yang tidak menggandung unsur warna putih.
3. Kain Paris
Kain batik yang satu ini teksturnya lembut dan jatuh. Bahannya tipis dengan serat kain yang kuat. Kain paris
pun memiliki tingkatan-tingkatan seperti kain-kain yang lain.
4. Kain Serat Nanas
Kain batik serat nanas teksturnya kasar mirip dobi. Biasanya terlihat sulur-sulur pada kain tersebut dan
mengkilap. Hampir semua kain mempunyai tingkatan dari yang paling kasar sampai yang paling halus.
Tergantung dari pencampuran bahan dasar pembuatan kain.
5. Kain Sutera
Kain batik sutera terbuat dari serat kepompong ulat sutera. Sutera merupakan salah satu bahan pakaian
terindah di dunia. Sejak jaman dahulu, kain sutra telah digunakan untuk pakaian yang istimewa. Saat
mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra, kita akan merasakan kenyamanan dan kelembutan dari
bahan sutra tersebut. Karena itu pakaian yang terbuat dari sutra memiliki banyak keunggulan.
Demikian jenis-jenis kain batik yang perlu diketahui agar kita dapat mengetahui kualitas dari sebuah batik.
Semoga bermanfaat untuk Anda pecinta batik.
Sumber : kaskus
1) Dari tumbuh-tumbuhan
Macamnya :Blaco, Mori, Poplin, Berkolin, Sanforis, Tobralco, Matting, Drill, Voile, Edel katun, dan Tetra.
Sifatnya :Kuat, Tahan cuci, Tahan panas / setrika, dan Mudah menyerap keringat.
2) Dari binatang
Macamnya :Wol dan Sutra
Sifatnya :Kuat namun tidak tahan cuci, Tidak tahan panas / setrika, Mudah mengisap keringat, Jika dibakar
berbau seperti tanduk dibakar, Sukar dalam pemeliharaan, Tidak tahan obat-obatan, Tidak dapat
dikelantang dan direbus / direndam air panas.
Sesuai dengan persyaratan teknis tersebut, kain yang dapat digunakan untuk batik adalah sbb:
KAIN KATUN
Kain Katun adalah kain yang terbuat dari serat kapas/cotton. Sifat umum katun adalah daya serapnya baik,
tahan terhadap panas, penghantar panasnya baik. Salah satu jenis kategori katun yang paling banyak
digunakan sebagai bahan batik adalah
Kain mori.
Kain Mori adalah kain tenun benang kapas hasil olahan pabrik dengan anyaman polos dan diputihkan.
Kain mori mempunyai ketebalan, kehalusan dan kerapatan kain yang pas, sehingga seringkali dibuat untuk
membatik
Sama seperti kain-kain pada umumnya, kain mori memiliki beberapa tingkatan kualitas, tergantung kualitas
benang tenun dan kerapatan anyaman.
Berikut ini adalah jenis-jenis kain mori:
Mori Primissima
Termasuk jenis kain mori yang paling tinggi kualitasnya dengan spesifikasi halus nomor benangnya, tebal
benangnya tinggi, konstruksi anyaman rapat sehingga pegangan kainnya halus dan padat. Namun demikian
kemampuan daya serap kurang. Sehingga untuk meningkatkan daya serap, saat ini telah diproduksi mori
primissima mercerized maupun sanforized. Di pasaran antara lain dapat ditemukan dengan merek dagang
Kereta Kencana, Crown, Bendera.
Mori Prima
merupakan mori kualitas sedang dengan spesifikasi nomor benang sedikit lebih kasar, tebal benang labih
rendah. Saat ini juga telah diproduksi mori prima mercerized dengan merek dagang antara lain Bendera,
Gong, Kupu, Ayam Mas, Menjangan.
Mori Biru
Merupakan mori kualitas rendah dengan spesifikasi nomor benang, tebal benang dan pegangan kain lebih
kasar. Dipasaran dapat dijumpai antara lain dengan merek dagang Cendrawasih, Nanas, Garuda Dunia.
Mori Voalisima
kualitasnya sama dengan mori primissima hanya tebal benangnya lebih rendah.
Berkolin
kualitasnya sama dengan mori primissima dan telah diproses mercerized.
Selain ketiga jenis mori diatas, seiring dengan semakin pesatnya laju teknologi dan perkembangan tekstil
dunia maka kain katun yg digunakan semakin beragam jenisnya. Hal inipun dimanfaatkan para pengrajin
batik untuk memanfaatkan bahan ini karena kualitasnya juga sangat bagus dan baik untuk dijadikan bahan
batik seperti batik tulis maupun batik cap.
Diantaranya ada katun santyo,poplin , katun mesres, dan dobi.
Katun Poplin
Bahan yang tergolong unggul kualitasnya. Umumnya berciri agak berat, tebal namun sangat nyaman dan
tidak panas digunakan.Poplin sangat popular digunakan untuk membuat celana dan baju karena jenis
bahannya yang tebal namun tidak panas tersebut dan karena proses manufakturnya membuat poplin tidak
mudah kusut .
Sebagai tambahan , bahan katun lainnya yang bisa dijadikan bahan untuk membuat batik maupun kain
bermotif batik adalah:
Kain Blacu
yaitu kain tenun kapas olahan pabrik. Di pasaran terdapat kain blacu dengan lebar 90 cm, 115 cm, dan 150
cm.
Kain rayon
Kain rayon adalah kain benang rayon yaitu serat hasil regenerasi serat selulosa, sifatnya menyerupai kapas
akan tetapi kekuatannya lebih rendah terutama terhadap alkali. Dalam keadaan basah kekuatan kapas
akan bertambah sementara rayon akan berkurang. Keunggulan kain rayon lebih berkilau dan mempunyai
draping atau sifat menggantung lebih baik. Contoh antar lain : Paris dan Shantung.
Katun Kaos
biasanya dibuat batik dalam bentuk produk kaos oblong atau T-shirt.
Kain batik maupun kain bermotif batik juga umum didapatkan diatas kain indah yang kita kenal sbg :
KAIN SUTRA
Sutera terbuat dari serat kepompong ulat sutera.
Sutera merupakan salah satu bahan pakaian terindah di dunia.
Sejak jaman dahulu, sutra telah digunakan untuk pakaian yang istimewa.
Saat mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra, kita akan merasakan kenyamanan dan kelembutan dari
bahan sutra tersebut. pakaian yang terbuat dari sutra memiliki banyak keunggulan.
Dari Binatang
Kain yang berasal dari binatang seperti wol dan katun juga menjadi salah satu pilihan untuk
dipadukan dengan berbagai macam motif batik yang sangat banyak. Kain tersebut memiliki sifat Kuat
namun tidak tahan cuci, Tidak tahan panas / setrika, Mudah mengisap keringat, Jika dibakar berbau seperti
tanduk dibakar, Sukar dalam pemeliharaan, Tidak tahan obat-obatan, Tidak dapat dikelantang dan direbus /
direndam air panas.
Pada umumnya jenis-jenis kain yang dapat dibuat dari serat alami seperti serat selulosa atau
tumbuh-tumbuhan dan serat protein atau binatang dapat memenuhi persyaratan tersebut. Syarat kain untuk
bahan membuat batik antara lain tidak rusak karena pengaruh proses batik, dan dapat diberi warna pada
suhu dingin atau suhu kamar (karena lilin batik sebagai perintang warna tidak tahan suhu panas).
Dan Inilah bahan kain yang paling cocok untuk dijadikan kain batik :
Kain Katun
Kain Katun adalah kain yang terbuat dari serat kapas/cotton. Sifat umum katun adalah daya serapnya baik,
tahan terhadap panas, penghantar panasnya baik. Salah satu jenis kategori katun yang paling banyak
digunakan sebagai bahan batik adalah :
1. Kain Mori
Kain mori adalah kebanyakan kain yang biasa menjadi bahan untuk pembuatan batik, terutama batik tulis.
Kain Mori adalah kain tenun benang kapas hasil olahan pabrik dengan anyaman polos dan diputihkan.
Kain mori mempunyai ketebalan, kehalusan dan kerapatan kain yang pas, sehingga seringkali dibuat untuk
membatik. Sama seperti kain-kain pada umumnya, kain mori memiliki beberapa tingkatan kualitas,
tergantung kualitas benang tenun dan kerapatan anyaman.
Kain Mori dibagi lagi menjadi beberapa bagian diantaranya :
Mori Primissima
Termasuk jenis kain mori yang paling tinggi kualitasnya dengan spesifikasi halus nomor benangnya, tebal
benangnya tinggi, konstruksi anyaman rapat sehingga pegangan kainnya halus dan padat. Namun demikian
kemampuan daya serap kurang. Sehingga untuk meningkatkan daya serap, saat ini telah diproduksi mori
primissima mercerized maupun sanforized. Di pasaran antara lain dapat ditemukan dengan merek dagang
Kereta Kencana, Crown, Bendera.
Mori Prima
Merupakan mori kualitas sedang dengan spesifikasi nomor benang sedikit lebih kasar, tebal benang labih
rendah. Saat ini juga telah diproduksi mori prima mercerized dengan merek dagang antara lain Bendera,
Gong, Kupu, Ayam Mas, Menjangan.
Mori Biru
Merupakan mori kualitas rendah dengan spesifikasi nomor benang, tebal benang dan pegangan kain lebih
kasar. Dipasaran dapat dijumpai antara lain dengan merek dagang Cendrawasih, Nanas, Garuda Dunia.
Mori Voalisima
Kualitasnya sama dengan mori primissima hanya tebal benangnya lebih rendah.
Berkolin
Kualitasnya sama dengan mori primissima dan telah diproses mercerized.
Selain ketiga jenis mori diatas, seiring dengan semakin pesatnya laju teknologi dan perkembangan tekstil
dunia maka kain katun yg digunakan semakin beragam jenisnya. Hal inipun dimanfaatkan para pengrajin
batik untuk memanfaatkan bahan ini karena kualitasnya juga sangat bagus dan baik untuk dijadikan bahan
batik seperti batik tulis maupun batik cap. Diantaranya ada katun santyo,poplin , katun mesres, dan dobi.
Katun Poplin
Bahan yang tergolong unggul kualitasnya. Umumnya berciri agak berat, tebal namun sangat nyaman dan
tidak panas digunakan.Poplin sangat popular digunakan untuk membuat celana dan baju karena jenis
bahannya yang tebal namun tidak panas tersebut dan karena proses manufakturnya membuat poplin tidak
mudah kusut .
Kain Katun Shantyu atau Juantyu
Merupakan jenis kain katun juga yang melalui proses sanforized pada saat proses pabrikasi. Kain katun
diberikan campuran sodium hydroxide agar ketika diwarna, menghasilkan warna yang lebih cerah dan lebih
bagus. Ketebalan jenis kain Shantyu juga bermacam2, Shantyu super memiliki ketebalan yang hampir
sama dengan kain primis.
Kain Katun Mesres
Katun mesres (sebutan kebanyakan orang) adalah berasal dari kata “mercerized”, yaitu salah satu proses di
pabrik tekstil agar menghasilkan kain cotton (katun) yang apabila kain dicuci tidak banyak menyusut, dan
penyusutannya tidak lebih dari 10%.
Kain Katun Dobi
Katun dobi adalah campuran dari bahan katun dan polyester. Ciri utama dari katun dobi adalah terdapat
motif serat yang menarik (kotak, garis, abstrak).
Sebagai tambahan , bahan katun lainnya yang bisa dijadikan bahan untuk membuat batik maupun kain
bermotif batik adalah:
Kain Cotton Grey /Katun Grey
Kain grey adalah kain tenun benang kapas yang tidak mengalami proses pemutihan, sehingga warnanya
masih alami. Kain grey dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kain Blacu
yaitu kain tenun kapas olahan pabrik. Di pasaran terdapat kain blacu dengan lebar 90 cm, 115 cm, dan 150
cm.
Kain tenun ATBM
Yaitu kain tenun kapas yang dihasilkan dengan menggunakan alat tenun bukan mesin, diproduksi dengan
berbagai variasi ukuran kain dengan desain struktur anyaman yang dibuat dengan doby.
Kain tenun Gedhog
Kain tenun gedhog dibuat dari serat kapas dengan alat tenun tradisional batik.
Batik yang menggunakan tenun gedhog merupakan ciri khas batik Tuban yang tidak ditemukan di tempat
lain.
Tampilan fisiknya yang unik karena mulai dari penanaman kapas, menenun sampai jadi batik dikerjakan di
Tuban.
Tidak diketahui secara pasti kapan kain tenun gedhog mulai diproduksi. Dari seorang pembatik yang kini
telah berusia lebih dari 80 tahun diperoleh keterangan bahwa tenun gedhog telah dikenal lebih dari 100
tahun yang lalu. Disebut tenun gedhog karena bunyi ”dhog-dhog” yang terdengar pada saat proses
menenun.
Ada 2 jenis kapas sebagai bahan baku kain tenun gedhog yaitu yang berwarna putih dan cokelat. Kapas
yang aslinya berwarna cokelat dengan nama kapas ”lawa” (”lowo” dalam bahasa Jawa), akan menghasilkan
kain tenun berwarna cokelat, dan apabila digunakan sebagai bahan batik maka batik yang dihasilkan akan
berwarna cokelat dan tidak pernah memiliki warna putih.
Kain rayon
Kain rayon adalah kain benang rayon yaitu serat hasil regenerasi serat selulosa, sifatnya menyerupai kapas
akan tetapi kekuatannya lebih rendah terutama terhadap alkali. Dalam keadaan basah kekuatan kapas
akan bertambah sementara rayon akan berkurang. Keunggulan kain rayon lebih berkilau dan mempunyai
draping atau sifat menggantung lebih baik. Contoh antar lain : Paris dan Shantung.
Katun Kaos
biasanya dibuat batik dalam bentuk produk kaos oblong atau T-shirt.
