Anda di halaman 1dari 28

KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No.

1, Oktober 2013

ANALISIS RASIO SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN


SEKTOR INDUSTRI REAL ESTATE DAN PROPERTY

Oleh: Tri Harjawati

ABSTRAK

Secara umum risiko kebangkrutan (bankruptcy risk) perusahaan di Indonesia termasuk Industri
Real Estate dan Property masih tergolong tinggi. Penyebabnya bisa berbeda dari satu situasi ke
situasi yang lainnya. Dengan mengetahui penyebab kebangkrutan akan memberi pemahaman yang
mendasar untuk menghindari gagalnya bisnis dan melakukan restrukturisasi baik intern maupun
ekstern perusahaan. Tingkat kesehatan dan kondisi keuangan perusahaan bisa diketahui dengan
melakukan analisis fundamental yaitu analisis berdasarkan laporan keuangan (financial report) yang
diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari berbagai macam angka, sehingga untuk
memudahkan memahami angka-angka tersebut, maka perlu dicermati melalui analisis rasio.

Analisis rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua tersebut.
Banyak sekali analisis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Salah satunya akan dipaparkan dalam makalah ini, terutama analisis rasio yang bisa digunakan oleh
Industri Real Estate dan Property yaitu current ratio, total asset turnover, debt ratio, return on equity,
and price per earning. Kelima analisis tersebut dijelaskan secara jelas bagaimana menghitung,
manfaat, dan pengaruh terhadap perusahaan, sehingga dengan kelima analisis rasio tersebut dapat
membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan sehingga bisa mendayagunakan
sumber-sumber keuangan yang tersedia.

Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Current Ratio, Debt to Equity, Total Asset Turnover, Return on
Equity, Price per Earning

PENDAHULUAN

Industri Real Estate dan Property negatif, dapat dilihat melalui analisis
lebih mengarah pada kegiatan pengem- fundamental dengan menganalisis laporan
bangan perumahan konvensional serta keuangan suatu perusahaan. Laporan
pengembangan bangunan hunian vertikal keuangan merupakan ringkasan dari suatu
(antara lain apartemen, kondominium, proses pencatatan, atau ringkasan dari
rumah susun), bangunan komersial (antara transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan selama tahun buku yang bersangkutan
bangunan industri. Untuk melihat kondisi (Zaki Baridwan : 1992, 17). Tujuan
Industri Real Estate baik positif maupun laporan keuangan yaitu sebagai dasar

19
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

pengambilan keputusan yang rasional dalam neraca atau laporan rugi laba secara
dalam praktek bisnis yang sehat dan individu atau kombinasi dari kedua
sebagai media untuk mengkomunikasikan tersebut. Dari pernyataan di atas, maka
kinerja keuangan perusahaan yang dapat disim-pulkan bahwa analisis rasio
dikelolanya kepada pihak-pihak yang dapat digunakan sebagai alat (teknik)
berkepentingan (Warsidi & Bambang, untuk menganalisis laporan keuangan,
2000:2). sehing-ga dapat diketahui kinerja keuangan
suatu perusahaan
Untuk memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan memahami laporan
keuangan perusahaan, maka informasi Kinerja Keuangan
akuntansi yang diperoleh dari laporan
keuangan perlu dianalisis lebih lanjut. Menilai kinerja suatu perusahaan dapat

Analisis terhadap laporan keuangan, ditentukan dari beberapa aspek. Makin

menunjukkan kondisi dan kinerja keuang- banyak aspek yang diteliti secara lebih

an suatu perusahaan apakah sehat atau tajam dan lebih mendalam sudah tentu

tidak, pernyataan tersebut sejalan dengan penentuan dan pengendalian resiko

Van Home dan Wachowichz (1995:125) kerugian akan makin tajam pula. Oleh

yang menyatakan bahwa : sebab itu, untuk mengukur kinerja


perusahaan diperlukan suatu tolak ukur
”To evaluate a firm’s financial sebagai alat ukur bagi keberhasilan
condition dan performance, the financial
kegiatan yang dijalankan perusahaan,
analyst needs to performcheckups on
various aspects of a firm’s financial healt. sehingga informasi yang diperoleh dapat
A tool freaquently used during these mencerminkan hasil kegiatan yang dicapai
checkups is a financial ratio or index.”
dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Brigham (1999) dalam jurnal
Secara umum kinerja dapat diarti-kan
keuangan (Ozgur Turetken: 2004, 9),
sebagai hasil yang dicapai dari berbagai
menyatakan bahwa “Financial
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
(accounting) ratio of a firm are arguably
dengan mendayagunakan sumber ke-
better measures of a firm’s current
uangan yang tersedia. Menurut Erwin
performance than the individual items on
(1994:107) kinerja adalah prestasi kerja
the financial statement”. Selain itu,
sedangkan prestasi kerja merupakan hasil
Munawir (1990) mendefinisikan analisis
kerja yang diperoleh dari melaksanakan
rasio sebagai suatu metode analisis untuk
tugas yang dibebankan kepada seseorang
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu

20
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

(Peter dan Yeni Salim : 1991,19). Jika terminologi kinerja keuangan, dapat
dikaitkan dengan kedua pengertian di atas, mengkuantifikasi kinerja suatu perusahaan.
maka kinerja keuangan merupakan hasil Proses kuantifikasi atas kinerja inilah yang
kerja para manajer dalam menjalankan pada hakekatnya disebut sebagai
tugas-tugas yang dibebankan kepada pengukuran kinerja keuangan.
mereka, yang berhubungan dengan Pengukuran kinerja keuangan suatu
pengelolaan keuangan. perusahaan, dapat dilakukan dengan

Hasil analisis kinerja keuangan, dapat menggunakan analisis rasio. Analisis rasio

menunjukkan tingkat kesehatan memberikan sebagian gambaran mengenai

perusahaan, baik mencakup kelemahan kondisi kesehatan perusahaan. Hal ini

maupun prestasi yang dicapai oleh suatu didukung oleh pernyataan Van Home dan

perusahaan. Kondisi tersebut dapat Wachowicz (1995:1333) yang menyatakan

dijadikan bahan pertimbangan dalam bahwa :

rangka pengambilan keputusan oleh pihak- ”To evaluate the financial condition and
pihak yang berkepentingan. performance of a firm, the financial
analysts needs certain yardstick. The
yardstick frequently used is a ratio,
index, relating two pieces of financial
Pengukuran Kinerja Keuangan
data of to each other”.
Pengukuran kinerja keuangan dapat Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja
dilaksanakan jika kinerja telah keuangan perusahaan dapat digunakan rasio
didefinisikan secara jelas baik dari segi yang merupakan perbandingan angka-angka
ruang lingkup kegiatannya, cakupan yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan.
pelaksanaan kegiatan, dan kurun waktu Sebagaimana yang dikemukakan oleh Brigham

kegiatan yang dilaksanakan. Sebagaimana dan Enhrhardt (2005,13) bahwa “Financial


ratios are designed to help evaluate financial
telah dikemukakan, bahwa pemberian
statements”. Gitman (2006:54) mengatakan
batasan yang jelas terhadap terminologi
bahwa :
kinerja keuangan sangat penting untuk
meminimalkan pertimbangan-pertimbang- “Ratio analysis involoves methods of
calculating and interpreting financial
an yang sifatnya kualitatif yang pada
ratios to analyze and monitor the firm’s
gilirannya akan mengakibatkan terlalu performance. The basic inputs to ratio
besarnya bobot subjektivitas dalam analysis are the firm’s income statement
and balance sheet”.
pengukuran dan penilaian kinerja
keuangan. Dengan kata lain, batasan-
batasan yang tegas terhadap penerapan

