Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ardian Havidani

NIM : 7775210016

Kelas : 1B

MK : Ekonomi Politik dan Pembangunan

Dosen Pengampu : Leo Agustino, Ph, D

Critical Review

Buku : “Gagalnya Pembangunan Kajian Ekonomi Poltik terhadap

Akar Krisis Indonesia”.

Penulis : Andrinof A. Chaniago

Setelah membaca buku “Gagalnya Pembangunan Kajian Ekonomi Poltik terhadap Akar
Krisis Indonesia” menurut saya analisis yang dilakukan Andrinof A. Chaniago cenderung keluar
dari pandangan para ahli lain dalam melihat akar masalah krisis yang cenderung liberal dan neo
liberal. Bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia bukanlah krisis moneter semata. Bahkan,
krisis ini juga tidak dapat disebut sebagai krisis ekonomi semata. Krisis Indonesia adalah krisis
pembangunan yang sesungguhnya. Krisis ini bukan pula dimulai pada akhir 1997 seperti yang
diyakini banyak orang, melainkan telah ada sebagai krisis tersembunyi sejak akhir 1980-an.
Perubahan tragis pada akhir 1997 adalah konsekuensi logis dari krisis tersembunyi yang
berkembang selama hampir sepuluh tahun terakhir Orde Baru ketika margin krisis telah sampai
pada titik kritis.

Sebagai sebuah studi ekonomi politik, buku “Gagalnya Pembangunan Kajian Ekonomi
Poltik terhadap Akar Krisis Indonesia” tampak cukup berbeda dengan beberapa karya ekonomi
politik yang juga menganilisis objek analisis yang sama. Di dalam buku ini tidak membahas
kemunculan oligarki yang juga didukung oleh kelompok menengah profesional sebagai akibat dari
strategi pertumbuhan ekonomi. (Robinson, 1986) Buku ini juga tidak menyinggung bagaimana
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang akan memperbaiki proses demokratisasi karena
kemunculan kelas menengah yang kritis. (Liddle, 1992) atau ketimpangan sumber daya di tingkat
populasi yang mempengaruhi ketimpangan sumber daya politik di tingkat negara. (Winters, 2011)
Buku ini juga tidak berbicara mengenai bagaimana suatu ideologi aktor-aktor negara dapat
menjadi kesempatan untuk kelompok-kelompok pengusaha tertentu. Sementara itu, studi yang
dilakukan oleh Andrinof A. Chaniago merupakan sebuah kajian empiris mengenai bagaimana
ketimpangan dapat dihasilkan dari kebijakan ekonomi-politik Orde Baru yang berujung kepada
suatu hantaman krisis ekonomi yang serius. Studi yang dilakukan oleh Chaniago agak mirip
dengan Robinson dalam beberapa hal, namun Robinson tidak sampai pada efek krisis yang
dihasilkan oleh ekonomi kapitalis kroni pemerintah.

Menurut Andrinof A. Chaniago, kebijakan-kebijakan yang lahir pada akhir tahun 1980an
tampak tidak terencana. Segala upaya pembangunan yang dilakukan terlihat begitu responsif dan
pragmatis, hanya dengan memperhitungkan kepentingan pelaku-pelaku ekonomi lokal yang mulai
terdesak, terutama mereka yang menjadi pendukung setia pemerintah. Ketergantungan terhadap
dana asing menjadi sangat tinggi sebab proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang menjadi
program utama dan penggerak perekonomian nasional pada masa satu dekade terakhir
pemerintahan Orde Baru. Andrinof Chaniago berpendapat bahwa Indonesia begitu menurun di
dalam ekspor sektor migas dan sektor nonmigas pada saat itu. Di sisi lain, rata-rata pengusaha
yang menjadi eksekutor dari pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut hanya memiliki sekitar 20%
dari total modal pembangunan untuk infrastruktur, sisanya diambil dari dana-dana kredit luar
negeri.

Mohtar Mas’oed, seorang ahli ekonomi-politik internasional dari Universitas Gajah Mada
yang juga memberikan pengantar dalam buku buku “Gagalnya Pembangunan Kajian Ekonomi
Poltik terhadap Akar Krisis Indonesia”, mengatakan bahwa buku yang ditulis oleh Andrinof
Chaniago adalah sebuah ulasan empiris yang begitu kuat untuk menjelaskan buble economy yang
terjadi di Indonesia. Puncak dari gagasan di dalam buku tersebut memang mengarah kepada
kebijakan-kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mengarahkan ekonomi Indonesia ke dalam
gelombang krisis yang begitu kuat. Kebijakan-kebijakan tersebut juga membuat Indonesia kurang
kuat secara fundamnental. Sehingga, krisis 1997 berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat.
Harga-harga jauh melambung tinggi dan pemutusan hubungan kerja juga merupakan konsekuensi
yang harus diterima melalui efek kebijakan-kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai