1, Oktober 2013
ABSTRAK
Secara umum risiko kebangkrutan (bankruptcy risk) perusahaan di Indonesia termasuk Industri
Real Estate dan Property masih tergolong tinggi. Penyebabnya bisa berbeda dari satu situasi ke
situasi yang lainnya. Dengan mengetahui penyebab kebangkrutan akan memberi pemahaman yang
mendasar untuk menghindari gagalnya bisnis dan melakukan restrukturisasi baik intern maupun
ekstern perusahaan. Tingkat kesehatan dan kondisi keuangan perusahaan bisa diketahui dengan
melakukan analisis fundamental yaitu analisis berdasarkan laporan keuangan (financial report) yang
diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari berbagai macam angka, sehingga untuk
memudahkan memahami angka-angka tersebut, maka perlu dicermati melalui analisis rasio.
Analisis rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua tersebut.
Banyak sekali analisis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Salah satunya akan dipaparkan dalam makalah ini, terutama analisis rasio yang bisa digunakan oleh
Industri Real Estate dan Property yaitu current ratio, total asset turnover, debt ratio, return on equity,
and price per earning. Kelima analisis tersebut dijelaskan secara jelas bagaimana menghitung,
manfaat, dan pengaruh terhadap perusahaan, sehingga dengan kelima analisis rasio tersebut dapat
membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan sehingga bisa mendayagunakan
sumber-sumber keuangan yang tersedia.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Current Ratio, Debt to Equity, Total Asset Turnover, Return on
Equity, Price per Earning
PENDAHULUAN
Industri Real Estate dan Property negatif, dapat dilihat melalui analisis
lebih mengarah pada kegiatan pengem- fundamental dengan menganalisis laporan
bangan perumahan konvensional serta keuangan suatu perusahaan. Laporan
pengembangan bangunan hunian vertikal keuangan merupakan ringkasan dari suatu
(antara lain apartemen, kondominium, proses pencatatan, atau ringkasan dari
rumah susun), bangunan komersial (antara transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan selama tahun buku yang bersangkutan
bangunan industri. Untuk melihat kondisi (Zaki Baridwan : 1992, 17). Tujuan
Industri Real Estate baik positif maupun laporan keuangan yaitu sebagai dasar
19
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
pengambilan keputusan yang rasional dalam neraca atau laporan rugi laba secara
dalam praktek bisnis yang sehat dan individu atau kombinasi dari kedua
sebagai media untuk mengkomunikasikan tersebut. Dari pernyataan di atas, maka
kinerja keuangan perusahaan yang dapat disim-pulkan bahwa analisis rasio
dikelolanya kepada pihak-pihak yang dapat digunakan sebagai alat (teknik)
berkepentingan (Warsidi & Bambang, untuk menganalisis laporan keuangan,
2000:2). sehing-ga dapat diketahui kinerja keuangan
suatu perusahaan
Untuk memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan memahami laporan
keuangan perusahaan, maka informasi Kinerja Keuangan
akuntansi yang diperoleh dari laporan
keuangan perlu dianalisis lebih lanjut. Menilai kinerja suatu perusahaan dapat
menunjukkan kondisi dan kinerja keuang- banyak aspek yang diteliti secara lebih
an suatu perusahaan apakah sehat atau tajam dan lebih mendalam sudah tentu
Van Home dan Wachowichz (1995:125) kerugian akan makin tajam pula. Oleh
20
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
(Peter dan Yeni Salim : 1991,19). Jika terminologi kinerja keuangan, dapat
dikaitkan dengan kedua pengertian di atas, mengkuantifikasi kinerja suatu perusahaan.
maka kinerja keuangan merupakan hasil Proses kuantifikasi atas kinerja inilah yang
kerja para manajer dalam menjalankan pada hakekatnya disebut sebagai
tugas-tugas yang dibebankan kepada pengukuran kinerja keuangan.
mereka, yang berhubungan dengan Pengukuran kinerja keuangan suatu
pengelolaan keuangan. perusahaan, dapat dilakukan dengan
Hasil analisis kinerja keuangan, dapat menggunakan analisis rasio. Analisis rasio
maupun prestasi yang dicapai oleh suatu didukung oleh pernyataan Van Home dan
rangka pengambilan keputusan oleh pihak- ”To evaluate the financial condition and
pihak yang berkepentingan. performance of a firm, the financial
analysts needs certain yardstick. The
yardstick frequently used is a ratio,
index, relating two pieces of financial
Pengukuran Kinerja Keuangan
data of to each other”.
