Anda di halaman 1dari 36

Kursi Perak 2

The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair Bagian 2

"Kabar baiknya adalah," kata Puddleglum, "kalau kita mematahkan leher kita saat menuruni tebing, kita
akan selamat dari bahaya tenggelam di sungai."

"Apa itu"" kata Scrubb tiba-tiba, menunjuk ke arah hulu di sisi kiri mereka. Kemudian mereka semua
menengok dan melihat hal terakhir yang mereka harapkan jembatan. Dan jembatan yang hebat pula!
Jembatan itu besar, lengkungan tung

gal yang membentang di atas jurang dari puncak tebing ke puncak tebing, dan puncaknya yang
melengkung tinggi di atas puncak tebing sama seperti kubah St. Paul di atas jalan.

"Wah, itu pasti jembatan bangsa raksasa!" kata Jill.

"Atau milik penyihir, tepatnya," kata Puddleglum. "Kita harus berhati-hati pada sihir di tempat seperti
ini. Kurasa itu jebakan. Kurasa jembatan itu akan berubah jadi kabut dan mencair tepat ketika kita
berada di tengahnya."

"Oh, ya ampun, jangan begitu menyebalkan," kata Scrubb. "Kenapa itu tidak boleh jadi jembatan
sungguhan""

"Apakah kau bisa membayangkan raksasa yang cukup cerdas untuk membangun benda seperti itu"" kata
Puddleglum.

"Tapi mungkin jembatan itu dibangun raksasa lain"" kata Jill. "Maksudku, raksasa yang hidup ratusan
tahun lalu, dan jauh lebih cerdas daripada raksasa sekarang. Mungkin dibangun raksasa yang sama
dengan yang membangun kota raksasa yang kita cari. Dan itu berarti kita berada di jalan yang benar-
jembatan tua itu mengarah pada kota tua itu!"

"Itu benar-benar pintar, Pole," kata Scrubb. "Pasti begitu. Ayo."

Jadi mereka berbalik dan pergi ke jembatan itu. Dan ketika mereka mencapainya, bangunan itu jelas
tampak cukup tua. Satuan batu-batunya sebesar batu-batu di Stonehenge dan pasti dipotong tukang
yang baik dulu, meskipun sekarang sudah retak dan pecah. Pegangan tangannya ternyata dipenuhi
ukiran yang indah, yang beberapa di antaranya tersisa: wajah-wajah samar, dan bentuk-bentuk tubuh
raksasa, minotaurus, cumi-cumi, kaki seribu, dan dewa-dewa yang menakutkan. Puddleglum masih
belum memercayai jembatan itu, tapi dia bersedia menyeberanginya bersama anak-anak.
Perjalanan mendaki ke puncak lengkungan jembatan panjang dan berat. Di banyak tempat batu-batu
sudah hilang, meninggalkan lubang-lubang mengerikan yang menunjukkan pemandangan sungai
berbuih ribuan meter di bawah. Mereka melihat elang terbang di bawah kaki mereka. Dan semakin
tinggi mereka berjalan, cuaca semakin dingin, dan angin bertiup sehingga mereka hampir tidak bisa
mempertahankan pijakan mereka. Sepertinya angin mengguncang jembatan itu.

Ketika mencapai puncaknya dan bisa melihat ke sisi menurun jembatan itu, mereka melihat apa yang
sepertinya sisa-sisa jalan raksasa kuno membentang dari tempat mereka ke pusat pegunungan. Banyak
batu jalan itu telah hilang dan ada petak-petak lebar rumput di antara batu jalanan yang tersisa. Dan
berkuda ke arah mereka di atas jalan kuno itu dua orang berukuran manusia dewasa yang normal.

"Ayo terus. Berjalanlah ke arah mereka," kata Puddleglum. "Siapa pun yang kautemui di tempat seperti
ini sepertinya bukan musuh, tapi kita tidak boleh menunjukkan pada mereka bahwa kita takut."

Ketika mereka melangkah dari ujung jembatan ke tanah berumput, kedua orang asing itu sudah cukup
dekat. Satu di antaranya kesatria yang mengenakan baju besi lengkap dengan pelindung mata
diturunkan. Senjata dan kudanya berwarna hitam, tidak ada lambang pada tamengnya dan tidak ada
bendera pada tombaknya. Yang lain adalah seorang lady, dia menunggangi kuda putih yang begitu cantik
sehingga kau langsung ingin mencium hidungnya dan memberinya sepotong gula. Tapi lady itu, yang
menunggang dengan duduk miring dan mengenakan gaun panjang melambai berwarna hijau indah,
bahkan lebih cantik lagi.

"Selamat pagi, pe-tu-alang," teriaknya dengan suara yang lebih manis daripada kicauan burung yang
paling merdu, memanjangkan suku katanya sehingga enak didengar. "Beberapa di antara kalian masih
terlalu muda untuk berjalan melalui tanah yang keras ini."

"Memang benar, Ma'am," kata Puddleglum sangat kaku dan berhati-hati.

"Kami mencari reruntuhan kota raksasa," kata Jill.

"Re-run-tuhan kota"" kata lady itu. "Kalian mencari tempat yang aneh. Apa yang akan kalian lakukan
setelah menemukannya""

"Kami harus " kata Jill, tapi Puddleglum memotongnya.

"Maafkan kami, Ma'am. Tapi kami tidak mengenal Anda atau teman Anda-dia pendiam sekali, bukan"-
dan Anda tidak mengenal kami. Dan kami lebih suka tidak memberitahu urusan kami pada orang asing,
kalau Anda tidak keberatan. Bukankah sebentar lagi akan hujan, bagaima

na menurut Anda""

Si lady tertawa: suara tawa paling melodik dan kaya, yang bisa kaubayangkan. "Yah, anak-anak,"
katanya, "kalian punya penunjuk jalan tua yang bijak dan serius. Aku sama sekali tidak tersinggung
karena dia tidak ingin memberitahu urusannya, tapi aku bebas memberitahu urusanku. Aku sering
mendengar reruntuhan kota bangsa raksasa, tapi tidak pernah bertemu siapa pun yang bisa
menunjukkan jalan ke sana. Jalan ini menuju daerah dan istana Harfang, tempat tinggal raksasa yang
baik. Mereka lembut, beradab, cerdas, dan sopan, kebalikan raksasa yang di Ettinsmoor bodoh, ganas,
liar, dan mirip binatang. Dan di Harfang kalian mungkin atau tidak mungkin mendengar kabar tentang
reruntuhan kota itu, tapi jelas kalian akan menemukan tempat menginap yang baik dan tuan rumah
yang ramah. Kalian lebih baik menghabiskan musim dingin di sana, atau, paling tidak, berhenti beberapa
hari untuk istirahat dan menyegarkan diri. Di sana kalian bisa mendapat mandi air panas, tempat tidur
yang empuk, dan perapian yang terang, dan makanan yang dipanggang, dibakar, yang manis, dan yang
keras akan tersedia di meja empat kali sehari."

"Wah!" teriak Scrubb. "Itu menarik sekali! Bayangkan, tidur di tempat tidur lagi."

"Ya, dan mandi air panas," kata Jill. "Apakah menurutmu mereka akan bersedia menerima kami" Kami
bahkan tidak mengenal mereka."

"Katakan saja pada mereka," jawab lady itu, "bahwa Dia Yang Bergaun Hijau memberi salam pada
mereka melalui kalian, dan mengirimkan pada mereka dua anak Selatan yang baik untuk Pesta Musim
Gugur."

"Oh, terima kasih, terima kasih banyak," kata Jill dan Scrubb.

"Tapi hati-hati," kata lady itu. "Di hari apapun kalian mencapai Harfang, jangan tiba di pintu mereka
terlalu terlambat. Karena mereka menutup pintu mereka beberapa jam setelah tengah hari, dan
kebiasaan istana itu, mereka tidak akan membuka pintu bagi siapa pun setelah menguncinya, betapapun
kerasnya pendatang itu mengetuk."

Anak-anak berterima kasih padanya lagi, dengan mata berbinar-binar, dan lady itu melambai kepada
mereka. Si marsh-wiggle melepaskan topi kerucutnya dan membungkuk dengan sangat kaku. Kemudian
si kesatria bisu dan si lady mulai memajukan kuda mereka mendaki jembatan diiringi dengan suara kaki
kuda.

"Yah!" kata Puddleglum. "Aku mau memberi banyak untuk mengetahui dari mana dia datang dan ke
mana dia pergi. Mereka bukan jenis yang kauharap akan kautemukan di daerah liar para raksasa, bukan"
Tidak punya maksud baik, aku berani bilang."

"Oh, diamlah!" kata Scrubb. "Kupikir dia benar-benar hebat. Dan coba pikirkan makanan panas dan
kamar yang hangar. Kuharap Harfang tidak jauh."

"Aku juga," kata Jill. "Dan tidakkah gaunnya indah. Dan kuda itu hebat!"

"Biarpun begitu," kata Puddleglum, "kuharap kita tahu lebih banyak tentang dia."

"Aku baru akan bertanya tentang dirinya," kata Jill. "Tapi bagaimana aku bisa melakukan itu kalau kau
tidak man memberitahunya apa pun tentang kita""

"Ya," kata Scrubb. "Dan kenapa kau begitu kaku dan tidak ramah" Tidakkah kau menyukai mereka""
"Mereka"" kata si marsh-wiggle. "Siapa mereka" Aku hanya melihat satu."

"Tidakkah kau melihat kesatria itu"" tanya Jill.

"Aku melihat baju besi," kata Puddleglum. "Kenapa dia tidak bicara""

"Kurasa dia pemalu," kata Jill. "Atau mungkin dia hanya ingin melihat wanita itu dan mendengarkan
suaranya yang merdu. Aku yakin aku akan melakukan itu kalau jadi dia."

"Aku ingin tahu," kata Puddleglum, "apa yang akan benar-benar kaulihat kalau mengangkat pelindung
mata helm itu dan memandang ke dalamnya."

"Hentikan," kata Scrubb. "Pikirkan bentuk baju besi itu! Apa yang bisa berada di dalamnya kecuali
seorang pria""

"Bagaimana dengan kerangka"" tanya si marsh-wiggle dengan keriangan yang mengerikan. "Atau
mungkin," tambahnya setelah berpikir, "sama sekali tidak ada apa-apa. Maksudku, tidak ada yang bisa
kaulihat. Seseorang yang tidak kelihatan."

"Sungguh, Puddleglum," kata Jill sambil gemetar, "kau punya ide-ide yang sangat mengerikan!
Bagaimana kau bisa memikirkan semua itu""

"Oh, masa bodohlah dengan semua idenya!" kata Scrubb. "Dia selalu mengharapka

n yang terburuk, dan dia selalu salah. Marl pikirkan para raksasa baik itu dan cara mencapai Harfang
secepat yang kita bisa. Coba aku tahu berapa jauh jaraknya."

Dan sekarang mereka hampir melakukan pertengkaran pertama dari yang sudah diramalkan
Puddleglum: bukannya Jill dan Scrubb tidak pernah berbantahan dan saling membentak cukup sering
sebelumnya, tapi inilah pertengkaran serius yang pertama. Puddleglum sama sekali tidak ingin pergi ke
Harfang. Dia bilang dia tidak tahu bagaimana definisi "baik" bagi raksasa, dan selain itu, dalam tanda-
tanda dari Asian, sama sekali tidak disebut-sebut tentang tinggal bersama raksasa, baik ataupun tidak.
Anak-anak, sebaliknya, sudah bosan dengan angin, hujan, dan ayam padang rumput yang dibakar di atas
unggun, juga tanah yang keras dan dingin untuk tidur, sehingga benar-benar ingin mengunjungi para
raksasa yang baik. Akhirnya, Puddleglum setuju melakukannya, tapi dengan satu syarat. Anak-anak
harus benar-benar berjanji bahwa, kecuali dia mengizinkan, mereka tidak akan memberitahu para
Raksasa Baik itu bahwa mereka datang dari Narnia atau bahwa mereka mencari Pangeran Rilian. Dan
mereka berjanji, lain berjalan terus.

Setelah pembicaraan dengan lady itu, keadaan memburuk dengan dua cara yang berbeda. Pertama-
tama, tanah daerah itu menjadi semakin keras. Jalan mengarah melalui lembah-lembah sempit tanpa
akhir, angin utara yang kejam tidak henti-hentinya bertiup ke wajah mereka. Tidak ada apa pun yang
bisa digunakan sebagai kayu bakar, dan tidak ada cekungan kecil menyenangkan yang bisa digunakan
untuk berkemah, seperti yang mereka alami di padang rumput. Dan tanah begitu berbatu, membuat
kakimu sakit di akhir hari dan seluruh tubuhmu sakit di malam hari.
Yang kedua, apa pun yang lady itu maksudkan dengan memberitahu mereka tentang Harfang, efek
nyatanya pada anak-anak sangat buruk. Mereka tidak bisa memikirkan apa pun kecuali tempat tidur,
mandi, makanan hangat, dan betapa menyenangkan berada dalam ruangan. Mereka tidak pernah
membicarakan Asian, atau bahkan pangeran yang hilang sekarang. Dan Jill melupakan kebiasaannya
mengulang tanda-tanda pada dirinya sendiri setiap malam dan pagi. Dia berkata pada dirinya sendiri,
awalnya, bahwa dia terlalu lelah, tapi dia segera melupakan semua tanda itu. Dan meskipun kau
mungkin berpikir bayangan akan bersenang-senang di Harfang akan membuat mereka lebih gembira,
ternyata itu malah membuat mereka lebih mengasihani dirt mereka, lebih pemarah, dan cepat
bertengkar satu sama lain serta dengan Puddleglum.

Akhirnya suatu siang mereka mencapai daerah tempat lembah yang mereka lalui melebar dan hutan
pohon fir yang gelap tumbuh di kedua sisinya. Mereka memandang ke depan dan melihat mereka telah
melewati gunung. DI depan mereka terbentang dataran sepi berbatu: jauh di sana, gunung-gunung lagi
yang pucaknya tertutup salju. Tapi di antara mereka dan Pegunungan yang jauh itu berdiri bukit rendah
dengan puncak yang datar tak berbentuk.

"Lihat! Lihat!" teriak Jill, dan menunjuk ke seberang padang. Dan di sana, di tengah senja Yang turun,
dari atas puncak bukit yang rata itu, semuanya melihat cahaya. Cahaya! Bukan sinar bulan, bukan api,
tapi barisan jendela yang memancarkan cahaya hangat. Kalau kau tidak pernah berada di alam liar, siang
dan malam, selama berminggu-minggu, kau tidak akan mengerti bagaimana perasaan mereka.

"Harfang!" teriak Scrubb dan Jill dengan suara gembira. Dan "Harfang," ulang Puddleglum dengan suara
bosan yang muram. Tapi dia menambahkan, "Halo! Angsa liar!" dan langsung meraih busur yang
tergantung di pundaknya. Dia memanah jatuh dua angsa gemuk. Sudah terlalu terlambat untuk
berusaha mencapai Harfang hari itu. Tapi mereka punya makanan hangat dan perapian, dan memulai
malam yang terasa lebih hangat daripada yang mereka rasakan lebih dari seminggu terakhir. Setelah api
padam, malam menjadi sangat dingin, dan ketika mereka terbangun keesokan paginya, selimut mereka
kaku karena salju beku.

"Tidak apa!" kata Jill, mengentakkan kakinya. "Mandi air hangat malam ini!"

