Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FRISKA NOVITA SARI

NIM :51120010
MK : KIMIA KLINIK
SEMSETER/TK :5/3
PEMBIMBING PRAKTIKUM:dr.Verdiansah,Sp,PK

LAPORAN KIMIA KLINIK


1. Pengamatan urine mikroskop
2. Pengamatan urine secar makrsokopik
3. Pemeriksaan Glukosa Urine Metode Benedict”

I. Hari/Tanggal : Rabu, 16 Novembeer 2022

II. Prinsip Kerja


1. Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin untuk tujuan skrining,
diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih,
batu ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes
melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum.
2. Prosedur kerja Benedict menggunakan sifat glukosa sebagai zat
peroduksi. Garam cupri yang terkandung dalam reagen Benedict akan
berubah sifat dan warnanya jika di produksi oleh gukosa. Glukosa akan
mereduksi CUSO4 dalam suasana basa kuat dan panas membentuk
CU2O yang mengendap dan berwarna kuning sampai merah bata
sebanding dengan kadar glukosa dalam urin
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengamatan Urine di Mikroskopis secara baik dan
benar.
2. Untuk mengetahui cara pengamatan urine secara makroskopis yang baik dan
benar.
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan glukosa urise metode benedict secara
baik dan benar

IV. Alat dan Bahan


A. Alat Pemeriksaan urine secara mikroskopik
1. Mikroskop
2. Kaca benda/kaca penutup
3. Pipet tetes 4
4. Asam asetat 6%
5. Sembakar bunsen
6. Sentrifuge
7. Kertas saring,

A. Bahan pemeriksaan urine secara mikroskopik


1. Asam Asetat
2. Urine

B. Alat pemeriksan urine seraca makroskopik


1. Gelas takar
2. Kertas pH
C. Bahan pemeriksaan urine secara makroskopik
1. Urine

D. Alat pemeriksaan glukosa urine metode benedik


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Tabung
4. Bunsen

E. Bahan pemeriksaan glukosa urine metode benedik


1. Asam asetat 6%
2. Urine
3. Reagen benedict

V. Prosedur Kerja
A. Prosedur kerja pengamatan urine secara mikroskopik
1. Mencuci air dengan 6 langkah dengan sabun di air mengalir
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Kocoklah dahulu urin dalam botol.
4. Jika keruh karena fosfat (reaksi alkalis) asamkanlah sedikit dengan
asam asetat encer, jika keruh karena urat ( reaksi asam) panasilah
sebentar hingga kembali jernih.
5. Kocok botol urin sekali lagi
6. Masukkanlah 12-15 ml urin ke dalam tabung centrifuge.
7. Putarlah dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit
8. Buanglah semua urin dengan pelan-pelan kecuali beberapa tetes
terakhir guna mensuspensi sedimen
9. Pindahkan dengan pipet tetes 1-2 tetes suspensi ke kaca benda yang
bersih, tutuplah masing-masing tetesan tersebut dengan hati-hati tak
terjadi gelembung-gelembung udara
10. Periksalah di bawah mikroskop dengan kuantum cahaya yang
minimun dan mulailah memeriksa dengan pembesaran kecil
dilanjutkan dengan pembesaran besar

B. Prosedur keja Pemeriksaan urine secara makroskopik


1. Volume : tentukanlah besarnya volume urin dengan gelas takar
2. Warna : catatlah apakah warna urin normal atau abnormal, bila
abnormal terangkan kemungkinan akibatnya
3. Kejernihan : nyatakanlah urin sebagai jernih,agak keruh,sangat
keruh.
4. Bau : nyatakanlah sebagai bau amoniak, bau buah-buahan atau
semacam makanan, bau asam sulfida atau obat-obatan, bau busuk,
dan terangkanlah kemungkinan sebabnya.
5. pH dan reaksinya:
a) Menentukan pH dengan kertas nitrazin : celupkanlah
sepotong kertas nitrazin ke dalam urin 3x berturut-turut,
buang urin yang berlebihan dengan melambaikan kertas
tersebut dan bandingkanlah warnanya dengan kertas warna
sesudah menunggu 1 menit.
b) Menentukan pH dengan kertas lakmus : Celupkan ujung
kertas lakmus ke dalam urin, nyatakan reaksinya:
asam,netral,atau alkalis. Kalau alkalis panaskan kertas tadi
hingga kering. Warna tetap biru disebabkan urin yang lindi
(basa) sedangkan warna biru yang menghilang apabila
dipanaskan sedikit-sedikit sampai kering disebabkan oleh
substansi yang lekas menguap yaitu amoniak