Pengukuran kinerja keuangan dapat Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja
dilaksanakan jika kinerja telah keuangan perusahaan dapat digunakan rasio
didefinisikan secara jelas baik dari segi yang merupakan perbandingan angka-angka
ruang lingkup kegiatannya, cakupan yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan.
pelaksanaan kegiatan, dan kurun waktu Sebagaimana yang dikemukakan oleh Brigham
21
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Keuntungan utama dari rasio adalah rasio keuangan ke dalam lima kategori,
dapat digunakan untuk membandingkan sebagaimana yang ia kemukakan bahwa :
hubungan risk dan return dari ukuran “Financial ratios can be divided for
perusahaan yang berbeda. Sebagaimana convenience into five basic
categories : liquidity, activity, debt,
yang dikemukakan oleh White, Sondhi,
profitability, and market ratios.
dan Fried (1998,141) bahwa: Liquidity, activity and debt ratios
“A primary advantage of ratios is that primarily measure ris. Profitability
they can be used to compare the risk ratios measure return. Market ratios
and return relationships of firms of capture both risk and return”.
different sizes. Ratios can provide a
profile of a firm, its economic Menurut Frank dan Keith
characteristics and competitive (2003,354), rasio keuangan yang
strategies, and its unique operating, digunakan terdiri dari “debt/equity, interest
financial, and investment
coverage, dividend payout, return on
characteristics”.
equity, retention rate, market price to book
White, Sondhi, dan Fried value, market price to cash flow, dan
market price to sales”.
(1998,141), mengukur aspek yang
berbeda dari risk and return ke dalam
Dalam jurnal keuangan BIS Paper
empat kategori rasio yaitu : activity
No.21 April 2005 (Heath:.2005,8),
analysis, liquidity analysis, long-term debt
menyebutkan bahwa indikator kesehatan
and solvency analysis, and profitability
keuangan industri real estate yang
analysis. Sedangkan Brigham dan
ditetapkan oleh IMF meliputi penilaian
Enhrhardt (2005,444-456), membagi rasio
rasio yang terfokus pada: Capital, Asset,
keuangan ke dalam lima kategori yaitu :
Earnings and profitability, Liquidity, dan
liquidity, asset management, debt
Sensitivity to market risk. Indikator
management, profitability, and market
tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1
value. Dan Gitman (2006:57) membagi
dibawah ini.
22
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 2.1
Indikator Kesehatan Keuangan Industri Real Estate dan Property
Core set
Deposit-taking institutions Regulatory capital to risk-weighted assets
Capital adequacy Regulatory Tier I capital to risk-weighted assets
Nonperforming loans net of provisions to capital
Asset quality Nonperforming loans to total gross loans
Sectoral distribution of loans to total loans
Earnings and profitability Return on assets
Return on equity
Interest margin to gross income
Noninterest expenses to gross income
Liquidity Liquid assets to total assets (liquid asset ratio)
Liquid assets to short-term liabilities
Sensitivity to market risk Net open position in foreign exchange to capital
Encouraged set
Deposit-taking institutions Capital to assets
Large exposures to capital
Geographical distribution of loans to total loans
Gross asset position in financial derivatives to capital
Gross liability position in financial derivatives to capital
Trading income to total income
Personnel expenses to noninterest expenses
Spread between reference lending and deposit rates
Spread between highest and lowest interbank rate
Customer deposits to total (non-interbank) loans
Foreign currency-denominated loans to total loans
Foreign currency-denominated liabilities to total liabilities
Net open position in equities to capital
Other financial corporations Assets to total financial system assets
Assets to gross domestic product (GDP)
Nonfinancial corporate sector Total debt to equity
Return on equity
Earnings to interest and principal expenses
Net foreign exchange exposure to equity
Number of applications for protection from creditors
Households Household debt to GDP
Household debt service and principal payments to income
Market liquidity Average bid-ask spread in the securities market1
Average daily turnover ratio in the securities market1
Real estate markets Real estate prices
Residential real estate loans to total loans
Commercial real estate loans to total loans
1
Or in other markets that are most relevant to bank liquidity, such as foreign
exchange markets.