BAB TUJUH Bukit Parit Perlindungan yang Aneh

TIDAK bisa dibantah , hari itu buruk sekali. Di atas sana menggantung langit tanpa matahari, terbungkam
awan-awan yang berat penuh salju. Di bawah, tanah beku yang hitam, bertiup di atasnya angin yang
terasa bisa mengangkat kulitmu sampai lepas. Ketika mencapai padang, mereka menemukan bahwa
bagian jalan kuno yang ini jauh lebih rusak daripada yang mereka lihat selama ini. Mereka harus mencari
jalan di antara batu-batu besar yang pecah-pecah dan di antara bongkahan-bongkahan serta
menyeberangi reruntuhan, perjalanan yang sulit bagi kaki yang lelah. Tapi, betapapun lelahnya mereka,
cuaca terlalu dingin untuk berhenti.

Kira-kira pukul sepuluh, butiran salju kecil yang pertama melayang turun dan hinggap di tangan Jill.
Sepuluh menit kemudian salju turun cukup tebal. Dalam dua puluh menit, tanah sudah tampak putih.
Dan di akhir setengah jam kemudian, badai salju tanpa akhir, yang tampak sepertinya akan berlangsung
sepanjang hari, bertiup menampar muka mereka sehingga mereka tidak bisa melihat.

Supaya bisa mengerti apa yang terjadi selanjutnya, kau harus terus ingat betapa sedikit yang bisa
mereka lihat. Saat mereka mendekati lembah rendah yang memisahkan mereka dari tempat jendela
bercahaya itu terlihat, mereka sama sekali tidak bisa melihatnya dengan jelas. Keadaan saat itu hanya
memungkinkan melihat beberapa langkah di depan, dan bahkan untuk itu pun kau harus mengusap
matamu. Tidak perlu dikatakan, mereka tidak bicara.

Ketika mencapai kaki bukit, mereka melihat sesuatu yang mungkin merupakan bebatuan di kedua sisi-
batu berbentuk kotak, kalau kau melihatnya baik-baik, tapi tidak ada yang melakukannya. Semua lebih
memikirkan birai tepat di depan mereka yang menghalangi jalan mereka. Birai itu kira-kira satu setengah
meter tingginya. St marsh-wiggle, dengan kaki-kakinya yang panjang, tidak menemui kesulitan
melompat ke atasnya, kemudian dia membantu yang lain naik. Pekerjaan itu menyebalkan dan basah
bagi kedua anak, meskipun tidak begitu bagi si marsh-wiggle, karena salju sekarang cukup tebal di birai
itu. Kemudian mereka memanjat dengan gerakan kaku Jill jatuh sekali-mendaki tanah kasar kira-kira
sejauh seratus meter, dan mencapai birai kedua. Seluruhnya ada empat birai seperti ini, dengan jarak
yang berbeda-beda.

Saat mereka berjuang di birai keempat, tidak salah lagi, mereka sekarang di puncak bukit datar itu.
Sampai saat itu kemiringan bukit telah memberi mereka semacam perlindungan, di sana, mereka
diterpa angin dengan kekuatan Penuh. Karena bukit itu, anehnya, benar-benar datar pada puncaknya
seperti yang kelihatan dari jauh: dataran seperti meja luas yang diterpa badai tanpa halangan. DI
kebanyakan tempat, salju malah sama sekali belum tertimbun karena angin terus-menerus
menerbangkannya dari tanah menjadi kabut dan awan, dan menerbangkannya ke wajah mereka. Dan di
sekeliling kaki mereka pusaran kecil salju mengikutimu seperti yang kadang terlihat di atas es. Dan di
banyak tempat, permukaan nyaris sehalus es. Tapi lebih parah lagi, es itu dilintasi dan disilangi gundukan
atau tanggul tanah, yang kadang-kadang membagi es menjadi petak-petak dan bentuk-bentuk kotak
yang aneh. Semua ini tentu saja harus didaki, tinggi mereka bervariasi antara setengah meter sampai
satu setengah meter dan tebalnya kira-kira beberapa meter. Di sisi utara tiap gundukan salju sudah
tertimbun tebal, dan setelah setiap panjatan, kau turun meninjak timbunan dan menjadi semakin basah.

Berjuang maju dengan kerudung terpasang, kepala menunduk, dan tangan mati rasa dalam mantelnya,
Jill melihat benda-benda aneh lain di atas dataran mengerikan itu-benda-benda di kanannya yang
tampak mirip cerobong pabrik, dan di sisi kirinya, tebing besar, lebih tegak daripada tebing mana pun.
Tapi dia sama sekali tidak tertarik dan tidak memikirkannya. Satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah
tangannya yang dingin (juga hidung, dagu, dan telinganya), mandi air panas, dan tempat tidur yang
hangat di Harfang.

Tiba-tiba Jill terpeleset, tergelincir kira-kira satu setengah meter, dan dengan ketakutan mendapati
dirinya merosot ke dalam lorong gelap sempit yang saat itu sepertinya m

uncul di depannya. Setengah detik kemudian dia mencapai dasarnya. Dia sepertinya berada dalam
sejenis sarang atau lubang, yang hanya kira-kira satu meter lebarnya. Dan meskipun kaget karena jatuh,
hal pertama yang diperhatikannya adalah rasa lega karena tidak ada angin, karena dinding lubang itu
menjulang tinggi di atasnya. Hal berikut yang diperhatikannya adalah, tentu saja, wajah-wajah khawatir
Scrubb dan Puddleglum memandang ke bawah ke arahnya dari tepian.

"Kau terluka, Pole"" teriak Scrubb.

"Kedua kaki patah, pastinya," teriak Puddleglum.

Jill berdiri dan menjelaskan dia baik-baik saja, tapi mereka harus membantunya keluar.

"Kau jatuh ke dalam apa"" tanya Scrubb.

"Ini sejenis parit, atau mungkin rekahan tanah, atau entahlah," kata Jill. "Ternyata cukup lurus."

"Benar, ya ampun," kata Scrubb. "Dan mengarah ke utara! Aku ingin tahu apakah ini sejenis jalan" Kalau
ya, kita akan terlindung dari angin jahat ini di bawah sana. Apakah banyak salju di dasar""

"Nyaris tidak ada. Semuanya tertiup ke atas, kurasa."

"Ada apa di ujung yang lebih jauh""

"Tunggu sebentar. Aku lihat dulu," kata Jill. Dia bangkit dan berjalan sepanjang parit itu, tapi sebelum
pergi terlalu jauh, parit itu berbelok tajam ke kanan. Jill meneriakkan informasi itu kepada yang lain.

"Ada apa di balik belokan itu"" tanya Scrubb.

Nah, ternyata Jill punya perasaan yang sama pada lorong-lorong yang berbelok-belok dan tempat-
tempat gelap di bawah tanah, atau bah kan meskipun belum benar-benar di bawa tanah, seperti
perasaan Scrubb ketika berada di tepi jurang. Dia tidak mau berbelok di sudut itu terutama ketika dia
mendengar Puddleglum berteriak dari belakangnya:

"Hati-hati, Pole. Tempat seperti ini mungkin saja mengarah ke gua naga. Dan di negeri raksasa, bisa saja
ada cacing raksasa atau kumbang raksasa."

"Kurasa jalan ini tidak mengarah ke mana-mana," kata Jill, buru-buru kembali.

"Aku akan terus melihat," kata Scrubb. "Apa maksudmu dengan tidak ke mana-mana, aku ingin tahu."
Jadi dia duduk di tepi parit (semuanya sudah terlalu basah sekarang sehingga dia tidak peduli jadi sedikit
lebih basah lagi) kemudian melompat turun. Dia maju melewati Jill dan, meskipun dia tidak mengatakan
apa-apa, Jill merasa Scrubb tahu dia berbohong. Jadi dia mengikuti Scrubb dekat-dekat, tapi berhati-hati
tidak mendahuluinya.

Ternyata penyelidikan itu mengecewakan. Mereka berbelok di kelokan ke kanan itu dan maju beberapa
langkah. Di sini ada pilihan jalan: lurus lagi, atau belok patah ke kanan. "Tidak ada gunanya," kata Scrubb
menatap kelokan ke kanan itu, "itu akan membawa kita kembali-ke selatan." Dia maju terus, tapi sekali
lagi, dalam beberapa langkah, mereka menemukan kelokan kedua ke kanan. Tapi kali ini tidak ada
pilihan arah, karena parit yang mereka ikuti buntu.
"Tidak ada gunanya," gerutu Scrubb. Jill tidak membuang waktu untuk berbalik dan memimpin jalan
kembali. Ketika mereka kembali ke tempat Jill pertama jatuh, si marsh-wiggle dengan tangan-tangannya
yang panjang tidak mengalami kesulitan menarik mereka keluar.

Tapi rasanya mengerikan berada di atas lagi. Dalam ruang sempit parit itu, telinga mereka mulai merasa
lagi. Mereka bisa melihat dengan jelas dan bernapas dengan mudah dan mendengar satu sama lain
bicara tanpa harus berteriak. Benar-benar menderita harus kembali dalam rasa dingin yang menggigit
itu. Dan rasanya berat ketika Puddleglum memilih saat itu untuk berkata:

"Apakah kau masih yakin pada tanda-tanda itu, Pole" Tanda apa yang harus kita ikuti sekarang""

"Oh, ayolah! Masa bodoh dengan tanda-tanda itu," kata Pole. "Sesuatu tentang seseorang menyebutkan
nama Asian, kurasa. Tapi aku tidak akan mengatakan hafalanku di sini."

Seperti yang kautahu, Jill salah menyebutkan urutannya. Itu karena dia telah berhenti mengulangi
hafalan tanda-tanda itu tiap malam. Dia sebenarnya masih mengingat, kalau man sedikit bersusah payah
berpikir: tapi tidak begitu "rajin" lagi pada tugasnya sehingga tidak bisa yakin mengatakannya dalam
urutan yang tepat begitu diminta dan tanpa berpikir. Pertanyaan Puddleglum membuatnya kesal karena,
jauh dalam hati, dia

sudah kesal pada dirinya sendiri karena tidak mengetahui tugas dari sang singa sebaik yang dia anggap
seharusnya diketahuinya. Kekesalan ini, ditambah rasa menderita karena begitu kedinginan dan lelah,
membuatnya berkata, "Masa bodoh dengan tanda-tanda itu." Dia mungkin tidak benar-benar
bermaksud begitu.

"Oh, itu tanda yang berikut, bukan"" kata Puddleglum. "Sekarang aku jadi bertanya-tanya, apakah kau
baik-baik saja" Ingatanmu tertukar-tukar, aku tidak heran. Sepertinya bagiku, bukit ini, daerah datar
tempat kita berada ini, pantas untuk berhenti dan melihat-lihat. Apakah kalian memerhatikan "

"Oh, ya ampun!" kata Scrubb, "inikah waktu yang tepat untuk berhenti dan mengagumi pemandangan"
Ya ampun, marl jalan terus."

"Oh, lihat, lihat, lihat," teriak Jill dan menunjuk. Semua berbalik, dan melihat. Di kejauhan, di utara, dan
jauh lebih tinggi daripada dataran tempat mereka berdiri, sebaris cahaya telah muncul. Kali ini, bahkan
lebih jelas daripada ketika para petualang itu melihatnya di malam sebelumnya, itu jendela: jendela-
jendela lebih kecil yang membuat seseorang berpikir dengan senang tentang kamar-kamar tidur, dan
jendela-jendela lebih besar yang membuat orang memikirkan aula-aula luas dengan api besar di
perapian dan sup panas atau daging panggang masih mengepulkan asap tersaji di meja.

"Harfang!" teriak Scrubb.

"Itu semua sangat baik," kata Puddleglum. "Tapi apa yang akan kukatakan adalah "
"Oh, diam," kata Jill kesal. "Kita tidak bisa membuang-buang waktu. Tidakkah kau ingat apa yang
dikatakan lady itu tentang mereka akan mengunci pintu begitu sore" Kita harus sampai di sana tepat
waktu, harus, harus. Kita akan mati kalau berada di luar pada malam seperti ini."

"Yah, ini bukan malam, belum," kata Puddleglum memulai, tapi kedua anak sama-sama berkata, "Ayo,"
dan mulai berjalan di atas dataran yang licin secepat yang kaki mereka bisa. Si marsh-wiggle mengikuti
mereka, masih bicara, tapi sekarang mereka melawan angin lagi, sehingga tidak bisa mendengarnya
bahkan kalaupun ingin. Dan mereka tidak ingin. Mereka memikirkan mandi, tempat tidur, dan minuman
hangar, dan pikiran akan mencapai Harfang terlalu malam dan terkunci di luar nyaris tak tertahankan.

Meskipun buru-buru, mereka butuh waktu lama untuk menyeberangi puncak bukit yang datar itu. Dan
bahkan ketika mereka menyeberangi dataran itu, masih ada beberapa birai yang harus dituruni di sisi
lain. Tapi akhirnya mereka mencapai dasar dan bisa melihat penampilan Harfang.

Bangunan itu berdiri pada tebing terjal yang tinggi, dan meskipun memiliki banyak menara, bangunan
itu lebih mirip rumah besar daripada kastil. Jelas, para raksasa baik tidak mengkhawatirkan serangan apa
pun. Ada jendela-jendela di sisi luar dinding, cukup dekat ke tanah sesuatu yang tidak akan didapati
pada benteng sungguhan. Bahkan ada pintu-pintu kecil di sana-sini, sehingga cukup mudah untuk
keluar-masuk kastil tanpa melalui halaman dalam. Ini meningkatkan semangat Jill dan Scrubb. Ini
membuat seluruh tempat itu tampak lebih bersahabat dan tidak terlalu menakutkan lagi.

Pertama-tama ketinggian dan keterjalan tebing itu menakutkan mereka, tapi kemudian mereka melihat
ada jalan menanjak yang lebih mudah di sisi kiri dan jalan itu menuju Harfang. Tanjakan itu sangat
menyulitkan, setelah perjalanan yang mereka lakukan, dan Jill hampir menyerah. Scrubb dan
Puddleglum harus membantunya beberapa ratus meter terakhir. Tapi akhirnya mereka berdiri di depan
pintu kastil. Pintu terali besinya terangkat dan gerbangnya terbuka.

Betapapun lelahnya dirimu, butuh keberanian untuk berjalan ke pintu depan rumah raksasa. Meskipun
tadinya memberi banyak peringatan tentang Harfang, Puddleglum-lah yang menunjukkan keberanian
paling besar.

"Pelan-pelan sekarang," katanya. "Jangan menunjukkan ketakutan kalian, apa pun yang kalian lakukan.
Kita sudah melakukan hal paling bodoh di dunia dengan datang, tapi sekarang karena kita sudah ada di
sini, lebih baik menghadapinya."

Dengan kata-kata ini dia maju ke gerbang, berdiri diam di bawah lengkungan tempat gema bisa
membantu suaranya, dan memanggil sekeras yang

dia bisa. "Ho! Penjaga pintu! Ada tamu minta penginapan."

Dan sementara menunggu sesuatu terjadi, dia membuka topinya dan membuang tumpukan salju berat
yang terkumpul di tepiannya yang lebar.