21
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Keuntungan utama dari rasio adalah rasio keuangan ke dalam lima kategori,
dapat digunakan untuk membandingkan sebagaimana yang ia kemukakan bahwa :
hubungan risk dan return dari ukuran “Financial ratios can be divided for
perusahaan yang berbeda. Sebagaimana convenience into five basic
categories : liquidity, activity, debt,
yang dikemukakan oleh White, Sondhi,
profitability, and market ratios.
dan Fried (1998,141) bahwa: Liquidity, activity and debt ratios
“A primary advantage of ratios is that primarily measure ris. Profitability
they can be used to compare the risk ratios measure return. Market ratios
and return relationships of firms of capture both risk and return”.
different sizes. Ratios can provide a
profile of a firm, its economic Menurut Frank dan Keith
characteristics and competitive (2003,354), rasio keuangan yang
strategies, and its unique operating, digunakan terdiri dari “debt/equity, interest
financial, and investment
coverage, dividend payout, return on
characteristics”.
equity, retention rate, market price to book
White, Sondhi, dan Fried value, market price to cash flow, dan
market price to sales”.
(1998,141), mengukur aspek yang
berbeda dari risk and return ke dalam
Dalam jurnal keuangan BIS Paper
empat kategori rasio yaitu : activity
No.21 April 2005 (Heath:.2005,8),
analysis, liquidity analysis, long-term debt
menyebutkan bahwa indikator kesehatan
and solvency analysis, and profitability
keuangan industri real estate yang
analysis. Sedangkan Brigham dan
ditetapkan oleh IMF meliputi penilaian
Enhrhardt (2005,444-456), membagi rasio
rasio yang terfokus pada: Capital, Asset,
keuangan ke dalam lima kategori yaitu :
Earnings and profitability, Liquidity, dan
liquidity, asset management, debt
Sensitivity to market risk. Indikator
management, profitability, and market
tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1
value. Dan Gitman (2006:57) membagi
dibawah ini.

22
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Tabel 2.1
Indikator Kesehatan Keuangan Industri Real Estate dan Property

Financial soundness indicators:


the core and encouraged sets

Core set
Deposit-taking institutions Regulatory capital to risk-weighted assets
Capital adequacy Regulatory Tier I capital to risk-weighted assets
Nonperforming loans net of provisions to capital
Asset quality Nonperforming loans to total gross loans
Sectoral distribution of loans to total loans
Earnings and profitability Return on assets
Return on equity
Interest margin to gross income
Noninterest expenses to gross income
Liquidity Liquid assets to total assets (liquid asset ratio)
Liquid assets to short-term liabilities
Sensitivity to market risk Net open position in foreign exchange to capital

Encouraged set
Deposit-taking institutions Capital to assets
Large exposures to capital
Geographical distribution of loans to total loans
Gross asset position in financial derivatives to capital
Gross liability position in financial derivatives to capital
Trading income to total income
Personnel expenses to noninterest expenses
Spread between reference lending and deposit rates
Spread between highest and lowest interbank rate
Customer deposits to total (non-interbank) loans
Foreign currency-denominated loans to total loans
Foreign currency-denominated liabilities to total liabilities
Net open position in equities to capital
Other financial corporations Assets to total financial system assets
Assets to gross domestic product (GDP)
Nonfinancial corporate sector Total debt to equity
Return on equity
Earnings to interest and principal expenses
Net foreign exchange exposure to equity
Number of applications for protection from creditors
Households Household debt to GDP
Household debt service and principal payments to income
Market liquidity Average bid-ask spread in the securities market1
Average daily turnover ratio in the securities market1
Real estate markets Real estate prices
Residential real estate loans to total loans
Commercial real estate loans to total loans

1
Or in other markets that are most relevant to bank liquidity, such as foreign
exchange markets.
Sumber : Robert Heath, Journal Finance-BIS Paper No.21 April 2005. melalui
http://www.bis.org/publ/bppdf/bispap21b.pdf

23
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Sedangkan penilaian yang biasa digunakan jatuh tempo, sebagaimana Gitman


oleh industri di Bursa Efek Jakarta (2006,58) menyatakan bahwa :
(laporan ICMD), yaitu melalui perhitungan
“The liquidity of a firm is measured by
rasio (calculation ratio) sebagai berikut : its a ability to satisfy its short-term
PER, PBV, Dividend Payout, Dividend obligations as they come due. Liquidity
refers to the solvency of the firm's
Yield, Current Ratio, Debt to Equity, overall financial proportion - the ease
Leverage Ratio, Gross Profit Margin, with which it can pay its bill. Because a
common precursor to financial distress
Operating Profit Margin, Net Profit
and bankruptcy is low or declining
Margin, Inventory Turnover, Total Assets liquidity, these ratios can provide early
Turnover, ROI, ROE. signs of cash flow problems and
impending business failure.”
Makalah ini akan membahas tentang
Sedangkan Hirt dan Block (1999,221-222),
alat ukur kinerja keuangan Sektor Industri
mengemukakan bahwa :
Real Estate dan Property dengan
menggabungkan antara indikator kesehatan “The primary emphasis of the liquidity
ratios is determination of the firm’s
keuangan industri real estate dengan
ability to pay off short-term obligations
perhitungan rasio (calculation ratio) yang as they come due. These ratios can he
biasa digunakan di Bursa Efek Jakarta related to receivables and inventory
turnover in that a faster turnover
(laporan ICMD) untuk mengetahui kinerja creates a more rapid movemen of cash
keuangan industri real estate dan property. through the company and improves
liquidity. Again remember that each
Dengan demikian terpilihlah lima kategori
industry will be different”.
analisis rasio yaitu current ratio, total
Salah satu indikator yang dapat
asset turnover, debt ratio, return on equity,
digunakan untuk mengukur likuiditas
and price per earning. Gitman (2006:57).
perusahaan adalah current ratio (CR). Rasio
ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

Alat Ukur Kinerja Keuangan pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gitman
Liquidity Ratio : Current Ratio (CR) (2006,58) bahwa “the current ratio, one of the
most commonly cited financial ratios,
Likuiditas berfungsi untuk mengu-
measures the firm’s ability to meet its short-
kur kemampuan perusahaan dalam meme-
term obligations. Untuk menghitung besarnya
nuhi kewajiban jangka pendek pada saat
current ratio. It is expressed as follows : ”

24
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Current Assets
Current Ratio=
Current Liabilities .................................... (2.1)

Semakin besar current ratio, maka (ditukarkan) dengan kas secara cepat, hal
semakin baik likuiditas perusahaan. ini merupakan ukuran kemampuan
Dengan kata lain, semakin besar current membayar jangka pendek yang paling
ratio, semakin kecil risiko likuiditas banyak digunakan. Sedangkan dilihat dari
perusahaan. Hal ini sejalan dengan yang kacamata shareholder, current ratio yang
dikemukakan oleh Gitman (2006,58) tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan
bahwa ” the higher the current ratio, the telah menyimpan banyak uang pada asset
more liquid the firm is considered to be”. non produktif, misalnya excess cash (kas
berlebih), marketable securities (surat
Di lain pihak, Brigham, Gapenski,
berharga yang mudah diperjual belikan),
dan Ehrhardt (2005,444-446) mengemu-
dan inventory (persediaan). Dengan
kakan perseptif kreditor dan pemegang
demikian, investor sebagai shareholder
saham (investor) terhadap current ratio,
dari suatu perusahaan, cenderung melihat
pada prinsipnya melihat sisi negatif dari
sisi negatif dari current ratio yang tinggi.
current ratio yang tinggi, sebagaimana
Hal ini disebabkan banyaknya uang pada
yang dikemukakan :
asset yang non produktif, sehingga
”In general, creditors like to see a high aktivitas untuk memperoleh pendapatan
current ratio. If a company is getting in
menjadi berkurang.
to financial difficulty, it will begin
paying its hill (account payable) more
slowly, borrowing from its hank, and so Activity : Total Asset Turnover (TAT)
on. Now consider the current ratio from
the perspective of a shareholder. A high Rasio aktivitas berfungsi untuk
current ratio could mean that the
company has a lot of money lied up in mengukur kemampuan serta efisiensi
nonproductive assets, such as excess perusahaan dalam memanfaatkan aktiva
cash or marketable securities, or in
yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan
inventory”.
yang dikemukakan oleh Gitman (2006,59)
Menurut kacamata kreditor, current
yaitu “Activity ratios measure the speed
ratio merupakan indikator tunggal yang
with which various accounts are converted
terbaik bagi perluasan tuntutan jangka
into sales or cash-inflows or outflows”.
pendek kreditor yang dapat ditutup oleh
Fraser dan Orminston (1998,249)
asset yang diharapkan dapat dikonversi
menyatakan bahwa ” activity ratio is a