Sumber : Robert Heath, Journal Finance-BIS Paper No.21 April 2005. melalui
http://www.bis.org/publ/bppdf/bispap21b.pdf
23
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Alat Ukur Kinerja Keuangan pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gitman
Liquidity Ratio : Current Ratio (CR) (2006,58) bahwa “the current ratio, one of the
most commonly cited financial ratios,
Likuiditas berfungsi untuk mengu-
measures the firm’s ability to meet its short-
kur kemampuan perusahaan dalam meme-
term obligations. Untuk menghitung besarnya
nuhi kewajiban jangka pendek pada saat
current ratio. It is expressed as follows : ”
24
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Current Assets
Current Ratio=
Current Liabilities .................................... (2.1)
Semakin besar current ratio, maka (ditukarkan) dengan kas secara cepat, hal
semakin baik likuiditas perusahaan. ini merupakan ukuran kemampuan
Dengan kata lain, semakin besar current membayar jangka pendek yang paling
ratio, semakin kecil risiko likuiditas banyak digunakan. Sedangkan dilihat dari
perusahaan. Hal ini sejalan dengan yang kacamata shareholder, current ratio yang
dikemukakan oleh Gitman (2006,58) tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan
bahwa ” the higher the current ratio, the telah menyimpan banyak uang pada asset
more liquid the firm is considered to be”. non produktif, misalnya excess cash (kas
berlebih), marketable securities (surat
Di lain pihak, Brigham, Gapenski,
berharga yang mudah diperjual belikan),
dan Ehrhardt (2005,444-446) mengemu-
dan inventory (persediaan). Dengan
kakan perseptif kreditor dan pemegang
demikian, investor sebagai shareholder
saham (investor) terhadap current ratio,
dari suatu perusahaan, cenderung melihat
pada prinsipnya melihat sisi negatif dari
sisi negatif dari current ratio yang tinggi.
current ratio yang tinggi, sebagaimana
Hal ini disebabkan banyaknya uang pada
yang dikemukakan :
asset yang non produktif, sehingga
”In general, creditors like to see a high aktivitas untuk memperoleh pendapatan
current ratio. If a company is getting in
menjadi berkurang.
to financial difficulty, it will begin
paying its hill (account payable) more
slowly, borrowing from its hank, and so Activity : Total Asset Turnover (TAT)
on. Now consider the current ratio from
the perspective of a shareholder. A high Rasio aktivitas berfungsi untuk
current ratio could mean that the
company has a lot of money lied up in mengukur kemampuan serta efisiensi
nonproductive assets, such as excess perusahaan dalam memanfaatkan aktiva
cash or marketable securities, or in
yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan
inventory”.
yang dikemukakan oleh Gitman (2006,59)
Menurut kacamata kreditor, current
yaitu “Activity ratios measure the speed
ratio merupakan indikator tunggal yang
with which various accounts are converted
terbaik bagi perluasan tuntutan jangka
into sales or cash-inflows or outflows”.
pendek kreditor yang dapat ditutup oleh
Fraser dan Orminston (1998,249)
asset yang diharapkan dapat dikonversi
menyatakan bahwa ” activity ratio is a
25
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
ratio that measures the liquidity of specific Salah satu indikator yang dapat
assets and the efficiency of the firm in digunakan untuk mengukur aktivitas
managing assets”. Sedangkan white, sondhi, perusahaan adalah total assets turnover
dan Fried (1998:151) mengemukakan bahwa (TAT). Rasio ini bertujuan untuk
“Activity ratio describe the relationship mengukur tingkat efisiensi perusahaan
between the firm’s level of operations (usually terhadap seluruh aktiva yang digunakan
defined as sales) and the assets needed to
untuk menunjang kegiatan penjualan. Hal
sustain operating activities”. Juga Moyer,
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
McGuigan dan Kretlow (2001:78)
Gitman (2006,62) yaitu “the total assets
mengemukakan bahwa “Asset management
turnover indicates the efficiency with
ratios indicate how much a firm has invested
which the firm uses its assets to generate
in a particular type of asset (or group of
assets) relative to the revenue the asset is sales. Total asset turnover is calculated as
producing”. follows :”
Sales
Total Asset Turnover=
Total Asset ………………………. (2.2)
26
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Total Liabilities
Debt Ratio=
Total assets ................................ (2.3)
Nilai Debt ratio menunjukkan bahwa cenderung direspon secara negatif oleh para
perusahaan telah membiayai hutang dengan investor yang pada akhirnya akan mendorong
asset-assetnya. Hal ini senada dengan investor untuk melepaskan saham-saham yang
pernyataan Gitman (2006,64) bahwa “This dimilikinya pada sektor tersebut.
value indicates that the company has financed
close to half of its assets with debt. The higher
this ratio, the greater the firm's degree of Profitability : Return on Equity (ROE)
indebtedness and the more financial leverage
Profitabilitas berfungsi untuk mengukur
it has”.
keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
Dengan demikian, penggunaan hutang keuntungan, sebagaimana Moyer, McGuigan,
yang semakin besar akan mengakibatkan dan Kretlow (2001:84) mengemukakan bahwa
semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar. :
Dengan kata lain, semakin tinggi debt ratio
“Profitability ratios measure how
akan mengakibatkan semakin tingginya risiko
effectively a firm’s management is
yang akan dihadapi perusahaan. Investor generating profits on sales, total assets,
biasanya menghindari risiko dalam and most importantly, stockholder’s
investment. There are several types of
berinvestasi, sehingga semakin tinggi debt
probability ratios, including the gross
ratio perusahaan, maka semakin dihindari profit margin ratio, the net profit
saham perusahaan tersebut, sehingga harga margin ratio, the return on investment
saham akan semakin rendah. ratio, and the return on stockholder’s
equity ratio”.