"Menurutku," bisik Scrubb pada Jill. "Dia mungkin sangat menyebalkan, tapi dia punya banyak
keberanian-dan kejujuran."
Sebuah pintu terbuka, menunjukkan kilau perapian yang menyenangkan, dan penjaga pintu muncul. Jill
menggigit bibirnya karena takut akan berteriak. Dia bukan raksasa yang benar-benar besar, itu berarti,
dia lebih tinggi daripada pohon apel tapi tidak begitu tinggi seperti tiang telegram. Dia memiliki rambut
merah yang berantakan, mengenakan rompi kulit dengan piringan besi terpasang di seluruh
permukaannya sehingga mirip baju rantai besi, lututnya telanjang (dan sangat berbulu) dan dia
mengenakan sesuatu yang mirip lilitan kain pada kedua kakinya. Dia membungkuk dan menatap
Puddleglum.

"Kau ini makhluk apa"" katanya.

Jill mengumpulkan keberaniannya. "Tolonglah," katanya, berteriak pada raksasa itu. "Lady Bergaun Hijau
memberi salam pada Raja Raksasa yang Baik, dan mengirim kami dua anak dari Selatan dan marsh-
wiggle ini (namanya Puddleglum) pada Pesta Muslin Gugur kalian. Kalau tidak mengganggu tentu saja,"
tambahnya.

"O-ho!" kata penjaga pintu. "Kalau begitu lain ceritanya. Masuk, makhluk-makhluk kecil, masuk. Kalian
lebih baik berteduh sementara aku mengirim kabar pada Yang Mulia." Dia memerhatikan anak-anak
dengan penuh rasa ingin tahu. "Wajah-wajah biru," katanya. "Aku tidak tahu wajah bisa berwarna
seperti itu. Aku sendiri tidak peduli. Tapi aku berani bilang kalian pasti saling menganggap yang lain
manis. Kutu menyukai kutu yang lain, kata orang."

"Wajah kami biru karena kedinginan," kata Jill. "Sebenarnya warnanya tidak seperti itu."

"Kalau begitu masuk dan hangatkan diri. Masuk, udang-udang kecil," kata penjaga pintu.

Mereka mengikutinya masuk pondok. Dan meskipun cukup mengerikan mendengar pintu sebesar itu
terbanting menutup di belakang mereka, mereka melupakannya begitu melihat hal yang mereka
inginkan sejak makan terakhir kemarin malam-api. Dan api yang sangat besar! Sepertinya empat atau
lima pohon utuh terbakar di dalamnya, dan api itu begitu panas sehingga mereka hanya bisa mendekat
beberapa meter darinya. Tapi mereka semua terduduk di lantai bata, sedekat yang mereka bisa
menahan panasnya, dan mengembuskan napas lega.

"Nah, Nak," kata si penjaga pintu pada raksasa lain yang duduk di bagian belakang ruangan, menatap
tamu-tamu sampai sepertinya matanya akan melompat keluar dari kepalanya, "larilah bawa pesan ini ke
rumah utama." Dan dia mengulangi apa yang dikatakan Jill padanya. Raksasa yang lebih muda itu,
setelah memandang terakhir kalinya, dan tertawa keras, meninggalkan ruangan.

"Sekarang, kodok," kata si penjaga pintu pada Puddleglum, "kau kelihatannya butuh dihibur," Dia
mengeluarkan botol hitam sangat mirip dengan milik Puddleglum, tapi berukuran kira-kira dua puluh kali
lebih besar. "Coba kulihat, coba kulihat," kata si penjaga pintu.

"Aku tidak bisa memberimu cangkir, karena kau akan menenggelamkan dirimu sendiri. Coba kulihat.
Tempat garam meja ini tepat sekali. Kau tidak perlu mengatakan soal ini di rumah utama. Barang perak
akan tetap datang ke sini, dan itu bukan salahku."
Tempat garam meja itu tidak mirip tempat garam meja kita, karena lebih sempit dan lurus, dan menjadi
cangkir yang tepat bagi Puddleglum, ketika raksasa itu meletakkannya di lantai, di sebelahnya. Anak-
anak berpikir Puddleglum akan menolaknya, karena tidak memercayai raksasa yang baik. Tapi dia
bergumam, "Agak terlambat memikirkan untuk berhati-hati sekarang setelah kita berada di dalam dan
pintu tertutup di belakang kita." Kemudian dia mengendus minuman itu. "Aromanya baik-baik saja,"
katanya. "Tapi itu tidak berarti apa-apa. Lebih baik meyakinkan," dan minum satu teguk. "Rasanya juga
baik-baik saja," katanya. "Tapi mungkin tegukan pertama mungkin begitu. Bagaimana selanjutnya"" Dia
minum tegukan lebih besar. "Ah!" katanya. "Tapi apakah rasanya sama saja sampai habis"" dan minum
seteguk lagi. "Pasti ada se

suatu yang mengerikan di dasarnya, aku yakin," katanya, dan menghabiskan minuman itu. Dia menjilat
bibirnya dan berkata pada anak-anak, "Ini tes, kalian mengerti. Kalau aku meringkuk, meledak, berubah
jadi kadal, atau sesuatu, kalian jadi tahu jangan menerima apa pun yang mereka tawarkan pada kalian."
Tapi raksasa itu, yang terlalu tinggi untuk mendengar kata-kata yang dibisikkan Puddlelum, terbahak-
bahak dan berkata, "Wah, kodok, kau ternyata jantan seperti pria. Lihat, dia menghabiskannya!"

"Bukan pria... marsh-wiggle," jawab Puddleglum dengan suara yang entah bagaimana terdengar kesal.
"Bukan kodok juga: marsh-wiggle."

Dan saat itu pintu terbuka di belakang mereka dan raksasa yang lebih muda masuk sambil berkata,
"Mereka harus langsung pergi ke ruang takhta."

Anak-anak berdiri, tapi Puddleglum tetap duduk dan berkata, "Marsh-wiggle. Marsh-wiggle. Marsh-
wiggle yang sangat terhormat. Wiggleterhormat."

"Tunjukkan jalan pada mereka, Nak," kata raksasa penjaga pintu. "Dan lebih baik kau menggendong si
kodok. Dia minum lebih banyak daripada yang pantas baginya."

"Tidak ada yang salah padaku," kata Puddleglum. "Bukan kodok. Tidak ada yang mirip kodok pada diriku.
Aku biggleterhormat."

Tapi raksasa muda itu memegang pinggangnya dan memberi tanda pada anak-anak supaya
mengikutinya. Dengan cara yang tidak terhormat ini mereka menyeberangi halaman. Puddleglum,
dicengkeram dalam tangan si raksasa, dan menendang-nendang di udara, memang tampak mirip kodok.
Tapi mereka tidak punya waktu untuk memerhatikan ini, karena tak lama kemudian mereka memasuki
gerbang besar ke kastil utama jantung mereka langsung berdebar lebih cepat daripada biasa-dan,
setelah menyelusuri beberapa koridor dengan berlari kecil mengikuti langkah-langkah si raksasa, mereka
mendapati diri mereka berkedip-kedip dalam cahaya terang ruangan yang sangat besar, tempat lampu-
lampu berkilau dan apt berkobar dalam perapian dan keduanya terpantul pada atap miring dan ukiran di
dinding. Lebih banyak raksasa dari pada yang bisa mereka hitung berdiri di kirikanan mereka, semua
mengenakan mantel yang memesona. Dan di dua singgasana di ujung, duduk dua makhluk besar yang
sepertinya Raja dan Ratu.
Kira-kira enam meter dari singgasana, mereka berhenti. Scrubb dan Jill berusaha membungkuk dengan
kaku (anak-anak perempuan tidak diajar member' hormat di Sekolah Eksperimen) dan raksasa muda itu
dengan hati-hati meletakkan Puddleglum di lantai, di sana dia terbalik ke posisi duduk. Dengan kaki-
tangannya yang panjang, dia tampak, sejujurnya, anehnya mirip labah-labah besar.

BAB DELAPAN Rumah Harfang AYO, Pole, katakan," bisik Scrubb.

Jill merasa mulutnya sangat kering sehingga dia tidak bisa bicara. Dia mengangguk keras-keras kepada
Scrubb.

Berkata dalam hati dia tidak akan pernah memaafkan Jill (atau juga Puddleglum), Scrubb menjilat
bibirnya dan berteriak pada Raja Raksasa.

"Maaf, Yang Mulia, Lady Bergaun Hijau memberi salam pada Anda melalui kami dan berkata Anda pasti
senang menerima kami untuk ikut pada Pesta Musim Gugur Anda."

Raja dan Ratu Raksasa saling menatap, saling mengangguk, dan tersenyum dengan cara yang tidak
disukai Jill. Dia lebih menyukai Raja daripada Ratu. Raja memiliki janggut keriting yang bagus dan hidung
lurus yang mirip paruh elang, dan cukup tampan menurut ukuran raksasa. Ratu sangat gemuk dan
memiliki wajah gemuk berdagu ganda-bukan hal yang menarik dalam ukuran biasa, dan tentu saja
tampak jauh lebih mengerikan ketika berukuran sepuluh kali lebih besar. Kemudian Raja mengeluarkan
lidahnya dan menjilat bibirnya. Siapa pun bisa melakukan itu, tapi lidahnya begitu besar dan merah, dan
keluar begitu tak terduga, sehingga Jill cukup kaget.

"Oh, anak-anak baik!" kata Ratu. ("Mungkin ternyata dialah yang sifatnya lebih baik," pikir Jill.)

"Ya, memang," kata Raja. "Anak-anak hebat. Kami menyambut kalian di istana kami. Beri aku tangan
kalian."

Dia mengulurkan tangan kanannya yang besar ke bawah-sangat bersih dengan beberapa cincin pada
jari-jarinya, tapi juga dengan kuku tajam yang mengerikan. Dia terlalu besar untuk berjabat tangan
dengan anak-a

nak, yang membalas uluran tangannya, tapi dia mengguncang lengan mereka.

"Dan apa itu"" tanya Raja, menunjuk Puddleglum.

"Biggleyangterhormat," kata Puddleglum.

"Oh!" teriak Ratu, menaikkan gaunnya sampai ke mata kaki. "Makhluk mengerikan itu! Dia hidup!"

"Dia baik, Yang Mulia, sungguh, dia baik," kata Scrubb cepat-cepat. "Anda pasti lebih menyukainya kalau
sudah mengenalnya. Aku yakin begitu."

Kuharap kalian tidak akan kehilangan ketertarikan pada Jill di sisa buku ini kalau kukatakan pada kalian
saat ini dia mulai menangis. Ada banyak alasan baginya. Kaki, tangan, telinga, dan hidungnya baru mulai
merasa lagi, salju mencair menetes-netes dari pakaiannya, dia nyaris belum makan dan minum apa pun
hari itu, dan kakinya begitu sakit sehingga dia merasa tidak bisa berdiri lebih lama lagi. Yah, tindakan itu
membawa akibat lebih baik pada saat itu daripada yang bisa dilakukan tindakan apa pun, karena Ratu
berkata:

"Ah, anak malang! Yang Mulia, kita bersalah membiarkan tamu-tamu kita berdiri. Cepat, kalian! Bawa
mereka. Beri mereka makanan, anggur, dan air mandi. Buat anak perempuan kecil itu nyaman. Beri dia
lolipop, beri dia boneka, beri dia benda-benda lain, beri dia segala yang bisa kaupikirkan -susu hangat,
permen buah, wangi-wangian, nyanyian, dan mainan. Jangan menangis, gadis kecil, kalau tidak, kau
tidak akan berguna ketika pesta datang."

Jill sama marahnya dengan kau dan aku kalau mendengar mainan dan boneka, dan meskipun lolipop
dan permen buah terdengar sangat enak, dia sangat berharap sesuatu yang lebih pantas akan
dihidangkan. Tapi pidato bodoh Ratu membawa hasil yang hebat, karena Puddleglum dan Scrubb
langsung diangkat pelayan raksasa laki-laki, dan Jill oleh pelayan raksasa perempuan, dan mereka
dibawa ke kamar mereka.

Kamar Jill kira-kira seukuran gereja, dan akan agak gelap kalau saja tidak ada apt dalam perapian dan
karpet merah tebal di lantai, dan di sini hal-hal menyenangkan mulai terjadi padanya. Dia diberikan pada
perawat Ratu yang sudah tua, yang ternyata, dari sudut pandang raksasa, wanita tua kecil yang hampir
bungkuk karena usianya, dan dari sudut pandang manusia, raksasa yang cukup kecil untuk masuk kamar
biasa tanpa membuat kepalanya terantuk langit-langit. Dia sangat terampil, meskipun Jill berharap dia
tidak terus-menerus mendecakkan lidahnya dan mengatakan hal-hal seperti "Oh, la, la! Ups-ayo" dan
"Ada bebek" dan "Sekarang baik-baik saja, bonekaku." Dia mengisi baskom untuk merendam kaki
raksasa dengan air hangat dan membantu Jill memasukinya. Kalau kau bisa berenang (seperti Jill)
baskom raksasa sangat menyenangkan. Dan handuk raksasa, meskipun agak kasar dan keras, juga
menyenangkan, karena luasnya berekar-ekar. Bahkan kau tidak perlu mengeringkan diri, kau hanya
perlu berguling di atasnya di depan perapian dan membuat dirimu santai. Dan ketika semua itu selesai,
pakaian bersih, segar, dan hangat dipakaikan pada Jill. Pakaian yang sangat indah dan agak kebesaran
baginya, tapi jelas dibuat bagi manusia, bukan raksasa kecil. Kurasa kalau wanita bergaun hijau itu
datang ke sini, mereka pasti sudah biasa dengan tamu-tamu seukuran kami, pikir Jill.

Dia segera melihat bahwa dia benar tentang ini, karena meja dan kursi dengan ukuran yang tepat bagi
manusia dewasa biasa diletakkan di depannya, dan pisau, garpu, serta sendok juga berukuran tepat.
Sangat menyenangkan untuk duduk, merasa hangat dan bersih akhirnya. Kakinya masih telanjang dan
rasanya menyenangkan menginjak karpet raksasa. Kaki Jill tenggelam sampai ke mata kaki dan itu sangat
menyenangkan bagi kaki yang sakit. Makanannya-yang kurasa harus kita sebut makan malam, meskipun
sebenarnya saat itu lebih dekat pada waktu minum teh-adalah sup ayam, kalkun panggang panas,
puding yang masih mengepul, chestnut panggang, dan buah sebanyak yang bisa kaumakan.

Satu-satunya hal yang menyebalkan adalah si perawat yang terus keluar-masuk, dan setiap kali masuk,
dia membawa mainan raksasa bersamanya boneka raksasa yang lebih besar daripada Jill sendiri, kuda-
kudaan kayu yang beroda, kira-kira seukuran gajah, drum yang kelihatan seperti meteran
gas kecil, dan domba wol. Benda-benda itu buatannya kasar dan jelek juga dicat dengan warna-warna
sangat terang, dan Jill sebal melihatnya. Dia terus-menerus memberitahu si perawat bahwa dia tidak
menginginkannya, tapi si perawat berkata:

"Tut-tut-tut-tut. Kau pasti menginginkannya setelah cukup beristirahat, aku tahu! Hi-hi-hi! Da-dah,
sekarang. Boneka baik!"

Tempat tidurnya bukan tempat tidur raksasa tapi sekadar tempat tidur besar bertiang empat, seperti
yang bisa kaulihat dalam hotel tua, dan tampak sangat kecil dalam ruangan raksasa itu. Jill sangat lega
bisa berbaring di sana.

