Anda di halaman 1dari 23

Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran perusahaan, Likuiditas

dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Barang Baku yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia 2016-2020

Firda Rizkya Adeansyah (B2092221001)


Tomi Sutoro (B2092221003)
Wirdawati (B2092221017)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyaknya persaingan antar bisnis diera sekarang menjadikan kompetisi semakin
ketat antar perusahaan. Persaingan antar perusahaan dapat diukur melalui kenerja
keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan merupakan gambaran dari
pencapaian keberhasilan perusahaan atau dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan (Fitri & Teguh, 2019).
Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari berbagai sektor, salah satunya perusahaan
sektor barang baku, ini dapat dilihat dari banyaknya investor yang menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut.
Untuk memaksimalkan sumber daya dalam meningkatkan kinerja keuangan,
perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor internal perusahaannya. Untuk
memperoleh laba yang diharapkan, perusahaan membutuhkan dana yang akan
dijadikan modal. Pendanaan yang efesien terjadi apabila perusahaan memiliki
struktur modal yang baik. Menurut Kamaludin (2011 : 306) menyatakan bahwa
struktur modal menunjukkan bauran sumber pembiayaan jangka Panjang. Struktur
modal dapat ditunjukkan dengan perbandingan antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri yang digunakan sebagai jaminan utang dapat menggunakan debt to
equity ratio (DER) (Kasmir, 2010:112).
Penggunaan utang yang lebih besar sebagai sumber pendanaan dapat
meningkatkan risiko yang ditanggung pemegang saham, serta memperbesar tingkat
pengembalian investasi. Hal tersebut menunjukkan semakin banyak utang yang
dimiliki perusahaan, maka akan dapat menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.
Menurut Hani (2015 : 121) likuiditas menunjukkan kemmapuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh
tempo. Likuiditas umumnya diukur dengan perbandingan asset lancer dengan utang
lancer atau yang sering disebut dengan current ratio (CR).
Total asset perusahaan dapat menggambarkan ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar apabila menunjukkan
kemampuan mengelola asset maupun penjualan dengan baik untuk memperoleh laba
atau profit. Oleh sebab itu ukuran perusahaan merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Karena menurut Sartono (2010 : 249), perusahaan
besar akan lebih mudah memasuki pasar modal dan memiliki fleksibilitas yang lebih
besar pula dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
Perusahaan yang besar pada kepemilikan institusional justru akan mendukung
peningkatan kinerja keuangan. Hal ini terjadi karena kepemilikan institusional cukup
mampu menjadi alat monitoring yang baik. Menurut Swandari (2008) dengan
meningkatkan kepemilikan institusional dapat mengurangi masalah keagenan dan
pemegang saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai
untuk memonitor perusahaan, dengan demikian kepemilikan institusional yang tinggi
dapat membantu dalam pengawasan pengelolaan investasi pada intellectual capital
perusahaan. Semakin besar perusahaan maka tingkat pengawasan pemilik saham
institusi juga akan semakin tinggi.
Permasalahan yang banyak dialami oleh perusahaan sekor bahan baku
dikarenakan terjadinya pasukan bahan baku, ketersediaan modal usaha yang mana
apabila perusahaan mengalami kekurangan modal maka perusahaan tersebut akan
semakin sulit untuk menyediakan pasokan-pasokan bahan baku yang nantinya akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan diatas maka tujuan peneliti
adalah untuk menganalisis pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, likuiditas,
dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan secara simultan
maupun parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan sub sektor barang baku yang
terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2016 – 2020.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengaruh Struktur Modal terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia?
b. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan
pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia?
c. Bagaimana pengaruh Likuiditas terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia?
d. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Modal terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia.
c. Untuk mengetahui pengaruh Likuiditas terhadap kinerja keuangan perusahaan
pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek Indonesia.
d. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Institusional Struktur Modal terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan Sektor Barang Baku di Bursa Efek
Indonesia.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Teori Signalling
Menurut Pangesti, et al (2022) Signalling Theory menjelaskan mengenai
bagaimana informasi mengenai wujud dari keinginan pemilik perusahaan yang telah
dicapai pihak manajemen diberikan (Firmansyah, 2020). Informasi berupa tingkat
pengembalian terhadap aset yang diperoleh dari jumlah aset yang digunakan
perusahaan. Apabila perusahaan memiliki laba besar akan menjadi sinyal baik bagi
investor sehingga akan mempertimbangkan untuk berinvestasi (Aruan et al., 2021).
Perusahaan dengan ukuran yang besar mempengaruhi peningkatan profitabilitas
(Hansen dan Juniarti, 2014). Struktur modal juga menentukan sinyal baik dan buruk
pada kinerja keuangan perusahaan dalam profitabilitas, dengan demikian teori ini
dapat mempengaruhi baik buruknya melalui tingkat likuiditas yang tinggi serta
dengan adanya kepemilikan institusional akan menjadikan sinyal yang positif bagi
para investor sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.1.2 Kinerja Keuangan


Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Menurut Rudianto (2013:189)
kinerja keuangan adalah hasil yang diperoleh manajemen perusahaan ketika
menjalankan fungsinya dalam mengelola aset perusahaan secara efektif selama
periode tertentu. Pengukuran kinerja diperlukan untuk perbaikan kegiatan operasional
agar mampu bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan berupa
pengkajian secara kritis menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi
solusi terhadap keuangan perusahaan pada periode tertentu. Kinerja keuangan
perusahaan dapat tercermin dari profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas Merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Menurut Fahmi (2014:58) rasio profitabilitas bermanfaat untuk
menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Rasio
profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan untuk melihat hasil
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi (Fahmi,
2014:80). Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan return on
assets (ROA).
Dapat disimpulkan bahwa ROA dapat mencerminkan efisiensi perusahaan
dalam menggunakan total aset yang merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan bagian dalam proses
penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan.

2.1.3 Struktur Modal


Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang
perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap
modal sendiri. Untuk mencapai kinerja (prestasi kerja) perusahaan yang baik dalam
menghasilkan laba salah satunya dengan adanya struktur modal dalam perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal
saham, laba ditahan, dan cadangan. Dalam teori struktur modal diasumsikan bahwa
perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali
saham biasa atau penerbitan saham baru (Harjito dan Martono, 2012:257). Dalam
penelitian ini, struktur modal diukur menggunakan Debt to Equity Rasio (DER).
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat disusun besar kecil perusahaan
dengan berbagai cara, antara lain dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005). Besar kecilnya perusahaan mempengaruhi
kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi
yang dihadapi perusahaan. Perusahaan besar memiliki risiko yang lebih rendah
daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol
yang lebih baik terhadap kondisi pasar, sehingga mereka mampu menghadapi
persaingan ekonomi. Perusahaan tanpa disadari dalam melakukan perubahan dalam
pencapaian kinerja mempengaruhi ukuran perusahaannya (Tambunan dan Prabawani,
2018).

2.1.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2014:65). Menurut Hani (2015:121) likuiditas
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara spesifik
likuiditas mencerminkan ketersediaan dana yang dimiliki perusahaan guna memenuhi
semua utang yang akan jatuh tempo.

2.1.6 Kepemilikan Institusional


Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), sulistiani (2013) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun. Yang dimaksud institusi adalah
perusahaan investasi, bank, perusahaan ausransi, maupun lembaga lain yang
bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud blockholders adalah
kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5% yang tidak termasuk dalam
kepemilikan manajerial. Pemegang saham blockholders dimasukkan dalam
kepemilikan institusional karena pemegang saham blockholders dengan kepemilikan
saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi dibandingkan pemegang
saham institusional dengan kepemilikan saham di bawah 5%.
Berdasarkan tinajuan teori tersebut, maka disajikan Gambar 1.1 yang
merupakan konsep model penelitian

Ukuran Perusahaan (X2)

HIPOTESIS

Gambar 1.1
Model Penelitian

2.2 Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan seluruh utang
dibagi dengan seluruh ekuitas. Utang diperlukan sebagai tambahan dana untuk
mendongkrak kinerja keuangan perusahaan. Suatu perusahaan tidak bisa hanya
mengandalkan modal atau ekuitasnya saja. Hal tersebut dapat membuat perusahaan
kesulitan untuk melakukan ekspansi bisnis, karena perusahaan membutuhkan dana
tambahan untuk dapat memaksimalkan labanya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Romadhoni (2017) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikemukakan
hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
H1: Struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Besarnya jumlah aset yang dimiliki perusahaan, berarti semakin besar juga dana
yang dikelola. Perusahaan dengan jumlah aset yang besar dapat dikatakan sebagai
perusahaan yang mapan. Suatu perusahaan yang mapan, akan lebih mudah untuk
memasuki pasar modal dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih kecil. Apabila perusahaan mengelola asetnya dengan
baik maka hal tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Kusumaningtyas (2016) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat dikemukakan hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.2.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan


Peningkatan terhadap jumlah aset dan jumlah penjualan dapat mengindikasikan
terjadinya peningkatan pada ukuran perusahaan, sehingga dengan ukuran perusahaan
yang besar dan telah go public memiliki pemanfaatan akses yang besar terhadap
sumber dana pada pasar modal atau perbankan untuk pembiayaan investasi demi
upaya meningkatkan keuntungan perusahaan.
Nilai current ratio yang tinggi, berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya. Namun, apabila current ratio perusahaan
terlalu tinggi, maka dapat berdampak tidak baik pada tingkat laba yang diperoleh.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas perusahaannya.
H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan

Kepemilikan institusional merupakan suatu alat yag dapat digunakan untuk


mengurangi agency conflict. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Dengan
tingkat kepemilikan institusional yang tinggi maka akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opurtunistik yang dilakukan oleh pihak manajer serta dapat
meminimalisir tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan.
H4 : kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja
keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2018 : 13) data Kuantitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan positivistisme (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka yang
akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji perhitungan, berkaitan dengan
masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Populasi dalam
penelitian ini sektor Barang Baku berjumlah 93 perusahaan dan Sampel berjumlah 59
dengan purposive sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel yaitu perusahaan
yang menyediakan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2016 – 2020 serta
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan yang melakukan initial public
offering sebelum tahun 2016.

3.2 Pengukuran Variabel dan Indikator


3.2.1 Variabel Independen
a. Struktur Modal
Struktur modal diukur menggunakan DER. DER dapat berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2010:112). Adapun
rumus debt to equity ratio adalah:
¿ tal Liabilities
DER=
Total Equity
b. Ukuran Perusahaan
Menurut Kurniasih (2012:150) rumus untuk mengukur ukuran perusahaan
menggonakan total aset adalah:
Ukuran Perusahaan=ln Total Aset
c. Likuiditas
Menurut Kasmir (2010:111) rasio lancar atau current ratio merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Adapun untuk
menghitung current ratio (CR) menurut Fahmi (2014:66) adalah sebagai berikut:
Current Assets
CR=
Current Liabilities

d. Kepemilikan Institusional
Menurut Dwi Sukirni (2012) kepemilikan institusional diukur dengan
menggunakan indikator jumlah presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham yang beredar. Pengukuran
kepemilikan institusional mengacu pada Akhmad Riduwan dan Enggar Fibria
Verdana Sari (2013) sebagai berikut:
Total Saham Institusi
Kepemilikan Institusional=
Total Saham Beredar

3.2.2 Variabel Dependen


Kinerja keuangan perusahaan sering disebut juga profitabilitas. Menurut
Fahmi (2011:98) Retur on assets sering juga disebut sebagai return on investment,
karena ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi
tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Earning After Tax ( EAT )
ROA=
Total Assets
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan alat bantu statistik yaitu
statistical product and service solution (SPSS) versi 25. Adapun tahap-tahap analisis
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2016:147): Statisitk deskriptif merupakan statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik
desksrtiptif ini dilihat berdasarkan nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata), dan
standar deviasi.

3.3.2 Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Ghozali (2016: 154-158),
“Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
normlaitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S).
pengujian ini dilakukan berdasarkan nilai signifkansi diatas 0,05. Apabila nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya
apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data berdistribusi tidak normal
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) adalah adanya
hubungan linear antara peubah bebas X dalam Model Regresi Ganda. Menurut
Ghozali (2016:103-104), Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Pengujian ini dilakukan berdasarkan tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance lebih
besar dari 0,10 dan VIF (variance inflation factor) kurang dari 10 maka tidak terjadi
permasalahan pada multikolineraritas dan sebalikanya Apabila nilai tolerance lebih
kecil dari 0,10 dan VIF (variance inflation factor) lebih dari 10 maka terjadi
permasalahan pada multikolineraritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2016:134), Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian menggunakan metode uji glejser. Apabila
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi permasalahan pada
heteroskedastisitas dan sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
terjadi permasalahan pada heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016: 107), Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Prasyarat yang harus terpenuhi
adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang akan
digunakan oleh peneliti adalah dengan durbin watson. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai Du < Dw < (4-Du) maka dapat dikatakan tidak terjadi
permasalahan pada autokorelasi dan sebaliknya apabila nilai Du < Dw > (4-Du) maka
dapat dikatakan autokorelasi tidak dapat disimpulkan.