Keown, dkk (1996) menyatakan bahwa
DR sebagai ukuran leverage keuangan
perusahaan yang mengindikasikan adanya
risiko keuangan perusahaan. Kondisi tersebut,
27
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
28
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Market Ratios : Price Per Earning Ratio (PE) melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
saham suatu perusahaan terhadap kinerja
Market ratio menghubungkan nilai perusahaan yang dicerminkan oleh earning per
pasar suatu perusahaan yang diukur dengan share. PE digunakan untuk memprediksi dan
current share price dengan certain accounting menilai apakah suatu saham Overvalued atau
values (Gitman :2006,69). Penilaian pasar Undervalued.
berfungsi untuk mengukur sejauh mana pasar
Tingkat dari rasio ini mengindi-
menghargai kinerja perusahaan. Rasio ini
kasikan derajat tingkat kepercayaan bahwa
memberikan pengertian yang mendalam
investor memiliki pencapaian kinerja
tentang seberapa baikkah investor dalam
marketplace merasa perusahaan melakukan perusahaan dimasa yang akan datang,
sesuatu kaitannya dengan risk dan return sebagaimana yang dinyatakan oleh Gitman
(Gitman :2006,69). Salah satu indikator yang (2006,70) bahwa ”the level of this ratio
digunakan untuk mengukur rasio ini adalah indicates the degree of confidence that
price earning ratio (PE). White, Sondhi, dan investors have in the firm’s future
Fried (1998,180) mengemukakan bahwa: performance. The P/E ratio is calculated
29
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Bilamana rasio ini meningkat, maka yaitu: current ratio, total asset turnover, debt
dapat menggambarkan prospek ratio, return on equity, and price per earning.
pertumbuhan perusahaan yang tinggi, Kelima analisis rasio tersebut, dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kekuatan dan
sebagaimana yang diungkapkan oleh
kelemahan perusahaan sehingga bisa
Brigham, Gapenski, dan Ehrhardt
mendayagunakan sumber-sumber keuangan
(2005,455) bahwa: ”P/E ratio are higher
yang tersedia. Selain itu, informasi ini dapat
from firms with strong growth prospects,
digunakan oleh para investor sebagai media
other things held constant but they are
untuk mengambil keputusan apakah mereka
lower for risker firms.” akan melakukan investasi pada perusahaan
Perusahaan dengan peluang tingkat tersebut atau di perusahaan lain.
pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki
PE yang tinggi begitupun sebaliknya. Oleh
sebab itu investor bersedia membeli saham
dengan nilai PE yang tinggi, karena mereka DAFTAR PUSTAKA
akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih
besar di masa yang akan datang (Sri Handaru BPPM. 2002. Pedoman Penyajian dan
Yuliati, dkk : 1996,136). Hal ini akan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik
mempengaruhi kinerja perusahaan di
IndustriReal Estate, Nomor : SE-
masyarakat, sehingga akan mempengaruhi 02/PM/2002, Tanggal : 27 Desember
harga saham di bursa, sebagaimana yang 2002.
dikemukakan oleh Fabozzi (1999,863) bahwa Brigham, Eugene E. dan Enhardt, Michael C.
semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang 2005. Financial Management Theory
diharapkan dan semakin rendah tingkat and Practice, 11th Edition. United
States: Thomson South-Western.
perubahan laba, maka akan semakin tinggi
rasio harga per laba yang dimiliki perusahaan. Endri. 2005. Analisis Penentuan
Keputusan Investasi: Studi Kasus
KESIMPULAN Saham PT Lippo Bank Tbk
(LPBN). Melalui
<http://www.bung-
Dari pembahasan diatas dapat
hatta.info/content.php?article.55> [6-
disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja 6-2006]
keuangan di Industri Real Estate dan Property,
Erwin A Koetin. 1994. Suatu Pedoman
dapat dilihat dari lima kategori analisis rasio Investasi dalam Efek di Indonesia.
30
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Van Home, James C dan John M. Wachowicz
tahun 2005 1995 Fundamentals of Financial
Manajement, Ninth Edition,
Moyer, Charles R., McGuigan, James R., dan Englewood Cliffs New Jersey,
Kretlow, William J. 2001 Prentice-Hall International, Inc.