KAIN SUTRA
Sutera terbuat dari serat kepompong ulat sutera. Sutera merupakan salah satu bahan pakaian terindah di
dunia. Sejak jaman dahulu, sutra telah digunakan untuk pakaian yang istimewa. Saat mengenakan pakaian
yang terbuat dari sutra, kita akan merasakan kenyamanan dan kelembutan dari bahan sutra tersebut.
pakaian yang terbuat dari sutra memiliki banyak keunggulan.
Keunggulan dan keistimewaan dari sutra antara lain:
Sutra merupakan bahan yang sangat kuat.
Kekuatan sutra sebanding dengan kawat halus yang terbuat dari baja.
Sutra juga lembut saat menyentuh kulit (Asam amino dalam serat sutra yang membuat sutra terasa
lembut dan nyaman.)
Sutra memiliki kemampuan menyerap yang baik sehingga cocok digunakan di udara yang hangat dan
tropis.
Bahan sutra mampu menyerap kelembaban dan cairan
Bahan sutra memiliki ciri khas yaitu berkilau seperti mutiara. Hal ini disebabkan karena lapisan-lapisan
fibroin, yaitu sejenis protein yang dihasilkan ulat sutra, membentuk struktur mikro yang berbentuk
prisma. Struktur prisma inilah yang menyebabkan cahaya akan disebar ketika terkena bahan dari sutra
sehingga menimbulkan efek kilau yang indah pada sutra.
Salah satu kemampuan istimewa sutra adalah mampu melindungi kulit tubuh dari sinar ultraviolet yang
dapat merusak kulit.
Kain sutra terbuat dari serat protein, yang diperoleh dari sejenis serangga Iepidoptera. Spesies utama yang
dipelihara untuk menghasilkan sutra adalah Bombyx mori. Serat sutra berbentuk filamen dihasilkan dari
larva ulat sutra pada saat membuat kepompong. Serat sutra mentah terdiri dari lebih kurang 75% fibroin
dan 25% serisin yaitu sejenis perekat yang melapisi fibroin, berfungsi untuk melindungi fibroin dari gaya
mekanik. Untuk proses pewarnaan lapisan serisin ini harus dihilangkan dengan proses degumming atau boil
off, karena akan mengganggu penyerapan warna.
PROSES MEMBATIK
Persiapan Membatik
Sebelum membatik, ada beberapa alat dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan, diantaranya adalah:
Keren (=anglo, atau bisa juga pakai kompor kecil) beserta wajan yang sudah diisi dengan malam
Malam dicairkan di dalam wajan di atas anglo. Pencairan harus sempurna, hingga malam berwarna tua. Hal
ini dimaksudkan agar malam bisa lancar keluar melalui cucuk canting dan malam dapat meresap dengan
sempurna ke dalam mori. Api dalam anglo harus dijaga agar tetap membara, namun jangan sampai
menyala karena bisa menjilat malam yang berada di dalam wajan.
Canting
Canting digunakan untuk menutupi kain dengan lapisan malam. Tujuannya agar pada saat pewarnaan kain
yang tertutup lapisan malam ini tidak terkena warna.
Ada berbagai macam canting yang diperlukan dalam proses mencanting. Ada canting “klowongan”, canting
“isen”, canting “cecekan”, canting “tembokan”, dsb. Dalam mengoperasikannya, perlu diperhatikan cara
memegangnya. Cara memegang canting berbeda dengan cara memegang pensil atau ballpen. Perbedaan
itu disebabkan karena ujung cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sementara pensil
atau ballpen lurus.
Dengan canting ini, malam mendidih yang berada di dalam wajan diciduk dan dibatikkan di atas mori.
Sebelum dibatikkan, sebaiknya mori ditiup terlebih dahulu dengan maksud untuk menghilangkan cairan
malam yang membasahi cucuk canting. Cucuk canting yang berlumuran cairan malam akan mengurangi
baiknya goresan, terutama ketika permukaan canting diproseskan pada mori.
Mori
Mordanting
Sebelum dibatik, mori perlu melewati proses “mordanting”. Mori direndam dulu dengan cairan mordan.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji serta lemak-lemak yang menempel pada kain. Setelah selesai
direndam, mori dijemur sampai kering.
Kemudian mori diletakkan di atas gawangan dekat anglo. Pembatik duduk di antara gawangan dan keren
atau anglo. Biasanya, gawangan ditempatkan di sebelah kiri, sementara anglo ditempatkan di sebelah
kanan pembatik.
.
Tahapan Mencanting
Dalam menghasilkan kain batik, sepotong mori dikerjakan tahap demi tahap. Tiap tahap dapat dikerjakan
oleh orang yang berbeda, namun tidak dapat dikerjakan beberapa orang dalam waktu yang bersamaan.
Membuat pola
Pola dibuat dengan pensil. Pola bisa berupa gambar-gambar yang langsung bisa dicanting, namun bisa
juga berupa garis geometris (misalnya untuk motif kawung, maka yang dibuat hanya garis-garis kotak-
kotaknya saja). Dalam membuat pola, gambar bisa langsung digambarkan pada kain atau di-
blad(menggambar dari pola yang ada di sebalik kain).
Membatik Kerangka
Dari pola yang sudah dibuat dengan pensil tadi, pembatik membuat kerangka dengan menggunakan malam
cair. Canting yang dipergunakan adalah canting cucuk sedang atau canting klowongan. Mori yang sudah
dibatik seluruhnya akan memunculkan gambar berupa kerangka, disebut juga sebagai “klowongan”.
Ngisen-iseni
“Ngisen-iseni” berasal dari kata “isi”, yaitu memberi isi atau mengisi “klowongan” tadi. Ngisen-iseni dengan
mempergunakan canting cucuk kecil yang disebut sebagai canting isen. Aktivitas selanjutnya adalah
“nyeceki”. “Nyeceki” mempergunakan canting cecekan, hasilnya bernama “cecekan”. Batikan yang lengkap
dengan isen-isen disebut sebagai “reng-rengan”. Karena namanya “reng-rengan”, maka aktivitas membatik
dalam memberikan isen-isen sejak awal hingga akhir disebut sebagai “ngengreng”. Setelah “ngengreng”
selesai, keseluruhan motif yang dikehendaki bisa terlihat. Hal ini merupakan penyelesaian yang pertama.
Nerusi
“Nerusi” berasal dari kata meneruskan. Fungsinya untuk mempertebal dan memperjelas tembusan batikan
pertama. Aktivitas ini merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan berupa “ngengrengan” dibalik
permukaannya. Permukaan di sebaliknya kain ini kemudian dicanting. Sebenarnya aktivitas ini tidak
berbeda dengan “membatik kerangka”, hanya saja dilakukan di sebaliknya kain yang sudah dicanting.
Canting-canting yang dipergunakan sama dengan canting untuk ngengreng.
Nembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu
penyelesaian menjadi kain. Karena itu, bagian-bagian yang tidak akan diberi warna (atau akan diberi warna
sesudah bagian yang lain) harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian
lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting trembokan bercucuk besar. Orang yang
mengerjakannya disebut “nembok” atau “nemboki”dan hasilnya disebut “nembokan”.
Bliriki
Bliriki adalah nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh-sungguh. Bliriki mempergunakan
canting tembokan dan caranya seperti nemboki. Apabila tahap terakhir ini sudah selesai, berarti proses
membatik selesai juga. Hasil bliriki disebut “blirikan” atau “tembokan”. Kadang-kadang batikan tidak perlu
ditembok. Apabila pilihannya seperti ini maka batikan sudah selesai sebelum ditembok dan dibliriki.
Selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan proses pewarnaan.
Pemberian warna
Kain dimasukkan dalam zat warna (alam/sintetis) sambil dibolak-balik supaya rata, kemudian didiamkan
selama 15 menit. Setelah itu kain diangkat, diangin-anginkan dengan cara kain dibentang pada tali/tambang
di tempat yang teduh dan dijepit. Pada pewarnaan alami, setelah kain kering pencelupan diulang minimal 3
kali.
Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik.
Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan,
dan mudah dipindah-pindah.
2) Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok bandul
adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik
oleh si pembatik secara tidak sengaja.
3) Wajan
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan
sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat
lain.
4) Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan bakar
minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan
arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan
untuk membatik.
5) Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas sewaktu
canting ditiup atau waktu membatik.
6) Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika malam tidak
disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring,
kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu
digunakan untuk membatik.
Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin
banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan
untuk membatik.
7) Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan
bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam.
Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon.
8) Mori
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya
sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan
panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara
tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk
bujur sangkar.
Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh
karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis
lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan ukuran
meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional
dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi
kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
9) Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis
(hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan
dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda
dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan
mudah lepas ketika proses pelorodan.
Proses Membatik
Di masa kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak sekolah dan
masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan biasanya menggunakan
kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan
hanya dalam beberapa jam dan biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk
memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda.
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan
cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama.
1. Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu
memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain
mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna
lebih tinggi.
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses
pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.
3) Mbathik
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari
nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam
bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah
dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-
isen, tetapi lebih rumit.
4) Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini
warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal
seolah-olah merupakan tembok penahan.
5) Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang
sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam,
kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.
7) Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan
menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum
diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
8) Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat.
Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut.
9) Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap
yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam
(lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah
diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat
batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan
penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain
batik tulis berharga cukup tinggi.
PROSES MEMBATIK
Posted on August 23, 2010 by kedaisekarjagad
Bagi para Pemerhati, Pelestari Batik, dan Pemula marilah kita mengamati awal mulanya Proses dalam
membatik sehingga, menghasilkan sehelai kain yang merupakan sebuah MAHAKARYA.
1. NGEMPLONG
Adalah merupakan tahap paling awal (pendahuluan) yaitu, dengan cara mencuci kain mori dengan maksud
untuk menghilangkan kanji. Yang kemudian dialnjutkan dengan PENGELOYORAN yaitu, memasukkan kain
mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang/londo. Dengan maksud
agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.
Setelah melalui proses diatas, kemudian kain diberi kanji dan setelah itu di jemur. Selanjutnya
dilakukan PENGEMPLONGAN, yaitu kain mori di palu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah
dibatik.
2. NYOREK/MOLA
Adalah, proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah
ada (ngeblat). Pola biasanya dibuat diatas kertas roti terlebih dahulu, untuk kemudian baru dijiplak sesuai
pola diatas kain mori.
Tahapan ini sebetulnya, dapat dilakukan juga secara langsung membuat pola diatas kain atau
menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting.
Agar proses pewarnaanbisa berhasil dengan baik dan bagus atau tidak pecah, maka perlu mengulang
batikannya pada sisi kain dibaliknya. Proses ini disebut GANGGANG.
3. mBATHIK
Merupakan tehapan berikutnya, dengan cara menorehkan malam (lilin) batik ke kain mori yang dimulai dari
NGLOWONG (menggambar garis-2 luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam
bentuk). Di dalam proses ISEN-ISEN terdapat istilah NYECEK, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah
dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Dan ada pula istilah NRUNTUM, yang hampir sama dengan
isen-isen namun, lebih rumit.
Lalu kemudian, dilanjutkan dengan cara NEMBOK, yaitu mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai
atau akan diwarnai akan tetapi, dengan warna yang lain.
4. NEMBOK
Nembok adalah, proses dimana menutupi bagian-bagian yang tidak boleh kena warna dasar tentunya
dengan menggunakan malam (lilin). Bagian kain yang tidak boleh kena warna dasar dalam hal ini adalah
warna BIRU TUA, ditutup dengan lapisan malam (lilin) yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.
Setelah proses menembok selesai maka, dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu, Pencelupan pertama
warna dasar.
5. MEDEL
Adalah, proses pencelupan kain yang sudah di batik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga,
mendapatkan hasil seperti warna yang diinginkan.
7. mBIRONI
yaitu, menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam.
Selain itu ada juga proses nGRINING, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif
tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
8. MENYOGA
Berasal dari kata SOGA, yaitu sejenis kayu yang dipergunakan untuk mendapatkan warna coklat. Adapun
caranya, dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna coklat tersebut.
Setelah, pencelupan dalam soga kemudian proses dilanjutkan dengan pemberian warnanya dan
membuang lilin-lilin seluruhnya (nglorod). Setelah, lilin dibuang seluruhnya maka, barulah tampak kain
batik dengan warna-warna dasar biru tua perpaduan dengan warna soga, diseling dengan warna putih
gading.
9. nGLOROD
Merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain Batik tulis ataupun Batik Cap yang
menggunakan perintang warna (malam).
Dalam tahap ini yaitu, melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup
tua warnanya ke dalam air mendidih yang kemudian, dibilas dengan air bersih dan setelah itu di angin-
anginkan.
Maka, tidak dapat disangsikan lagi kenapa sehelai kain BATIK TULIS dapat mencapai harga yang tinggi.
Karena, kalau kita melihat mulai dari proses awal, hingga proses akhir kadang-kadang melibatkan beberapa
orang dalam penyelesaian suatu tahapan proses yang juga memakan waktu agak lama.
Oleh karena, itu tidak ada salahnya MARILAH kita memulai BELAJAR membatik supaya, kita dapat lebih
menghargai tahapan PROSES pembuatan sehelai BATIK TULIS. Selain itu juga kita turut serta
berpartisipasi MELESTARIKAN BATIK INDONESIA.
*Diolah dari berbagai narasumber.
Membatik Tulis
Proses membuat batik secara tradisonal ini dari dahulu tidak mengalami banyak perubahan sampai
sekarang. Melihat dari bentuk dan fungsinya peralatan batik ini cukup tradisional dan unik, sesuai dengan
caranya yang masih tradisional. Peralatan batik tradisional ini merupakan bagian dari batik tradisional itu
sendiri karena bila dilakukan perubahan dengan menggunakan alat/mesin yang lebih modern maka akan
merubah nama batik tradisonal menjadi kain motif batik. Hal ini menunjukkan bahwa cara membatik ini
memiliki sifat yang khusus dengan hasil seni batik tradisional. Bila dilihat dari segi waktu dan jumlah yang
dihasilkan yang sangat terbatas serta hasil seni dari coretan canting pada kain mori akan menghasilkan
seni batik yang bernilai tinggi dan harga yang relatif mahal.