3.3.3 Analisis Regresi Berganda


Menurut Ghozali (2017: 19) regresi linear berganda ini bertujuan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih variabel indpenden terrhadap satu variabel
dependen. Persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = a + b 1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + e
Dimana:
Y = Kinerja Keuangan Perusahaan
a = Konstanta
X1 = Struktur Modal
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Likuiditas
X4 = Kepemilikan Institusional
b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4
e = Error
3.3.4 Uji Hipotesis
a. Uji F (Uji Kelayakan Model)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel indpenden
memiliki pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Ghozali,
2017:22). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari nol
koma nol lima maka model regresi sudah layak digunakan untuk memprediksi
variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih dari sama dengan nol koma nol lima
maka model regresi tidak layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
b. Uji t (Uji Parsial)
Uji t adalah salah satu test statistik yang dipergunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean
sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Sudjiono, 2010). Jika nilai signifikansi lebih kecil dari nol
koma nol lima maka, koefisien regresi berpengaruh signifikan. Jika nilai signifikansi
lebih besar dari nol koma nol lima maka, koefisen regresi tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Uji koefisien korelasi digunakan untuk mengukur seberapa besar hubungan
linier variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan nilai R apabila nilai koefisien korelasi mendekati nilai nol maka
koefisien korelasi tersebut rendah dan apabila koefisien korelasi mendekati nilai 1
maka koefisien korelasi tersebut kuat.
Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan Adjusted R Square (R2).

Tabel
Statistik Deskriptif
Maximu
N Minimum m Mean Std. Deviation
DER 295 -6.9299 786.9311 4.680168 46.2003787
UP 295 21.6843 32.4730 28.571959 1.8488942
CR 295 .0146 208.4446 3.085093 12.5978822
KI 295 .0000 .9971 .660574 .2633818
ROA 295 -1.0498 1.0862 .017042 .1117768
Valid N 295
(listwise)

Tabel
Uji Normalitas Sebelum Eliminasi

Unstandardized Residual
N 295
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .11089519
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .200
Positive .189
Negative -.200
Test Statistic .200
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Tabel
Uji Normalitas Setelah Eliminasi

Unstandardized Residual
N 210
Normal Parametersa,b Mean .0025905
Std. .02775737
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .034
Negative -.054
Test Statistic .054
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Gambar
Grafik Histogram Normalitas
Gambar
Grafik P – P Plots Normalitas
Gambar
Grafik Scatterplot Normalitas

Tabel
Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant
)
Lag_DER .977 1.024
Lag_UP .898 1.113
Lag_CR .863 1.159
Lag_KI .972 1.029
a. Dependent Variable: Lag_ROA
Tabel
Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients


Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant .037 .019 1.924 .056
)
Lag_DER .000 .000 .093 1.334 .184
Lag_UP -.001 .001 -.076 -1.051 .294
Lag_CR .000 .001 -.031 -.424 .672
Lag_KI .012 .007 .125 1.786 .076
a. Dependent Variable: Abs_Res

Gambar
Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas
Tabel
Uji Autokorelasi, Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .422 a
.178 .162 .03201963 2.088
a. Predictors: (Constant), Lag_KI, Lag_UP, Lag_DER, Lag_CR
b. Dependent Variable: Lag_ROA

Tabel
Analisis Regresi Berganda, dan Uji t (Uji Parsial)

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients


Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant -.073 .037 -1.989 .048
)
Lag_DER -.002 .001 -.209 -3.263 .001
Lag_UP .005 .002 .149 2.232 .027
Lag_CR .010 .002 .331 4.852 .000
Lag_KI -.015 .013 -.076 -1.185 .237
a. Dependent Variable: Lag_ROA

Tabel
Uji F (Uji Kelayakan Model)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression .046 4 .011 11.11 .000b
0
Residual .210 205 .001
Total .256 209
a. Dependent Variable: Lag_ROA
b. Predictors: (Constant), Lag_KI, Lag_UP, Lag_DER, Lag_CR

Anda mungkin juga menyukai