Contemporary Financial
Management, Eighth Edition, Warsidi dan Bambang Agus Pramuka. 2000.
Australia: South-western College Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan
Publishing. dalam Memprediksi Perubahan
Laba di Masa yang Akan datang :
Peter Salim dan Yeni Salim. 1991. Kamus Suatu studi empiris pada
Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi perusahaan yang terdaftar di BEJ,
pertama. Jakarta : Modern English Jurnal Akuntansi Manajemen dan
Press. Ekonomi Vol 2 No.1.
Rose, Peter S, 2000, Money and Capital White, Gerarld I., Sondhi, Ashwinpaul C., dan
Markets, Financial Institutions and Fried, Dov. 1998. The Analysis and
Use of Financial Statement, Second Zaki Baridwan. 1996. Intermediate
Edition. United States: John Wiley Accounting. Yogyakarta: BPFE.
& Sons,Inc.
31
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Fikron Al Choir
barang dan jasa yang dapat memuaskan studinya perlu memperoleh kepercayaan
konsumen dimana kepuasan konsumen akan masyarakat dengan jaminan kualitas (Quality
tercapai apabila kualitas barang dan jasa yang assurance), pengendalian kualitas (quality
32
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Konsep dan Pengertian Jasa Penawaran terdiri dari barang dan jasa yang
memiliki porsi yang sama besar. Contohnya
Menurut Kotler (kotler, 2005, p. 394), adalah Pengunjung restoran yang datang untuk
jasa merupakan bagian dari produk. Dimana mendapatkan makanan dan pelayanan.
produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk dapat 4. Major service with accompany-
memuaskan keinginan dan kebutuhan ing minor goods and service
konsumen. Sedangkan jasa (service) Kotler, Penawaran utama terdiri dari jasa beserta jasa-
(2005,p. 428) mendefinisikannya sebagai jasa tambahan atau barang-barang penunjang.
berikut: Sebagai contoh penumpang pesawat terbang
yang membeli jasa transportasi. Perjalanan
A service is any act or performance
termasuk beberapa tangible, seperti makanan
that one party can offer to another that is
dan minuman, tiket dan majalah pesawat. Jasa
essentially intangible and does not result in the
dalam kategori ini memerlukan produk intensif
ownership of anything. Its production may or
(pesawat) untuk realisasinya, tetapi produk
may not be tied to physical product.
utamanya adalah jasa.
Penawaran yang diberikan perusaha-an
5. Pure services
kepada pasar sering melibatkan beberapa jenis
Penawaran utamanya terdiri dari jasa.
jasa (service). Komponen jasa ini dapat
Contohnya: perawatan bayi, psychotherapy
merupakan bagian kecil atau utama dari
dan pemijatan.
seluruh penawaran. Penawaran ini dapat dibagi
menjadi 5 kategori yaitu: Karakteristik Jasa
1. Pure tangible goods Jasa memiliki empat karakteristik utama yang
Penawaran umumnya hanya terdiri dari atas secara garis besar mempengaruhi penyusunan
produk fisik, misal sabun mandi, pasta gigi, program pemasaran,Kotler (2005, p. 429),
sabun cuci dan sebagainya, tanpa ada jasa atau yaitu; intangibility, inseperability, variability
pelayanan lain yang menyertai produk dan perishability.
tersebut.
1. Intangibility
2. Tangible good with accompanying Jasa merupakan bentuk yang tidak terlihat.
services Tidak seperti barang, yang dapat dilihat,
Dalam kategori ini penawaran terdiri atas suatu dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum
produk fisik yang disertai dengan satu atau dibeli.
beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik
kepada konsumen.
3. Hybrid
33
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
34
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
substitusi hanya mengurangi laba dalam masa- menawar dari pembeli yang kuat dapat
masa normal melainkan juga mengurangi laba menurunkan laba industri dan juga
yang dapat diraih dalam masa keemasannya. mempengaruhi kemampuan untuk menyusun
Produk pengganti yang secara strategik layak dan menerapkan strateginya.
diperhatikan adalah produk yang kualitasnya
5. Persaingan sesama industri
mampu menandingi kualitas produk industri
(rivalry among existing competitor)
atau dihasilkan oleh industri yang menikmati
laba tinggi.