25
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

ratio that measures the liquidity of specific Salah satu indikator yang dapat
assets and the efficiency of the firm in digunakan untuk mengukur aktivitas
managing assets”. Sedangkan white, sondhi, perusahaan adalah total assets turnover
dan Fried (1998:151) mengemukakan bahwa (TAT). Rasio ini bertujuan untuk
“Activity ratio describe the relationship mengukur tingkat efisiensi perusahaan
between the firm’s level of operations (usually terhadap seluruh aktiva yang digunakan
defined as sales) and the assets needed to
untuk menunjang kegiatan penjualan. Hal
sustain operating activities”. Juga Moyer,
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
McGuigan dan Kretlow (2001:78)
Gitman (2006,62) yaitu “the total assets
mengemukakan bahwa “Asset management
turnover indicates the efficiency with
ratios indicate how much a firm has invested
which the firm uses its assets to generate
in a particular type of asset (or group of
assets) relative to the revenue the asset is sales. Total asset turnover is calculated as
producing”. follows :”

Sales
Total Asset Turnover=
Total Asset ………………………. (2.2)

Moyer, McGuigan, dan Kretlow


(2001,80) menyatakan bahwa “the total asset
Semakin efisiennya perusahaan
turnover ratio indicates how effectively a firm
menggunakan aset-asetnya, maka perusahaan
uses its total resources to generate sales”.
perusahaan tersebut semakin baik. Hal ini
Sedangkan Brigham, Gapenski, dan Ehrhardt
dipertegas oleh Sofyan Syafri Harahap
(2005,444-446) mengemukakan bahwa ” total
(2002,309) yang, menyatakan bahwa semakin
assets turnover ratio, measures the turnover of
tinggi total asset turnover, maka semakin baik
all the firm’s asset; it is calculated by dividing
perusahaan tersebut.
sales by total assets”.

Secara umum, total asset turnover suatu


perusahaan tinggi, maka asset yang digunakan
semakin efisien. Hal ini senada dengan
pernyataan Gitman (2006,62) bahwa :

“The higher a firm’s total asset turnover,


the more efficiently its assets have been
used. This measure is probably of
greatest to management, because it
indicates whether the firm’s operations
have been financially efficient”.

26
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Debt : Debt Ratio (DR) measures the percentage of funds provided by


sources other than equity”. Sedangkan
Salah satu indikator yang dapat menurut Gitman (2006,64), “the debt ratio
digunakan untuk mengukur debt adalah debt measures the proportion of total assets
ratio (DR). Menurut Brigham, Gapenski, dan financed by the firm’s creditors. The higher the
Ehrhardt (2005,450), “the ratio of total amount of another people’s money being used
liabilities to total assets is called the debt to generate profits. This ratio is calculated as
ratio, or sometimes total debt ratio. It follows:”

Total Liabilities
Debt Ratio=
Total assets ................................ (2.3)

Nilai Debt ratio menunjukkan bahwa cenderung direspon secara negatif oleh para
perusahaan telah membiayai hutang dengan investor yang pada akhirnya akan mendorong
asset-assetnya. Hal ini senada dengan investor untuk melepaskan saham-saham yang
pernyataan Gitman (2006,64) bahwa “This dimilikinya pada sektor tersebut.
value indicates that the company has financed
close to half of its assets with debt. The higher
this ratio, the greater the firm's degree of Profitability : Return on Equity (ROE)
indebtedness and the more financial leverage
Profitabilitas berfungsi untuk mengukur
it has”.
keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
Dengan demikian, penggunaan hutang keuntungan, sebagaimana Moyer, McGuigan,
yang semakin besar akan mengakibatkan dan Kretlow (2001:84) mengemukakan bahwa
semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar. :
Dengan kata lain, semakin tinggi debt ratio
“Profitability ratios measure how
akan mengakibatkan semakin tingginya risiko
effectively a firm’s management is
yang akan dihadapi perusahaan. Investor generating profits on sales, total assets,
biasanya menghindari risiko dalam and most importantly, stockholder’s
investment. There are several types of
berinvestasi, sehingga semakin tinggi debt
probability ratios, including the gross
ratio perusahaan, maka semakin dihindari profit margin ratio, the net profit
saham perusahaan tersebut, sehingga harga margin ratio, the return on investment
saham akan semakin rendah. ratio, and the return on stockholder’s
equity ratio”.
Keown, dkk (1996) menyatakan bahwa
DR sebagai ukuran leverage keuangan
perusahaan yang mengindikasikan adanya
risiko keuangan perusahaan. Kondisi tersebut,

27
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Salah satu indikator yang digunakan return on stockholders (owners investment)”.


untuk mengukur profitabilitas perusahaan Dan menurut Gitman (2006,69), “the return on
adalah return on equity (ROE). Gibson common equity (ROE) measures the return
(1998,396) menyatakan bahwa “return on earned on the common stockholders investment
equity measure the return to the common share in the firm. Generally, the higher this return,
holder, the residual owner”. sedangkan Frazer the better off are the owners. Return on
dalam understanding financial statement common equity is calculated as follow :”
(1998,248) return on equity measure rate of

Earning available for common stocckholders


ROE=
Common Stock Equity .................... (2.4)

Jadi, ROE merupakan salah satu consistent with working to increase


komponen rasio rentabilitas suatu perusahaan, stock price.”

yang digunakan untuk mengukur dan


membandingkan tingkat efisiensi usaha dan
Menurut Brigham, Gapenski, dan
profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan dari
Enhardt (1999), bahwa ROE identik dengan
tahun ke tahun, atau digunakan untuk
rate of return dari investasi yang dilakukan
mengukur kemampuan perusahaan dalam
oleh pemegang saham. Dan menurut Endri
memperoleh keuntungan dengan
(2005,1) Rate of return disebabkan oleh
memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya.
tingkat bunga yang tinggi. Tingkat bunga yang
ROE merupakan ukuran kinerja yang tinggi, akan mempengaruhi nilai sekarang
relevan bagi para pemegang saham atas hasil (present value,) aliran kas perusahaan, selain
keuntungan yang telah mereka investasikan. itu akan meningkatkan biaya modal yang harus
Karena, ROE dipakai sebagai alat untuk ditanggung oleh perusahaan, sehingga
mengukur efektifitas manajemen dalam memberikan dampak pada menurunnya
memanfaatkan modal untuk menghasilkan profitabilitas perusahaan. Dengan demikian,
laba. Semakin tinggi ROE maka diperkirakan kesempatan-kesempatan investasi yang ada
kinerja perusahaan semakin bagus dan ini akan tidak akan menarik lagi, sehingga kondisi ini
mendorong kenaikan harga saham. Hal ini cenderung direspon negatif oleh investor.
diperkuat oleh C. Higgins (1990,59) bahwa:

“The strong positive relationship


between ROE and stock price suggest
that high ROE firm tend to have high
stock price relative to book value and
vice versa. Hence working to increase
ROE in these industries is large

28
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Kemudian Rose (2000), menegaskan owners’ appraisal of share value. The


bahwa harga sekuritas berbanding terbalik P/E ratio measures the amount that
dengan rate of return. Hal ini disebabkan, Rate investors are willing to pay for each
of return ditentukan oleh besarnya earning dollar of a firm’s earnings”. Dan
yang diperoleh suatu perusahaan, dimana besar menurut Gibson (1998,436) bahwa ”The
kecilnya keuntungan perusahaan sangat price/ earnings (P/E) ratio expresses the
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi secara relationship between the market price of
keseluruhan, termasuk beberapa variabel a share of common stock and that
makro yaitu perkembangan perekonomian stack’s current earnings per share.
Indonesia, pertumbuhan ekonomi (produk Compute the P/E ratio as follows”.
domestik bruto), tingkat suku bunga, nilai
tukar, dan inflasi (Endri: 2005,1). Sehingga
semakin besar rate of return yang diharapkan
Jadi PE menggambarkan apresiasi pasar
oleh investor, maka semakin besar tingkat
terhadap kemampuan perusahaan dalam
resiko yang dihadapi oleh investor.
menghasilkan laba. Dan PE digunakan untuk