"Apakah salju masih turun, Perawat"" tanya Jill dengan mengantuk.

"Tidak. Sekarang hujan, Sayang!" kata si raksasa perempuan. "Hujan akan menghapus semua salju jahat.
Boneka kecil akan bisa keluar dan main besok!" Dan dia merapikan selimut Jill lalu mengucapkan
selamat malam.

Aku tidak tahu apa pun yang lebih menyebalkan daripada dicium raksasa perempuan. Jill punya pikiran
yang sama, tapi tertidur lima menit kemudian.

Hujan turun terns sepanjang petang dan malam, memukul jendela-jendela istana, tapi Jill tidak
mendengarnya, dia tidur nyenyak melewati waktu makan malam dan tengah malam. Kemudian
datanglah waktu paling tenang dalam malam dan tidak ada yang bergerak kecuali tikus dalam rumah
para raksasa itu. Saat itulah Jill bermimpi. Baginya seolah dia bangun dalam kamar yang sama dan
melihat api, hampir padam dan merah, dan kuda kayu besar itu tampak dalam cahaya api. Dan kuda itu
bergerak sendiri, berjalan di atas roda-rodanya menyeberangi karpet, dan berhenti di kepala Jill. Dan
sekarang benda itu bukan lagi kuda-kudaan, tapi singa sebesar kuda. Kemudian dia bukan lagi singa
mainan, melainkan singa sungguhan, sang singa. Tepat seperti Jill melihatnya di pegunungan, di luar
batas tilling dunia. Dan aroma segala hal yang beraroma manis mengisi ruangan. Tapi sesuatu membuat
bingung Jill, meskipun dia tidak tahu apa itu, dan air mata mengaliri wajahnya dan membasahi
bantalnya. Sang singa menyuruhnya mengulangi tanda-tanda, dan Jill mendapati dia sudah melupakan
semuanya. Saat itu, ketakutan yang sangat meliputi dirinya. Dan Aslan membawanya dengan rahangnya
(Jill bisa merasakan bibirnya dan napasnya tapi bukan giginya) dan membawanya ke jendela, lalu
membuatnya melihat ke luar. Bulan bersinar terang, dan tertulis dalam huruf-huruf besar melintang di
bumi atau langit (dia tidak tahu yang mana) adalah kata-kata KE BAWAHKU. Setelah itu, mimpi
memudar, dan ketika Jill

bangun, sangat siang pagi berikutnya, dia tidak

ingat sama sekali bahwa dia bermimpi.

Dia bangun, berpakaian, dan menghabiskan

sarapan di depan perapian ketika si perawat


membuka pintu dan berkata, "Ini teman-teman

boneka kecil datang untuk bermain bersama

nya" Masuklah Scrubb dan si marsh-wiggle.

"Halo! Selamat pagi," kata Jill. "Tidakkah ini menyenangkan" Aku tidur kira-kira lima belas jam, kurasa.
Aku merasa lebih baik, kalian begitu pula""

"Aku ya," kata Scrubb, "tapi Puddleglum berkata dia merasa pusing. Wah!-jendelamu punya tempat
duduk. Kalau bisa memanjat ke sana, kita bisa melihat ke luar." Dan mereka langsung melakukan itu, dan
pada pandangan pertama, Jill berkata, "Oh, betapa mengerikan!"

Matahari bersinar, dan kecuali beberapa kubangan, salju telah hampir seluruhnya tersapu bersih hujan.
Jauh di bawah mereka, terbentang seperti peta, puncak bukit datar yang mereka lewati dengan susah
payah kemarin siang. Dilihat dari istana, tempat itu tidak lain merupakan reruntuhan kota raksasa.
Tempat itu tampak datar, seperti yang dilihat Jill sekarang, karena seluruhnya masih ditutupi bata,
meskipun di beberapa tempat penutupnya rusak. Tanggul-tanggul yang saling silang adalah sisa-sisa
dinding bangunan-bangunan raksasa yang mungkin dulunya istana-istana dan kuil-kuil raksasa. Sepotong
dinding, kira-kira 150 meter tingginya, masih berdiri. Itulah yang dipikir Jill jurang. Benda yang tampak
seperti cerobong asap pabrik merupakan pilar-pilar besar, terpotong-potong pada tinggi yang tidak
sama, potongan mereka teronggok pada dasarnya seperti pohon tumbang berbentuk batu

raksasa. Birai-birai yang mereka turuni di sisi utara bukit-juga, pastinya birai-birai yang mereka panjat di
sisi selatan-adalah sisa-sisa tangga raksasa. Dan pada puncaknya, tulisan gelap melintang di tengah jalan,
KE BAWAHKU.

Ketika petualang saling memandang dengan kesal, dan setelah bersiul pendek, Scrubb mengatakan
pikiran mereka semua, "Tanda kedua dan ketiga terlewati." Dan saat itu mimpi Jill kembali dalam
ingatannya.

"Ini salahku," katanya dengan nada putus asa. "Aku-aku berhenti menghafalkan tanda-tanda itu setiap
malam. Kalau aku memikirkan tanda-tanda itu, aku pasti sudah bisa melihat itulah kota tersebut,
meskipun dalam salju."

"Aku lebih buruk lagi," kata Puddleglum.

"Aku melihatnya, atau hampir. Kupikir tempat itu tampak seperti reruntuhan kota."

"Kaulah satu-satunya yang tidak boleh disalahkan," kata Scrubb. "Kau mencoba menghentikan kami."

"Tapi tidak mencoba cukup keras," kata si marsh-wiggle. "Dan aku seharusnya tidak sekadar mencoba.
Aku seharusnya melakukannya. Seolah aku tidak bisa menghentikan kalian berdua dengan masing-
masing tanganku saja."
"Sebenarnya," kata Scrubb, "kita begitu ingin mencapai tempat ini sehingga tidak memikirkan hal lain.
Paling tidak aku tahu aku begitu. Sejak kita bertemu wanita bersama kesatria yang tidak bicara itu, kita
tidak memikirkan hal lain. Kita hampir melupakan Pangeran Rilian."

"Aku tidak heran," kata Puddleglum, "itulah yang dia inginkan."

"Apa yang tidak kumengerti," kata Jill, "bagaimana kita tidak melihat tulisan itu" Atau apakah mungkin
tulisan itu muncul kemarin malam" Bisakah dia Aslan menempatkannya di sana pada malam hari" Aku
mengalami mimpi yang aneh." Dan dia menceritakannya pada teman-temannya.

"Wah, bodoh!" kata Scrubb. "Kita melihatnya. Kita masuk dalam tulisan itu. Tidakkah kau mengerti" Kita
masuk huruf dalam KE. Itulah tempatmu jatuh. Kita berjalan sepanjang coretan bawah huruf ke utara-
berbelok ke kanan sepanjang garis tegak lurusnya-sampai ke belokan berikut ke kanan-itu coretan yang
tengah-kemudian berjalan mencapai puncak sudut kiri, atau (kalau kau lebih suka) sudut timur laut
huruf itu, dan kembali. Betapa bodohnya kita." Dia menendang tempat duduk jendela itu dengan kasar,
lalu berkata lagi, "Jadi tidak ada gunanya, Pole. Aku tahu apa yang kaupikirkan karena aku punya pikiran
yang sama. Kau berpikir betapa enaknya kalau Aslan tidak memasang instruksi pada batu-batu
reruntuhan kota sampai kita sudah melewatinya. Kemudian itu akan jadi salahnya, bukan kita. Begitu,
bukan" Tidak. Kita harus mengakuinya. Kita hanya tinggal punya empat tanda untuk diikuti, dan kita
sudah melewatkan tiga tanda pertama dengan salah."

"Maksudmu, aku yang salah," kata Jill. "Memang benar. Aku merusak segalanya sejak kau membawaku
ke sini. Sama saja-aku sangat menyesal dan sebagainya-sama saja, apa arti instruksi itu" KE BAWAHKU
sepertinya tidak berarti apa-apa."

"Ya, ada artinya," kata Puddleglum. "Artinya kita harus mencari sang pangeran di bawah kota itu."

"Tapi bagaimana caranya"" tanya Jill.

"Itulah pertanyaannya," kata Puddleglum, meremas tangannya yang seperti kaki katak.

Bagaimana kita bisa melakukannya sekarang" Tidak ragu lagi, kalau kita berkonsentrasi pada pekerjaan
kita ketika berada di reruntuhan kota, kita pasti sudah ditunjukkan jalannya menemukan pintu kecil,
gua, atau terowongan, bertemu seseorang yang bisa membantu kita. Mungkin bahkan (kalian tidak
pernah tahu) Aslan sendiri. Kita harus turun ke bawah batu-batu kota itu entah bagaimana. Instruksi
Aslan selalu berhasil: tidak pernah ada pengecualian. Tapi bagaimana caranya sekarang-itulah
masalahnya."

"Yah, kita harus kembali ke sana, kurasa," kata Jill.

"Mudah, bukan"" kata Puddleglum. "Kita bisa mencoba membuka pintu itu sebagai awalnya." Kemudian
mereka semua menatap pintu dan melihat tidak ada di antara mereka yang bisa mencapai pegangannya,
dan hampir pasti tidak ada yang bisa memutarnya kalau bisa mencapainya.
"Apakah kaupikir mereka tidak akan mengizinkan kita keluar kalau kita memintanya"" kata Jill. Dan tidak
ada yang mengatakannya, tapi semua berpikir, Rasanya tidak.

Itu bukan pikiran yang menyenangkan. Puddleglum sama sekali menentang ide memberitahu para
raksasa tentang urusan mereka yang sesungguhnya dan meminta diizinkan keluar begitu saja, dan tentu
saja anak-anak tidak bisa mengatakan hal itu tanpa persetujuannya, karena mereka sudah berjanji. Dan
ketiganya merasa cukup yakin tidak ada kesempatan melarikan diri dari istana di malam hari. Begitu
mereka berada dalam kamar-kamar mereka dan pintu tertutup, mereka akan menjadi tawanan sampai
pagi. Mereka bisa, tentu saja, meminta pintu mereka dibiarkan terbuka, tapi itu akan menimbulkan
kecurigaan.

"Satu-satunya kesempatan kita," kata Scrubb, "adalah mencoba menyelinap di siang hari. Mungkin saja
ada satu jam di siang hari ketika para raksasa tidur" dan kalau kita bisa lari sampai dapur, mungkin ada
pintu belakang yang terbuka""

"Hampir tidak bisa disebut kesempatan," kata si marsh-wiggle. "Tapi itu satu-satunya kesempatan yang
mungkin bisa kita dapatkan." Sebenarnya, rencana Scrubb tidak seburuk yang mungkin kaupikir. Kalau
kau ingin keluar dari rumah tanpa dilihat, tengah hari kadang-kadang lebih baik daripada tengah malam.
Pintu-pintu dan jendela-jendela lebih mungkin terbuka, dan kalau kau tertangkap, kau selalu bisa
berpura-pura kau tidak akan pergi jauh dan tidak punya rencana khusus. (Sangat sulit membuat raksasa
maupun orang dewasa untuk memercayai ini kalau kau tertangkap basah memanjat keluar jendela
kamar tidur pukul satu pagi.)

"Kita tidak boleh membuat mereka waspada," kata Scrubb. "Kita harus berpura-pura senang di sini dan
tidak sabar menanti Pesta Musim Gugur."

"Itu akan diadakan besok malam," kata Puddleglum. "Aku mendengar salah satu dari mereka
mengatakan itu. "

"Aku mengerti," kata Jill. "Kita harus pura-pura sangat tidak sabar menanti acara itu, dan terus-menerus
bertanya. Mereka toll menganggap kita benar-benar anak kecil, yang membuat ini lebih mudah."

"Gembira," kata Puddleglum sambil mendesah. "Itulah yang barns kita tampilkan. Kegembiraan. Seolah
kita tidak punya masalah apa pun. Senang. Kalian, anak-anak selalu punya semangat tinggi, aku lihat.
Kalian harus melihatku, dan melakukan apa yang kulakukan. Aku akan gembira. Seperti ini " dan dia
menampilkan seringai mengerikan. "Dan senang" lalu dia menunjukkan lompatan yang paling
menyedihkan. "Kalian akan cepat terbiasa, kalau melihat contohku. Mereka toll sudah berpikir aku
makhluk yang lucu, mengerti bukan. Aku berani bilang kalian berdua berpikir aku mabuk berat kemarin
malam, tapi aku yakinkan kalian itu yah, sebagian besar di antaranya-adalah sandiwara. Aku sudah
berpikir itu mungkin bisa berguna, entah bagaimana."

Anak-anak, ketika kemudian membicarakan petualangan mereka, tidak pernah yakin apakah pernyataan
yang terakhir ini benar, tapi mereka yakin Puddleglum berpikir itu benar ketika mengatakannya.

"Baiklah. Bergembiralah kita," kata Scrubb.


"Sekarang, kalau saja kita bisa mendapatkan raksasa untuk membuka pintu. Sementara kita berpura-
pura dan bergembira, kita harus mencari tahu sebanyak mungkin tentang istana ini."

Untunglah, saat itu pintu terbuka, dan si perawat raksasa muncul, berkata, "Nah, boneka-bonekaku.
Ingin keluar dan melihat Raja serta seluruh anak buahnya berangkat untuk berburu" Pasukan mereka
hebat sekali!"

Mereka tidak buang-buang waktu untuk keluar melewati si raksasa dan menuruni tangga pertama yang
mereka temui. Suara anjing-anjing pemburu, terompet, dan raksasa menuntun mereka, sehingga dalam
beberapa menit mereka sudah mencapai halaman. Para raksasa berjalan kaki, karena tidak ada kuda
raksasa di bagian dunia sana, dan perburuan raksasa dilakukan dengan berjalan kaki, seperti perburuan
yang menggunakan anjing beagle di Inggris. Anjing-anjing pemburunya pun berukuran biasa. Ketika
melihat tidak ada kuda, awalnya Jill sangat kecewa, karena dia merasa yakin Ratu yang gemuk tidak
mungkin mengikuti para anjing pemburu dengan berjalan kaki, dan sama sekali tidak menyenangkan
kalau ada sang ratu di istana sepanjang hari. Tapi kemudian dia melihat Ratu dalam usungan yang
dipanggul enam raksasa muda. Raksasa tua itu mengenaka

n pakaian hijau dan membawa terompet di sisi tubuhnya. Dua puluh atau tiga puluh raksasa, termasuk
Raja, berkumpul, slap berolahraga, semuanya bicara dan tertawa-tawa sehingga bisa membuatmu tuli:
dan jauh di bawah, dekat Jill ada ekor-ekor yang bergoyang, gonggongan, serta hidung dan mulut anjing
yang basah menyentuh tanganmu.

Puddleglum mulai menunjukkan tingkah yang dipikirnya gembira dan suka bermain-main (yang mungkin
bisa merusak segalanya kalau saja ada yang memerhatikan) ketika Jill menampilkan senyum kekanak-
kanakannya yang paling menarik, berlari ke usungan Ratu dan berteriak pada raksasa itu.

"Oh, tolonglah! Anda akan pergi, bukan" Apakah Anda akan kembali""

"Ya, Sayang," kata Ratu. "Aku akan kembali malam ini.

"Oh, bagus. Betapa menyenangkan!" kata Jill. "Dan kami boleh datang ke pesta besok, bukan" Kami
sangat tidak sabar menanti besok malam! Dan kami sangat senang di sini. Dan sementara Anda pergi,
bolehkah kami berkeliling istana dan melihat segalanya, bolehkah" Tolong katakan ya."

