Anda di halaman 1dari 3

E.

     Dasar Hukum Merger dan Akuisisi


Setiap  tindakan  yang  dilakukan  di Negara  hukum  haruslah  mempunyai  dasar
hukumnya.  Apalagi  tindakan  hukum berupa  merger  perusahaan  yang  begitu penting
kedudukannya  dalam  bidang hukum  perusahaan  tersebut.  Secara yuridis,  yang merupakan
dasar hukum bagi tindakan merger tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Dasar Hukum Utama (UUPT dan PP);
2.  Dasar Hukum Kontraktual;
3.  Dasar Hukum Status Perusahaan (Pasar Modal, PMA, BUMN);
4.  Dasar Hukum Konsekuensi Merger;
5.  Dasar Hukum Pembidangan Usaha.
Yang menjadi dasar hukum utama bagi suatu merger perusahaan adalah UUPT dan
Peraturan  pelaksanaannya.  UUPT  tersebut mengatur  tentang  merger,  akuisisi  dan konsolidasi
mulai  dari  Pasal  26,  62,  122, 123,  126,  127,  128,  129,  132,  133  dan 152.

Sebagaimana  diketahui  bahwa  UUPT menggunakan  istilah  “Penggabungan”  untuk merger,
“Pengambilalihan” untuk akuisisi, dan “Peleburan” untuk konsolidasi. Disamping UUPT, pada
tanggal 24 Februari 1998 telah pula diterbitkan PP No. 27
Tahun  1998  yang mengejawantahkan  ketentuan-ketentuan   di  dalam  Undang-Undang
Nomor.  1  Tahun 1995  tentang  Perseroan  Terbatas  (UUPT lama)  Tentang  Pereseroan (UUPT
lama).
Syarat-syarat merger, akuisisi dari perusahaan menurut PP no. 27, tersebut terdapat dalam Pasal
4 yang berbunyi:
(1)  penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan
memperhatikan:
a.  kepentingan  perseroan, pemegang  saham  minoritas,  dan karyawan perseroan yang
bersangkutan;
b.  kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha;
(2) Penggabungan,  peleburan  dan pengambilalihan  tidak  mengurangi  hak
pemegang  saham  minoritas  untuk  menjual sahamnya  dengan  harga  saham yang wajar;  
(3)   Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan rapat umum pemegang saham
mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat menggunakan haknya
agar  saham yang dimiliknya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan Pasal 62
UUPT.
(4)  Pelaksanaan  hak  sebagaimana dimaksud  dalam  ayat  (3)  tidak menghentikan proses
pelaksanaan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan.

Selanjutnya dalam Pasal 6 dinyatakan:


(1)    Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan
rapat umum pemegang saham;
(2) Penggabungan  peleburan  dan pengambilalihan  dilakukan  berdasarkan
keputusan  rapat  umum  pemegang  saham yang  dihadiri  oleh  ¾  bagian  dari
jumlah seluruh  saham  dengan  hal  suara  yang  sah dan  disetujui  oleh  paling sedikit ¾ bagian
dari jumlah suara tersebut;
(3) Bagi Perseroan Terbuka, dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat  (2)  tidak  tercapai  maka  syarat kehadiran  dan  pengambil  keputusan ditetapkan  sesuai  d
engan  peraturan perundang-undangan  di  bidang  pasar modal.

Sedangkan  Menurut  Pasal  26  UUPT perubahan  anggaran  dasar  yang  dilakukan dalam
rangka Penggabungan atau Pengambilalihan berlaku sejak:
1.  persetujuan Menteri
2.  kemudian yang ditetapkan dalam persetujuan Menteri, atau
3. pemberitahuan  perubahan  anggaran dasar  diterima  Menteri,  atau  tanggal
kemudian  yang  ditetapkan  dalam  akta Penggabungan  atau  akta Pengambilalihan menurut
UUPT, 

Direksi Perseroan yang berencana untuk menggabungkan diri dan


meneriman  Penggabungan  harus  menyusun rancangan  penggabungan  sesuai  dengan Pasal
123 ayat (2) UUPT yang memuat sekurang-kurangnya: 
a.   nama  dan  tempat  kedudukan  dari setiap  Perseroan  yang  akan                         melakukan
penggabungan;
b.   alasan  serta  penjelasan  Direksi Perseroan  yang  akan melakukan Penggabungan dan
persyaratan penggabungan;
c.   tata  cara  penilaian  dan  konversi saham Perseroan  yang menggabungkan  diri terhadap
sahan Perseroan yang menerima Penggabungan;
d.   rancangan  perubahan  anggaran dasar  Perseroan  yang  menerima penggabungan apabila;
e.   laporan keuangan ssebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf (a) yang
meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan
f.   rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan
Penggabungan;
g.  neraca  proforma  Perseroan  yang menerima  Penggabungan  sesuai  dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; 
h.   cara  penyelesaian  status,  hak  dan kewajiban  anggota  Direksi,  Dewan Komisaris, dan
karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri; 
i.  cara  penyelesaian  hak  dan  kewajiban Perseroan  yang  akan menggabungkan diri terhadap
pihak ketiga; 
j.   cara  penyelesaian  hak  pemegang saham  yang  tidak  setuju  terhadap Penggabungan
Perseroan; 
k.  nama  anggota  Direksi  dan  Dewan Komisaris  serta  gaji,  honorarium  dan
tunjangan  bagi  anggota  Direksi  dan Dewan  Komisaris  Perseroan  yang menerima
Penggabungan; 
l.   perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan; 
m. laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang
akan melakukan Penggabungan; 
n.  kegiatan  utama  setiap  Perseroan  yang melakukan  Penggabungan  dan perubahan yang
terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan 
o.  rincian masalah  yang  timbul  selama tahun  buku  yang  sedang  berjalan  yang
mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.

Anda mungkin juga menyukai