Market Ratios : Price Per Earning Ratio (PE) melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
saham suatu perusahaan terhadap kinerja
Market ratio menghubungkan nilai perusahaan yang dicerminkan oleh earning per
pasar suatu perusahaan yang diukur dengan share. PE digunakan untuk memprediksi dan
current share price dengan certain accounting menilai apakah suatu saham Overvalued atau
values (Gitman :2006,69). Penilaian pasar Undervalued.
berfungsi untuk mengukur sejauh mana pasar
Tingkat dari rasio ini mengindi-
menghargai kinerja perusahaan. Rasio ini
kasikan derajat tingkat kepercayaan bahwa
memberikan pengertian yang mendalam
investor memiliki pencapaian kinerja
tentang seberapa baikkah investor dalam
marketplace merasa perusahaan melakukan perusahaan dimasa yang akan datang,
sesuatu kaitannya dengan risk dan return sebagaimana yang dinyatakan oleh Gitman
(Gitman :2006,69). Salah satu indikator yang (2006,70) bahwa ”the level of this ratio
digunakan untuk mengukur rasio ini adalah indicates the degree of confidence that
price earning ratio (PE). White, Sondhi, dan investors have in the firm’s future
Fried (1998,180) mengemukakan bahwa: performance. The P/E ratio is calculated

“The P/E ratio measures the degree to as follows :”


which the market capitalizes a firm’s
earning”. Sedangkan menurut Gitman
(2006,69), “the price/ earning (P/E)
ratio is commonly used to assess the

29
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Market Price per Share of Common Stock


P / E Ratio=
Earning per Share ………. (2.5)

Bilamana rasio ini meningkat, maka yaitu: current ratio, total asset turnover, debt
dapat menggambarkan prospek ratio, return on equity, and price per earning.

pertumbuhan perusahaan yang tinggi, Kelima analisis rasio tersebut, dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kekuatan dan
sebagaimana yang diungkapkan oleh
kelemahan perusahaan sehingga bisa
Brigham, Gapenski, dan Ehrhardt
mendayagunakan sumber-sumber keuangan
(2005,455) bahwa: ”P/E ratio are higher
yang tersedia. Selain itu, informasi ini dapat
from firms with strong growth prospects,
digunakan oleh para investor sebagai media
other things held constant but they are
untuk mengambil keputusan apakah mereka
lower for risker firms.” akan melakukan investasi pada perusahaan
Perusahaan dengan peluang tingkat tersebut atau di perusahaan lain.
pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki
PE yang tinggi begitupun sebaliknya. Oleh
sebab itu investor bersedia membeli saham
dengan nilai PE yang tinggi, karena mereka DAFTAR PUSTAKA
akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih
besar di masa yang akan datang (Sri Handaru BPPM. 2002. Pedoman Penyajian dan
Yuliati, dkk : 1996,136). Hal ini akan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik
mempengaruhi kinerja perusahaan di
IndustriReal Estate, Nomor : SE-
masyarakat, sehingga akan mempengaruhi 02/PM/2002, Tanggal : 27 Desember
harga saham di bursa, sebagaimana yang 2002.
dikemukakan oleh Fabozzi (1999,863) bahwa Brigham, Eugene E. dan Enhardt, Michael C.
semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang 2005. Financial Management Theory
diharapkan dan semakin rendah tingkat and Practice, 11th Edition. United
States: Thomson South-Western.
perubahan laba, maka akan semakin tinggi
rasio harga per laba yang dimiliki perusahaan. Endri. 2005. Analisis Penentuan
Keputusan Investasi: Studi Kasus
KESIMPULAN Saham PT Lippo Bank Tbk
(LPBN). Melalui
<http://www.bung-
Dari pembahasan diatas dapat
hatta.info/content.php?article.55> [6-
disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja 6-2006]
keuangan di Industri Real Estate dan Property,
Erwin A Koetin. 1994. Suatu Pedoman
dapat dilihat dari lima kategori analisis rasio Investasi dalam Efek di Indonesia.

30
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Jakarta: Departemen Keuangan Instruments in a Global Market


Republik Indonesia. Place, Seventh Edition, New York
McGraw-Hill Companies, Inc.
Fabozzi, Frank J, dan Modigliani, Franco.
1999. Capital Market, Second S.Munawir. 1990. Analisa Laporan Keuangan.
Edition. New Jersey: Prentice-Hall Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
International, Inc
Sofyan Syafriharahap. 2002. Analisa Kritis
Gitman, Lawrence J. 2006. Principles of Atas Laporan Keuangan. Jakarta :
Managerial Finance, Elevent Edition. PT Raja Grafindo Persada.
United States: Pearson Addison-
wesley Sri Handaru Yuliati. Handoyo Prasetyo dan
Fandy Tjiptono. 1996. Manajemen
Heath,Robert. 2005. Real estate prices as Portofolio dan Analisis Investasi,
financial soundness indicators. Edisi Pertama, Yogyakarta: Penerbit
Journal finance, BIS Paper No.21 Andi Yogya
April 2005. Melalui
http://www.bis.org/publ/bppdf/bispap2 Turetken, Ozgur. 2004. Predicting Financial
1b.pdf [27-7-2006] Performance Of Publicly Traded
Turkish Firms: AComparative Study.
Higgins, Robert C. 2001. Analysis for Finance Journal Melalui
Financial Management, Sixth Edition. <http://mis.temple.edu/research/Docu
Singapore : McGraw-Hill ments/TuretkenOct2004-
International Edition. NNPrediction.pdf > [28 Juni 2006].

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Van Home, James C dan John M. Wachowicz
tahun 2005 1995 Fundamentals of Financial
Manajement, Ninth Edition,
Moyer, Charles R., McGuigan, James R., dan Englewood Cliffs New Jersey,
Kretlow, William J. 2001 Prentice-Hall International, Inc.
Contemporary Financial
Management, Eighth Edition, Warsidi dan Bambang Agus Pramuka. 2000.
Australia: South-western College Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan
Publishing. dalam Memprediksi Perubahan
Laba di Masa yang Akan datang :
Peter Salim dan Yeni Salim. 1991. Kamus Suatu studi empiris pada
Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi perusahaan yang terdaftar di BEJ,
pertama. Jakarta : Modern English Jurnal Akuntansi Manajemen dan
Press. Ekonomi Vol 2 No.1.
Rose, Peter S, 2000, Money and Capital White, Gerarld I., Sondhi, Ashwinpaul C., dan
Markets, Financial Institutions and Fried, Dov. 1998. The Analysis and
Use of Financial Statement, Second Zaki Baridwan. 1996. Intermediate
Edition. United States: John Wiley Accounting. Yogyakarta: BPFE.
& Sons,Inc.