Ratu berkata ya, tapi tawa dari semua pengiringnya hampir membuat suaranya tidak terdengar.

BAB SEMBILAN Bagaimana Mereka Menemukan Sesuatu yang Pantas Diketahui

YANG lain kemudian mengakui bahwa Jill hebat hari itu. Begitu Raja dan kelompok berburunya
berangkat, Jill mulai mengelilingi seluruh istana dan menanyakan berbagai hal, tapi melakukan semua
itu dengan cara yang sangat lugu dan kekanak-kanakkan sehingga tidak ada yang curiga dia punya
rencana terselubung. Meskipun lidahnya tidak pernah diam, kau nyaris tidak bisa menyebutnya bicara:
dia merepet dan tertawa. Dia memukau semuanya-para pelayan, para penjaga pintu, para pembantu,
para dayang, dan para raksasa tua bangsawan yang sudah tidak bisa ikut berburu lagi. Dia bersedia
dicium dan dielus oleh raksasa perempuan mana pun, banyak yang sepertinya kasihan padanya dan
menyebutnya "makhluk kecil yang malang" meskipun tidak ada yang menjelaskan kenapa. Dia berteman
dengan juru masak dan menemukan fakta penting bahwa ada pintu dari ruang cuci piring langsung ke
balik tembok luar, jadi kau tidak harus menyeberangi halaman atau melewati rumah jaga. Di dapur, Jill
berpura-pura rakus, dan makan apa pun yang diberikan juru masak dan pembantunya. Tapi di atas, di
antara para wanita, dia menanyakan berbagai hal tentang bagaimana dia akan didandani untuk pesta
besar itu, dan berapa lama dia akan diizinkan duduk, dan apakah dia akan diizinkan untuk berdansa
bersama raksasa yang benar-benar kecil. Kemudian (ini membuat seluruh tubuhnya terasa panas ketika
dia mengingatnya kemudian) dia akan menelengkan kepala ke satu sisi dengan cara bodoh yang orang
dewasa, raksasa, dan yang lain anggap sangat menarik, dan menggoyangkan rambut keritingnya,
menandak-nandak, dan berkata, "Oh, coba saat ini sudah esok malam, bukan" Apakah kaupikir waktu
akan berjalan cepat sampai saat itu"" Dan semua raksasa perempuan berkata dia anak kecil yang
sempurna, dan beberapa mengusap mata dengan saputangan raksasa seolah mereka akan menangis.

"Mereka semua sangat menyenangkan di usia itu," kata satu raksasa perempuan pada yang lain.
"Rasanya hampir sayang..."

Scrubb dan Puddleglum berusaha sebaik mungkin, tapi anak perempuan bisa melakukan hal seperti ini
lebih baik daripada anak laki-laki. Bahkan anak laki-laki pun bisa melakukannya lebih baik daripada
marsh-wiggle.

Saat makan siang, terjadi sesuatu yang membuat mereka bertiga semakin ingin meninggalkan istana
Raksasa yang Baik. Mereka makan siang di aula besar di meja kecil tersendiri, dekat perapian. Di meja
yang lebih besar, kira-kira dua puluh meter dari sana, setengah lusin raksasa tua sedang makan.
Percakapan mereka begitu ribut, dan begitu tinggi di atas mereka, sehingga anak-anak tidak lama
kemudian tidak lagi memerhatikannya seperti yang kaulakukan pada bunyi burung di luar jendela atau
suara lalu lintas di jalan. Mereka makan daging dingin, sejenis makanan yang belum pernah Jill cicipi, dan
dia menyukainya.

Tiba-tiba Puddleglum berpaling kepada mereka, dan wajahnya begitu pucat sehingga kau bisa melihat
aura pucatnya di bawah warna kulitny

a yang seperti lumpur. Dia berkata:

"Jangan makan lagi."

"Ada apa"" tanya kedua anak sambil berbisik.

"Tidakkah kalian dengar apa yang dikatakan para raksasa itu" 'Daging ini lembut sekali,' kata salah satu
di antara mereka. 'Kalau begitu rusa itu berbohong,' kata yang lain. 'Kenapa"' tanya yang pertama. 'Oh,'
kata yang lain. 'Mereka bilang ketika dia ditangkap, dia berkata, "Jangan bunuh aku, dagingku alot.
Kalian tidak akan menyukaiku.""' Sementara Jill tidak menyadari arti semua itu. Tapi dia lalu mengerti
ketika mata Scrubb melebar ketakutan dan dia berkata:

"Jadi kita makan rusa yang bisa berbicara."


Kesadaran ini tidak punya efek yang sama pada mereka semua. Jill, yang baru pada dunia itu, merasa
kasihan pada rusa yang malang tersebut dan merasa jahat sekali para raksasa membunuhnya. Scrubb,
yang pernah datang ke sana sebelumnya dan paling tidak punya seekor binatang yang bisa bicara
sebagai sahabatnya, merasa ketakutan. Tapi Puddleglum, yang lahir di Narnia, merasa mual dan ingin
pingsan, dan merasa persis sama seperti kau kalau kau mendapati dirimu salah makan bayi.

"Kita membuat Aslan marah pada kita," katanya. "Inilah akibat tidak memerhatikan tanda-tanda. Kita
dikutuk, kurasa. Kalau diizinkan, hal paling baik yang bisa kita lakukan adalah mengambil pisau-pisau ini
dan menusukkannya pada jantung-jantung kita."

Dan perlahan bahkan Jill pun mulai bisa melihat dari sudut pandangnya. Tidak ada yang ingin makan
siang lagi. Dan begitu merasa aman, mereka menyelinap keluar dari aula.

Sekarang sudah hampir tiba waktu dalam hari itu ketika mereka berharap bisa lari, dan semuanya
merasa gugup. Mereka berjalan-jalan di lorong-lorong dan menunggu semua terdengar tenang. Para
raksasa di aula duduk sangat lama setelah selesai makan. Satu raksasa botak sedang bercerita. Ketika itu
berakhir, ketiga petualang mengendap-endap ke dapur. Tap] masih banyak raksasa di sana, atau paling
tidak di ruang cuci piring, mencuci dan membereskan peralatan. Rasanya menderita, menunggu sampai
mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, dan satu per satu, mengelap tangan lalu pergi. Akhirnya
tinggal satu raksasa perempuan yang tinggal di ruangan itu. Dia sibuk di sini, dan sibuk di sana, dan
akhirnya ketiga petualang menyadari dengan ketakutan bahwa raksasa itu sama sekali tidak bermaksud
pergi.

"Nah, Sayang," katanya pada mereka. "Pekerjaan ini hampir selesai. Mari letakkan ketel di sini. Buat air
panas untuk teh yang enak. Sekarang aku bisa sedikit istirahat. Tolong lihat dalam ruang cuci piring,
seperti boneka yang baik, dan katakan padaku apakah pintu belakang terbuka."

"Ya, pintunya terbuka," kata Scrubb.

"Bagus. Aku selalu membiarkannya terbuka supaya Puss bisa keluar-masuk. Makhluk malang."

Kemudian raksasa itu duduk di satu kursi dan menumpangkan kakinya di kursi yang lain.

"Aku tidak tahu tapi aku merasa lelah sekali," kata raksasa perempuan itu. "Kalau saja kelompok berburu
itu tidak kembali terlalu cepat."

Semua semangat mereka naik ketika raksasa itu menyebutkan lelah sekali, namun turun lagi ketika dia
menyebutkan kembalinya kelompok berburu.

"Memangnya mereka biasa kembali kapan"" tanya Jill.

"Kita tidak pernah tahu," kata si raksasa perempuan. "Tapi sana, pergilah dan diam sebentar, sayangku."

Mereka menjauh ke sudut dapur, dan akan


lari menyelinap ke ruang cuci piring saat itu juga, kalau saja si raksasa tidak terduduk tegak, membuka
mata, dan mengusir lalat. "Jangan mencoba sampai kita yakin dia benar-benar tidur," bisik Scrubb.
"Kalau tidak segalanya berantakan." Jadi mereka semua berkumpul di sudut dapur, menunggu dan
memerhatikan. Pikiran bahwa para pemburu akan kembali kapan pun terasa mengerikan. Dan raksasa
perempuan itu tidak berhenti bergerak. Kapan pun mereka pikir raksasa itu sudah tertidur, dia bergerak.

"Aku tidak tahan lagi," pikir Jill. Untuk mengalihkan pikirannya, dia mulai melihat

lihat ke sekelilingnya. Tepat di depannya ada meja besar yang bersih dengan dua kulit pie di atasnya,
dan buku terbuka. Tentu saja kulit pie itu dibuat dengan ukuran raksasa. Jill berpikir dia bisa berbaring
dengan nyam

an dalam salah satu di antaranya. Lalu dia memanjat ke bangku di sisi meja untuk melihat buku itu. Dia
membaca:

MALLARD. Burung yang nikmat ini bisa dimasak dengan berbagai cara.

"Ini buku resep," pikir Jill tidak terlalu tertarik, dan melirik ke balik bahunya. Mata si raksasa perempuan
tertutup, tapi tampaknya dia tidak tidur nyenyak. Jill melirik kembali ke buku. Resep-resep diatur secara
alfabetis: dan di resep berikutnya jantung Jill seolah berhenti berdetak. Resep itu

MANUSIA. Hidangan kecil ini telah lama dianggap kemewahan. Hidangan ini merupakan bagian
tradisional dari Pesta Musim Gugur, dan disajikan antara hidangan ikan dan daging Panggang. Setiap
manusia

Tapi Jill tidak bisa membaca lebih lanjut. Dia berbalik. Si raksasa perempuan telah bangun dan sedang
terbatuk-batuk. Jill menyenggol kedua temannya dan menunjuk buku. Mereka juga memanjat bangku
dan membungkuk di atas halaman-halaman luas itu. Scrubb masih membaca bagaimana cara memasak
manusia ketika Puddleglum menunjuk resep berikut di bawahnya. Resep itu seperti ini:

MARSH-WIGGLE. Beberapa pihak menganggap binatang ini sama sekali tidak cocok untuk dimakan
raksasa karena dagingnya yang alot dan rasanya yang seperti lumpur. Tapi rasa lumpur itu bisa dikurangi
kalau

Jill menyentuh kaki Puddleglum dan Scrubb perlahan. Mereka bertiga melihat kembali pada si raksasa
perempuan. Mulutnya agak terbuka dan dari hidungnya keluar suara yang saat itu terdengar lebih
merdu bagi mereka daripada musik mana pun. Si raksasa mendengkur. Dan sekarang mereka harus
mengendap-endap, tidak berani pergi terlalu cepat, hampir tidak berani bernapas, keluar melalui ruang
cuci piring (ruang cuci piring raksasa aromanya busuk), akhirnya keluar ke bawah sinar matahari musim
dingin yang pucat.

Mereka berada di puncak jalan kecil kasar yang mengarah dengan terjal ke bawah. Dan, untunglah, di
sisi istana yang tepat. Reruntuhan kota tampak. Dalam beberapa menit mereka sudah kembali pada
jalan lebar yang terjal yang mengarah ke bawah dari gerbang utama istana. Mereka juga tampak jelas
dari jendela mana pun di sisi itu. Kalau hanya ada satu, dua, atau lima jendela ada kemungkinan cukup
besar tidak ada yang sedang melihat keluar. Tapi jendela itu lebih hampir mencapai lima puluh daripada
lima. Mereka sekarang juga menyadari bahwa jalan tempat mereka berada, dan daerah antara mereka
dan reruntuhan kota, tidak menyediakan banyak tempat bersembunyi. Daerah itu semuanya terdiri atas
rumput kasar, kerikil, dan batu-batu datar. Semakin buruk lagi, mereka sekarang mengenakan pakaian
yang diberikan raksasa bagi mereka kemarin malam, kecuali Puddleglum, karena tidak ada yang cocok
baginya. Jill mengenakan jubah hijau terang, agak kepanjangan baginya, dilapisi mantel merah dengan
hiasan bulu putih. Scrubb mengenakan kaus kaki merah, tunik biru dan mantel, pedang bergagang emas,
dan topi berhias bulu.

"Bagus sekali warna-warna kalian berdua," gumam Puddleglum. "Tampak jelas dalam hari musim dingin.
Pemanah paling buruk di dunia pun tidak mungkin meleset dari kalian kalau kalian berada dalam jarak
tembak. Dan omong-omong tentang pemanah, tidak lama lag, kita akan menyesal tidak membawa busur
kita, aku tidak akan heran. Lagi pula agak tipis, bukan, pakaian kalian itu""

"Ya, aku sudah kedinginan," kata Jill.

Beberapa menit yang lalu ketika mereka berada di dapur, Jill pikir kalau saja mereka bisa keluar dari
istana, maka pelarian mereka sudah selesai. Dia sekarang menyadari bahwa bagian paling berbahaya
malah belum dijalani.

"Tenang, tenang," kata Puddleglum. "Jangan melihat ke belakang. Jangan berjalan terlalu cepat. Apa pun
yang kalian lakukan, jangan lari. Bertingkahlah seolah-olah kita hanya berjalan-jalan, kemudian, kalau
ada yang melihat kita, dia mungkin, mungkin saja, tidak akan mengganggu. Begitu kita kelihatan seperti
orang yang melarikan diri, tamatlah riwayat kita."

Di kejauhan reruntuhan kota sepertinya lebih jauh daripada yang bisa dibayangkan Jill. Tapi sedikit demi
sedikit mereka mendekatinya Kemudian terdengar suara. Kedua temannya tersentak. Jill, yang tidak
mengenalinya, ber

kata, "Apa itu""

"Terompet berburu," bisik Scrubb.

"Tapi jangan lari sekarang," kata Puddleglum. "Jangan sebelum aku memberi aba-aba."

Kali ini Jill tidak bisa menahan diri untuk menengok ke balik pundaknya. Di sana, kira-kira setengah mil
jauhnya, para pemburu kembali dari arah kiri belakang mereka.

Mereka berjalan terus. Tiba-tiba suara berisik para raksasa terdengar: kemudian teriakan-teriakan dan
sorakan.

"Mereka sudah melihat kita. Lari," kata Puddleglum.

Jill mengangkat rok panjangnya-sama sekali tidak cocok untuk lari-dan lari. Tidak salah lagi, bahaya
mengancam sekarang. Dia bisa mendengar gonggongan anjing-anjing pemburu. Dia bisa mendengar
teriakan Raja mengguntur, "Kejar mereka, kejar mereka, kalau tidak kita tidak bisa makan pie manusia
besok."

Jill paling belakang sekarang, direpotkan roknya, terpeleset batu-batu lepas, rambutnya masuk ke mulut,
rasa sakit karena berlari terasa pada dadanya. Anjing-anjing semakin dekat. Sekarang Jill harus lari
menanjak, mendaki lereng berbatu yang menuju anak tangga paling bawah pada tangga raksasa. Dia
tidak tahu apa yang akan mereka lakukan setelah sampai di sana, atau bagaimana keadaan mereka bisa
lebih baik kalau mereka telah mencapai puncaknya. Tapi dia tidak memikirkan itu. Dia seperti binatang
buruan sekarang, selama anjing-anjing itu masih mengejarnya, dia harus lari sampai jatuh.