Kepuasan Pelanggan (Customer
3. Kekuatan tawar menawar pemasok Satisfaction)
(Bargaining power of supplier)
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar- Konsep kepuasan pelanggan memiliki
menurunkan kualitas suatu produk, membatasi pemikiran pemasaran. Studi awal tentang
pasokan. Apabila terlalu tergantung pada konsep ini dilakukan oleh Cardozo pada tahun
pemasok tertentu dapat menanggung kerugian 1965 mengenai usaha pelanggan, harapan-
terhadap biaya produk yang lebih mahal, dan harapan dan kepuasan pelanggan. Studi pada
hal ini tidak dapat dibebankan kepada bidang ini berkembang dengan pesat
konsumen. Posisi tawar masing-masing (markovic & Horvat, 2009). Dari persepsi
karakteristik situasi pasar dan pada tingkat pelanggan dimulai pada tahun 1970-an, ketika
35
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
36
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
yaitu “will expectation” dan “should dalam satu perusahaan yang sama, bahkan oleh
expectation” (Bateson, 2005). Will expectation personil yang sama terhadap jasa yang sama
berhubungan dengan “ apa yang diyakini sekalipun. Pelanggan memahami hal itu dan
pelanggan akan diterima”. Sedangkan should masih bias menerima keragaman yang ada
expectation mewakili sebuah standar sepanjang tidak lebih rendah dari tingkat
normative yang berhubungan dengan “ apa adequate service dan desired service, yang
yang seharusnya diterima”. Dengan penelitian disebut zone of tolerance. Zone of tolerance
exploratory yang mendalam Zeithaml et al bersifat dinamis, artinya bisa bertambah luas
(1993) membangun model yang mampu atau berkonstraksi. Dalam dinamika diatas,
menjelaskan harapan dan sumber-sumber batas atas adalah desired service level
pembentuknya. Model yang dihasilkan terdiri cenderung lebih stabil dan tetap.
dari empat bagian, yaitu:
2. Antecedents dari desired service
1. Komponen Expected service Tingkat desired service dipengaruhi oleh 6
antecedent, dua diantaranya adalah: (1)
Expected service terdiri dari dua tingkatan
enduring service intensifiers, dan (2) personal
yaitu, desired service dan adequate service.
needs.
Desired service terbentuk oleh apa yang
diyakini pelanggan” dapat terjadi (can be)” Enduring service intensifier adalah faktor
dan “ seharusnya terjadi (should be)”. individual, stabil yang membuat pelanggan
Meskipun pelanggan mengharapkan desired meningkatkan sensitifitas terhadap jasa. Salah
service, namun mereka sadar belum tentu satu faktornya adalah derived service
terpenuhi. Jadi, mereka menetapkan batas yang expectation, dimana harapan pelanggan
lebih rendah, yang disebut adequate service, didorong oleh pihak lain. Enduring service
yaitu tingkat dimana pelanggan masih bisa intensifier yang lain adalah personal service
menerima. philosophy, yaitu generic attitude pelanggan
atas makna jasa dan jasa yang sepantasnya
Seperti telah dijelaskan pada awal bab
dilakukan oleh penyedia jasa (service
ini, Jasa memiliki karakteristik yang intangible
provider).
atau tidak berwujud; inseparability yang
merupakan keterkaitan antara penyedia jasa Personal needs merupakan faktor kedua yang
dan pelanggan kepada jasa; variability yang menentukan tingkat desired. Personal needs
merefleksikan variasi dalam konsistensi dari dapat terbagi lagi menjadi beberapa sub-
satu transaksi jasa ke transaksi lainya; kategori, termasuk physical, sosial, dan
perishability atau tidak bisa disimpan (Kotler, psikologis.
2000).
3. Antecedents dari adequate service
Konsekuensinya kinerja jasa bervariasi Tingkatan ini dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu;
antar perusahaan sejenis, antar karyawan (1) transitory service intensifiers, (2) perceives
37
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
service alternatives, (3) customer self- Ada tiga faktor yang mempengaruhi desired
perceived service role, (4) situational factors service dan predicted service, yaitu; (1)
dan (5) predicted service.Transitory service explicit service promises, (2) implicit service
intensifier bersifat sementara, biasanya bersifat promises dan (3) word-of-mouth
jangka pendek, merupakan factor individual communication. Sedangkan yang dikategori-
yang dapat membuat pelanggan menaikkan kan sebagai faktor internal adalah past
sensitivitas terhadap jasa. experience Explicit service promises adalah
obligasi dimana perusahaan berjanji pada diri
Perceived service alternative adalah
mereka melalui iklan mereka, personal selling,
persepsi pelanggan atas sejauh mana
kontrak dan bentuk-bentuk lain dari
pelanggan bisa mendapat pelayanan yang lebih
komunikasi. Implicit service promises adalah
baik dari perusahaan lain. Jika pelanggan
oblogasi dimana perusahaan berjanji pada diri
memiliki beberapa penyedia jasa atau
sendiri melalui bentuk-bentuk tangible yang
pelanggan memiliki kemampuan untuk
ada disekitar jasa dan harga dari jas yang
melakukannya sendiri, maka tingkat adequate
diberikan. Word-of-mouth communication
service akan naik.