31
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

ANALISIS KESENJANGAN SEBAGAI MODEL PENGUKURAN


KUALITAS LAYANAN

Fikron Al Choir

Latar Belakang Masalah untuk menghasilkan lulusan yang diukur


secara akademik melainkan keseluruhan
Pada era globalisasi ini, kualitas jasa program, dan lembaga-lembaga perguruan
dipandang sebagai salah satu alat untuk tinggi harus mampu membuktikan kualitas
mencapai keunggulan kompetitif, karena yang tinggi yang didukung oleh akuntabilitas
kualitas jasa merupakan salah satu faktor yang ada.
utama untuk menentukan pemilihan produk
dan jasa bagi konsumen. Tujuan dari Untuk memenuhi tuntutan itu, maka

organisasi bisnis adalah untuk menghasilkan perguruan tinggi melalui program-program

barang dan jasa yang dapat memuaskan studinya perlu memperoleh kepercayaan

konsumen dimana kepuasan konsumen akan masyarakat dengan jaminan kualitas (Quality

tercapai apabila kualitas barang dan jasa yang assurance), pengendalian kualitas (quality

diberikan sesuai dengan kebutuhan atau control), perbaikan kualitas (quality

keinginannya. improvement). Untuk itu, perguruan tinggi


perlu untuk mengadakan evaluasi terhadap
Perguruan tinggi di Indonesia sebagai kualitas jasa yang telah diberikan kepada
salah satu organisasi jasa, saat ini mengalami konsumennya. Evaluasi kualitas jasa dapat
suatu perubahan yang fundamental. Perubahan dilakukan dengan menggunakan dimensi
kurikulum, perubahan metode pengajaran, kualitas jasa, yang terdiri dari reliability,
perubahan sistem paket semester menjadi responsiveness, assurance, emphaty dan
sistem kredit semester, dan sebagainya tangible (Parasuraman, et, al, 1985).
berdampak antara lain pada lamanya masa
studi serta kualitas lulusan yang lebih baik.
Perubahan dilakukan untuk mengantisipasi
perubahan lingkungan terutama dalam
menghadapi tantangan di era globalisasi.

Tuntutan terhadap perguruan tinggi


dewasa ini bukan hanya sebatas kemampuan

32
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Konsep dan Pengertian Jasa Penawaran terdiri dari barang dan jasa yang
memiliki porsi yang sama besar. Contohnya
Menurut Kotler (kotler, 2005, p. 394), adalah Pengunjung restoran yang datang untuk
jasa merupakan bagian dari produk. Dimana mendapatkan makanan dan pelayanan.
produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk dapat 4. Major service with accompany-
memuaskan keinginan dan kebutuhan ing minor goods and service
konsumen. Sedangkan jasa (service) Kotler, Penawaran utama terdiri dari jasa beserta jasa-
(2005,p. 428) mendefinisikannya sebagai jasa tambahan atau barang-barang penunjang.
berikut: Sebagai contoh penumpang pesawat terbang
yang membeli jasa transportasi. Perjalanan
A service is any act or performance
termasuk beberapa tangible, seperti makanan
that one party can offer to another that is
dan minuman, tiket dan majalah pesawat. Jasa
essentially intangible and does not result in the
dalam kategori ini memerlukan produk intensif
ownership of anything. Its production may or
(pesawat) untuk realisasinya, tetapi produk
may not be tied to physical product.
utamanya adalah jasa.
Penawaran yang diberikan perusaha-an
5. Pure services
kepada pasar sering melibatkan beberapa jenis
Penawaran utamanya terdiri dari jasa.
jasa (service). Komponen jasa ini dapat
Contohnya: perawatan bayi, psychotherapy
merupakan bagian kecil atau utama dari
dan pemijatan.
seluruh penawaran. Penawaran ini dapat dibagi
menjadi 5 kategori yaitu: Karakteristik Jasa
1. Pure tangible goods Jasa memiliki empat karakteristik utama yang
Penawaran umumnya hanya terdiri dari atas secara garis besar mempengaruhi penyusunan
produk fisik, misal sabun mandi, pasta gigi, program pemasaran,Kotler (2005, p. 429),
sabun cuci dan sebagainya, tanpa ada jasa atau yaitu; intangibility, inseperability, variability
pelayanan lain yang menyertai produk dan perishability.
tersebut.
1. Intangibility
2. Tangible good with accompanying Jasa merupakan bentuk yang tidak terlihat.
services Tidak seperti barang, yang dapat dilihat,
Dalam kategori ini penawaran terdiri atas suatu dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum
produk fisik yang disertai dengan satu atau dibeli.
beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik
kepada konsumen.

3. Hybrid

33
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Untuk mengurangi keragu-raguan sebelum 4. Perishability (keadaan tidak tahan


membeli, pembeli akan melihat pada tanda lama)
atau bukti dari kualitas jasa yangdiberikan. Jasa tidak dapat disimpan. Keadaan ini
Mereka akan menggambarkan kualitas dari tidaklah masalah ketika permintaan stabil.
tempat, orang, peralatan, alat-alat komunikasi, Ketika permintaan naik-turun, perusahaan jasa
simbol dan harga yang mereka lihat. Untuk itu, mempunyai masalah.
pemberi jasa menurut kotler (2005, p. 430)
bertugas untuk “ Manage the evidence” dan
“tangibilize the intangible”. Pemasar produk
Analisis Porter
ditantang untuk menambah ide abstrak,
pemasar jasa ditantang untuk menambah bukti Dalam analisis terhadap keadaan
fisik dan mengaplikasikannya dalam eksternal perusahaan terdapat lima ancaman
penawaran abstrak. yang perlu diperhatikan, yaitu:

2. Inseperability (Keadaan tidak 1. Ancaman pendatang baru (Threat of


terpisahkan) new entrants)
Jasa-jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi Pendatang baru ke suatu industri membawa
secara simultan. Hal ini tidak berlaku pada masuk kapasitas baru, keinginan untuk
barang, yang diproduksi, disimpan pada bagian merebut pangsa pasar (market share), dan
penyediaan, didistribusikan melalui berbagai seringkali dengan sumber daya yang cukup
pengecer dan kemudian dikonsumsi. Jika besar. Besarnya ancaman yang masuk
seseorang membeli jasa, maka penawar jasa bergantung pada hambatan masuk yang ada
merupakan bagian dari jasa yang diberikan. menurut perkiraan calon pendatang baru. Jika
Karena pelanggan juga hadir ketika jasa hambatan masuk tinggi dan calon pendatang
dihasilkan, interaksi penyedia jasa dengan memperkirakan akan menghadapi perlawanan
pelanggan merupakan ciri khas dari pemasaran keras dari peserta pesaing yang sudah ada,
jasa.. Penyedia jasa dan pelanggan akan pendatang baru ini jelas bukan merupakan
mempengaruhi hasil jasa. ancaman yang serius.

3. Variability (keragaman) 2. Ancaman produk pengganti (Threat


Jasa-jasa sangat beragam, karena tergantung of subtitute products or service)
pada siapa yang melaksanakannya, kapan dan Dengan menetapkan batas harga tertinggi
dimana dilaksanakannya, jasa merupakan (ceiling price) produk atau jasa substitusi
variable yang tinggi. Pembeli jasa telah membatasi potensi suatu industri. Jika industri
menyadari akan benyak variasi dan seringkali tidak mampu meningkatkan kualitas produk
mereka mencari informasi dari orang lain atau mendifferensiasikannya, laba dan
sebelum menetapkan pilihannya. pertumbuhan industri dapat terancam. Produk

34
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

substitusi hanya mengurangi laba dalam masa- menawar dari pembeli yang kuat dapat
masa normal melainkan juga mengurangi laba menurunkan laba industri dan juga
yang dapat diraih dalam masa keemasannya. mempengaruhi kemampuan untuk menyusun
Produk pengganti yang secara strategik layak dan menerapkan strateginya.
diperhatikan adalah produk yang kualitasnya
5. Persaingan sesama industri
mampu menandingi kualitas produk industri
(rivalry among existing competitor)
atau dihasilkan oleh industri yang menikmati
laba tinggi.
Kepuasan Pelanggan (Customer
3. Kekuatan tawar menawar pemasok Satisfaction)
(Bargaining power of supplier)
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar- Konsep kepuasan pelanggan memiliki

menawarnya dengan menaikkan harga, sejarah yang panjang dalam pemikiran-

menurunkan kualitas suatu produk, membatasi pemikiran pemasaran. Studi awal tentang

pasokan. Apabila terlalu tergantung pada konsep ini dilakukan oleh Cardozo pada tahun

pemasok tertentu dapat menanggung kerugian 1965 mengenai usaha pelanggan, harapan-

terhadap biaya produk yang lebih mahal, dan harapan dan kepuasan pelanggan. Studi pada

hal ini tidak dapat dibebankan kepada bidang ini berkembang dengan pesat

konsumen. Posisi tawar masing-masing (markovic & Horvat, 2009). Dari persepsi

pemasok bergantung pada sejumlah sejarah, pekerjaan besar di bidang kepuasan

karakteristik situasi pasar dan pada tingkat pelanggan dimulai pada tahun 1970-an, ketika

kepentingan relatif penjualan atau pembelinya konsumerisme di Amerika berkembang pesat.