Adapun peralatan yang digunakan dalam membuat batik tulis adalah sebagai berikut:
A. Bandul
Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan
mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak
disengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.
B. Canting
Canting
Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori.
Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari
kombinasi tembaga dan kayu atau bambu yang mempunyai sifat lentur dan ringan.
C. Dingklik
Dingklik
Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk
saat membatik.
D. Gawangan
Gawangan
Gawangan terbuat dari kayu atau bamboo yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan
ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan menggunakan
canting.
E. Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau
tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa
mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari
logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.
F. Anglo (Kompor)
Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas “malam”. Kompor
dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api
ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren; keren inilah yang banyak
dipergunakan orang di desa-desa. Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
G. Tepas
Tepas
Tepas ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk membesarkan api
menurut kebutuhan; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya
sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi
lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.
H. Taplak
Taplak berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin malam dari canting.
I. Kemplongan
Kemplongan
Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini
dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum diberi pola motif batik dan dibatik.
Mengolah mori sebelum dibatik
Mencuci Mori
Sebelum dibatik mori harus diolah lebih dahulu. Baik buruknya pengolahan akan menentukan baik
buruknya kain. Pengolahan mori adalah sebagai berikut: Mori yang sudah dipotong diplipit. Diplipit ialah
dijahit pada bekas potongan supaya benang “pakan” tidak terlepas. Benang pakan ialah benang yang
melintang pada tenunan. Setelah diplipit kemudian dicuci dengan air tawar sampai bersih. Kalau mori kotor,
maka kotoran itu akan menahan meresapnya cairan lilin (malam yang dibatikkan) dan menahan cairan
warna pada waktu proses pembabaran. Di daerah Yogyakarta dan Surakarta mori dijemur sampai kering
setelah dicuci. Tetapi didaerah Blora, setelah dicuci berih mori terus direbus.
Setelah wantu panas, mori bersih dimasukkan kedalamnya. Cara memasukkan mori kedalam wantu mulai
dari ujung sampai pangkal secara urut. Rebusan memakan waktu beberapa menit. Mori kemudian diangkat
dan dicuci untuk menghilangkan kotoran sewaktu direbus.
Penjemuran Mori
Selesai dicuci barulah dijemur sampai kering. Mori menjadi lemas; kemudian dikanji. Bahan kanji adalah
beras. Didaerah Blora dipakai sembarang beras asalkan putih. Beras direndam beberapa saat dalam air
secukupnya; kemudian beras bersama airnya direbus sampai mendidih. Air rebusan beras diambil dan
dinamakan tajin. Mori kering dimasukkan kedalam tajin sampai merata; tanpa diperas langsung dijemur
supaya kering. Akhirnya mori menjadi kaku. Setelah mori lembab, kemudian dikemplong. Dikemplong ialah
dipukuli pada tempat tertentu dengan cara tertentu pula, supaya benangbenang menjadi kendor dan lemas,
sehingga cairan lilin dapat meresap. Cara mengemplong mori. Disediakan kayu kemplongan sebagai alas
dan alu pemukul atau “ganden” (ganden ialah martil agak besar terbuat dari kayu). Mori dilipat memanjang
menurut lebarnya. Lebar lipatan lebih kurang setengah jengkal; kemudian ditaruh diatas kayu dasar
memanjang, lalu dipukul-pukul. Jika perlu dibolak-balik agar pukulan menjadi rata.
Pengemplongan
Setelah dikemplong, tinggal menentukan motif batikan yang dikehendaki. Jika ingin motif parang-parangan,
atau motif-motif yang membutuhkan bidang-bidang tertentu, maka mori digarisi lebih dahulu. Fungsi
penggarisan ini hanyalah untuk menentukan letak motif agar menjadi rapi (lurus). Pembatik yang sudah
mahir tidak menggunakan penggarisan. Besar kecilnya garisan tidak sama, tergantung pada motif rencana
batikan. Biasanya kayu garisan berpenampang bujursangkar.
Cara memindah kayu penggaris setelah garis pertama ke garis kedua ialah dengan memutar kayu
penggaris (membalik), tanpa mengang-katnya. Maka lebar sempitnya ruang antara garis satu sama lain
ditentukan oleh banyaknya putaran kayu penggaris. Mori yang dibatik motif semen tidak perlu digarisi,
langsung dirangkap dengan pola pada muka mori sebaliknya. Setelah semua itu selesai, barulah dapat
dimulai kerja membatik.
Mori yang sudah di kemplongi dan di garisi, apabila akan dibatik dengan motif jenis parang-parangan atau
motif lain yang membutuhkan bidang tertentu serta lurus, umumnya di”rujak”. Dirujak artinya membatik
tanpa mngunakan pola; orang yang membatik demikian disebut “ngrujak”. Orang yang Ngrujak adalah
orang yang sudah ahli. Sedang orang yang baru taraf belajar atau belum lahir biasanya hanya “nerusi” atau
“ngisen-ngiseni”. Sedangkan membatikdengan mempergunakan pola sudah diterangkan dimuka. Baik
membatik rujak maupun membatik mempergunakan pola biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah
ahli, sebab taraf permulaan ini merupakan penentuan burukbaiknya bentuk batikan secara keseluruhan.
B. Persiapan Membatik
a. Keren, atau anglo dan wajan berisi “malam” harus sudah siap untuk mulai membatik. Malam harus
sempurna cairnya (malam tua). Supaya lancar keluarnya melalui cucuk canting; selain itu malam dapat
meresap dengan sempurna dalam mori. Api dalam anglo atau keren harus dijaga tetap membara, tetapi
tidak boleh menyala, karena berbahaya kalau menjilat malam dalam wajan.
b. Mori yang sudah dipersiapkan harus telah berada diatas gawangan dekat keren, anglo. Si pembatik
duduk diantara gawangan dan keren atau anglo. Gawangan berdiri disebelah kiri dan keren disebelah
kanan pembatik. Orang yang pekerjaannya membatik disebut “pengobeng”.
c. Setelah semuanya beres pembatik memulai tugasnya. Pertama memegang canting. Cara memegang
canting berbeda dengan cara memegang pensil, atau pulpen untuk menulis. Perbedaan itu disebabkan
ujung cucuk cantingbentuknya melengkung dan berpipa besar, sedang pensil atau pulpen lurus. Memegang
canting dengan ujung-ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil untuk menulis,
tetapi tangkai canting horizontal, sedangkan pensil untuk menulis dalam posisi condong. Posisi canting
demikian itu untuk menjaga agar malam dalam nyamplunga tidak tumpah.
d. Dengan canting itu pengobeng menciduk malam mendidih dalam wajan kemudian dibatikkan diatas mori.
Sebelum dibatikkan canting ditiup lebih dahulu cara meniuppun dengan aturan tertentu, agar malam dalam
nyamplungan tidak tumpah pada bibir pengobeng.
Canting ditiup dengan maksud :
Meniup Canting
Untuk mengembalikan cairan malam dalam cucuk kedalam nyamplungan, supaya tidak menetes
sebelum ujung canting ditempelkan pada mori.
Untuk menghilangkan cairan malam yang membasahi cucuk canting; karena cucuk canting yang
berlumuran cairan malam akan mengurangi baiknya goresan, terutama ketika permulaan canting
diproseskan pada mori.
Untuk mengontrol cucuk canting dari kemungkinan tersumbat oleh kotoran malam. Kalau tersumbat,
maka cairan dalam nyamplungan tidak bersuara, karena udara tidak dapat masuk. Maka lubang
ujung cucuk ditusuk memakai ijuk, atau serabut kelapa sampai masuk sepanjang cucuk. Biasanya
sesudah ditusuk ditiup kembali, atau langsung dibatikkan pada mori. Keitimewaan menusuk ialah
memakai tangan kiri dengan cara tertentu dalam waktu yang cepat.
Canting yang beres keadaannya baru digoreskan pada mori. Tangan kiri terletak disebalik mori.
Sebagai landasan (penguak) mori yang baru digores dengan canting. Jika cari cairan malam dalam
nyamplungan habis, atau kurang lancar mungkin karena pendinginan, malam itu dikembalikan
kedalam wajan; canting dicidukkan pada cairan malam dalam wajan itu juga. Pengembalian cairan
malam yang sudah dingin tadi tidak besar pengaruhnya terhadap malam dalam wajan. Hal itu
dilakukan smpai selesai, dan termasuk nemboki.
C. Membatik
Tahap-tahap membatik sepotong mori harus dikerjakan tahap demi tahap. Setiap tahap dapat dikerjakan
oleh orang yang berbeda tetapi sepotong mori tidak dapat dikerjakan beberapa orang bersamaan waktu.
Tahap-tahap itu ialah :
a. Membatik Kerangka
membatik kerangka dengan memakai pola disebut “mola”, sedang tanpa pola disebut “ngrujak”. Mori yang
sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka, baik bekas memakai pola maupun dirujak, disebut “batikkan
kosongan”, atau disebut juga “klowongan’. Canting yang dipergunakan ialah canting cucuk sedeng yang
disebut juga canting klowongan.
b. Ngisen-iseni
Ngisen-Iseni
Ngisen-iseni dari kata “isi”, maka ngisen-iseni berarti memberi isi atau mengisi. Ngisen iseni dengan
mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting isen canting isen bermacam-macam. Tetapi
sepotong mori belum tentu mempergunakan seluruh macam canting isen, tetapi tergantung pada motif yang
akan dibuat.Umpama memerlukan bermacam-macam canting isen karena beraneka ragam. Tetapi
membatik harus satu persatu, dan setiap bagian harus selesai sebelum bagian lain dikerjakan dengan
canting lain misalnya kalau “nyeceki” (membuat motif yang terdiri dari titik-titik), bagian cecekan harus
selesai seluruhnya. Kegiatan mengerjakan bagian-bagian mempunyai nama masing-masing; nama tersebut
menurut nama canting yang dipergunakan. Proses pemberian nama ialah dengan mengubah nama benda
(nama canting) menjadi kata kerja, sedang hasil kerjanya diambil dari nama canting yang dipergunakan.
Nama itu ialah : nyeceki yaitu mempergunakan canting cecekan, hasilnya bernama cecekan. Neloni ialah
mempergunakan canting Telon, hasilnya disebut telon. Mrapati ialah mempergunakan Canting Prapatan,
hasilnya, dan seterusnya. Tetapi mempergunakan Canting Galaran atau Canting Renteng, selalu disebut
ngalari, dan tidak pernah disebut “ngrentengi”; sedang hasilnya selalu disebut “galaran”, tidak pernah
disebut “rentengan”. Cara penggunaan canting bertahap itu banyak keuntungannya. Keuntungan pertama
ialah canting dapat dipergunakan bergantian dalam satu rombongan pengobeng (pembatik yang berbeda-
beda tugasnya (berbeda tahap batikan yang dikerjakan); Keuntungan kedua kedua ialah mengurangi jumlah
canting yang semacam meskipun anggota pengobeng cukup banyak. Kalau dua orang bersamaan akan
menggunkan canting semacam, sedangkan cantinga hanya sebuah, maka salah satu dapat menundanya
dan mengerjakan bagian lain dengan canting lain. Demikian seterusnya. Batikkan yang lengkap dengan
isen-isen disebut “reng-rengan”. Oleh kaena namanya reng-rengan maka pengobeng yang membatik sejak
permuaan sampai penyelesaian (akhir) memberi isen-isen disebut “ngengreng”. Jadi ngerengan merupakan
kesatuan motif dari keseluruhan yang dikehendaki. Hal itu merupakan penyelesaian yang pertama.
c. Nerusi
Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan yang berupa ngengrengan kemudian di balik
permukaannya, dan dibatik kembali pada permukaan kedua itu. Membatik nerusi ialah membatik mengikuti
motif pembatikan pertama pada bekas tembusnya. Nerusi tidak berbeda dengan mola dan batikan pertama
berfungsi sebagai pola. Canting-cantingyang dipergunakan sama dengan canting canting untuk ngengreng
nerusi terutama untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta untuk memperjelas. Batikan yang
selesai pada tahap ini pun masih disebut “ngengrengan”. Pengobeng yang membatik dari permulaan
sampai selesai nerusi disebut “ngengreng”.
d. Nembok
Menembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu
penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak akan diberi warna, atau akan diberi warna
sesudah bagian yang lain harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian
lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting tembokan bercucuk besar. Orang yang
mengerjakan disebut “Nembok” atau nemboki dan hasilnya disebut “tembokan”. Bagian yang ditembok
biasanya disela-sela motif pokok. Menembok biasanya mempergunakan malam kualitas rendah. Meskipun
malam penuh kotoran tetapi canting canting bercucuk besar tidak banyak terganggu. Selain itu bagian
tembokan cukup lebar dan tebal,sehingga kurang baiknya malam untuk nembok dapat diatasi. Pada
hakekatnya fungsi malam selain untuk membentuk motif, juga untuk menutup pada tahap-tahap pemberian
warna kain, dimana warna itu sebagai pembentuk motif batik yang sesungguhnya. Nembok hanya pada
sebelah muka mori.
e. Bliriki
Mbliriki
Bliriki ialah nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh-sungguh. Bliriki mempergunakan
canting tembokan dan caranya seperti nemboki.
Apabila tahap terakhir ini sudah selesai berarti proses membatik selesai juga. Hasil Bliriki disebut “blirikan”
tetapi jarang disebut demikian, lebih biasa disebut”tembokan”. Memang membatik disebut selesai apabila
proses terakhir tadi selesai; atau kalau batikan tidak perlu ditembok,maka yang disebut batikan selesai
adalah sebelum ditembok. Pada jaman yang silam didaerah Surakarta, setiap selesai tahap-tahap tadi,
batikan dijemur sampai “malam “ nya hampir meleleh.