adalah informasi yang tidak bias dari
Self-perceived role merupakan seseorang yang telah mendapatkan
persepsi pelanggan tentang sejauh mana pengalaman dari jasa yang diberikan, seperti
pelanggan dapat mempengaruhi tingkat jasa teman, keluarga atau konsultan. Past
yang mereka terima. Hal ini merupakan faktor experience adalah pengalaman pelanggan
penting jika dikaitkan dengan jasa dimana sebelumnya dari penyedia jasa.
pelanggan terlibat dalam proses pelayanan,
seperti asuransi mobil misalnya, Zone of
tolerance akan melebar ketika mereka merasa Kualitas Jasa (Service Quality)
tidak menjalankan perannya, demikian
sebaliknya. Menurut Hoffman & bateson (2002)
hal terbaik untuk membahas service Quality
Situational factor didefinisikan sebagai adalah dengan membedakannya terlebih
service-performance contingencies dimana dahulu dengan pengukuran kepuasan
pelanggan menerima layanan yang tidak pelanggan. Kebanyakan ahli setuju bahwa
memadai namun dapat dimaklumi karena di kepuasan pelanggan merupakan kegiatan
luar kontrol penyedia jasa.Predicted service jangka pendek, pengukuran spesifik transaksi,
merupakan tingkat jasa yang pelanggan yakini sedangkan service quality merupaka suatu
akan diterima mereka. sikap yang dibentuk dari penampilan jangka
4. Antecedents dari desired service dan panjang dan merupakan evaluasi dari seluruh
38
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
kerangka kerja dalam expectation, perceived (PSQ) terjadi karena perbedaan standar
performance dan disconfirmation seperti yang pembanding yang digunakan pelanggan dalam
digunakan dalam penentuan tingkat kepuasan penilaian tersebut. Penilaian kepuasan
pelanggan (Bowersox & Cooper, 2002). pelanggan dihasilkan dengan membandingkan
predicted service dan perceived service.
Hasil penelitian Zeithaml et al (2003)
Sementara kualitas jasa adalah hasil dari
memperjelas perbedaan antara kualitas jasa
membandingkan desired service dan perceived
dan kepuasan pelanggan. Perbedaan antara
service. Perbedaan antara kualitas jasa dengan
penilaian kepuasan pelanggan (Customer
Kepuasan pelanggan dapat dilihat pada gambar
Satisfaction) dan perceived service quality
2.1.
Gambar 2.1.
Comparison between Customer Evaluation of Perceived Quality and Satisfaction
EXPECTED
Desired
SERVICE
Service Predicted
PSQ GAP 5A
Perceived Service Service
Superiory
Adequate
Service
PSQ GAP 5B
Perceived Service
Adequency
Perceived
Service
Satisfaction
(Sumber: Valerie A.Zeithaml, Leonard Berry, & A. Parasuraman, “ The Nature And Determinants of
Customer Expectation of Service”. Journal of Academimy of Marketing Science, Vol.21, No. 1. p. 1 –
12, 1993)
Semakin kecil gap antara desired service langsung dalam pengukuran kepuasan
dengan perceived service semakin tinggi pelanggan, sedangkan dalam pengukuran
perceived service superiority. Semakin kecil kualitas Jasa predicted service berperan secara
gap antara desired service dan perceived tidak langsung (gap 5B) dengan
service semakin tinggi perceived service mempengaruhi adequate service (Zeithaml et
superiority Predicted service memainkan peran al, 2003)
39
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
40
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel.2.1.
Hubungan antara Dimensi SERVQUAL dan Kesepuluh Dimensi Awal untuk Evaluasi
Kualitas Jasa (Service Quality)
41
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
perusahaan jasa adalah mengetengahkan hal tersebut dan setelah mendapatkannya akan
dengan konsistensi jasa yang bermutu lebih membandingkan pelayanan yang dirasakan
tinggi dibandingkan pesaing mereka. Harapan dengan yang diharapkan. Model Kualitas Jasa
utamanya adalah menyesuaikan atau melebihi yang dijabarkan oleh .Zeithmal et al (1988),
harapan kualitas jasa pelanggan. Harapan menjelaskan tentang terbentuknya persepsi
pelanggan merupakan hasil dari pengalaman pelanggan dan penilaian kualitas jasa yang
mereka, kata-kata orang dan iklan perusahaan. diterimanya.
Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan
Gambar.2.2.Model Konseptual Kualitas Jasa - The Gap Analysis Model
Expected Service
Perceived Service
Customer
GAP 3
Marketer Translation of Perseptions into
Service Quality Spec.