C. Prosedur kerja pemeriksaan glukosa metode benedik


a) Cara Benedict
1. Masukkanlah 5ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin(Jangan lebih!) ke dalam
tabung.
3. Masukkanlah tabung itu ke dalam air mendidih selama
5menit.
4. Angkat tabung, kocokanlah isinya dan bacala hasil reduksi

b) Cara pemanasan dengan Asam Asetat


1. Masukkanlah urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai
2/3 penuh.
2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah,
lapisan atas urin dipanasi di atas nyala api sampai
mendidih selama 30 detik.
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di atas lapisan urin itu
dengan membandingkan kejernihannya dengan bagian
bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan
mungkin disebabkan oleh protein tetapi mungkin juga
oleh kalsium fosfat dan kalsium karbonat.
4. Teteskanlah kemudian ke dalam urin yang masih panas
itu 3-5 tetes larutan asam asetat 6%. Jika kekeruhan
disebabkan oleh kalsium fosfat kekeruhan itu akan
lenyap. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsium karbonat
kekeruhan akan hilang juga tetapi dengan pembentukan
gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh
lagi berarti tes terhadap protein adalah positif.
5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih
dan kemudian berilah penilaian semi kuantitatif kepada
hasilnya.

VI. Hasil

Gambar 1.1 pengamatan urine secara mikroskopik


Gambar 1.2 Pengamatan urine secara makroskopik menggunkan urine strip

Gambar 1.3 Pemeriksan glukosa urine metode benedik

VII. Pembahasaan
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga hemostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra.
Warna Urine Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai
sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urin; urin encer hampir tidak
berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Bau Urine Urine
baru, pada umumnya tidak berbau keras. Baunya disebut pesing, disebabkan
karena adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urine dapat dipengaruhi
oleh makanan/ minuman yanga dikonsumsi. Apabila urine dibiarkan lama, maka
akan timbul bau amonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aceton memberikan
bau manis dan adanya kuman akan memberikan bau busuk pada urine. Pada
orang dewasa, normal produksi urine sekitar 1,5 L dalam 24 jam. Jumlah ini
bervariasi tergantung pada : luas permukaan tubuh, konsumsi cairan, dan
kelembaban udara/ penguapan. Kekeruhan pada Urine Urine baru dan normal
pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau
pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam urin basa). Kekeruhan
juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Glukosa urine adalah pemeriksaan urine rutin, pemeriksaan dasar yang
dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Secara rutin
pemeriksaan glukosa urine ditekankan terhadap kemungkinan adanya glukosa
dalam urine atau glukosuria. Glukosa dalam urine dapat deteksi dengan cara
yang berbeda-beda. Pada pemeriksaan glukosa urine sebaiknya penderita jangan
makan zat reduktor vitamin C. karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif
palsu dengan cara reduksi. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui perbedaan
kadar glukosa urine metode benedict, fehling, dan stick pada urine setelah
ditambahkan vitamin C.
VIII. Kesimpulan
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya,
kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat
seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan (Gardjito, 2008).
Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan mikroskopik, makroskopik dan kimia
urin.
Sedimen urin dapat memberi informasi penting bagi klinisi dalam
membantu menegakkan diagnosis dan perjalanan penyakit dengan kelainan
ginjal dan saliran kemih. Pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa
metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan
pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal atau tidak normal
yang terdapat dalam urin akan dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Urin
yang ditemukan jumlah eritrosit jauh di atas angka normal bisa menunjukkan
terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah.
Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan sifat glukosa
sebagai pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict adalah glukosa dalam urin akan
mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna
dari larutan Benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan adannya kekeruhan dan
perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan sampai merah bata.
Kelemahan metode ini antara lain reagen yang dibutuhkan lebih banyak, untuk
mendapatkan hasil diperlukan waktu yang agak lama, metode ini juga tidak
spesifik untuk mendeteksi glukosa urin saja. Kelebihan metode ini biayannya
murah, membutuhkan urin yang lebih sedikit (Gandasoebrata, 2017)
IX. Referenai
Setyawati, T. (2018). Medika tadulako , Jurnal Ilmiah Kedokteran , Vol . 1 No .
2. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 1(2), 36–44.
Lewandroski K. 2019. Clinical Chemistry laboratory management & Clinical
Corellations.
Lewandroski K. 2019. Clinical Chemistry laboratory management & Clinical
Corellations. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. From P, Bieganiec
B, Ehrentich Z, Barak M. 2020. Stability of Common Analytes in urine
Refrigerated for 24 h Before Automated Analysis by Test Strips. Clinica
Chemistry : 49:9
Mengko.R.2019. Instrumen Labolatorium Klinik.Bandung
Ripani,Ahmad. 2020. Penuntu praktikum klinik SMK UNGGULAN Husada
Banjarmasin. Jurusan analisis kesehatan

Anda mungkin juga menyukai