dalam industri tersebut dibandingkan dengan Perkembangan ini secara langsung

keseluruhan bisnis, kelompok pemasok akan berhubungan dengan penurunan mutu

kuat jika: pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan


(Hoffman & Bateson, 2002).
a. Kelompok ini didominasi oleh
sedikit pemasok Sekalipun kepuasan pelanggan telah
b. Produk pemasok bersifat unik diyakini sebagai sebuah konsep dasar
c. Produk pemasok merupakan dalam pemasaran, namun definisi dan
kebutuhan material dasar bagi pengukuran kepuasan pelanggan masih
industri menjadi subjek perdebatan dalam literature
d. Industri bukan pelanggan utama pemasaran (Bowersox & cooper, 1992). Dari
dari pemasok. asal katanya, satisfaction berasal dari bahasa
4. Kekuatan tawar-menawar pembeli Latin, yaitu “satis” yang artinya “enough” dan
(Bargaining power of buyer/customer) “facere” yang artinya “to do”, jadi satisfaction
Pelanggan merupakan factor yang dapat diartikan sebagai produk/jasa yang
menghasilkan keuntungan. Posisi tawar-

35
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

sanggup memberikan sesuatu yang dicari Perusahaan yang memiliki tingkat


konsumen pada tingkatan cukup (handi kepuasan pelanggannya yang tinggi juga
Irawan, 2002). terlihat memiliki kemampuan untuk memompa
mereka sendiri dari tekanan persaingan,
Definisi mengenai kepusan pelanggan
umumnya kompetisi harga. Pelanggan akan
sangatlah bervariasi, seperti menurut Kotler
membayar lebih dan setia pada perusahaan
(2003, p.36) kepuasan pelanggan adalah,
yang memenuhi kebutuhan mereka dari pada
“Satisfaction is the level of a mengambil resiko pindah kepada perusahaan
person’s feelings of pleasure or yang menawarkan jasa dengan harga yang
disappointment resulting from comparing
a product’s perceived performance (or lebih murah. Akhirnya, perusahaan bangga
outcome) in relation to his or her akan usahanya memenuhi kepuasan
expectation”.Definisi lain yang juga pelanggannya, umumnya akan memberikan
popular adalah bahwa kepuasan
pelanggan merupakan suatu perbandingan lingkungan yang baik untuk bekerja. Pada
antara harapan dan persepsi atas keadaan lingkungan kerja yang positif ini,
produk/layanan yang diterima (Hoffman &
budaya perusahaan berkembang dimana
Bateson, 2002). Definisi ini didasarkan
atas paradigma diskonfirmasi yang pegawai ditantang untuk bekerja dan diberikan
dikembangkan oleh Richard Oliver di penghargaan atas usaha mereka. Survey
tahun 1980 dengan mengakar pada
psikologi sosial dan prilaku perusahaan. kepuasan pelanggan juga memberikan
Jika persepsi pelanggan atas sebuah beberapa keuntungan yang berguna.
produk/jasa sama atau melampaui
harapannya maka pelanggan tersebut akan Diantaranya, survey memberikan arti
puas, tetapi jika tidak maka pelanggan formal dari tanggapan pelanggan pada
akan merasa tidak puas (Gronroos, 1990;
Bowersox & Cooper, 2005; Zeithaml et al, perusahaan, yang mungkin dapat
2004; Lee et al, 2003; Hoffman & Bateson, mengidentifikasi pasalah yang ada atau
2002).
yang akan ada.
Meskipun beberapa orang ragu bahwa
ketidakpuasan pelanggan kadang-kadang tidak
beralasan, bukti kecil dapat menunjukkan
kemewahan dari harapan pelanggan. Harapan Pelanggan (Expectation)
Konsekuensinya adalah, pelanggan yang puas
Pengertian harapan dan factor-faktor
bukan merupakan tugas yang tidak mungkin.
yang membentuknya telah menjadi subyek
Bahkan, melampaui atau memenuhi harapan
pada riset teoritis dan empiris. Boulding et al,
pelanggan dapat meningkatkan keuntungan
melalui tulisan mereka “ A Dynamic Process
yang berguna bagi perusahaan. Pesan dari
model of Service Quality: From Expectation to
mulut ke mulut berkembang dari pelanggan
Behavioral Intentions” dalam Journal of
yang sudah ada yang terkadang
marketing Research, February 1993
menginformasikan ke pelanggan baru yang
membedakan dua standar harapan atas layanan
lebih banyak.

36
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

yaitu “will expectation” dan “should dalam satu perusahaan yang sama, bahkan oleh
expectation” (Bateson, 2005). Will expectation personil yang sama terhadap jasa yang sama
berhubungan dengan “ apa yang diyakini sekalipun. Pelanggan memahami hal itu dan
pelanggan akan diterima”. Sedangkan should masih bias menerima keragaman yang ada
expectation mewakili sebuah standar sepanjang tidak lebih rendah dari tingkat
normative yang berhubungan dengan “ apa adequate service dan desired service, yang
yang seharusnya diterima”. Dengan penelitian disebut zone of tolerance. Zone of tolerance
exploratory yang mendalam Zeithaml et al bersifat dinamis, artinya bisa bertambah luas
(1993) membangun model yang mampu atau berkonstraksi. Dalam dinamika diatas,
menjelaskan harapan dan sumber-sumber batas atas adalah desired service level
pembentuknya. Model yang dihasilkan terdiri cenderung lebih stabil dan tetap.
dari empat bagian, yaitu:
2. Antecedents dari desired service
1. Komponen Expected service Tingkat desired service dipengaruhi oleh 6
antecedent, dua diantaranya adalah: (1)
Expected service terdiri dari dua tingkatan
enduring service intensifiers, dan (2) personal
yaitu, desired service dan adequate service.
needs.
Desired service terbentuk oleh apa yang
diyakini pelanggan” dapat terjadi (can be)” Enduring service intensifier adalah faktor
dan “ seharusnya terjadi (should be)”. individual, stabil yang membuat pelanggan
Meskipun pelanggan mengharapkan desired meningkatkan sensitifitas terhadap jasa. Salah
service, namun mereka sadar belum tentu satu faktornya adalah derived service
terpenuhi. Jadi, mereka menetapkan batas yang expectation, dimana harapan pelanggan
lebih rendah, yang disebut adequate service, didorong oleh pihak lain. Enduring service
yaitu tingkat dimana pelanggan masih bisa intensifier yang lain adalah personal service
menerima. philosophy, yaitu generic attitude pelanggan
atas makna jasa dan jasa yang sepantasnya
Seperti telah dijelaskan pada awal bab
dilakukan oleh penyedia jasa (service
ini, Jasa memiliki karakteristik yang intangible
provider).
atau tidak berwujud; inseparability yang
merupakan keterkaitan antara penyedia jasa Personal needs merupakan faktor kedua yang
dan pelanggan kepada jasa; variability yang menentukan tingkat desired. Personal needs
merefleksikan variasi dalam konsistensi dari dapat terbagi lagi menjadi beberapa sub-
satu transaksi jasa ke transaksi lainya; kategori, termasuk physical, sosial, dan
perishability atau tidak bisa disimpan (Kotler, psikologis.
2000).
3. Antecedents dari adequate service
Konsekuensinya kinerja jasa bervariasi Tingkatan ini dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu;
antar perusahaan sejenis, antar karyawan (1) transitory service intensifiers, (2) perceives