Maksud penjemuran itu ialah agar supaya lilin pada mori tidak mudah rontok atau hilang. Sebab “malam”
(mendidih) waktu dipergunakan untuk membatik dan bersinggungan dengan mori dingin akan membeku
tiba-tiba karena proses “kejut”. Pembekuan malam demikian itu kurang baik, karena batikan sering patah-
patah dan malam mudah rontok.
Penjemuran
Tetapi jika dijemur,pemanasan terjadi secara merata, dan mori ikut terpanasi.Mori yang mengalami
pemanasan sinar matahari akan mengembang, dan mempunyai daya serap. Proses mengembang ini
memperkuat melekatnya malam yang mulai akan meleleh; sebelum malam itu meleleh batikan harus
diangkat dengan hati-hati ke tempat teduh.
Di tempat teduh, batikan secara serentak akan mendingin. Proses pendinginan ini pun ada keuntungannya,
karena antara mori dan malam saling memperkuat daya lekat. Selesailah kerja membatik.
D. Mbabar
Pembabaran
Mbabar ialah proses penyelesaian dari batikan menjadi kain. Selesai batikan dibliriki, meningkat pengerjaan
selanjutnya, yaitu memproses menjadi kain. Dibeberapa daerah cara mbabar pada garis besarnya sama.
Perbedaan hanyalah terletak pada perbandingan bahan adonan yang dipergunakan. Ada suatu daerah
dimana perbandingan bahan adonan sudah tertentu sesuai dengan kain yang diinginkan. Tetapi ada pula
daerah yang mempergunakan perbandingan tidak menentu dan hanya berdasar perkiraan menurut
pengalaman. Selain itu perbedaan terletak pada jangka waktu yang dibutuhkan setiap tahap-tahap mbabar.
Ada pula yang mempergunakan jangka waktu tertentu; tetapi ada pula yang berdasar perkiraan saja.
Perbedaan-perbedaan itu mempengaruhi kualitas kain yang diproduksi setiap daerah. Hal itu tidak mustahil
karena pada mbabar terdapat proses kimia; sedang waktu adalah sangat besar pengaruhnya terhadap
proses kimia. Tetapi proses ini belum diketahui secara mendalam oleh para pembabar masa silam.
1. Bahan Untuk Mbabar
Pada umumnya untuk mbabar batikan dipergunakan bahan hasil alam dengan pengolahan sederhana.
Memang bumi Indonesia kaya akan hasil alam yang bermacam-macam.
Bahan untuk mbabar, antara lain :
a. Nila
Nila dari tumbuh-tumbuhan tarum (Jawa tom). Sudah sejak jaman purbakala tarum dipakai untuk membuat
warna pakaian. Nila dipergunakan untuk medel batikan dengan campuran bahan yang lain.
b. Tebu
Tebu diambil gulanya atau tetes; sebagai campuran.
c. Kapur Sirih (Enjet)
Dipergunakan untuk campuran.
d. Tajin
Tajin ialah semacam kanji yang diambil dari air rebusan beras.
e. Soga
Soga nama tumbuh-tumbuhan dari keluarga papilionaceae dan mempunyai warna kuning.
f. Saren
Saren dari kata sari berarti inti atau pati. Di Jawa terdapat istilah “saren”;yang dimaksud adalah darah
lembu (kerbau) yang dipotong dan dimasak. Di sini saren adalah suatu ramuan, atau adonan dari beberapa
bahan untuk mencelup batikan sesudah disoga. Dan tahap ini adalah tahap menghilangkan “malam”, atau
mendekati penyelesaian.
2. Proses Mbabar Batikan Menjadi Kain.
Proses ini terbagi dalam beberapa tahap dan harus diselesaikan secara urut. Kalau batikan sudah dibliriki,
pekerjaan meningkat kepada tahap pertama proses mbabar.
Tahap-tahap itu ialah :
A. Medel Dan Mbironi
Perendaman Pemedelan
Keesokan harinya, kira jam 6.00, nila dalam jambangan sudah dapat dimasuki batikan. Nila sebanyak itu
diperuntukkan bagi batikan sebanyak 30 potong, masing-masing 2,5 kacu. Pencelupan ini memakan waktu
kira-kira 2 jam; setelah itu diangkat dari rendaman dan ditaruh pada suatu sampiran tanpa dibentangkan,
sampai air tidak menetes (atus). Pengangkatan dari rendaman dan penempatan sampai “atus” disebut
“kasirep” (kasirep dari kata sirep kurang lebih berarti “reda”). Jika sudah atus atau tidak menetes airnya,
kemudian dimasukkan ke dalam nila kembali selama dua jam : setelah itu diangkat dan dijemur sampai
kering. Pengangkatan kedua dan penjemuran sampai kering disebut “kageblogi”( kageblogi dari kata
“geblok” berarti suatu cara memukul, atau suatu ukuran kelompok).
Setelah batikan kering, dimasukkan lagi ke dalam nila. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai
batikan mencapai warna hitam. Kalau batikan sudah berwarna hitam, barulah kerja tersebut berhenti. Nila
bekas pencelupan segera ditambah dengan endapan nila sebanyak 1,5 pinggan besar. Penambahan ini
disebut “nglawuhi” (nglawuhi dari kata lawuh berarti lauk pauk untuk makan). Tetapi arti atau fungsi
nglawuhi dalam proses mbabar kain ini adalah sebagai penyempurna. Sekarang nila berwarna kuning.
Kalau terlalu kuning akan berbahaya sebab dapat merontokkan “malam”, sedangkan tugas “malam” pada
mori belum selesai. Warna terlalu kuning disebabkan kurang enjet (kapur sirih). Tetapi jika terlalu banyak
enjet, warnanya akan menjadi hijau, tidak dapat untuk menghitamkan batikan. Untuk mengembalikan warna
menjadi kuning, cukuplah diberi cuka Jawa atau gula tetes. Seandainya belum juga kuning, diberi gula tebu
dan asam sampai warna berubah menjadi kuning kembali sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu batikan
dimasukkan kembali dalam adonan nila seperti kerja di atas.
Pengerokan
Sekarang batikan sungguh-sungguh berwarna hitam. Setelah cukup batikan diangkat dan dicuci dalam air
tawar dan dikeringkan pada tempat teduh. Batikan yang sudah kering direndam dalam air tawar sampai
“malam” bluduk (bluduk ialah seperti keadaan akan rontok). “Malam” pada batikan reng-rengan dan terusan
dikerok memakai alat tertentu sampai bersih; sedangkan “malam” pada tembokan dan blirikan tidak dikerok.
Batikan yang sudah dikerok terus dibilasi (dibilasi ialah pencucian yang kedua kali) sampai air cucian
kelihatan bersih, dan dikeringkan kembali pada tempat yang teduh. Setelah batikan kering, lalu dikanji
memakai “tajin busuk” (basi) dengan gula tebu. Perbandingan campuran ialah 3 gelas tajin dengan gula
seberat 3 buah uang sen. Setelah dikanji batikan dikeringkan kembali. Sesudah kering dibironi pada bagian-
bagian yang membutuhkan warna biru (dibironi diberi warna biru). Sebelum dibironi, bagian-bagian yang
tidak membutuhkan warna biru ditutup dengan “malam”. Cara menutup seperti membatik tembokan dan
bliriki. Selesai dibironi, meningkat ke tahap ketiga yaitu di “soga”.
Pembilasan
Kemudian batikan dibironi. Reng-rengan batikan dikerok sampai bersih seperti cara yang sudah
diterangkan. Sesudah dikerok terus dicuci dan dikeringkan, atau tanpa dikeringkan langsung disekuli, yaitu
dicelupkan dalam “tajin”; kemudian dikeringkan. Apabila sudah kering, terus dibironi. Perbedaan dengan
cara di atas ialah tanpa mengalami pengeringan yang pertama. Selain itu perbandingan
bahanbahanramuan nila tidak tentu, tetapi tergantung dari perkiraan yang mengerjakan. Hal itu mungkin
merupakankekalahan dalam tahap wedelan.
B. Nyoga
Sesudah dibironi dan kering, batikan itu disoga. Caranya : Batikan diwiru, yaitu dilipat bolak-balik (lipatan
spiral). Selesai diwiru, dima-sukkan ke dalam wadah yang berisi soga hangat, ditekan-tekan sedemikian
rupa agar merata. Sesudah cukup rata diangkat, dan disampirkan diatas wadah tersebut, supaya soga
dapat menetes kembali ke dalam wadah tadi. Jika cairan soga tidak menetes lagi, maka batikan dijemur
pada sinar matahari sampai setengah kering, kemudian dipindah ke tempat teduh sampai kering. Sampai
disini barulah satu tahap nyoga; sedang penggunaan masing-masing soga akan berbeda pula tingkat-
tingkatnya.
Setelah selesai menyoga, segera batikan disareni. Kapur dan gula tebu dituangi air jambangan, diaduk
sampai hancur. Sesudah mengendap, maka air rendaman dituangkan dalam kenceng. Batikan dimasukkan
dalam kenceng sampai merata; kemudian diangkat sampai atus. Sesudah atus, terus dipukul-pukul dalam
air panas supaya “malam” hilang. Memukulkan pada air panas disebut “nglorot atau “nglungsur”. Setelah
batikan “dilorot” terus dicuci dan dijemur. Penjemuran batikan itu disebut “dikemplang”. Sampai tahap ini
disebut “ambabar”. Setiap pagi hari batik yang sudah berupa kain itu diembun-embunkan. Selesailah proses
mbabar batikan.
PENJELASAN
1. KETEL
Proses ketel adalah tahap awal dari pembuatan kain batik. Secara garis besar, proses ketel adalah
perebusan kain dengan menggunakan bahan-bahan alami dan kurang-lebih memakan waktu 7 hari.
Setelah kain di ketel, kain dibersihkan dan dikeringkan kemudian diberi motif dengan menggunakan pensil.
2. NYORET
Nyoret adalah menggambar pola pada kain dengan pensil. Biasanya pada corak tertentu seperti Geometris
dan cerita, membutuhkan proses nyoret ini…Biasanya hasil nyoret ini yang digunakan sebagai bahan dalam
pelajaran membatik bagi wisatawan yang datang ke pengrajin atau museum batik.
3. NGLOWONG
Proses ini sangat dikenal oleh orang yang melihat proses batik. Dan biasanya ini yang diperagakan oleh
para wisatawan dalam pelajaran membuat batik…Prinsipnya nglowong berarti Tahap pertama pelekatan
malam ( Lilin dengan cap atau canting ) . Nglowong paa satu sisi kain disebut dengan ” ngengreng ”
4. NEMBOK
Merupakan pengimbuhan malam tahap kedua untuk membuat warna -warna yang tertutup menjadi tegas
setelah pencelupan tahap berikutnya. Lilin ( malam ) untuk nembok biasanya lebih liat dan kuat melekat
pada kain
5. MEDEL
Merupakan pencelupan pertama pada kain batik. Pada pembuatan batik klasik, biasanya menggunakan
warna biru tua. Sementara pada batik modern bisa menggunakan warna apapun karena tidak ada pakem /
aturan tradisi
6. NGEROK / NGLOROD
Ngerok adalah Merontokkan malam / lilin dengan menggunakan pisau tumpul, sikat atau alat kerik
lainnya…Sedangkan jika dengan merebus kain seperti gambar di lampiran , prosesnya disebut nglorod
7. MBIRONI
Mbironi adalah pelekatan malam tahap ketiga untuk mempertegas pola. Mbironi hanya menutup bagian –
bagian tertentu yang diharapkan tetap berwarna gelap
8. NYOLET
Merupakan pembubuhan warna dengan kuas pada bagian – bagian kain yang sudah digambari dengan
pola malam. Tujuannya memberi efek warna warni pada kain atau untuk menonjolkan motif – motif
tertentu..proses ini kuat pada batik pesisiran (akan dibahas pada bab berikutnya )…Tunggu saja
9. NYOGA
Proses terakhir dalam pembuatan batik adalah nyoga. Yaitu pencelupan tahap kedua…setelah proses ini
dirasa cukup, dilanjutkan dengan pengeringan…
Cara Menggunakan Pewarna Batik Remazol
by jual batik berkualitas dan terbatas on Desember 25, 2017
Cara Menggunakan Pewarna Batik Remazol
Procion adalah obat batik alias pewarna batik reaktif yang penggunaannya cukup mudah yaitu bisa dengan
celup atau colet. Merk dagang pewarna jenis ini yang cukup dikenal adalah Remazol. Nah,
bagaimanakah cara penggunaan obat batik Remazol ini?
Remasol adalah pewarna batik yang biasa digunakan untuk teknik colet. Dengan pewarna remasol maka
dalam beberapa colet bisa menggunakan lebih dari beberapa warna. Remasol juga biasa dipakai pada lukis
batik modern. Berikut akan kami sedikit paparkan mengenai cara penggunaan obat batik Remazol ini mulai
dari awal hingga akhir.
b)
Jika akan dilakukan dengan proses pencelupan, maka kain tinggal dicelupkan.
*Catatan, biasanya untuk 1 liter pewarna yang telah siap, bisa digunakan untuk mencelup sekitar 3-5
meter kain dengan lebar 120cm.
Setelah dicelup, segera keringkan. Usahakan kain tidak dalam posisi terlipat-lipat terlalu lama
karena dapat menyebabkan hasil pewarnaan tidak rata. Maka sebaiknya, setelah kain dicelupkan,
segeralah untuk dijemur. Penjemurannya pun sebaiknya dengan membentangkan satu ujung kain dan
ujung lainnya dengan dikaitkan pada paku yang didesain khusus untuk memudahkan penjemuran. Kita
sebenarnya bisa menjemur dengan menaruhnya pada jemuran apa pun (bentangan bambu/kayu, besi dll,
misalnya), tapi hal ini bisa menyebabkan terjadinya ketidakrataan pewarnaan.
Kita tidak wajib menjemurnya di bawah panas matahari langsung. Kita bisa menjemurnya kapan pun
asal tidak terkena hujan. Satu hal lagi, untuk hasil sempurna, sebelum kemudian dicuci pada tahap akhir,
sebaiknya kain yang sudah dicelupkan pada pewarna diinapkan terlebih dahulu. Artinya meskipun sudah
kering, sebaiknya jangan langsung dicucui, tetapi menunggu besok hari. Atau setidaknya, tunggu hingga 6
jam sejak kering. Ingat, sejak kering, bukan sejak dicelupkan.
Nah, itu adalah proses mewarnai kain dengan cara pencelupan yang menggunakan penguat warna
Soda Ash. Sekarang, jika menggunakan Waterglass, maka prosesnya sedikit berbeda.
Untuk yang menggunakan Waterglass, cara penakaran pewarna sama di atas, tapi jangan dicampur
Soda Ash. Larutkan saja obat pewarna sesuai kebutuhan. Lalu langsung celupkan kain. Setelah itu,
larutkan 1 kilo Waterglass dengan maksimal 2 liter air bersih.
Kain yang sudah dicelupkan pewarna (tanpa Soda Ash) tadi, selanjutnya dicelupkan ke larutan
Waterglass. Kain tadi boleh dicelupkan dalam keadaan masih basah, atau sudah kering. Kemudian peras
sedikit saja.
Setelah di-Waterglass, kain tadi tak perlu kita jemur. Untuk hasil terbaik, bungkus kain tersebut ke
dalam plastik kresek, dan jangan sampai kain di dalamnya terkena angin. Lalu gantung agar bagian bawah
plastik kresek pembungkusnya dapat dilubangi dengan peniti, tusuk gigi dsb. Tujuannya agar sisa kadar air
pada kain dapat mengalir keluar.
Biarkan saja seperti itu minimal 3 jam. Setelah 3 jam atau lebih, kita bisa langsung mencucinya di
bak dengan air yang cukup banyak. Kemudian, kita jemur di mana pun bisa. Karena proses ini sudah
selesai dan kain sudah diwarna dengan sempurna dan matang.
Sebelum kami akhiri, kami sampaikan di sini bahwa sisa pewarna yang sudah terpakai (yang sudah
bercampur Soda Ash) tidak dapat digunakan lagi di kemudian hari. Sedangkan untuk larutan Waterglass,
masih boleh digunakan. Intinya, pewarna yang dilarutkan bersama dengan penguat (Soda Ash/Waterglass)
tidak dapat digunakan lagi di lain hari. Kalau tidak tercampur penguat (seperti proses pencelupan dengan
penguat Soda Ash di atas), maka pewarna yang tak tercampur apa-apa ini masih bisa digunakan lagi
hingga maksimal sebulan atau bahkan lebih.
Selain itu, jangan lupa untuk menggunakan sarung tangan berbahan karet agar tangan tidak ikut
terwarna. Meski kita bisa memanfaatkan Kaporit untuk menghilangkan bekas pewarna yang menempel
pada kulit tangan kita, tapi alangkah lebih baik jika kita menghindari kontraksi pewarna dengan tangan kita
SUMBER :
http://batikmerang.blogspot.co.id/2017/02/cara-menggunakan-pewarna-batik-remazol.html
http://materidesaingrafis.blogspot.co.id/2016/09/teknik-cara-pewarnaan-batik-dengan.html
Napthol memiliki jenis yaitu AG, AS-D, AS-G, AS-OL, AS-BO, AS-GR, AS-LB, AS-LB (Extra), AS-BS, AS-
KN, dan AS-BR. Napthol AS memiliki sifat netral artinya warna yang dihasilkan menurut warna garamnya.
Untuk membangkitkan warna dipergunakan jenis Garam Diazo diantaranya adalah Biru B, Biru BB, Violet B,
Hitam B, Merah B, Merah GG, Merah GC, Merah R, Merah 3GL Spesial, Bordo GP, Orange GC, Orange
GR, Biru Hijau B, dan Kuning GC. Agar pelarutannya bagus, sebaiknya dibuatkan lebih dulu pesta dengan
bahan pendukung meliputi Turkish Red Oil (TRO) dan Loog 38 BE (larutan Kaustik Soda / NaoH).
Bahan warna ini memiliki tiga jenis yaitu COklat (soga) tua, Coklat (soga) sedang, dan Coklat (soga) muda.
Bahan pelarut menggunakan obat hijau (chromfarbesalz), dan pembangkit warnanya memakai beningan
larutan air kapur (50 gr untuk 1 liter air dingin).
2. Pewarnaan
Bahan pewarna batik ikat celup sangat beragam, tetapi yang lebih banyak digunakan yaitu bahan pewarna
napthol dan remasol, walau tidak ada salahnya juga mencoba jenis pewarna yang lain. Berikut akan
dijelaskan cara pewarnaan dengan napthol dan remasol.
Napthol yang dimaksud untuk pewarna batik ikat celup bukan jenis napthol yang biasa untuk mewarnai kain
jeans tetapi jenis pewarna napthol dingin, disebut napthol dingin karena proses pewarnaannya tidak direbus
seperti halnya pewarna napthol untuk jeans pewarna napthol untuk batik yaitu pewarna napthol yang harus
dibangkitkan dengan pembangkit warna (Garam Diazo). Secara umum proses pewarnaan dengan napthol
dingin adalah sebagai berikut:
Pewarna Alami
Dalam pembuatan karya batik pewarna menjadi salah satu elemen penting dalam menciptakan karya seni
batik yang sedap dipandang mata. Bahan pewarna alami biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-
tumbuhan, mulai dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Beberapa bahan pewarna alami
diantaranya :
1. Daun Teh (Camelia sinensis),
Daun teh selain dapat digunakan untuk membuat minuman, bagian daun yang sudah tua dapat
dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami batik. Bagian daun teh dapat menghasilkan warna cokelat pada
kain yang dibatik.
2. Alpukat (Persea),
Tanaman berbiji tunggal ini selain dapat menghasilkan buah yang kaya vitamin juga dapat menghasilkan
bahan alami batik. Daunnya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan warna hijau kecoklatan pada batik.
3. Jati (Tectona Grandis L),
4. Pohon Jati merupakan salah satu tanaman keras, batang kayunya bisa menjadi bahan terbaik
pembuatan mebel ataupun bahan bangunan rumah. Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pewarna alami batik yang menghasilkan warna hijau kecoklatan.
5. Indigo/tarum (Indigofera tinctoria),
Tarum merupakan salah satu tanaman perdu yang dapat kita jumpai di sekitar kita. Daun dan ranting dari
tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna batik, warna yang dihasilkan adalah warna biru.
6. Mangga (Mangitera Indica Lina),
Pohon mangga selain buahnya untuk dimakan, bagian kulit kayu pohon ini bisa digunakan untuk bahan
dasar membuat pewarna batik. Kulit kayu dan daun pohon mangga dapat menghasilkan warna hijau
pada batik.
7. Pace/Mengkudu (Morinda citrifolia),
Tanaman ini masih mudah dijumpai dan ditemukan karena tanaman ini merupakan tanaman obat yang
bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Pewarna batik alami dari akar pohon mengkudu dapat
dimanfaatkan dan diolah untuk menghasilkan warna merah.
8. Kelapa (Cocos nucifera),
Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia,
baik dari akar, batang, buah, daun, kulit kayu dan lain sebagainya.Kulit luar (sabut/serabut) buah kelapa
bisa dijadikan bahan pewarna yang menghasilkan warna krem kecoklatan.
9. Putri Malu (Mimosa Pudica),
Tanaman putri malu dapat dijumpai dimanapun juga, mulai di pinggir jalan, semak-semak ataupun di
kebun. Tanaman Putri malu ketika daunnya disentuh maka ia akan bergerak menutup. Bunga dan daun
putri malu dapat menghasilkan warna alami batik warna kuning kehijau-hijauan.
10. tingi (Ceriops condolleana), jambal (Pelthopherum pterocarpum) dan tegeran (Cudrania
javanensis),
merupakan tiga jenis tumbuhan yang dapat dicampur menjadi satu dari kulit dan kayunya sehingga
menghasilkan warna merah gelap atau kecoklatan pada kain batik.
11. Kunyit (Curcuma domestica val),
Kunyit merupakan salah satu tanaman obat dan bumbu kuliner yang juga dapat dimanfaatkan untuk
bahan pewarna batik. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang dan umbi akarnya yang dapat
menghasilkan warna kuning.
12. Bawang Merah (Allium ascalonicium L),
Selain dimanfaatkan untuk bumbu masak, bawang merah dapat digunakan sebagai bahan pewarna
batik. Bahan yang diambil adalah bagian kulit yang dapat menghasilkan warna jingga kecoklatan.
Zat pewarna sintetis atau pewarna buatan merupakan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan kimia
tertentu sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kain. Memang ada banyak sekali zat pewarna sintetis
yang dapat digunakan dalam pewarnaan bahan tekstil, namun tidak semua bahan dapat digunakan karena
pada saat proses pewarnaan batik tidak boleh menggunakan proses pemanasan, jika pewarnaan dilakukan
dengan pemanasan maka dapat dipastikan lilin/malam batik akan meleleh. Berikut bahan pewarna
sintetis/pewarna buatan yang sering digunakan :
Naphtol, Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup, terdiri dari dua
bagian yang memiliki fungsi yang berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit warna. Naphtol dasar
(penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan, pada proses pencelupan
pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan
garam diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diharapkan. Secara teknis Naphtol tidak
dapat larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.
Indigosol, Zat warna Indigosol dalam penggunaannya untuk menghasilkan warna yang lembut pada kain
batik, dapat dipakai dengan teknik celup maupun colet/kuas. Proses penggunaan pada zat warna Indigosol
juga hampir sama dengan penggunaan pada Naphtol, pencelupan dibutuhkan dua kali proses. Proses
pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk membangkitkan warna pada kain. Warna akan
dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yakni memasukkan kain yang telah diberi
Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam clorida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit
(NaNO2).
Rapid, merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik colet/kuas.
Terdiri dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan. Untuk membangkitkan warna
biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.
Zat pewarna sintetis lainnya yang dapat digunakan sebagai zat pembantu untuksec proses pewarnaan batik
diantaranya caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas,
kapur dan minyak kacang.
Sumber :
zat-pewarna-pada-pembuatan-batik
Alat:
1. Teko
2. Panci
3. Kompor
4. Ember/bak
5. Sendok
6. Mangkuk
7. Kuas
Bahan:
1. Kain Mori
2. Zat pewarna Remasol
3. Zat pewarna Wantek
Teknik yang berbeda akan menghasilkan kesan yang berbeda. Teknik seni lukis terdiri beberapa ragam
berdasarkan sudut pandang tinjauannya. Bahwa ada bermacam-macam teknik melukis dan setiap orang
pasti akan memilih teknik sesuai dengan kesukaan serta kemampuannya.
1. Teknik Aquarel
Teknik aquarel adalah teknik dengan menggunakan cat air (aquarel) dengan sapuan warna tipis. Sehingga
lukisan yang dihasilkan bernuansa transparan. Agar menghasilkan sapuan yang tipis dan ringan, alangkah
baiknya kamu menggunakan cat yang sedikit encer.
TIPS:
Pilihlah cat air berkualitas dan kertas khusus aquarel. Tidak dipungkiri memang harga dan kualitas biasanya
berjalan beriringan. Namun untuk kebutuhan bahan bisa juga di sesuaikan dengan budget Anda.
Pilih kuas khusus cat air.
contoh lukisan
Teknik basah; Teknik melukis dengan cara mengencerkan cat minyak dengan linseed oil atau minyak cat.
Proses kerjanya menumpuk warna satu dan lainnya dalam keadaan basah.
Teknik kering
Teknik campuran.
Dari beberapa teknik melukis yang ada, intinya melukis itu adalah menuangkan sebuah cita rasa pada
media yang bisa menghasilkan karya lukis. Gunakanlah yang menurut kamu paling nyaman.
Sumber:
https://notepam.com/teknik-seni-lukis/
Macam - Macam Teknik dalam Melukis
Seni melukis memiliki beberapa teknik yang digunakan dalam melukis suatu objek. Teknik melukis juga
menjadi suatu ciri khas tersendiri dari seorang pelukis. Perlu kita ketahui, bahwa ada bermacam-macam
teknik dalam melukis dan setiap orang pasti akan memilih teknik sesuai dengan kemampuannya. Teknik
seni lukis tentu sangat penting untuk menghasilkan lukisan yang bagus. ada beragam teknik melukis yang
bisa digunakan untuk membuat suatu lukisan.
1. Teknik Aquarel
Teknik melukis dengan menggunakan cat air (aquarel) dengan sapuan warna yang tipis, sehingga lukisan
yang dihasilkan bernuansa transparan.
2. Teknik Plakat
Teknik melukis dengan menggunakan cat poster, cat minyak, cat akrilik dengan sapuan warna yang tebal,
sehingga menghasilkan warna yang padat dan menutup. Teknik seni lukis ini sering digunakan oleh pelukis
professional untuk menghasilkan lukisan yang mempesona dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
3. Teknik Spray
Teknik melukis dengan bahan dasar bahan cair yang digunakan dengan menggunakan sprayer. Teknik ini
banyak digunakan untuk membuat reklame visual.
4. Teknik Pointilis
Teknik ini membutuhkan kesabaran yang lebih daripada teknik lukis lainnya, karena teknik melukis dalam
membuat gelap terang objeknya ialah dengan membuat unsur - unsur titik. Sering kali para pelukis
menggunakan gradasi warna untuk mengatur gelap terang lukisan.
5. Teknik Tempera
Teknik melukis pada dinding bangunan ketika dinding masih basah cat mulai disapukan sehingga hasilnya
menyatu dengan arsitekturnya. Lukisan dinding sering disebut juga dengan gambar mural. Teknik tempera
sempat menunjukkan masa jayanya di eropa antara tahun 1200-an hingga 1500-an. Duccio dan Simone
Martini adalah diantara seniman Italia yang terkenal dengan menggunakan teknik ini.
