Anda di halaman 1dari 4

Beberapa hari sebelum ramadlan tiba, salah seorang teman datang ke rumah setelah janjian untuk

minta tolong diketikkan do’a sehabis tahiyat akhir yang rencananya mau diberikan pada jama’ah
pengajiannya. Setelah omong-omong ngalor-ngidul, tidak sengaja kita membahas tentang trend ternak
dan komsumsi semut Jepang untuk kesehatan yang terjadi di Cepu, yang bahkan ada sebagian pengurus
NU yang melakukannya. Padahal menurut ingatannya, dulu orang tuanya pernah cerita kalau makan
semut itu bisa menyebabkan gampang lupa. Untuk menjawabnya, maka akhirnya saya ambilkan kitab
Hayatul Hayawan al-Kubro nya Kamaluddin Muhammad bin Musa ad-Damairiy dan saya suruh membaca
di pasal tentang semut (naml).

Agar lebih bermanfaat, maka saya akan mengutipkan sebagian dari apa yang ada dalam kitab itu
ditambah dari beberapa kitab lain agar kita tahu bagaimana hukumnya memakan semut.

‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َع ْن َقْت ِل‬ َّ ‫اس َر ِضي اهللُ َعْن ُه َما‬
ٍ َّ‫ث ابْ ِن َعب‬ِ ‫و ََّأما ْ َقْتل النَّم ِل فَم ْذهبنَا الَ جَي و ُز حِل ِدي‬
َ َّ ‫َأن النَّيِب‬
َّ ‫ص‬ َ ْ َ ُْ َُ َ ْ ُ َ
. ِ ‫لى َش ْر ِط الشَّْيخَنْي‬ ِ ‫ رواه َأبو داود بِِإسنَ ٍاد‬.‫الصر ِد‬ ِ ِ ‫ النَّملَ ِة والن‬:‫اب‬ ِ
َ ‫صحْي ٍح َع‬
َ ْ َ ُ َ ْ ُ ُ َ َ َ ُّ ‫َّخلَة َواهْلُْد ُهد َو‬ ْ َ ْ ِّ ‫َّو‬ َ ‫َْأربَ ٍع م َن الد‬
َّ ِ‫الص غِْير الْ ُمس َّمى ب‬
ُ‫الذ ِّر َف َقْتلُه‬
ِ ُّ ‫ي ىِف َشر ِح‬ ُّ ‫السلَْي َمايِن ُّ َكما قَالَهُ اخْلِطَايِب ُّ َوالَْبغَ ِو‬
ُّ ‫َوالْ ُمَر ُاد الن َّْم ُل الْ َكبِْيُر‬
َ ُ َّ ‫ َو ََّأما الن َّْم ُل‬.‫السنَّة‬ ْ
‫ َوَأطْلَ َق ابْ ُن َزيْ ٍد َج َو َاز َقْت ِل‬،‫لى َدفْعِ ِه ِإالَّ بَِقْتلِ ِه‬ ِ ‫ و َك ِره مالِ مِح‬،‫جاِئز‬
ُ َ‫اىل َقْت َل الن َّْم ِل ِإالَّ َأ ْن ي‬
َ ‫ض َّر َوالَ َي ْق د ُر َع‬ َ ‫ك َر َهُ اهللُ َت َع‬ ٌ ََ َ ٌ َ
.‫ت‬ ْ ‫الن َّْم ِل ِإ َذا آ َذ‬
Adapun membunuh semut menurut madzhab kami (hukumnya) tidak boleh karena hadits Ibn Abbas RA:
“Sesungguhnya nabi SAW melarang membunuh empat binatang yaitu semut, kumbang, burung hudhud
dan burung elang”.

Hadits riwayat Abu Dawud (no 4267) dengan sanad yang sohih sesuai dengan syarat Bukhori dan
Muslim.

Yang dimaksud dengan semut itu adalah semut yang besar sebangsa semut nabi Sulaiman, seperti yang
dikatakan oleh al-Khitobi dan al-Bahawi dalam kitab Syarhus Sunnah.