Si marsh-wiggle memimpin di depan. Begitu mencapai tangga terbawah dia berhenti, melihat ke sisi
kanannya, dan tiba-tiba berlari ke lubang atau rekahan kecil di bawahnya. Kakinya yang panjang
menghilang ke dalamnya, tampak sangat mirip labah-labah. Scrubb ragu-ragu kemudian menghilang
mengikutinya. Jill, terengah-engah dan kehabisan papas, mencapai tempat itu kira-kira semenit
kemudian. Lubang itu tidak menarik-rekahan antara tanah dan batu selebar kira-kira satu setengah
meter dan nyaris tidak lebih tinggi daripada tiga puluh centimeter. Kau harus melompat muka duluan
dan merangkak masuk. Kau tidak bisa melakukannya cepat-cepat pula. Jill yakin seekor anjing nyaris
menggigit kakinya sebelum dia masuk lubang itu.

"Cepat, cepat. Batu-batu. Tutupi bukaannya," terdengar suara Puddleglum dalam kegelapan di
sebelahnya. Lubang itu gelap total, kecuali cahaya abu-abu dari bukaan tempat mereka merangkak
masuk. Kedua temannya bekerja keras. Jill bisa melihat tangan Scrubb yang kecil dan tangan si marsh-
wiggle yang seperti kaki katak dan besar hitam karena menentang cahaya, bekerja keras menumpuk
batu-batu. Kemudian dia menyadari betapa penting hal ini dan mulai meraba mencari batu-batu besar,
dan memberikannya pada yang lain. Sebelum anjing-anjing mondar-mandir dan menggonggong di mulut
gua, mereka sudah cukup menutupinya, dan sekarang, tentu saja tidak ada cahaya sama sekali.

"Masuk lebih jauh, cepat," kata suara Puddleglum.

"Mari bergandengan," kata Jill.

"Ide bagus," kata Scrubb. Tapi mereka butuh waktu cukup lama untuk saling menemukan tangan
masing-masing dalam kegelapan. Anjing-anjing mengendus-endus di balik rintangan sekarang.

The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful
Bahri Situbondo

"Mari coba apakah kita bisa berdiri," usul Scrubb. Mereka mencoba dan ternyata bisa. Kemudian,
dengan Puddleglum mengulurkan sebelah tangan ke belakang untuk dipegang Scrubb, dan Scrubb
mengulurkan sebelah tangan ke belakang untuk Jill (yang sangat ingin berada di tengah, bukan paling
belakang), mereka mulai meraba-raba dengan kaki mereka dan tersaruk-saruk ke depan dalam
kegelapan. Tanah di bawah mereka penuh bebatuan. Kemudian Puddleglum mencapai dinding batu.
Mereka berbelok sedikit ke kanan dan berjalan terns. Jill tidak bisa merasakan arah sama sekali, dan
tidak tahu di mana letak mulut gua.

"Pertanyaannya adalah," terdengar suara Puddleglum dalam kegelapan di muka, "apakah setelah
menimbang-nimbang, lebih baik kembali (kalau kita bisa) dan membiarkan para raksasa punya hidangan
istimewa dalam pesta mereka, atau tersesat dalam perut bukit tempat, sepuluh banding satu, ada naga,
lubang-lubang dalam, gas, air, dan Auw! Lepaskan! Selamatkan kalian. Aku "

Setelah itu semua terjadi cepat sekali. Ada jeritan mengerikan, suara mendesis, serak, dan dalam,

suara keretak bebatuan, dan Jill mendapati dirinya tergelincir, tergelincir, tergelincir tanpa harapan, dan
tergelincir semakin cepat setiap saat menuruni lereng yang semakin curam. Lereng itu tidak halus dan
keras, tapi penuh batu kecil dan tanah. Bahkan kalaupun kau bisa berdiri, pasti tidak ada gunanya. DI
mana pun di lereng itu kau menginjakkan kakimu, tanahnya akan lepas dari bawahmu dan membawamu
mengelincir ke bawah. Tapi posisi Jill lebih berbaring daripada berdiri. Dan semakin jauh mereka
menggelincir, semakin mereka ditimpa bebatuan dan tanah, sehingga seluruh benda yang jatuh itu
(termasuk dirt mereka) bergerak semakin cepat, bersuara makin keras, berdebu, dan kotor. Dari jeritan
keras dan kata-kata makian kedua temannya, Jill tahu banyak batu yang terlepas karena dirinya
menghantam Scrubb dan Puddleglum cukup keras. Dan sekarang dia bergerak cepat sekali dan yakin dia
pasti luka parah kalau sampai di dasar.

Tap, ternyata tidak. Mereka memar-memar, dan cairan lengket di wajah Jill ternyata darah. Dan begitu
banyak tanah, pasir, serta batu-batu besar yang tertumpuk di sekelilingnya (dan sebagian di atasnya)
sehingga dia tidak bisa berdiri. Kegelapan begitu total sehingga tidak ada bedanya sama sekali apakah
kau membuka mata atau tidak. Tidak ada suara. Dan itulah saat paling menakutkan yang pernah Jill
alami dalam hidupnya. Kalau dia sendirian, kalau yang lain... Kemudian dia mendengar gerakan di
sekelilingnya. Lalu ketiganya, dalam suara-suara gemetar menjelaskan bahwa tidak ada di antara mereka
yang mengalami patah tulang.

"Kita tidak akan bisa naik ke sana lagi," kata suara Scrubb.

"Dan sudahkah kalian merasakan betapa hangatnya di sini"" kata suara Puddleglum. "Itu berarti kita
jauh di bawah. Mungkin hampir satu mil."

Tidak ada yang bicara. Beberapa saat kemudian Puddleglum menambahkan:

"Kotak korek apiku hilang."

Setelah keheningan yang lama lagi, Jill berkata, "Aku sangat haus."

Tidak ada yang mengusulkan tindakan apa pun. Sangat jelas tidak ada yang bisa dilakukan. Saat itu,
mereka tidak merasa separah yang dipikirkan orang, itu karena mereka sangat lelah.
Lama, lama setelahnya, tanpa peringatan apa pun, suara yang aneh bicara. Mereka langsung tahu itu
bukan satu suara di dunia ini yang diam-diam mereka harapkan, suara Aslan. Suara itu berat dan datar-
hampir, kalau kau tahu artinya, merupakan suara yang sangat gelap. Dia berkata:

"Apa yang membuat kalian datang ke sini, makhluk-makhluk Dunia Atas""

BAB SEPULUH Perjalanan Tanpa Matahari

"SIAPA itu"" teriak ketiga petualang.

"Aku penjaga gerbang Perbatasan Dunia Bawah, dan bersamaku ada seratus earthman bersenjata,"
datang jawabannya. "Cepat berirahu aku siapa kalian dan apa urusan kalian di Kerajaan Bawah""

"Kami tidak sengaja jatuh," kata Puddleglum, cukup jujur.

"Banyak yang jatuh, dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari," kata suara itu.
"Bersiaplah untuk ikut aku menghadap Ratu Kerajaan Bawah."

"Apa yang dia inginkan dari kami"" tanya Scrubb hati-hati.

"Aku tidak tahu," kata suara itu. "Keinginannya tidak untuk dipertanyakan, tapi untuk dipatuhi."

Sementara dia mengatakan ini ada suara seperti ledakan pelan dan setelah itu cahaya yang dingin, abu-
abu dengan sedikit warna biru, menerangi gua. Semua harapan bahwa yang berbicara tadi hanya
menyombongkan diri ketika menyebutkan seratus pengikut bersenjatanya langsung lenyap. Jill
mendapati dirinya mengerjap dan menatap kerumunan rapat. Mereka semua terdiri atas berbagai
ukuran, mulai dari gnome kecil nyaris tidak lebih dari tiga puluh sentimeter sampai makhluk jangkung
yang lebih tinggi daripada manusia. Semuanya membawa tombak bercabang tiga, dan semuanya sangat
pucat, dan berdiri sangat diam seperti patung. Selain itu, mereka sangat berbeda, beberapa punya ekor
dan yang lain tidak, beberapa berjanggut panjang dan yang lain memiliki wajah bulat yang sangat halus,
sebesar labu. Hidung mereka ada yang panjang dan mancung, juga ada yang panjang tapi lemas seperti
belalai kecil, lalu ada yang besar bulat. Beberapa memiliki tanduk tunggal di dahi mereka. Tapi dalam
satu hal

mereka semua mirip: seluruh wajah dalam kumpulan seratus makhluk itu merupakan wajah paling sedih
yang mungkin ada. Mereka begitu sedih, sehingga pada pandangan pertama, Jill hamper lupa untuk
takut pada mereka. Dia merasa ingin menghibur mereka.

"Yah!" kata Puddleglum, mengusapkan kedua tangannya. "Ini tepat seperti yang kubutuhkan. Kalau
makhluk-makhluk ini tidak bisa mengajariku untuk memiliki pandangan hidup yang serius, aku tidak tahu
apa lagi yang bisa. Lihatnya makhluk dengan kumis itu-atau yang itu yang memiliki "

"Bangkit," kata pemimpin earthman.

Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Ketiga petualang bangkit berdiri dan bergandengan tangan. Orang
ingin memegang tangan teman di saat seperti itu. Dan para earthman mengelilingi mereka, berjalan di
atas kaki besar yang lembek, yang beberapa berjari sepuluh, yang lain dua belas, dan yang lain sama
sekali tanpa jari.

"Jalan," kata si penjaga gerbang, dan itulah yang mereka lakukan.

Cahaya yang dingin itu datang dari bola besar di puncak tongkat panjang, dan makhluk tertinggi
membawa tongkat ini di bagian depan iring-iringan. Dengan cahayanya yang menyedihkan mereka bisa
melihat mereka berada dalam gua alam. Dinding-dinding dan atapnya berbongkah-bongkah, terpilin-
pilin, dan berlubang-lubang menjadi ribuan bentuk fantastis, dan lantai batunya menurun saat mereka
maju terus. Keadaan jauh lebih parah bagi Jill daripada bagi yang lain, karena dia membenci tempat-
tempat gelap di bawah tanah. Dan ketika, saat mereka berjalan terus, gua semakin rendah dan sempit,
dan ketika, akhirnya, si pembawa cahaya berdiri menyingkir, dan para gnome, satu demi satu,
membungkuk (semuanya kecuali yang paling kecil) dan melangkah melalui rekahan kecil yang gelap dan
menghilang, Jill merasa tidak tahan lagi.

"Aku tidak bisa masuk ke sana, aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku tidak mau," dia terengah. Para
earthman tidak mengatakan apa pun tapi mereka semua menurunkan tombak mereka dan
mengarahkannya pada Jill.

"Tenang, Pole," kata Puddleglum. "Makhluk-makhluk besar itu tidak akan merangkak masuk sana kalau
guanya tidak semakin besar nantinya. Dan ada sesuatu yang menyenangkan tentang tempat bawah
tanah ini, kita tidak akan kena hujan."

"Oh, kau tidak mengerti. Aku tidak bisa," tangis Jill.

"Pikirkan perasaanku di tepi jurang itu, Pole," kata Scrubb. "Kau duluan, Puddleglum, dan aku terakhir
setelah Jill."

"Benar," kata si marsh-wiggle, merangkak dengan tangan dan kakinya. "Kau pegang tumitku, Pole, dan
Scrubb akan memegang tumitmu. Dengan begitu kita akan merasa nyaman."

"Nyaman!" kata Jill ngeri. Tapi dia merendahkan tubuhnya dan mereka merangkak menggunakan siku
mereka. Tempat itu mengerikan. Kau harus merangkak selama sepertinya setengah jam, meskipun
mungkin saja sebenarnya hanya lima menit. Tempat itu panas. Jill merasa tubuhnya ditekan dari segala
arah. Tapi akhirnya ada cahaya remang-remang di depan, terowongan melebar dan semakin tinggi, dan
mereka keluar, kepanasan, kotor, dan gemetar, ke gua yang sangat besar sehingga nyaris tidak seperti
gua sama sekali.

Gua itu penuh cahaya remang yang membuat mengantuk, sehingga di situ mereka tidak membutuhkan
lentera earthman yang aneh. Lantainya lembut karena tertutup sejenis lumut dan banyak lumut yang
tumbuh dengan berbagai bentuk aneh, bercabang dan tinggi seperti pohon, tapi lentur seperti jamur.
Pohon-pohon ini berdiri terlalu berjauhan untuk membentuk hutan, mereka lebih mirip pohon di taman.
Cahaya itu (yang hijau keabuan) sepertinya datang dari pohon dan lumut itu, dan tidak cukup kuat untuk
mencapai atap gua, yang pasti jauh di atas mereka. Mereka disuruh berjalan menyeberangi tempat yang
lembut, halus, dan membuat mengantuk itu. Semua itu sangat menyedihkan, tapi kesedihan yang
menenangkan, seperti musik lembut.

Di sini mereka melewati berlusin-lusin binatang aneh, berbaring di lumut tebal, entah mati atau tidur, Jill
tidak bisa membedakannya. Kebanyakan binatang ini mirip naga atau kelelawar. Puddleglum tidak
mengenali satu pun.

"Apakah mereka tumbuh di sini"" tanya Scrubb pada penjaga gerbang. Dia sepertinya kaget

karena ditanyai, tapi menjawab, "Tidak. Mereka semua binatang yang mencari jalan turun melalui
rekahan tanah dan gua-gua, dari Dunia Atas ke Kerajaan Bawah. Banyak yang turun, dan sedikit yang
kembali ke tanah yang diterangi matahari. Katanya mereka semua akan bangun di akhir dunia."

Mulutnya tertutup seperti kotak ketika dia selesai mengatakan ini, dan dalam keheningan total gua itu
anak-anak merasa mereka tidak berani bicara lagi. Kaki-kaki telanjang para gnome, berjalan di atas
lumut tebal, tidak membuat suara. Tidak ada angin, tidak ada burung, tidak ada suara air. Tidak ada
suara napas dari makhluk-makhluk aneh itu.

Ketika mereka telah berjalan beberapa mil, mereka mencapai dinding batu, dan di sana terdapat
gerbang lengkung pendek menuju gua lain. Gerbang itu tidak seburuk pintu terakhir dan Jill bisa
melewatinya tanpa harus menundukkan kepala. Gerbang itu membawa mereka ke gua yang lebih kecil,
panjang dan sempit, kira-kira berbentuk dan berukuran seperti katedral. Dan di sini, mengisi hampir
seluruh panjangnya, berbaringlah manusia besar yang tidur lelap. Dia jauh lebih besar daripada raksasa
mana pun, dan wajahnya tidak seperti raksasa, tapi anggun dan tampan. Dadanya naik-turun di bawah
janggut putih yang menutupi tubuhnya sampai ke pinggang. Cahaya keperakan yang murni (tidak ada
yang melihat dari mana datangnya) meneranginya.

"Siapa itu"" tanya Puddleglum. Dan sudah sangat lama sejak terakhir kali ada yang bicara, sehingga Jill
bertanya-tanya dari mana marshwiggle itu mendapat keberanian.

"Itu Bapak Waktu tua, yang dulu Raja Dunia Atas," kata si penjaga gerbang. "Dan sekarang dia telah
masuk jauh dalam Kerajaan Bawah dan berbaring memimpikan semua hal yang terjadi di dunia atas.
Banyak yang masuk, dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari. Mereka berkata dia
akan bangun di akhir dunia."