GAP 2
Management
Perseptions of
Customer Expectation
42
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
kata lain responden tersebut konsisten dan nilai mean dari tingkat harapan suatu atribut
tidak merespon secara random/asal- merupakan nilai gap untuk atribut tersebut..
asalan(Burn & Bush, 2000). Apabila nilai gap tersebut adalah positif, maka
hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Untuk mengukur reliabilitas ini,penulis tersebut telah berhasil memuaskan harapan
menggunakan metode yang digunakan oleh pelanggan atas kualitas jasa yang diberikan.
Parasuraman et al (1988), yaitu pendekatan
internal consistency dengan menghitung b. Importance- Performance Analysis
Jumlah jawaban responden dari setiap atribut
Cronbach’s α coefficient, yang juga
dihitung rata-ratanya, sehingga diperoleh nilai
merupakan indikator yang paling sering
mean dari masing-masing atribut. Nilai
digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam
tersebut dimasukkan dalam Importance-
riset-riset kepuasan pelanggan dan kualitas
Performance Matrix agar dapat diketahui letak
layanan (markovic 7 Horvat, 1991) untuk
dari masing-masing atribut. Nilai mean kinerja
atribut-atribut dalam setiap dimensi pada
(performance) dan nilai mean kepentingan
kelompok persepsi (P), harapan (E) dan tingkat
(Importance) dari masing-masing atribut
kepentingan (TK).
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya
Uji Validitas, sehingga diperoleh nilai batas antar kuadran.
Uji validitas dilakukan untuk melihat Sebelum dilakukan hal di atas, maka perlu
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu dilakukan beberapa analisis, yaitu:
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
• Analisis tingkat kepentingan
Pada umumnya, validitas digolongkan dalam
(importance analysis), adalah analisis
tiga kategori, yaitu (1) validitas isi (content
untuk mengetahui persepsi mengenai
validity), validitas berdasarkan kriteria
43
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
44
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
Posisi setiap atribut produk pada 4 kuadran Importance-performance Matrix dapat dilihat pada
gambar 2.3.
Gambar 2.3
Importance-performance Matrix
Low High
Performance
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Gronroos, Christian, Service Management and
Edisi ketiga, Yogyakarta: Pustaka Marketing: Managing the Moment of
Pelajar, 2001. Thruth in Service Competition,
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Singapore: Maxwell Macmillan
Akreditasi Program Studi Jenjang Publishing.1990.
Sarjana (S1) hasil penilaian tahun Handi Irawan, 10 prinsip Kepuasan
1996 – 1997, Jakarta : Direktorat Pelanggan, Edisi kedua, Jakarta:
Umum edpartemen Pendidikan dan PT.Elex Media Komputindo, 2002.
kebudayaan. Hoffman, K.Douglas & bateson, John E.G.,
Bateson, John E.G., Managing Service Essentials of Service Marketing:
Marketing, 3rd edition, Orlando, Concepts, Strategies & Cases, 2nd
Florida: Dryden press, 1995. edition, Orlando, Florida: Harcourt
Boulding et.al,” A Dynamic Process Model of College Publishers, 2002.
Service Quality : From Expectation to Julia Blixrud, Evaluating Library Service
Behavioral Intentions,” Journal of Quality : Use of LibQUAL + TM,
Marketing Research, february 1993 Kansas City, MO, Association of
dalam Research Libraries, 2002.
Bateson, John E.G., Managing Services Kontour, Ruru, Metode Penelitian Untuk
Marketing, 3rd edition, Orlando, Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:
Florida: Dryden Press, 1995. Penerbit PPM, 2003
Bowersox, Donald J.Cooper, M.Bixby, Kotler, Phillip, Marketing Management
Strategic Marketing Channel (Analysis, Planning, Implementation,
Management, International Edition, and Control), New Jersey: Prentice-
Singapore: Mcgraw-Hill Book Co., Hall International, Inc., 2000.
1992. Lee, haksik et al,”The Determinant of
Burns, Alvin C., & Bush, Ronald F. Marketing perceived service Quality and its
Research, Third Edition, International relationship with satisfaction:, Journal
Edition, New jersey : Prentice Hall, of Service Marketing, Vol.12, No.3,pp.
Inc., 2000 271 – 231, 2000.
Cravens, David W. & Piercy, Nigel F., Lovelock, Chirstopher H., Service Marketing,
Strategic Marketing, 7th edition, New New jersey: prentice Hall
york: McGraw-Hill/ Irwin, 2003. International., Inc., 1997
Crosby, P.B., Quality is Free the art of making Markovic, Susana & Horvat, Jasna, Customer
Quality Certain, USA : Mc Graw Hill Satisfaction Measurement,
Book Company, 1979
45
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013
46