6. Teknik Kolase
Teknik dengan cara menempel. Ide - idenya dari abstrak sampai realis. Bahan yang digunakan bervariasi
dari yang murah sampai ke yang paling mahal dapat digunakan sebagai media dengan cara merangkai
atau merakit suatu karya seni.
7. Teknik Mozaik
Teknik ini dilukiskan pada bagian dinding, lantai, ataupun langit - langit bangunan. Idenya dari yang abstrak
sampai yang realis, sedangkan pelaksanaanya dengan menempelkan batu- batuan kecil atau kaca
berwarna maupun benda- benda berwarna. Hasil lukisan teknik ini banyak terdapat di Mesir, India dan
Tiongkok (China).
8. Teknik Basah
Teknik melukis dengan cara mengencerkan cat minyak dengan menggunakan linseed oil atau minyak cat.
Setelah cat diencerkan dalam kekentalan tertentu, barulah di poleskan di atas permukaan kanvas. Kuas
yang biasa digunakan dalam teknik ini adalah kuas dengan bulu panjang.
9. Teknik Kering
Teknik kering berarti melukis tanpa menggunakan linseed oil atau minyak cat. Kuas yang digunakan pada
teknik kering haruslah dalam keadaan kering serta tidak berminyak. Untuk teknik ini disarankan
menggunakan cat yang baru keluar dari dalam tube. Teknik kering cocok digunakan untuk melukis dengan
kesan volume serta keruangan, seperti naturalism, realism dan surelism.
10. Teknik Campuran
Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik basah dan teknik kering. Dengan teknik campuran kita bisa
saling menutupi kekurangan dari teknik basah dan teknik kering. Teknik ini diawali dengan menggunakan
teknik kering terlebih dahulu baru kemudian disusul teknik basah, dengan cara memblok warna sambil
menambahkan intensitas minyak cat secara perlahan hingga sampai tahap akhir lukisan
BAGIAN 4
D. KARYA SENI PATUNG / KARYA SENI RUPA 3 DIMENSI
Seni Patung Adalah Cabang Seni Rupa Yang Hasil Karyanya Berwujud Tiga Dimensi. Biasanya
Diciptakan Dengan Cara Memahat, Modeling (Misalnya Dengan Bahan Tanah Liat) Atau Kasting (Dengan
Cetakan).
Dalam Berkarya Seni Patung Untuk Mendapatkan Hasil Yang Baik Diperlukan Unsur-Unsur Pendukung
Bentuk Yang Sering Disebut Unsur-Unsur Rupa (Visual). Secara Garis Besar Unsur-Unsur (Visual) Yang
Dikembangkan Dalam Berkarya Adalah Sebagai Berikut :
Garis
Unsur Rupa Garis Merupakan Pertemuan Dari Suatu Titik Ke Titik Yang Lain. Menurut Yudoseputro
(1993:89) Garis Merupakan Unsur Visual Yang Paling Penting Dan Berfungsi Sebagai Pembatas, Pemberi
Kesan Dimensi Dan Pemberi Kesan Tekstur Pada Bidang. Meskipun Sederhana Garis Memiliki Peran
Sangat Penting Dalam Menciptakan Karya Seni Rupa.
Menurut Nursantara (2007:11) Garis Merupakan Barisan Titik Yang Memiliki Dimensi Memanjang
Dan Arah Tertentu Dengan Kedua Ujung Terpisah. Ia Bisa Panjang, Pendek, Tebal, Halus, Lurus,
Lengkung, Patah, Berombak, Horizontal, Vertikal, Diagonal, Dan Sebagainya. Lebih Lanjut Dikatakan
Bahwa Menurut Wujudnya, Garis Bisa Berupa Nyata Dan Semu. Garis Nyata Adalah Garis Yang Dihasilkan
Dari Coretan Atau Goresan Langsung. Garis Semu Adalah Garis Yang Muncul Karena Adanya Kesan
Kesan Batas (Kontur) Dari Suatu Bidang, Warna, Atau Ruang. Susanto (2002:45), Menyatakan Bahwa
Garis Adalah Perpaduan Sejumlah Titik-Titik Yang Sejajar Dan Sama Besar. Ia Memiliki Dimensi
Memanjang Dan Punya Arah, Bisa Pendek, Panjang, Halus, Tebal, Berombak, Melengkung, Lurus, Dan
Lain- Lain.
Garis Merupakan Tanda Atau Markah Yang Memanjang, Yang Membekas Pada Suatu Permukaan
Dan Mempunyai Arah. Perwujudan Garis Juga Sangat Dipengaruhi Oleh Karakter Senimannya (Sunaryo,
2002:5). Menurut Kartika (2004:40), Goresan Atau Garis Yang Dibuat Oleh Seorang Seniman Akan
Memberikan Kesan Psikologis Yang Berbeda Pada Setiap Garis Yang Hadir. Selain Itu Alat Dan Bahan
Yang Digunakan Dalam Pembuatan Karya Seni Juga Sangat Menentukan Perbentukan Garis Yang
Dihasilkan.
Sunaryo (2002:4), Menyatakan Bahwa Garis Ditinjau Dari Segi Jenisnya Dibagi Menjadi Tiga
Bagian, Yaitu : (1) Garis Lurus, Garis Yang Berkesan Tegas Dan Lancar, Memiliki Arah Yang Jelas Ke Arah
Pangkal Ujungnya, Garis Ini Ada Umumnya Bersifat Kaku. (2) Garis Tekuk, Garis Yang Bergerak Meliuk-
Liuk, Berganti Arah Atau Tak Menentu Arahnya, Penampilannya Membentuk Sudut-Sudut Atau Tikungan
Yang Tajam Kadang Berkesan Tegas Dan Tajam. (3) Garis Lengkung, Garis Yang Berkesan Lembut Dan
Kewanitaan Ditinjau Dari Segi Arah Garis Juga Dibagi Menjadi Tiga Bagian Yaitu : Garis Tegak (Vertikal)
Yaitu Penampilannya Berkesan Kokoh, Memiliki Vitalitas Yang Kuat; Garis Datar (Horisontal) Yaitu
Penampilannya Berkesan Tenang, Mantap Dan Luas; Garis Silang (Diagonal) Yaitu Penampilannya
Berkesan Bergerak Dan Giat.
Pada Pahatan Sebuah Patung Garis Yang Nampak Merupakan Garis Maya Yang Terkesan Tegas,
Kaku, Luwes Dan Lengkung Karena Adanya Torehan Pahat Yang Membentuk Gelap Terang Dan
Diakibatkan Adanya Sinar Yang Jatuh Pada Permukaan Patung.
Warna
Warna Adalah Suatu Kualitas Rupa Yang Membedakan Kedua Objek Atau Bentuk Yang Identik
Raut, Ukuran, Dan Nilai Gelap Terangnya. Warna Yang Kita Cerap, Sangat Ditentukan Oleh Adanya
Pancaran Cahaya (Sunaryo, 2002 :12). Menurut Soegeng Dalam Kartika (2004 : 48) Warna Merupakan
Kesan Yang Ditimbulkan Cahaya Pada Mata. Warna Pada Benda-Benda Tersebut Tidak Mutlak, Melainkan
Setiap Warna Akan Dipengaruhi Oleh Kepentingan Penggunaannya.
Pada Setiap Patung Memiliki Warna Berbeda-Beda Dengan Patung Yang Lainnya Tergantung
Medium Yang Digunakan Dalam Membuat Patung. Dari Unsur Warna Dapat Menambah Nilai Keindahan
Patung Yang Diperoleh Dari Karakteristik Warna Medium Yang Digunakan, Sehingga Unsur Warna Yang
Ada Pada Patung Dapat Dimanfaatkan Sebagai Salah Satu Nilai Estetis Pada Karya Seni Patung.
Tekstur
Tekstur (Texture) Ialah Unsur Rupa Yang Menunjukkan Rasa Permukaan Bahan, Sengaja Dibuat
Dan Dihadirkan Dalam Susunan Untuk Mencapai Bentuk Rupa, Sebagai Usaha Untuk Memberikan Rasa
Tertentu Pada Permukaan Bidang Pada
Perwajahan Bentuk Pada Karya Seni Rupa Secara Nyata Atau Semu (Kartika, 2004 : 47-48).
Menurut Susanto (2002:20) Tekstur Atau Barik Merupakan Nilai Raba, Kualitas Permukaan Yang Dapat
Melukiskan Sebuah Permukaan Objek Seperti Kulit, Rambut, Dan Bisa Merasakan Kasar-Halusnya,
Teratur-Tidaknya Suatu Objek.
Tekstur Adalah Sifat Permukaan Yang Memiliki Karakter Halus, Licin, Polos, Kasap, Mengkilap,
Berkerut, Dan Sebagainya (Sunaryo, 2002:11). Sesuai Dengan Nursantara (2007:15), Tekstur Adalah Nilai
Raba Dari Suatu Permukaan, Bisa Halus, Kasar, Licin, Dan Lain-Lain. Dalam Seni Patung Tekstur Dapat
Diperoleh Dengan Menggunakan Unsur Warna, Garis, Raut Yang Mempunyai Hasil Nilai Raba Yang
Berbeda-Beda Dan Selain Itu Tekstur Juga Dapat Diperoleh Dari Medium Patung Yang Digunakan.
Raut
Raut (Shape) Adalah Suatu Bidang Kecil Yang Terjadi Karena Dibatasi Oleh Sebuah Kontur (Garis)
Dan Atau Dibatasi Oleh Adanya Warna Yang Berbeda Atau Oleh Gelap Terang Pada Arsiran Atau Karena
Adanya Tekstur (Kartika, 2004 : 41). Di Dalam Karya Seni, Shape Digunakan Sebagai Simbol Perasaan
Seniman Di Dalam Menggambarkan Objek Hasil Subjek Matter. Menurut Sunaryo (2004:4), Berawal Dari
Kata Shape Yang Secara Umum Bermakna Perwujudan Yang Dikelilingi Oleh Kontur Dan Sapuan-Sapuan
Warna, Untuk Menyatakan Suatu Bidang Maupun Sesuatu Yang Bervolume Atau Bermassa. Menurut Wong
Dalam Sunaryo (2002 : 10) Dari Segi Perwujudannya, Raut Dapat Dibagi Menjadi (1) Raut Geometris, (2)
Raut Organis, (3) Raut Beraturan, Dan (4) Raut Tak Beraturan.
Bentuk
Pada Dasarnya Pengertian Bentuk (Form) Adalah Wujud Fisik Yang Dapat Dilihat (Bastomi, 1992 :
55). Bentuk Tidak Terlepas Kaitannya Dengan Elemen Garis. Bidang Adalah Suatu Bentuk Dataran Yang
Dibatasi Garis, Dengan Kata Lain Bentuk Disebut Juga Bidang Bertepi. Bentuk Merupakan Wujud, Seperti
Pada Karya Seni Patung Yang Selalu Memiliki Bentuk Yang Berbeda-Beda. Pada Seni Patung Juga
Menggunakan Unsur Bentuk Sebagai Salah Satu Unsur Keindahannya, Karena Dengan Melihat Dari Segi
Fisik Atau Bentuk Yang Ada Maka Patung Dapat Dinilai Keindahan Objektifnya.
Ruang
Ruang (Space) Adalah Unsur Atau Daerah Yang Mengelilingi Sosok Bentuknya. Menurut
Yudoseputro (1993 : 98) Unsur Ruang Sebenarnya Tidak Dapat Dilihat Atau Sesuatu Yang Khayal. Ruang
Dapat Dihayati Hanya Dengan Kehadiran Benda Atau Membuat Garis Dan Bidang Di Atas Lembar Kertas.
Dalam Desain Dwimatra Ruang Bersifat Maya Karena Itu Disebut Ruang Maya. Ruang Maya Dapat Bersifat
Pipih, Datar Dan Rata. Berkesan Trimatra Yang Lazim Disebut Kedalaman. Kedalaman Merupakan Ruang
Ilusi Atau Tidak Nyata, Sedangkan Ruang Nyata Dapat Ditempati Benda Dan Bersifat Trimatra Seperti
Pada Karya Seni Patung Yang Juga Memiliki Unsur Ruang.
Volume
Suatu Ruang Yang Dibatasi Dengan Bidang Disebut Volume. Volume Dalam Patung Terwujud
Dalam Bentuk Bagian-Bagian Dari Keseluruhan Massa, Tercipta Karena Keluasan Dan Kedalaman
(Tristiadi, 2003: 10). Seni Patung Memiliki Unsur Volume Yang Juga Disebut Isi, Patung Memiliki Unsur
Trimatra Dan Memiliki Unsur Ruang Di Dalamnya Yang Menjadikan Volume Ada Dalam Karya Seni Patung.
Gelap Terang
Unsur Gelap Terang Disebut Unsur Cahaya, Yang Berasal Dari Matahari Yang Berubah-Ubah
Derajat Intensitasnya, Maupun Sudut Jatuhnya Yang Menghasilkan Bayangan Dengan Keanekaragaman
Kepekatannya (Sunaryo, 2002: 19). Unsur Gelap Terang Pada Karya Seni Menghasilkan Bayangan Yang
Dapat Mempengaruhi Bentuk Karya Seni Itu Sendiri. Hubungan Antara Gelap Terang Dan Pencahayaan
Menghasilkan Suatu Bayangan Sehingga Menimbulkan Suatu Gradasi. Gradasi Inilah Yang Nantinya
Membentuk Efek Pada Mata Sehingga Mengakibatkan Adanya Perbedaan Gelap Dan Terangnya Pada
Suatu Benda.