37
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

service alternatives, (3) customer self- Ada tiga faktor yang mempengaruhi desired
perceived service role, (4) situational factors service dan predicted service, yaitu; (1)
dan (5) predicted service.Transitory service explicit service promises, (2) implicit service
intensifier bersifat sementara, biasanya bersifat promises dan (3) word-of-mouth
jangka pendek, merupakan factor individual communication. Sedangkan yang dikategori-
yang dapat membuat pelanggan menaikkan kan sebagai faktor internal adalah past
sensitivitas terhadap jasa. experience Explicit service promises adalah
obligasi dimana perusahaan berjanji pada diri
Perceived service alternative adalah
mereka melalui iklan mereka, personal selling,
persepsi pelanggan atas sejauh mana
kontrak dan bentuk-bentuk lain dari
pelanggan bisa mendapat pelayanan yang lebih
komunikasi. Implicit service promises adalah
baik dari perusahaan lain. Jika pelanggan
oblogasi dimana perusahaan berjanji pada diri
memiliki beberapa penyedia jasa atau
sendiri melalui bentuk-bentuk tangible yang
pelanggan memiliki kemampuan untuk
ada disekitar jasa dan harga dari jas yang
melakukannya sendiri, maka tingkat adequate
diberikan. Word-of-mouth communication
service akan naik.
adalah informasi yang tidak bias dari
Self-perceived role merupakan seseorang yang telah mendapatkan
persepsi pelanggan tentang sejauh mana pengalaman dari jasa yang diberikan, seperti
pelanggan dapat mempengaruhi tingkat jasa teman, keluarga atau konsultan. Past
yang mereka terima. Hal ini merupakan faktor experience adalah pengalaman pelanggan
penting jika dikaitkan dengan jasa dimana sebelumnya dari penyedia jasa.
pelanggan terlibat dalam proses pelayanan,
seperti asuransi mobil misalnya, Zone of
tolerance akan melebar ketika mereka merasa Kualitas Jasa (Service Quality)
tidak menjalankan perannya, demikian
sebaliknya. Menurut Hoffman & bateson (2002)
hal terbaik untuk membahas service Quality
Situational factor didefinisikan sebagai adalah dengan membedakannya terlebih
service-performance contingencies dimana dahulu dengan pengukuran kepuasan
pelanggan menerima layanan yang tidak pelanggan. Kebanyakan ahli setuju bahwa
memadai namun dapat dimaklumi karena di kepuasan pelanggan merupakan kegiatan
luar kontrol penyedia jasa.Predicted service jangka pendek, pengukuran spesifik transaksi,
merupakan tingkat jasa yang pelanggan yakini sedangkan service quality merupaka suatu
akan diterima mereka. sikap yang dibentuk dari penampilan jangka

4. Antecedents dari desired service dan panjang dan merupakan evaluasi dari seluruh

predicted service. penampilan itu sendiri. Meskipun demikian


kualitas jasa memiliki kesamaan dalam

38
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

kerangka kerja dalam expectation, perceived (PSQ) terjadi karena perbedaan standar
performance dan disconfirmation seperti yang pembanding yang digunakan pelanggan dalam
digunakan dalam penentuan tingkat kepuasan penilaian tersebut. Penilaian kepuasan
pelanggan (Bowersox & Cooper, 2002). pelanggan dihasilkan dengan membandingkan
predicted service dan perceived service.
Hasil penelitian Zeithaml et al (2003)
Sementara kualitas jasa adalah hasil dari
memperjelas perbedaan antara kualitas jasa
membandingkan desired service dan perceived
dan kepuasan pelanggan. Perbedaan antara
service. Perbedaan antara kualitas jasa dengan
penilaian kepuasan pelanggan (Customer
Kepuasan pelanggan dapat dilihat pada gambar
Satisfaction) dan perceived service quality
2.1.
Gambar 2.1.
Comparison between Customer Evaluation of Perceived Quality and Satisfaction
EXPECTED 
Desired 
SERVICE 
Service  Predicted 
PSQ GAP 5A
Perceived Service   Service 
Superiory
Adequate 
Service 

PSQ GAP 5B
Perceived Service
Adequency

   Perceived 
Service 
Satisfaction 
(Sumber: Valerie A.Zeithaml, Leonard Berry, & A. Parasuraman, “ The Nature And Determinants of
Customer Expectation of Service”. Journal of Academimy of Marketing Science, Vol.21, No. 1. p. 1 –
12, 1993)

Semakin kecil gap antara desired service langsung dalam pengukuran kepuasan
dengan perceived service semakin tinggi pelanggan, sedangkan dalam pengukuran
perceived service superiority. Semakin kecil kualitas Jasa predicted service berperan secara
gap antara desired service dan perceived tidak langsung (gap 5B) dengan
service semakin tinggi perceived service mempengaruhi adequate service (Zeithaml et
superiority Predicted service memainkan peran al, 2003)

39
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Pengukuran Kualitas Jasa Penerapan SERVQUAL pada lintas kultur


merupakan isu tersendiri, mengingat
(Metode SERVQUAL)
instrumen ini dikembangkan di lingkungan
Pengukuran kualitas layanan dan alat negara barat. Dounthu dan Yoo (1998),
ukurnya merupakan bagian penting dalam melakukan penelitian mengenai efek dari
kualitas layanan. Metode yang sekarang orientasi kultural terhadap harapan
banyak digunakan adalah SERVQUAL karena pelanggan atas kualitas jasa. Hasil
didasarkan pada penelitian yang komprehensif penelitian mereka menunjukkan bahwa
dan hingga saat ini masih merupakan alat ukut sebagai hasil orientasi kultural, customer
yang memadai dalam mengukur kualitas jasa expectation bervariasi dalam keseluruhan
meskipun banyak mendapat kritik. (McDonell kualitas jasa dan pada setiap dimensi
& Gatfield, 1999; Wisniewski, 2001; Zhao, kualitas jasa (Zhao et al, 2002).
2002; Hoffman & Bateson, 2002; Schacherer,
Pada mulanya, A.Parasuraman, Valerie
2002). Kritik yang banyak diungkapkan
A.Zeithaml dan Leonard L.berry pada tahun
terhadap SERVQUAl antara lain adalah:
1985 mengajukan konseptual kualitas jasa
1. Kuisioner yang terlalu panjang, dimana yang terdiri atas 10 dimensi, yaitu reliability,
untuk setiap bagian persepsi (P) dan responsiveness, cpmpetence, access, courtesy,
harapan (E) terdapat 22 pertanyaan yang communication, credibility, security,
dipandang melelahkan (Hoffman & understanding/knowing the customers dan
Bateson, 2002). tangible (Bowersox & Cooper, 1992).
2. Validitas instrumen Kemudian melalui uji empiris di tahun 1988
Beberapa studi penerapan metode mereka mengembangkan model SERVQUAL
SERVQUAL pada industri jasa yang berdasarkan modifikasi model terdahulu
berbeda gagal mendapatkan kelima dimensi menjadi 22 atribut dalam 5 dimensi, yaitu
pada model SERVQUAL (Markovic & tangible, reliability, responsiveness, assurance
Horvat, 1999; Lee et al, 2000; Zhao et al, dan empathy (lee.et al, 2000) Hubungan antara
2002) Dimensi SERVQUAL dan kesepuluh dimensi
awal dapat dilihat pada table. 2.1.
3. Faktor kultural

40
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Tabel.2.1.