Dan keluar dari gua, mereka melewati gua lain, kemudian gua lain dan gua lain lagi, dan begitu terus
sehingga Jill tidak bisa menghitung lagi, tapi mereka selalu berjalan turun dan setiap gua lebih rendah
daripada yang sebelumnya, sehingga sekadar pikiran tentang berat dan dalamnya tanah di atasmu bisa
membuatmu sesak napas. Akhirnya mereka mencapai tempat si penjaga gerbang memerintahkan
lenteranya yang menyedihkan dinyalakan lagi. Kemudian mereka melewati gua yang begitu lebar dan
gelap sehingga mereka tidak bisa melihat apa-apa kecuali tepat di depan mereka ada segaris pasir pucat
yang berbatasan dengan air tenang. Dan di sana, di sebelah dermaga kecil, ada kapal tanpa tiang atau
layar tapi dengan banyak dayung. Mereka disuruh naik ke kapal dan dipandu ke anjungan, di sana ada
tempat terbuka di depan para bangku para pendayung dan ada tempat duduk melingkari bagian dalam
anjungannya.

"Satu hal yang ingin kuketahui," kata Puddleglum, "apakah ada siapa pun dari dunia kami--dari atas,
maksudku--yang pernah melakukan perjalanan ini sebelumnya""

"Banyak yang naik kapal di pantai pucat," jawab si penjaga gerbang, "dan "

"Ya, aku tahu," potong Puddleglum. "Dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari. Kau
tidak perlu mengatakannya lagi. Kau memang menyebalkan, ya""

Anak-anak duduk merapat di kedua sisi Puddleglum. Mereka merasa dia menyebalkan saat di atas, tapi
di bawah sini sepertinya dia satu-satunya hal menenangkan yang mereka miliki. Kemudian lentera
bercahaya pucat itu digantung di tengah kapal, para earthman duduk di bangku pendayung, dan kapal
mulai bergerak. Cahaya lentera itu tidak memberi penerangan sampai jauh. Saat melihat ke depan,
mereka tidak bisa melihat apa pun kecuali air yang tenang dan gelap, menghilang ke dalam kegelapan
total.

"Oh, apa yang akan terjadi pada kita"" kata Jill putus asa.

" Nah, jangan kehilangan semangat, Pole," kata si marsh-wiggle. "Ada satu hal yang harus 'kauingat. Kita
kembali ke jalan yang benar. kita harus pergi ke bawah reruntuhan kota, Jan kita berada di bawahnya.
Kita kembali mengikuti instruksi."

Kemudian mereka diberi makan--sejenis kue datar lembek yang nyaris tidak ada rasanya. Dan setelah
itu, mereka perlahan-lahan tertidur. Tapi ketika m

ereka terbangun, semuanya masih sama saja. Para gnome masih mendayung, kapal masih melaju, masih
kegelapan total di depan. Seberapa seringnya mereka terbangun, tidur, makan, dan tidur lagi, tidak ada
yang bisa ingat. Dan yang terburuk tentang itu adalah kau mulai merasa seolah kau selalu tinggal di
kapal itu, dalam kegelapan itu, dan bertanyatanya apakah matahari, langit biru, angin, dan burung-
burung bukanlah mimpi.

Mereka hampir putus asa dan tidak takut apa pun lagi ketika akhirnya mereka melihat cahaya di depan:
cahaya pucat, seperti lentera mereka. Kemudian, cukup tiba-tiba, salah satu cahaya ini mendekat dan
mereka melihat mereka berpapasan dengan kapal lain. Setelah itu mereka berpapasan dengan beberapa
kapal. Kemudian, menatap sampai mata mereka sakit, mereka melihat beberapa cahaya di depan
datang dari apa yang tampaknya dermaga, dinding-dinding, menara-menara, dan kumpulan yang
bergerak. Tapi tetap hampir tidak ada suara sama sekali.

"Ya ampun," kata Scrubb. "Kota!" dan tak lama kemudian mereka semua melihat dia benar.

Tapi itu kota yang aneh. Cahaya begitu sedikit dan berjauhan sehingga pasti datang dari Pondok-pondok
yang berjauhan bila di dunia kita. Tapi bagian-bagian kecil yang bisa kaulihat dengan penerangan minim
itu menunjukkan pelabuhan besar. Kau bisa melihat di satu tempat ada sekumpulan kapal memunggah
atau menurunkan barang, di bagian lain, bertumpuk-tumpuk barang dan gudang-gudang, dan di tempat
lain, dinding-dinding dan pilarpilar menampilkan istana-istana megah atau kuil-kuil. Dan selalu, di mana
pun cahaya jatuh, kumpulan-ratusan earthman, bertabrakan saat mereka berjalan pelan melakukan
urusan masing-masing di jalan-jalan sempit, lapangan-lapangan luas, atau mendaki tangga. Gerakan
mereka yang terus-menerus membuat sejenis suara gumam pelan yang terdengar ketika kapal semakin
dekat dan terus mendekat, tapi tidak ada lagu, teriakan, suara lonceng, gemeretak roda di mana pun.
Kota itu hening, dan hampir sama gelapnya, dengan bagian dalam rumah semut.

Akhirnya kapal mereka dibawa ke sisi dermaga dan merapat. Ketiga petualang dibawa ke darat dan
diantar ke Kota. Kerumunan earthman, sama sekali tidak ada yang mirip, bertabrakan bahu dengan
mereka di jalan-jalan yang sesak, dan cahaya muram menerangi banyak wajah sedih dan kaku. Tapi tidak
ada yang menunjukkan ketertarikan pada orang-orang asing itu. Setiap gnome sepertinya sama sibuknya
selain sedih, meskipun Jill tidak tahu apa yang membuat mereka begitu sibuk. Tapi gerakan, dorongan,
jalan terburu-buru, dan suara langkah lembut pok-pok-pok itu tanpa henti.

Akhirnya mereka mencapai apa yang sepertinya kastil utama, meskipun hanya beberapa jendela yang
memancarkan cahaya. Di sini mereka dibawa masuk dan disuruh menyeberangi halaman dalam, dan
mendaki banyak tangga. Perjalanan ini akhirnya membawa mereka pada aula besar bersuasana remang-
remang. Tapi di satu sudutnya--oh, senangnya!--ada pintu lengkung yang diterangi cahaya yang
berbeda, cahaya hangat yang jujur dan kekuningan seperti yang digunakan manusia. Yang ditunjukkan
cahaya ini di dalam pintu lengkung itu adalah kaki tangga yang mendaki di antara dinding-dinding batu.
Cahaya itu sepertinya datang dari atas. Dua earthman berdiri di kedua sisi pintu lengkung itu seperti
prajurit, atau penjaga pintu.

Si penjaga gerbang mendekati kedua earthman ini, dan berkata, seolah itu kata kunci:

"Banyak yang turun ke Dunia Bawah."

"Dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari," jawab mereka, seolah itu sandi
balasannya. Lalu mereka bertiga mendekatkan kepala dan bicara. Akhirnya salah satu gnome prajurit itu
berkata, "Kukatakan padamu, ratu yang baik sedang pergi melakukan urusannya yang penting. Kita
sebaiknya langsung memasukkan orang-orang yang datang dari atas ini ke penjara sampai Ratu kembali.
Sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari."

Saat itu percakapan terpotong oleh sesuatu yang bagi Jill terasa seperti suara paling indah di dunia.
Suara itu datang dari atas, dari puncak tangga, dan terdengar seperti suara manusia yang jernih,
bergema, dan sempurna, suara pria m

uda. "Apa yang kautahan di bawah sana, Mullugutherum"" teriaknya. "Makhluk-makhluk dari Dunia
Atas, ha! Bawa mereka kepadaku, sekarang juga."

"Semoga Yang Mulia ingat," kata Mullugutherum memulai, tapi suara itu memotong ucapannya.

"Yang Mulia akan sangat senang kalau dipatuhi, makhluk tua cerewet. Bawa mereka ke sini," teriaknya.
Mullugutherum menggeleng, memberi tanda pada para petualang untuk mengikuti dan mendaki tangga.
Di setiap tangga, cahaya semakin terang. Ada permadani hias yang indah tergantung di dinding-dinding.
Lampu bersinar keemasan melalui gorden tipis di puncak tangga. Si earthman membuka gorden dan
berdiri menyamping. Ketiga petualang melewatinya. Mereka berada dalam ruangan yang indah,
berhiaskan permadani gantung, dengan api besar pada perapian yang bersih, serta anggur merah dan
gelas berkilau di meja. Pria muda dengan rambut pirang bangkit untuk menyambut mereka. Dia tampan
dan tampak berani sekaligus baik hati, meskipun ada sesuatu pada wajahnya yang sepertinya tidak
benar. Dia mengenakan pakaian hitam dan secara keseluruhan agak mirip Hamlet.

"Selamat datang, makhluk-makhluk Dunia Atas," teriaknya. "Tapi sebentar! Aku minta maaf! Aku sudah
pernah melihat kedua anak ini, dan ini, pengasuh kalian yang aneh sebelumnya. Bukankah kalian bertiga
yang bertemu denganku di jembatan di perbatasan Ettinsmoor ketika aku berkuda ke sana bersama
lady-ku""

"Oh... kaulah kesatria hitam yang tidak bicara sama sekali"" tanya Jill.

"Dan apakah lady itu Ratu Dunia Bawah"" tanya Puddleglum, dengan suara yang tidak terlalu
bersahabat. Dan Scrubb, yang juga punya pikiran yang sama, membentak, "Karena kalau memang
begitu, kurasa dia benar-benar bermaksud mengirim kami ke kastil raksasa yang ingin memakan kami.
Memangnya kerugian apa yang pernah kami lakukan padanya, aku ingin tahu""

"Bagaimana"" kata Kesatria Hitam sambil mengerutkan dahi. "Kalau kau tidak begitu muda, Nak, kau
dan aku harus bertarung sampai mati karena pertengkaran ini. Aku tidak bisa mendengar hinaan apa
pun bagi kehormatan lady-ku. Tapi kau bisa yakin akan ini, apa pun yang dia katakan padamu, dia
mengatakannya dengan maksud baik. Kau tidak mengenalnya. Dia itu kumpulan segala hal yang baik,
kebenaran, kebaikan, konsistensi, kelembutan, keberanian, dan sebagainya. Aku mengatakan apa yang
kutahu. Kebaikannya pada diriku saja, yang tidak akan pernah bisa membalasnya, akan membuat cerita
yang hebat. Tapi kau harus mengenal dan mencintainya di sini. Sementara itu, apa urusanmu di Dunia
Bawah""

Dan sebelum Puddleglum bisa menghentikannya, Jill berkata, "Tolonglah, kami berusaha menemukan
Pangeran Rilian dari Narnia." Kemudian dia menyadari betapa mengerikan risiko yang diambilnya.
Orang-orang ini mungkin saja musuh. Tapi kesatria itu tidak tampak tertarik.

"Rilian" Narnia"" katanya tak peduli. "Narnia" Negeri apa itu" Aku tidak pernah mendengar namanya.
Pasti letaknya beribu kilometer dari bagian Dunia Atas yang kukenal. Tapi fantasi anehlah yang
membawa kalian mencari--bagaimana kalian menyebutnya"--Bilian" Trilian"--dalam rumah lady-ku.
Bahkan, menurut pengetahuanku, tidak ada pria seperti itu di sini." Dia tertawa sangat keras pada kata-
katanya sendiri, dan Jill berpikir, Aku ingin tahu apakah itu yang salah dengan wajahnya" Apakah dia
agak gila"

"Kami disuruh mencari pesan pada bebatuan Kota Runtuh," kata Scrubb. "Dan kami melihat kata-kata KE
BAWAHKU."
Kesatria itu tertawa lebih keras lagi. "Kalian benar-benar tertipu," katanya. "Kata-kata itu tidak berarti
apa-apa bagi kalian. Kalau kalian bertanya pada lady-ku, dia bisa memberi kalian saran yang lebih baik.
Karena kata-kata itu hanya bagian yang tertinggal dari kalimat yang lebih panjang, yang di masa-masa
kuno, seperti yang diingatnya dengan baik, berbunyi begini:

Meskipun di bawah Bumi dan tanpa takhta sekarang keadaanku,

Tapi saat aku hidup, ke bawahku seluruh Bumi tunduk.

"Dari situ jelas bahwa ada raja raksasa kuno yang hebat, yang dikubur di sana, menyuruh kalimat
sombong itu dibentuk dengan batu di atas makamnya. Meskipun patahnya beberapa batu, dibawanya
batu-batu yang lain

untuk bangunan-bangunan baru, dan diisinya potongan-potongan itu dengan reruntuhan, hanya dua
kata itu yang tersisa masih bisa dibaca. Bukankah ini lelucon paling lucu di dunia, kalian berpikir kata-
kata itu ditulis untuk kalian""

Ini seperti air dingin disiramkan pada punggung Scrubb dan Jill. Karena bagi mereka rasanya sangat
mungkin kata-kata itu tidak ada hubungannya sama sekali pada pencarian mereka, dan bahwa mereka
masuk ke sana karena kecelakaan belaka.

"Jangan pedulikan dia," kata Puddleglum. "Tidak ada kecelakaan. Penunjuk Plan kita adalah Aslan, dan
dia ada di sana ketika raja raksasa itu menyuruh huruf-huruf itu dibentuk, dan dia sudah tahu semua hal
yang akan terjadi, termasuk ini."

"Penunjuk Plan kalian ini pasti berumur paniang, teman," kata si kesatria sambil tertawa lagi.

Jill mulai merasa tawa itu mengganggu.

"Dan sepertinya bagiku, Sir," jawab Puddleglum, "bahwa lady-mu ini pasti berumur panjang juga, kalau
dia ingat kalimat lengkapnya seperti awal terbentuknya."

"Sangat lucu, Muka--kodok," kata si kesatria, menepuk bahu Puddleglum dan tertawa lagi. "Dan kau
benar. Dia salah satu dari ras murni, dan tidak mengenal masa tua ataupun kematian. Aku sangat
berterima kasih padanya bagi kebaikannya pada makhluk fana malang seperti diriku. Karena kau harus
tahu, Sir, aku pria di bawah kutukan sangat aneh, dan tidak ada lagi selain kebaikan Ratu yang bisa
bersabar menghadapiku. Kesabaran, kataku" Tapi kebaikannya melebihi sekadar kesabaran. Dia
menjanjikan padaku kerajaan agung di Dunia Atas, dan, setelah aku jadi raja, dirinya sendiri yang murni
menjadi pengantinku. Tapi kisahnya terlalu panjang untuk kalian dengarkan sambil

kelaparan dan berdiri. Hai, yang di sana! Bawakan anggur dan makanan dunia atas bagi tamu-tamuku.
Mari, duduklah, orang-orang baik. Gadis kecil, duduklah di kursi ini. Kalian akan mendengar semuanya."