Berdasarkan Uraian Di Atas Dapat Disimpulkan Bahwa Untuk Mewujudkan Hasil Karya Seni Yang
Bernilai Estetis Tidak Dapat Lepas Dari Unsur-Unsur Visual Yang Menyusunnya. Garis, Warna, Tekstur,
Raut, Bentuk, Ruang, Volume Dan Gelap Terang Adalah Bahasa Visual Yang Dapat Mengungkapkan
Emosi, Sama Persis Dengan Nada-Nada Dalam Musik Yang Langsung Menyentuh Dan Menggetarkan Hati.
Nada-Nada Tersebut Adalah Ungkapan Dari Semua Yang Ada Di Dalam. Garis Hadir Sebagai Terwujudnya
Raut Atau Bidang, Dan Bidang Sebagai Penggambaran Suatu Objek Dengan Torehan Warna Dan Tekstur
Untuk Mengekspresikan Jiwa. Sedangkan Hadirnya Sebuah Objek Yang Memiliki Wujud Atau Bentuk Maka
Akan Tercipta Sebuah Ruang Dan Volume Yang Mengisinya, Dengan Gelap Terang Yang Terjadi Karerna
Adanya Perbedaan Intensitas Cahaya Yang Diterima Oleh Suatu Objek.
Penyusun Atau Komposisi Dari Unsur-Unsur Estetik Merupakan Prinsip Pengorganisasian Unsur
Dalam Desain. Untuk Menambah Nilai Lebih Dalam Karya Seni, Selain Unsur-Unsur Visual Dalam Berkarya
Seni Juga Harus Memperhatikan Prinsip-Prinsip Desain.
Patung Kerajinan, Hasil Dari Para Pengrajin. Keindahan Patung Yang Dibuat Selain Untuk Dinikmati
Juga Sengaja Untuk Dijual.
Di Indonesia Pada Masa Lampau Sudah Dikenal Patung Primitif Seperti Yang Terdapat Di Irian Jaya
(Asmad) Dan Sulawesi Selatan (Toraja). Menurut Pendapat Musoiful Faqih M (2004:59) Pada Masa Hindu-
Budha Patung Klasik Terutama Berkembang Di Jawa Dan Bali. Karya Patung Primitif Dan Klasik Secara
Tradisional Berlangsung Turun Temurun Hingga Sekarang. Selanjutnya Primitif Dan Klasik Disebut Corak
Tradisional Sedangkan Patung Di Luar Primitif Dan Klasik Disebut Patung Yang Bercorak Modern. Dilihat
Dari Perwujudannya, Ragam Seni Patung Modern Dapat Dibedakan Menjadi Tiga:
2. Corak Deformatif
Patung Corak Ini Bentuknya Telah Banyak Berubah Dari Tiruan Alam. Bentuk-Bentuk Alam Digubah
Menurut Gagasan Imajinasi Pematung. Pengubahan Dan Bentuk Alam Digubah Menjadi Bentuk
Baru Yang Keluar Dari Bentuk Aslinya. Karya Ini Tampak Pada Karya But Mochtar G Sidhartha.
3. Corak Nonfiguratif (Abstrak)
Patung Ini Secara Umum Sudah Meninggalkan Bentuk-Bentuk Alam Untuk Perwujudannya Bersifat
Abstrak. Karya Ini Tampak Pada Karya Rita Widagdo Yang Tidak Pernah Sedikitpun Menampilkan
Bentuk Yang Umum Dikenal Seperti Bentuk-Bentuk Yang Ada Di Alam. Ia Mengolah Elemen-
Elemen Rupa Tri-Matra Seperti; Garis, Bidang, Ruang, Dan Memperlakukan Unsur- Unsur Rupa
Tersebut Sebagaimana Adanya – Tidak Mewakili Konsep Atau Pengertian Tertentu.
Memahat (Carving)
Teknik Carving Atau Memahat Ini Pada Dasarnya Merupakan Proses Mengurangi Bagian-Bagian
Yang Tidak Diperlukan. Proses Carving Berawal Dari Bungkahan Batu, Kayu Atau Benda Padat Yang
Dapat Dipahat, Akan Dibuang Bagian- Bagiannya Yang Tidak Esensial Sehingga Gagasan Yang Ada
Sebelumnya Bisa Dibebaskan Dari Bungkahan Itu (Sahman, 1992:85). Menurut Sukaryono (1994:33)
Teknik Pahatan Yaitu Membuang Bagian Demi Bagian, Sedikit Demi Sedikit Dengan Cara Memahat Dan
Ditinggalkan Bagian Bentuk Yang Diinginkan. Bahan Yang Digunakan Dalam Teknik Ini Antara Lain : Batu,
Cadas, Marmer, Kayu, Dan Lain-Lain.
Memahat (Carving) Dalam Karya Seni Patung Yaitu Mengurangi Sedikit Demi Sedikit Bagian Yang
Tidak Diinginkan Hingga Menjadi Bentuk Patung Yang Diinginkan Sesuai Ide Atau Gagasan
Awalnya. Carving Merupakan Proses Yang Sulit, Karena Itu Memerlukan Adanya Penguasaan Teknik
Khusus Dan Gagasan Atau Konsepsi Yang Cukup Matang.
Membentuk (Modeling)
Modeling Atau Membentuk Adalah Teknik Membuat Karya Dengan Memanfaatkan Bahan Plastis,
Seperti Tanah Liat Dan Plastisin. Sahman (1992:85), Mengatakan Bahwa Modeling Yaitu Membentuk
Dengan Menambahkan Sedikit, Sehingga Menjadi Bentuk Seperti Yang Dikehendaki. Bahan Yang
Dipergunakan Adalah Bahan Yang Mempunyai Sifat Elastis, Jadi Bentuk Yang Dikehendaki Diperoleh
Dengan Cara Menambahkan Bahan Baru Pada Bentuk Yang Sedang Dalam Proses Menuju Tahap
Penyelesaian.
Menurut Sukaryono (1994:33) Modeling Yaitu Dengan Jalan Menempelkan Bahannya Sedikit Demi
Sedikit Sehingga Menjadi Bentuk Seperti Yang Diinginkan. Bahan Yang Digunakan Dalam Teknik Ini Antara
Lain: Tanah Liat, Semen, Gips, Bubur Kertas, Lilin. Dalam Karya Seni Patung Bahan Plastis Seperti Itu
Memungkinkan Pematungnya Menggunakan Proses Aditif Dan Subtraktif Yaitu Bentuk Yang Dikehendaki
Diperoleh Dengan Cara Menambah Atau Mengurangi Bahan Yang Sedang Dalam Proses Pembentukan.
Menuang (Casting)
Casting Artinya Mencetak, Yaitu Mencetak Adonan Yang Besifat Cair Dengan Menggunakan
Cetakan Untuk Menghasilkan Bentuk Yang Diinginkan (Sahman, 1992:86). Casting Atau Cor Merupakan
Teknik Cor Atau Tuang, Bahan Yang Digunakan Adalah Bahan Yang Bias Dicairkan Seperti Semen,
Gipsum, Logam, Fiber Glass Dan Lain Sebagainya.
Pembuatan Patung Ini Sebelumnya Harus Menyiapkan Cetakan Terlebih Dahulu Seperti Dari Bahan
Gips Atau Sejenisnya, Sehingga Menjadi Sebuah Cetakan Yang Terdiri Dari Beberapa Bagian Dan Ketika
Ingin Mencetak Maka Tinggal Menyatukan Beberapa Bagian Tadi Sesuai Bentuk Cetakan.
Merangkai (Assembling)
Assembling Atau Merangkai Yaitu Pembentukan Dengan Cara Merangkai Dari Berbagai Macam Bahan
(Sahman, 1992:86). Bahan-Bahan Yang Digunakan Dalam Merangkai Antara Lain Adalah Kain Bekas,
Logam, Karet, Kulit, Kaca, Plastik, Kayu Dan Lain-Lain.
Menyusun (Constructing)
Teknik Constructing Atau Konstruksi Mempunyai Kecenderungan Pada Karya Arsitektural Atau Seni
Bangunan. Constructing Yaitu Menyusun Atau Merakit Komponen Dari Logam Atau Besi Dengan
Menggunakan Alat Las Sebagai Penyambung (Sukaryono, 1994:33). Pengertian Lain Constructing Menurut
Sahman (1992:86) Adalah Membentuk Dengan Jalan Menyusun, Menggabungkan, Merangkaikan Sehingga
Memperoleh Bentuk Yang Direncanakan Dengan Media Perekat Yang Sesuai. Alat Yang Digunakan Antara
Lain; Mesin Las, Palu, Lem Dan Lain-Lain. Biasanya Teknik Ini Digunakan Untuk Mencipta Patung Dengan
Menyusun Bahan Sejenis.
Alat Untuk Membuat Patung Berdasarkan Bahan Yang Digunakan ( Bahan Seni Patung )
Peralatan Yang Digunakan Untuk Membuat Patung Tergantung Kepada Bahan Dan Tekniknya. Alat-Alat
Yang Digunakan Dalam Mematung Terdiri Dari :
Butsir Adalah Alat Bantu Untuk Membuat Patung Terbuat Dari Kayu Dan Kawat.
Meja Putar Adalah Meja Untuk Membuat Patung Dan Dapat Di Gerakan Denagan Cara
Diputar,Fungsinya Untuk Memudahkan Dalam Mengontrol Bentuk Dari Berbagai Arah.
Pahat
Palu Kayu
Cetakan Berfungsi Untuk Mengencangkan Ikatan Kawat Dan Memotong Ikatan Kawat.
Sendok Adokan Berfungsi Untuk Mengambil Adonan Dan Menempelkanya Pada Kerangka Patung
Pembuatan Patung Berbahan Tanah Liat Memerlukan Butsir Dan Sudip Untuk Mengambil Dan
Menambal Atau Menambahkan Bahan Serta Menghaluskan Permukaan Yang Sulit Dijangkau
Secara Langsung Oleh Tangan.
Patung Berbahan Kayu Dalam Pembuatannya Memerlukan Pisau, Kapak, Martil, Gergaji Serta
Ampelas.
Patung Dari Bahan Batu Alat Yang Digunakan Berupa Pahat Baja, Martil Besi, Gurinda “Grenda”.
Patung Cetak Dari Bahan Logam Alat Yang Digunakan Ialah Kompor Pengecor, Alat Cetak Dan
Gurinda.
Patung Pahat Dari Bahan Logam “Berupa Plat” Alat Yang Diperlukan Berupa Martil, Tatah “Patah”
Dan Gurinda “Grenda”.
Patung Berbahan Semen Alat Yang Diperlukan Pisau, Martil Dan Tang.
Sebuah Karya Seni Merupakan Wujud Organisasi Dari Unsur-Unsur Seni Rupa. Unsur-Unsur Seni Rupa
Tersebut Diorganisasikan Sedemikian Rupa, Sehingga Terciptalah Sebuah Bentuk Yang Memiliki Makna.
Dalam Proses Pengorganisasiannya, Unsur-Unsur Tersebut Ditata Dengan Memperhatikan Aturan- Aturan
Tertentu Sehingga Diperoleh Suatu Karya Yang Bernilai Estetis. Asas Yang Mempedomani Bagaimana
Mengatur, Menata Unsur-Unsur Rupa Dan Mengkombinasikan Dalam Menciptakan Bentuk Karya.
Sehingga Mengandung Nilai Estetis Atau Dapat Membangkitkan Pengalaman Rupa Yang Menarik Disebut
Dengan Prinsip-Prinsip Desain (Sunaryo, 2002:6). Prinsip-Prinsip Desain Disebut Juga Kaidah-Kaidah Yang
Menjadi Pedoman Dalam Berkarya Seni Rupa. Dalam Berkarya Khususnya Seni Patung, Harus
Memperhatikan Prinsip-Prinsip Desain, Antara Lain :
Keseimbangan
Keseimbangan (Balance) Dalam Pembuatan Adalah Keadaan Atau Kesamaan Antara Kekuatan Yang
Saling Berhadapan Dan Menimbulkan Kesan Seimbang Secara Visual Ataupun Secara Intensitas
Kekaryaan. Keseimbangan Ini Ada Dua Macam, Yaitu Keseimbangan Formal Dan Informal. Keseimbangan
Formal Adalah Keseimbangan Pada Dua Pihak Berlawanan Dari Satu Poros. Sedangkan
Keseimbangan Informal Adalah Keseimbangan Sebelah Menyebelah Dari Susunan Unsur Yang
Menggunakan Prinsip Susunan Ketidaksamaan Atau Kontras Dan Selalu Asimetris (Kartika, 2004 : 60).
Irama
Irama (Rhythm)
Merupakan Pengaturan Unsur-Unsur Rupa Secara Berulang Dan Berkelanjutan., Sehingga Bentuk
Yang Tercipta Memiliki Kesatuan Arah Dan Gerak Yang Membangkitkan Keterpaduan Bagian-Bagiannya
(Sunaryo, 2002:35). Menurut Kartika (2007:82), Irama Merupakan Pengulangan Unsur-Unsur Karya Seni.
Irama Dalam Seni Rupa Sangat Penting Karena Pengamatan Karya Seni Atau Proses Berkarya Sangat
Membutuhkan Waktu, Sehingga Perlu Mengetahui Irama Dalam Persoalan Warna, Komposisi, Garis
Maupun Lainnya (Susanto, 2002:98).
Repetisi Merupakan Perulangan Unsur-Unsur Pendukung Karya Seni. Repetisi Atau Ulang Merupakan
Selisih Antara Wujud Yang Terletak Pada Rung Dan Waktu. Sunaryo (2002:35) Mengatakan Bahwa Irama
Dapat Diperoleh Dengan Beberapa Cara, Yakni (1) Repetitif, Merupakan Irama Yang Diperoleh Dengan
Mengulang Unsur, Menghasilkan Irama Total Yang Sangat Tertib, Monoton Dan Menjemukan, Sebagai
Akibat Pengaturan Unsur-Unsur Yang Sama Baik Bentuk, Ukuran Maupun Warnanya, (2) Alternatif,
Merupakan Bentuk Irama Yang Tercipta Dengan Cara Perulangan Unsur-Unsur Rupa Secara Bergantian,
(3) Progresif, Merupakan Irama Yang Diperoleh Dengan Menunjukkan Perulangan Dalam Perubahan Dan
Perkembangan Secara Berangsur-Angsur Atau Bertingkat, Dan Yang Ke (4) Flowing, Merupakan Irama
Yang Mengalun Terjadi Karena Pengaturan Garis- Garis Berombak, Berkelok, Dan Mengalir
Berkesinambungan.
Dominasi
Dominasi Atau Penonjolan Mempunyai Maksud Mengarahkan Perhatian Orang Yang Menikmati
Suatu Karya Seni Yang Dipandang Lebih Penting Daripada Hal-Hal Yang Lain. Penonjolan Atau Penekanan
Dilakukan Dengan Cara Memberi Intensitas, Pemakaian Warna Kontras, Dan Ukuran Yang Berlawanan.
Menurut Sunaryo (2002: 36-37) Dominasi Adalah Penonjolan Peran Atau Penonjolan Bagian, Atas
Bagian Lainnya Dalam Suatu Keseluruhan. Dengan Adanya Dominasi, Unsur-Unsur Tidak Akan Tampil
Seragam, Setara Atau Sama Kuat Melainkan Justru Memperkuat Keseutuhan Dan Kesatuan Bentuk. Lebih
Lanjut Bastomi (1992: 70), Mengataan Bahwa Dominasi Merupakan Upaya Untuk Menonjolkan Inti Seni
Atau Puncak Seni, Sehingga Dominasi Pada Suatu Karya Seni Sangat Dibutuhkan Karena Akan
Menjadikan Karya Menarik Dan Menjadi Pusat Perhatian.
Karya Yang Baik Mempunyai Titik Berat Untuk Menarik Perhatian (Center Of Interest). Ada
Beberapa Cara Untuk Menarik Perhatian Kepada Titik Berat Tersebut, Yaitu Dicapai Dengan Melalui
Perulangan Ukuran Dan Kontras Antara Tekstur, Nada Warna, Garis, Ruang, Bentuk (Kartika, 2007: 63)
Kesebandingan
Kesebandingan (Proporsi) Merupakan Pengaturan Hubungan Antara Bagian Yang Satu Terhadap
Bagian Keseluruhan (Sunaryo, 2002:31). Pengaturan Bagian Yang Dimaksud Bertalian Dengan Ukuran,
Yaitu Besar Kecilnya Bagian, Luas Sempitnya Bagian, Panjang Pendeknya Bagian, Atau Tinggi Rendahnya
Bagian. Tujuan Pengaturan Kesebandingan Adalah Agar Dicapai Kesesuaian Dan Keseimbangan,
Sehingga Diperoleh Kesatuan Yang Memuaskan. Kesebandingan Juga Menjadi Prinsip Desain Yang
Mengatur Hubungan Ukuran Unsur Dengan Keseluruhan Agar Tercapai Kesesuaian.
Kesatuan
Kesatuan (Unity) Merupakan Prinsip Pengorganisasian Unsur Rupa Yang Paling Mendasar
(Sunaryo, 2002:31). Nilai Kesatuan Dalam Suatu Bentuk Bukan Ditentukan Oleh Jumlah Bagian-Bagiannya.
Kesatuan Diperoleh Dengan Terpenuhinya Prinsip-Prinsip Yang Lain Maka Kesatuan Merupakan Prinsip-
Prinsip Desain Yang Paling Berperan Dan Menentukan. Kartika (2007:59) Mengatakan Bahwa Kesatuan
Bukan Sekedar Kuantitas Bagian, Melainkan Menunjuk Pada Kualitas Bagian-Bagian. Dengan Kata Lain,
Dalam Kesatuan Terdapat Pertalian Yang Erat Antar Unsur-Unsurnya Sehingga Tidak Dapat Terpisahkan
Satu Dengan Yang Lain, Serta Tidak Perlu Ada Penambahan Lagi Maupun Yang Dapat Dikurangkan Dari
Padanya.
Dari Paparan Di Atas, Prinsip Desain Pada Dasarnya Merupakan Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk
Menilai Suatu Karya Yang Baik Khususnya Dalam Pengorganisasian Setiap Unsur Sehingga Membentuk
Perpaduan Yang Menarik.
Karya Seni Dapat Dikatakan Memiliki Nilai Estetis Apabila Dalam Penciptaannya Dapat Dilihat Dari
Bagaimana Cara Mendesain. Adapun Desain Yang Baik Adalah Desain Yang Dibuat Sesuai Dengan
Prinsip Desai N. Ada Delapan Unsur Desain Yang Perlu Diperhatikan Oleh Para Seniman Dalam
Mendesain Karya Seni, Yaitu Garis, Warna, Tekstur, Raut, Bentuk, Ruang, Volume, Dan Gelap Terang.
Sedangkan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mendesain Adalah Mengorganisasikan Unsur-Unsur
Desain Dalam Prinsip-Prinsip Desain Yang Terdiri Dari : Keseimbangan, Irama, Dominasi, Kesebandingan
Dan Kesatuan. Dengan Demikian Karya Seni Dapat Dikatakan Karya Yang Memiliki Nilai Keindahan,
Apabila Seniman Sudah Menerapkan Unsur-Unsur Seni Dengan Pengaturan Yang Didasarkan Pada
Prinsip-Prinsip Desain.
Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas. Pameran juga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan sebuah ide atau gagasan kepada masyarakat luas yang melalui sebuah media karya seni.
Dalam kegiatan ini diharapkan dapat terjadi komunikasi antaran perupa yang diwakili oleh masing masing
karya seninya dengan apresiasi.
Jenis-Jenis Pameran, pameran bisa dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Pameran periodik, Pameran yang diselenggarakan secara teratur dalam waktu tertentu. Misalnya sebulan
sekali atau setahun sekali.
2. Pameran insidental, Pameran yang diselenggarakan jika diperlukan sehingga waktunya tidak bisa
ditentukan.
3. Pameran permanen, Pameran yang diadakan dengan tempat yang tetap dan dibuka dengan waktu yang
telah ditentukan. Contohnya, pameran di museum.
Unsur-Unsur Perlengkapan Pameran Seni Rupa, sebagai berikut:
1. Karya-karya seni rupa yang akan dipamerkan.
2. Panel atau sketsel, standart display atau box untuk memajang karya seni yang akan dipamerkan.
3. Dekorasi, Perlengkapan untuk menyajikan karya seni agar lebih indah.
4. Sound system yakni sarana audio yang diperlukan untuk menciptakan suasana nyaman bagi pengunjung
pameran.
5. Label karya digunakan untuk menulis identitas (judul, pecipta, teknik dan tahun penciptaan) dan
ditempel di dekat karya seni yang dipamerkan.
6. Katalog yakni lembaran petunjuk yang berisi penyelenggaraan pameran.
7. Buku tamu yang diisi oleh pengunjung pameran.
8. Buku pesan atau kesan, digunakan untuk mengetahui tanggapan pengunjung terhadap karya yang
dipamerkan.
Tujuan Diadakannya Pameran, ialah pada dasarnya meliputi tujuan sosial dan kemanusiaan, tujuan
komersial, serta tujuan yang berkaitan dengan pendidikan.
1. Tujuan Sosial
Tujuan sosial memiliki arti yaitu kegiatan pameran seni rupa baik dalam skala besar maupun dalam skala
yang terbatas di sekolah tersebut. Karya seni yang dipamerkan dapat digunakan untuk kepentingan sosial.
2. Tujuan Komersial
Tujuan komersial pameran ini berkaitan dengan adanya kegiatan yang dapat menghasilkan profit atau
keuntungan terutama bagi seniman dan juga penyelenggara-penyelenggara pameran. Berkaitan dengan
tujuan komersial, sebuah kegiatan pameran akan diselenggarakan dengan tujuan agar karya yang dipamerkan
akan laku terjual dan akan mendatangkan keuntungan bagi si pemilik karya atau bagi si penyelenggara
pameran.
3. Tujuan Kemanusiaan
Dalam tujuan kemanusiaan kegiatan ini memiliki tujuan untuk kepentingan pembinaan nilai-nilai,
pelestarian, dan pengembangan sebuah hasil dari karya seni yang dimiliki oleh masyarakat. Apabila pameran
bertujuan untuk sosial kemanusiaan, maka dana dari hasil penjualan karya akan digunakan untuk kegiatan
sosial kemanusiaan seperti sumbang ke panti asuhan, ataupun masyarakat kurang mampu serta korban
bencana alam.
Manfaat Pameran Seni Rupa yang Diselenggarakan di Sekolah, antara lain sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan menambah kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya orang lain.
2. Meningkatkan kemampuan berkarya siswa karena siswa akan bersaing secara sehat dan terarah, sehingga
akan mendorong siswa membuat karya terbaiknya.
3. Menambah wawasan dan kemampuan siswa dalam melakukan penilaian (evaluasi) secara lebih objektif.
Hal ini khususnya bagi guru , orang tua dan masyarakat terhadap pencapaian siswa dalam bidang seni rupa.
4. Melatih kerja sama karena pameran merupakan kerja sama kelompok yang melibatkan banyak orang.
5. Melatih kemandirian dan bertanggungjawab serta melatih untuk membuat suatu perencanaan kerja dan
melaksanakan yang telah direncanakan.
6. Membangkitkan motivasi jika pameran dapat diapresiasi dengan baik oleh pengunjung.
F. KRITIK SENI
Pengertian dan Macam Kritik Seni
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam
berbagai aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya seni.
Kritik seni tidak hanya mengarah pada karya seni semata, tetapi juga seorang kritikus seni dapat
juga memberikan kritikan mengenai tulisan tentang karya seni, serta dapat mempertimbangkan dan
membuat penilaian berdasarkan pada kriteria atau tolak ukur tertentu. Secara umum kriteria itu terbagi 2,
yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Pada kriteria intrinsik, yaitu kriteria yang berhubungan dengan nilai estetik karya seni rupa,
kriterianya telah melekat pada intra-estetik yang terkandung di dalam karya seni. Pada kriteria ekstrinsik
atau ekstra-intrinsik, kritik ini mengacu pada bidang kehidupan di luar seni, antara lain bidang agama,
politik, bisnis, etika, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Selain itu, kritik seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut, maka kritik
seni dapat dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan pendekatannya yang disampaikan oleh Feldman, yaitu :
1. Kritik kependidikan adalah kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan
artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya.
Kritik jenis ini termasuk yang digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata
pelajaran pendidikan seni.
2. Kritik keilmuan adalah jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan,
kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai /menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini
umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau
kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis.
Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator
institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
3. Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara
terbuka kepada publik melalui media massa khususnya surat kabar. Kritk ini hampir sama dengan
kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, terutama karena sifat dari media
massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya.
4. Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang
disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja dan lebih kepada pengenalan atau
publikasi sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya dipergunakan gaya bahasa dan istilah-
istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
BAGIAN 6
Kritik Karya Seni Rupa (Pengertian, Jenis, Bentuk, Tahapan, Fungsi)
Hai, disini saya akan membagikan materi tentang kritik karya seni rupa yang membahas
mengenai pengertian kritik karya seni rupa, jenis kritik karya seni rupa, bentuk kritik karya seni rupa,
tahapan kritik karya seni rupa, fungsi kritik karya seni rupa, dan kritikus karya seni rupa.
Kritik seni adalah kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam
berbagai aspek, terutama untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Kritik karya seni tidak hanya
meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi juga dipergunakan
sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan penilaian
yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat mempengaruhi persepsi penikmat terhadap
kualitas sebuah karya seni bahkan dapat mempengaruhi penilaian ekonomis (harga jual).
1. Kritik Populer, adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi umum. Tanggapan yang
disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja, lebih kepada pengenalan atau publikasi
sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya menggunakan gaya bahasa dan istilah-istilah
sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
2. Kritik Jurnalis, adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara
terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritk ini hampir sama dengan kritik
populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, tertama karena sifat dari media massa dalam
mengkomunikasikan hasil tanggapannya
3. Kritik Keilmuan, adalah jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan
dan kepekaan yang tinggi untuk menilai sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh
seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, dan disampaikan dengan metodologi
kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para
kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
4. Kritik Kependidikan, adalah kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik
serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni
terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik ini yang digunakan
guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni.
"Bentuk Kritik Seni" Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik
sebagai berikut :
1. Kritik Formalistik Kajian kritik ditujukan terhadap konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan
dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas
penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat
dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan
dalam berkarya seni.
2. Kritik Ekspresivistik Dalam kritik ini, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan
perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya
menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang
ditampilkan dalam sebuah karya.
3. Kritik Instrumentalistik Dalam kritik ini, karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya
dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak
mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini
maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya,
dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan
tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap
konteks ketika karya tersebut dihadirkan.
"Tahapan dalam Kritik Seni"
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan
kritik secara umum sebagai berikut:
1. Deskripsi, adalah tahapan untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang
dilihat apa adanya, dan tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat
mendeskripsikan dengan baik, seorang pengkritik harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum
digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pengkritik akan kesulitan untuk
mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.
2. Analisis formal, adalah tahapan untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau
unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan
prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.
3. Interpretasi, yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol
yang dihadirkan dan masalah yang dihadirkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut
pandang dan wawasan pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin banyak pula
penafsiran karya yang dikritisinya.
4. Evaluasi atau penilaian, merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau
penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan
dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan
karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks.
"Fungsi Kritik"
Fungsi kritik seni yang utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi karya seni rupa, antara seniman,
karya, dan penikmat seni. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas,
menganalisis, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya
seni.
"Kritikus Seni"
Kritikus adalah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya orang lain atau dirinya sendiri.
Kritik yang disampaikan harus dilandasi dengan :
Keilmuan dan pengetahuan yang relevan;
Pengalaman yang memadai dalam materi kritik;
Menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif);
Menguasai penerapan metoda kritik yang tepat.