Adapun semut yang kecil yang disebut adz-Dzar maka (hukumnya) boleh dibunuh, dan Imam Malik RA
memakruhkan membunuh semut kecuali bila membahayakan dan tidak bisa mampu untuk dihindari
kecuali dengan membunuhnya, dan Ibn Zaid memperbolehkan membunuh semut secara mutlak apabila
menyakiti.

(Hayatul Hayawan hal 499 juz 2)

َ‫ الَ َت ْقُتلُ ْوا الن َّْملَ ة‬:‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال‬ َّ ‫ص‬ َّ ُ‫اىل َعْن ه‬
َ َّ ‫َأن النَّيِب‬
ِ ِ
َ ‫َّارقُطْيِن ُّ َواحْلَ اك ُم َع ْن َأىِب ُهَر ْي َرةَ َرض َي اهللُ َت َع‬
َ ‫َو َر َوى الد‬
‫ اَللَّ ُه َّم ِإنَّا‬:‫اها َرافِ َعةً َق َواِئ َم َها َت ُق ْو ُل‬ ِ ٍ ِ ‫ِ ِإ‬ ٍ َّ ‫فَِإ َّن ُسلَْي َما َن َعلَْي ِه‬
َ ‫لى َق َف‬
َ ‫ات َي ْوم يَ ْستَ ْسقى فَ ذَا ُه َو بنَ ْملَة ُم ْسَت ْلقيَةً َع‬
َ َ‫السالَ ُم َخَر َج ذ‬
‫ت لَنَ ا بِ ِه‬ ِ ‫ و‬، ‫ب ِعب ِاد َك اخْل اِئ ِط‬ ِ ِ ِ ِ ْ َ‫خ ْل ق ِمن خ ِلق ك الَ ِغ لَن ا عن ف‬
ُ ِ‫اس قنَا َمطَ ًرا ُتْنب‬
ْ َ َ ‫َ نْي‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم الَ ُتَؤ اخ ْذنَا ب ُذنُ ْو‬،‫ك‬ َ ‫ضل‬ ْ َ َ ‫َ ُ ْ َ َ ىَن‬
.‫ ْار ِجعُ ْوا َف َق ْد ُك ِفْيتُ ْم َو ُس ِقْيتُ ْم بِغَرْيِ ُك ْم‬:‫ َف َق َال ُسلَْي َما ُن لَِق ْو ِم ِه‬.‫ َوتُطْعِ ُمنَا بِِه مَثًَرا‬،‫َش َجًرا‬

Ad-Daraquthni (no 1779) dan al-Hakim (no 1215) meriwayatkan dari Abu Hurairah RA: Sesungguhnya
nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian membunuh semut, karena sesungguhnya nabi Sulaiman AS suatu
keluar untuk (shalat) istisqo’, dan ia berjumpa dengan semut yang berbaring dengan kaki-kakinya ke atas
berkata: Ya Allah sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk dari makhluk-Mu yang tidak ada
kecukupan bagi kami akan anugerahmu, Ya Allah janganlah menyiksa kami disebabkan dosa-dosa
hamba-Mu yang berbat kesalahan, berilah kami hujan yang membuat pohon tumbuh dan membuat
makanan kami (yakni) buah-buahan. Maka nabi Sulaiman berkata kepada kaumnya: Kembalilah kalian,
sesungguhnya kalian telah dicukupi dan diberikan hujan disebabkan oleh selain kalian”.

(Hayatul Hayawan hal 502 juz 2)

Al-Hakim setelah meriwayatkan hadits ini beliau berkata: Sanadnya sohih. Adz- Dzahabi pun menyetujui
penilaian al-Hakim. Pentahqiq kitab Sunan a-Daruqutni Majdi bin Mansur saat menyebut hadits ini ia
berkata: Sanadnya hasan.