BAB SEBELAS Dalam Kastil yang Gelap KETIKA makanan (yang terdiri atas pai burung dara, ham dingin,
salad, dan kue-kue) dibawa, dan semua menarik kursi masing-masing ke meja dan mulai makan, si
kesatria melanjutkan:
"Kalian harus mengerti, teman-teman, bahwa aku tidak tahu apa pun tentang siapa diriku dan kapan aku
memasuki Dunia Gelap ini. Aku tidak mengingat saat-saat kapan pun aku tidak berada di bawah, seperti
sekarang, dalam kerajaan ratu yang sangat baik ini, tapi menurutku dia telah menyelamatkanku dari
sejenis kutukan jahat dan membawaku ke bawah perlindungannya yang tak terbatas. (Kaki Kodok yang
baik, gelasmu kosong. Biarkan aku mengisinya. Dan bagiku ini sepertinya benar karena bahkan sekarang
pun aku masih terikat kutukan, dan hanya lady-ku yang bisa melepaskanku darinya. Setiap malam,
datanglah satu jam ketika pikiranku dengan mengerikan berubah, dan setelah pikiranku, tubuhku.
Pertama-tama aku menjadi marah dan liar lalu akan berusaha membunuh teman-teman terdekatku,
kalau saja aku tidak diikat. Dan tak lama setelahnya, aku berubah menjadi sejenis kobra besar, lapar,
ganas, dan mematikan. (Sir, silakan ambil sepotong dada burung dara lagi, kumohon. Seperti itulah yang
mereka beritahukan padaku, dan mereka pasti jujur, karena ladyku mengatakan hal yang sama. Aku
sendiri tidak tahu apa pun tentang itu, karena ketika jam itu lewat, aku terbangun tidak mengingat apa
pun tentang kemarahan mengerikan itu dan dalam kondisi sempurna serta pikiran jernih--kecuali entah
kenapa aku merasa lelah. (Lady kecil, makanlah satu kue madu itu, yang dibawa bagiku dari tanah
barbar di sebelah selatan dunia.) Sekarang Yang Mulia Ratu tahu dari seni yang dikuasainya bahwa aku
akan bebas dari kutukan ini begitu dia menjadikanku raja di Dunia Atas dan meletakkan mahkotanya di
kepalaku. Tanah itu sudah dipilih dan di tempat itulah kami akan keluar. Rakyat earthman-nya bekerja
siang-malam menggali jalan di bawahnya, dan sekarang sudah berjalan begitu jauh dan tinggi sehingga
terowongan itu tinggal kurang dari beberapa meter di bawah rumput yang diinjak rakyat negeri itu.
Tidak lama lagi para rakyat Dunia Atas itu harus menerima nasib mereka. Ratu sendiri ada di tempat
penggalian malam ini, dan a

ku mengharapkan pesan darinya. Saat itu atap tipis tanah yang masih menghalangiku dari kerajaanku
akan terpecahkan, dan dengan sang ratu untuk memanduku dan seribu earthman mendukungku, aku
akan main dengan bersenjata lengkap, menyerang tiba-tiba musuh-musuh kami, membunuh pemimpin
mereka, meruntuhkan tempat-tempat penting mereka, dan tak ragu lagi akan dimahkotai sebagai raja
dalam waktu empat hari."

"Nasib mereka tidak terlalu baik, bukan"" kata Scrubb.

"Kau anak laki-laki yang menakjubkan, sangat cerdas!" teriak si kesatria. "Karena, aku sendiri tidak
pernah berpikir begitu sebelumnya. Aku mengerti maksudmu." Dia tampak sedikit, sangat sedikit
khawatir beberapa saat, tapi wajahnya segera jernih lagi dan tawanya yang keras terdengar lagi, "Tapi
takutlah pada gravitasi! Bukankah hal paling lucu dan aneh di dunia, memikirkan mereka semua
mengerjakan urusan masing-masing dan tidak pernah bermimpi bahwa di bawah ladang-ladang dan
lantai-lantai mereka yang tenang, hanya beberapa meter di bawahnya, ada pasukan besar siap
menyerang mereka seperti air mancur! Dan mereka pasti tidak pernah menduga! Wah, mereka sendiri,
ketika kekagetan pertama karena kekalahan mereka sudah berakhir, pasti tidak bisa melakukan hal lain
kecuali tertawa saat memikirkan hal itu!"

"Aku sama sekali tidak menganggapnya lucu," kata Jill. "Kurasa kau ini tiran yang jahat."
"Apa"" kata si kesatria, masih tertawa dan menepuk kepala Jill dengan cara yang mengesalkan. "Apakah
gadis kecil kita ini politikus jagoan" Tapi jangan takut, Sayang. Saat memerintah tanah itu, aku akan
melakukan semua dengan panduan nasihat lady-ku, yang saat itu akan menjadi ratuku juga. Kata-
katanya akan menjadi hukumku, bahkan saat kata-kataku akan menjadi hukum bagi orang-orang yang
kami kalahkan."

"Di tempat asalku," kata Jill, yang semakin tidak menyukai si kesatria, "mereka tidak terlalu menyukai
pria yang bisa diperintah istrinya."

"Pasti pikiranmu akan berbeda kalau kau sudah punya suami sendiri, kuperingatkan saja," kata si
kesatria, sepertinya menganggap hal ini sangat lucu. "Tapi dengan lady-ku, ini masalah yang berbeda.
Aku sangat puas bisa menjalankan perintah dia, yang telah menyelamatkanku dari ribuan bahaya. Tidak
ada ibu yang telah menanggung rasa sakit dengan lebih penuh kasih sayang bagi anaknya, daripada
kebaikan sang ratu padaku. Wah, lihat dirimu, meskipun dia sangat sibuk dan punya banyak urusan, dia
sering berkuda bersamaku di Dunia Atas untuk membiasakan mataku dengan cahaya matahari. Saat itu
aku harus bersenjata lengkap dan menurunkan penutup mataku, supaya tidak ada yang melihat wajahku
dan aku tidak boleh bicara dengan siapa pun. Karena dia telah mengetahui dari seni ajaib bahwa ini akan
menjauhkan kesembuhanku dari kutukan mengerikan yang mengikatku. Bukankah wanita seperti itu
pantas mendapat pemujaan laki-laki""

"Sepertinya memang wanita yang sangat baik," kata Puddleglum dengan nada suara yang berarti tepat
sebaliknya.

Mereka benar-benar lelah mendengarkan omongan si kesatria sebelum mereka selesai makan.
Puddleglum berpikir, Aku ingin tahu permainan apa yang melibatkan pemuda bodoh ini. Scrubb berpikir,
Dia sebenarnya bayi besar, terikat pada tali celemek wanita itu. Dia menyedihkan. Dan Jill berpikir, Dia
orang paling bodoh, sombong, dan egois yang pernah kutemui. Tapi ketika acara makan selesai, suasana
hati si kesatria berubah. Dia tidak tertawa-tawa lagi.

"Teman-teman," katanya, "jam itu sudah hampir tiba. Aku malu kalian harus melihatku tapi aku takut
ditinggal sendirian. Mereka akan datang sebentar lagi dan mengikat tangan serta kakiku ke kursi.
Sialnya, ini harus dilakukan, karena dalam kemarahanku, kata mereka padaku, aku akan menghancurkan
apa pun yang bisa kuraih."

"Menurutku," kata Scrubb, "aku sangat prihatin tentang kutukanmu, tentu saja, tapi apa yang akan
mereka lakukan pada kami ketika mereka datang untuk mengikatmu" Mereka sudah membicarakan
akan memasukkan kami ke penjara. Dan kami tidak terlalu menyukai tempat-tempat gelap itu. Kami
lebih suka tetap di sini sampai kau... lebih baik... kalau boleh."

"Ini pikiran yang bai

k," kata si kesatria. "Biasanya tidak ada, kecuali sang ratu sendiri, yang tinggal bersamaku di saat-saat
perubahanku. Itulah kasih sayangnya yang lembut pada kehormatanku sehingga dia tidak mau
mengorbankan telinga yang lain selain telinganya sendiri untuk mendengar kata-kata yang kulontarkan
saat-saat kegilaanku itu. Tapi aku tidak bisa dengan mudah membujuk gnome yang menjagaku bahwa
kalian bisa dibiarkan tinggal bersamaku. Dan kurasa aku mendengar suara kaki lembut mereka sekarang
di tangga. Pergilah melalui pintu itu: itu mengarah ke apartemenku yang lain. Dan di sana, entah
menungguku datang ketika mereka telah melepaskanku, atau kalau kalian mau, kembalilah dan duduk
bersamaku di saat-saat kemarahanku."

Mereka mengikuti petunjuknya dan keluar dari ruangan itu melalui pintu yang belum mereka lihat
terbuka. Pintu itu membawa mereka, mereka senang melihatnya, tidak ke kegelapan tapi ke koridor
yang terang. Mereka mencoba berbagai pintu dan menemukan (apa yang benar-benar mereka
butuhkan) air untuk membersihkan diri dan bahkan cermin. "Dia tidak menawari kita untuk
membersihkan diri sebelum makan," kata Jill sambil mengeringkan wajahnya. "Dasar egois."

"Apakah kita akan kembali untuk melihat kutukan itu, atau lebih baik tetap di sini"" kata Scrubb.

"Tetap di sini, menurutku," kata Jill. "Aku lebih suka tidak melihatnya." Tapi dia juga agak ingin tahu.

"Tidak, kembali," kata Puddleglum. "Kita bisa mendapat informasi, dan kita membutuhkan segala yang
bisa kita dapat. Aku yakin ratu itu penyihir dan musuh. Dan earthman itu akan memukul kita begitu
melihat kita. Ada aroma bahaya, kebohongan, sihir, dan pengkhianatan yang sangat tajam pada tanah
ini, lebih tajam daripada yang pernah kucium sebelumnya. Kita harus terus membuka mata dan telinga
kita lebar-lebar."

Mereka kembali menelusuri koridor dan pelan-pelan membuka pintu. "Tidak apa-apa," kata Scrubb,
berarti tidak ada earthman yang kelihatan. Lalu mereka semua kembali ke ruangan tempat mereka
makan.

Pintu utama sekarang tertutup, menyembunyikan gorden tempat mereka pertama datang tadi. Si
kesatria duduk di kursi perak yang aneh, di sana dia terikat pada pergelangan kaki, lutut, siku,
pergelangan tangan, dan pinggangnya. Dahinya berkeringat, dan wajahnya penuh penderitaan.

"Masuklah, teman-teman," katanya, dengan cepat mendongak. "Serangan itu belum datang. Jangan
membuat suara, karena aku memberitahu petugas yang bertanya-tanya bahwa kalian tidur. Sekarang...
aku bisa merasakannya datang. Cepat! Dengar ketika aku masih menguasai diriku sendiri. Ketika
serangan itu datang, sangat mungkin aku akan memohon dan meminta kalian, dengan permohonan dan
ancaman, untuk melepaskan ikatanku. Mereka semua berkata begitu. Aku pasti memohon pada kalian
dengan semua hal yang paling manis dan paling menakutkan. Tapi jangan dengarkan diriku. Kuatkan hati
kalian dan tulikan telinga kalian. Karena selama aku terikat, kalian aman. Tapi begitu aku bangkit dan
keluar dari kursi ini, pertama-tama akan datang kemarahanku, dan setelah itu"--dia
gemetar--"perubahan menjadi ular kobra yang mengerikan."

"Tidak usah khawatir, kami tidak akan melepaskanmu," kata Puddleglum. "Kami tidak ingin bertemu
orang liar, atau ular kobra."

"Aku juga berpikir begitu," kata Scrubb dan Jill bersama.


"Tetap saja," tambah Puddleglum dengan berbisik. "Jangan terlalu yakin. Tetaplah berjaga-jaga. Kita
sudah merusak semua yang lain, kalian tahu bukan. Dia akan sangat lihai, aku tidak heran, begitu
serangannya mulai. Bisakah kita saling memercayai" Apakah kita semua berjanji apa pun yang dia
katakan, kita tidak akan menyentuh tali-tali itu" Apa pun yang dia katakan, ingat""

"Tentu!" kata Scrubb.

"Tidak ada apa pun di dunia ini yang dia katakan atau lakukan, yang bisa membuatku mengubah
pikiranku," kata Jill.

"Sstt! Sesuatu terjadi," kata Puddleglum.

Si kesatria mengerang. Wajahnya sepucat plester tembok, dan dia menggeliat dalam ikatannya. Dan
entah karena merasa kasihan, atau karena alasan lain, Jill merasa si kesatria tampak lebih baik daripada
sebelumnya.

"Ah," geram si kesatria. "Kutukan, kutukan...

jaring sihir jahat yang berat, tumpang tindih, dingin, lembek. Terkubur hidup-hidup. Diseret turun ke
bawah tanah, masuk ke kegelapan total... sudah berapa tahun"... Apakah aku hidup sepuluh tahun, atau
seribu tahun, dalam lubang" Orang-orang seperti belatung di sekelilingku. Oh, ampunilah. Biarkan aku
keluar, biarkan aku pulang. Biarkan aku merasakan angin dan melihat langit... Dulu ada kolam kecil.
Ketika kau melihat ke dalamnya kau bisa melihat pohon-pohon tumbuh terbalik di air, semua hijau dan
di atas mereka, langit biru yang dalam, sangat dalam."

Dia bicara dengan suara pelan, sekarang dia mendongak, memfokuskan tatapannya pada mereka, dan
berkata dengan keras dan jelas:

"Cepat! Aku sadar sekarang. Setiap malam aku sadar. Kalau saja aku bisa keluar dari kursi terkutuk ini,
kutukannya akan hilang. Aku akan jadi manusia lagi. Tapi setiap malam mereka mengikatku, jadi setiap
malam kesempatanku hilang. Tapi kalian bukan musuh. Aku bukan tawanan kalian. Cepat! Potong tali-
tali ini."

"Diam! Tenang," kata Puddleglum pada kedua anak.

"Aku memohon kalian untuk mendengarkanku," kata si kesatria, memaksa dirinya untuk bicara dengan
tenang. "Apakah mereka berkata pada kalian kalau aku dilepaskan dari kursi ini aku akan membunuh
kalian dan menjadi ular kobra" Aku melihat dari wajah kalian bahwa mereka melakukannya. Itu bohong.
Pada jam inilah pikiranku sadar: di sisa harilah aku terkutuk. Kalian bukan earthman atau penyihir.
Kenapa kalian harus memihak mereka" Demi kebaikan hati kalian, potonglah ikatanku."

"Tenang! Tenang! Tenang!" kata ketiga petualang satu sama lain.

"Oh, hati kalian dari batu," kata si kesatria. "Percayalah padaku, kalian melihat makhluk malang, yang
telah menderita lebih daripada yang bisa ditanggung makhluk fana mana pun. Kesalahan apa yang telah
kulakukan pada kalian, sehingga kalian memihak musuh-musuhku untuk membiarkanku tetap dalam
keadaan demikian menderita" Dan waktu berjalan begitu cepat. Sekarang kalian bisa menyelamatkanku,
ketika jam ini lewat, aku tidak akan punya kehendak lagi--menjadi mainan dan anjing peliharaan, tidak,
lebih mirip bidak dan alat, dari penyihir paling jahat yang pernah merencanakan kemalangan manusia.
Dan malam ini, dari semua malam yang lain, ketika dia pergi! Kalian menghilangkan kesempatan yang
mungkin tidak akan pernah datang lagi!"

"Ini mengerikan. Aku lebih suka kita menyingkir sampai semua ini berakhir," kata Jill.

"Tenang!" kata Puddleglum.

Suara si tawanan sekarang mengeras menjadi jeritan. "Lepaskan aku, kataku. Beri aku pedangku.
Pedangku! Begitu bebas, aku akan melakukan balas dendam yang sangat mengerikan sehingga para
earthman di Dunia Bawah akan membicarakannya selama seribu tahun!"

"Sekarang kegilaannya dimulai," kata Scrubb. "Kuharap ikatan itu kuat."

Anda mungkin juga menyukai