‫ص الِ ِح بْ ِن‬
َ ‫ َع ْن‬،‫ي‬ ِّ ‫ب النَّبَ ِو‬ ِّ ِّ‫ظ َأبُ و نُ َعْي ٍم ىِف الط‬ ُ ِ‫ يُ ْك َرهُ َأ ْك ُل َم ا مَحَلَْت هُ الن َّْم ُل بِِفْي َه ا َو َق َواِئ ِم َه ا لِ َم ا َر َوى احْلَاف‬:‫ْح ْك ُم‬
ُ ‫اَل‬
‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َن َهى َأ ْن يُْؤ َك َل َم ا‬ ِ َّ :ُ‫اىل َعْن ه‬ ِ ِ ِِ ٍ ِ ٍ
َّ ‫ص‬ َ ‫َأن َر ُس ْو َل اهلل‬ َ ‫ َع ْن َأبْي ه َع ْن َج دِّه َرض َي اهللُ َت َع‬، ‫َخ َوات ب ْن ُجَبرْي‬
ِِ ِ ِ ِ ‫ِ ِ ِئ‬ ِ
.‫َّم‬ ْ ‫ َوحَيْ ُر ُم َأ ْك ُل الن َّْم ِل ل ُو ُر ْود الن‬.‫مَحَلَت الن َّْم ُل بِفْيه َو َق َوا م َها‬
َ ‫َّه ِي َع ْن َقْتله َوقَ ْد َت َقد‬
Hukumnya: Makruh memakan apa yang dibwa semut dengan mulut dan kakinya karena hadits yang
diriwayatkan oelh Abu Nu’aim dalam kitab at-Tibbun Nabawi, dari Solih bin Khowat bin Jubair, dari
ayahnya, dari kakeknya RA: “Sesungguhnya rasulullah SAW melarang makan apa yang dibawa semut
dengan mulut dan kakinya”. Dan haram memakan semut karena adanya larangan membunuh semut
seperti yang telah disebutkan.

(Hayatul Hayawan hal 503 juz 2)

As-sayyid Abdurrohman Ba’lawi berkata:

‫َّخلَ ِة َواهْلُْد ُه ِد‬ ِ


ْ ‫ الن َّْملَة َوالن‬:‫اب‬
ِّ ‫َّو‬ ِ ِ
َ ‫لى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َن َهى َع ْن َقْت ِل َْأربَ ٍع م َن الد‬ َ ُ‫ َأنَّه‬:‫(م ْسَألَةُ ك) روى أبو داود‬
َّ ‫ص‬ َ
ِ ‫السلَْيمايِن ِّ الطَّ ِويْ ِل الَّ ِذى ي ُكو ِن ىِف اخْلَر‬ ِِ ُ ‫ َوالْ َم ْعُر ْو‬.‫الصَر ِد‬
‫اب َفيَ ْحُر ُم َقْتلُهُ َعلَى‬ َ ْ َ َ ُّ ‫َّه ِي َع ِن الن َّْم ِل الْ َكبرْي‬ْ ‫ف مَحْ ُل الن‬ ُّ ‫َو‬
‫الصغِْيُر‬ ِ َ‫اض ِع ِإمَّنَا هو بِ َدلِي ٍل ي ْقت‬
َّ ‫ ََّأما الن َّْم ُل‬.‫ضْي ِه‬ ِ ‫ض الْمو‬ ِ ِ
َ ْ َُ ‫ىِف‬
َ َ ِ ‫َّحرمْيُ َو ُخُر ْو ُجهُ َعْنهُ َب ْع‬
ِ ْ ‫َّه ِي الت‬ ْ ْ‫الْ ُم ْعتَ َمد ِإذ ا‬
ْ ‫َألص ُل ىِف الن‬
ٍ ِ
َ ‫َأن الْ َكبِْيَر َد َخ َل الُْبُي ْو‬
.ُ‫ت َوآ َذى َج َاز قَتلُه‬ َّ ‫ض‬َ ‫ َفلَ ْو فُِر‬،‫ب َقْتلُهُ بِغَرْيِ اِْإل ْحَراق َأِلنَّهُ ُمْؤ ذ‬ َّ ِ‫الْ ُمس َّمى ب‬
ُ ‫الذ ِّر َفيَ ُج ْو ُز بَ ْل يُْن َد‬ َ
‫اهـ‬

ِ ‫ي ىِف حس ِن النَّج وى عن َش ي ِخ ِه اب ِن حج ٍر َأنَّه ِإذَا َك ُث ر الْم ْؤ ِذى ِمن احْل َش ر‬


َّ‫ات َومَلْ يُْن َدفَ ْع ِإال‬ ِ
َ َ َ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َْ َْ ْ ُ ُّ ‫ َونَ َق َل الْ َع ُم ْود‬:‫ت‬ ُ ‫ُقْل‬
.‫بِِإ ْحَراقِ ِه َج َاز‬

(Masalah Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al-Madani)

Abu Dawud meriwayatkan: “Sesungguhnya nabi SAW melarang membunuh empat binatang yaitu
semut, kumbang, burung hudhud dan burung elang”.

Yang diketahui adalah membawakan larangan (membunuh) dari semut besar sebangsa (semut nabi)
Sulaiman yang panjang yang ada di reruntuhan (bangunan) maka haram membunuhnya menurut
pendak yang kuat (mu’tamad) karena asal dari larangan adalah haram, dan mengeluarkan larangan itu
dari keharaman di sebagian tempat itu harus dengan dalil yang menuntutnya. Sedangkan semut kecil
yang disebut adz-dzarr maka boleh bahkan dianjurkan untu dibunuh selain dengan dibakar karena ia
menyakiti, dan seandanya diperkirankan semut besar masuk ke dalam rumah dan menyakiti maka boleh
membunuhnya.

Aku berkata: al-‘Amudi berkata dalam kitab Husnun Najwa mengutip dari gurunya Ibn Hajar: Apabila
banyak binatang yang merayap dan tidak bisa dihindari kecuali dengan membakar maka (hukumnya)
boleh (untuk membakarnya)

(Bughyatul Mustarsyidin hal 259)

Asy-Syaukani ketika menjelaskan hadits tentang larangan membunuh empat binatang itu, ia berkata:

‫الس لَْي َمايِن ُّ اِل نْتِ َف ِاء‬


ُّ ‫َّه َي الْ َوا ِر َد ىِف َقْت ِل الن َّْم ِل الْ ُمَر ُاد بِ ِه‬ ِ ِِ ِ
ْ ‫ ِإ َّن الن‬:ُّ ‫ قَ َال اخْل طَايِب‬.‫لى الْ َمْن ِع م ْن َقْتله‬ ‫َّ ِإ‬
َ ‫َو ََّأما الن َّْم ُل َفلَ َعلهُ مْج َاعٌ َع‬
.‫السن َِّة‬
ُّ ‫ َو َك َذا ىِف َشْر ِح‬، ِ‫الصغِرْي‬
َّ ‫اَأْل َذى ِمْنهُ ُد ْو َن‬
Adapun semut, maka kemungkinan (terjadi) ijma’ akan larangan membunuh semut. Al-Khitobi berkata:
“Sesungguhnya larangan yang ada tentang membunuh semuat yang dimaksud adalah semut yang
sebangsa semut nabi Sulaiman karena tidak adanya unsur menyakiti (darinya) bukan semut yang kecil,
dan demikian pula (disebut) dalam kitab Syarhus Sunnah.

(Nailul Author hal 131-132 juz 8)


Kiai Ahmad bin Asmuni al-Jaruni dari Petuk Semen Kediri menyatakan semut termasuk dalam binatang
yang haram untuk dimakan.

(Tahqiqul Hayawan hal 48)

Dari pembahasan singkat di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa :

memakan semut yang besar hukumnya adalah haram karena adanya larangan membunuhnya sebab
ia tidak menyakiti manusia.

Adapun semut kecil yang menyakiti manusia maka boleh dibunuh, sedangkan memakannya
hukumnya pun adalah haram.

Wallahu a’lam bish showab.

Anda mungkin juga menyukai