Hubungan antara Dimensi SERVQUAL dan Kesepuluh Dimensi Awal untuk Evaluasi
Kualitas Jasa (Service Quality)

Original Ten Dimension SERVQUAL Dimension


for Evaluating Service Tangible Reliability Responsiveness Assurance Empathy
Quality
Tangible ∗
Reliability ∗
Responsiveness ∗
Competence ∗
Courtesy
Credibility
Security
Access ∗
Communucation
Understanding/Knowing
the Customer
Sumber: A.Parasuraman, “Quality of Service and Customer Satisfaction”, Library Assesment and
Benchmarking Institute (LAB 2002), Monterey, CA, September 13, 2002

Dimensi Service Quality model terbaru pelanggannya dan memberikan pelayanan


dijelaskan sebagai berikut: yang segera. Dimensi ini terdiri dari empat
atribut pertanyaan.
1. Tangible.: Dimensi ini mencakup
4. Assurance; Dimensi ini mencakup hal-
fasilitas fisik, peralatan, personil dan
hal mengenai pengetahuan dan keramahan
material komunikasi. Dimensi ini
karyawan perusahaan serta kemampuan
merefleksikan kinerja perusahaan terkait
mereka dalam membangun keyakinan dan
dengan kemampuannya mengelola
kepercayaan dari pelanggan. Dimensi ini
tangibility assetnya dalam memberikan
terdiri atas empat atribut pertanyaan.
jasa. Dimensi ini terdiri dari empat atribut
5. Empathy; Dimensi ini mencakup hal-
pertanyaan.
hal mengenai keperdulian dan perhatian
2. Reliability: Dimensi ini mencakup hal-
individu dari perusahaan kepada pelanggan.
hal yang terkait dengan kemampuan
Dimensi ini terdiri atas lima atribut
perusahaan mewujudkan jasa yang
pertanyaaan.
dijanjikan secara akurat dan diandalkan.
Nilai kualitas jasa diperoleh dari gap antara
Dimensi ini merefleksikan kinerja
persepsi (P) dan Harapan (E) pada masing-
perusahaan secara konsisten dan handal.
masing dimensi. Gap positif berarti persepsi
Dimensi ini terdiri dari 5 atribut
melampaui harapan, sebaliknya gap negatif
pertanyaan.
berarti berada di bawah harapan. Salah satu
3. Responsiveness; Dimensi ini mencakup
cara utama dalam membedakan suatu
keinginan perusahaan untruk membantu

41
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

perusahaan jasa adalah mengetengahkan hal tersebut dan setelah mendapatkannya akan
dengan konsistensi jasa yang bermutu lebih membandingkan pelayanan yang dirasakan
tinggi dibandingkan pesaing mereka. Harapan dengan yang diharapkan. Model Kualitas Jasa
utamanya adalah menyesuaikan atau melebihi yang dijabarkan oleh .Zeithmal et al (1988),
harapan kualitas jasa pelanggan. Harapan menjelaskan tentang terbentuknya persepsi
pelanggan merupakan hasil dari pengalaman pelanggan dan penilaian kualitas jasa yang
mereka, kata-kata orang dan iklan perusahaan. diterimanya.
Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan
Gambar.2.2.Model Konseptual Kualitas Jasa - The Gap Analysis Model

Word‐of‐mouth  Personal Needs Past Experience 


Communication 

Expected Service

Perceived Service 
Customer 

GAP 5  Service Delivery  External  


(Including pre & post contact)  Communication to 
Customers 

GAP 3 
Marketer  Translation of Perseptions into 
Service Quality Spec. 

GAP 2 
Management  
Perseptions of  
Customer Expectation 

42
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Hasil Analisis Kesenjangan (criterion-related validity), dan construct


validity, yaitu menunjukkan sejauh mana suatu
Uji Reliabilitas test mengungkap suatu trait atau konstrak
teoritik yang hendak diukurnya (Azwar,2001).
Reliabilitas berhubungan degnan
konsistensi. Suatu instrumen dikatakan reliable a. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
jika instrumen tersebut konsisten dalam Analisis ini digunakan untuk melihat
memberikan penilaian atas apa yang dia ukur perbandingan antara persepsi pelanggan
(Kountur, 2003). Bagi riset pemasaran terhadap tingkat harapan (expected) suatu
reliabilitas merupakan tendensi dalam diri atribut dengan tingkat kepuasan (satisfaction)
responden untuk merespon dengan cara yang yang dirasakan oleh pelanggan atas pelayanan
sama terhadap pertanyaan yang identik. Jika yang selama ini didapatkan (performance).
sebuah pengukuran dikatakan reliable, artinya
bebas dari”random respon error”, atau dengan Selisih dari nilai mean tingkat kepuasan dan

kata lain responden tersebut konsisten dan nilai mean dari tingkat harapan suatu atribut

tidak merespon secara random/asal- merupakan nilai gap untuk atribut tersebut..

asalan(Burn & Bush, 2000). Apabila nilai gap tersebut adalah positif, maka
hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Untuk mengukur reliabilitas ini,penulis tersebut telah berhasil memuaskan harapan
menggunakan metode yang digunakan oleh pelanggan atas kualitas jasa yang diberikan.
Parasuraman et al (1988), yaitu pendekatan
internal consistency dengan menghitung b. Importance- Performance Analysis
Jumlah jawaban responden dari setiap atribut
Cronbach’s α coefficient, yang juga
dihitung rata-ratanya, sehingga diperoleh nilai
merupakan indikator yang paling sering
mean dari masing-masing atribut. Nilai
digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam
tersebut dimasukkan dalam Importance-
riset-riset kepuasan pelanggan dan kualitas
Performance Matrix agar dapat diketahui letak
layanan (markovic 7 Horvat, 1991) untuk
dari masing-masing atribut. Nilai mean kinerja
atribut-atribut dalam setiap dimensi pada
(performance) dan nilai mean kepentingan
kelompok persepsi (P), harapan (E) dan tingkat
(Importance) dari masing-masing atribut
kepentingan (TK).
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya
Uji Validitas, sehingga diperoleh nilai batas antar kuadran.

Uji validitas dilakukan untuk melihat Sebelum dilakukan hal di atas, maka perlu
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu dilakukan beberapa analisis, yaitu:
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
• Analisis tingkat kepentingan
Pada umumnya, validitas digolongkan dalam
(importance analysis), adalah analisis
tiga kategori, yaitu (1) validitas isi (content
untuk mengetahui persepsi mengenai
validity), validitas berdasarkan kriteria

43
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

tingkat kepentingan suatu atribut dalam telah berhasil dilaksanakan perusahaan


mendorong pelanggan untuk menggunakan karena dianggap penting dan sangat
produk jasa yang digunakan. memuaskan. Untuk itu, pihak
• Analisis kinerja (Performance Analysis) manajemen harus tetap selalu
Analisis kinerja adalah analisis untuk
mempertahankan tingkat tersebut.
menentukan tingkat kepuasan responden
terhadap atribut produk yang ditanyakan, • High Importance, Low Performance
karena menurut Supranto (1997, p.28) (kuadran 2) = Atributes to
tingkat kinerja yang baik akan improveAtribut-atribut yang ada dalam
menimbulkan tingkat rasa puas bagi kuadran ini dianggap mempunyai
pelanggan (tingkat kinerja sama dengan performance jangka pendek yang kritis
tingkat kepuasan). Metode statistik yang serta mempengaruhi kepuasan
digunakan dalam analisis ini adalah mean pelanggan karena atribut pada kuadran
dan standar deviasi. ini dianggap sangat penting bagi
pelanggan, namun pihak manajemen
Hasil dari dua analisis diatas dipetakan dalam
belum melaksanakannya sesuai
Importance-performance matrix, yang
keinginan pelanggan.
merupakan matriks dua dimensi yang
• Low Importance, Low
membandingkan persepsi mengenai tingkat
Performance (kuadran 3) = Atributes
kepentingan (high and low) dengan
to maintain
performance (high and low) suatu atribut.
Kuadran ini menunjukkan atribut-
Dengan memetakan atribut dalam dua dimensi atribut yang kurang penting
(importance dan performance) maka atribut- pengaruhnya bagi pelanggan dan
atribut tersebut bisa dikelompokkan ke dalam pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-
salah satu dari empat kuadran, yaitu: biasa saja.

• High Importance, High Performance • Low Importance,High

(kuadran 1) = Maintain performance Performance (kuadran 4) = Atributes

Atribut-atribut yang ada pada kuadran to emphasize


Kuadran ini menunjukkan atribut-
ini merupakan kunci atau faktor penentu
atribut yang dianggap kurang penting
utama yang langsung mempengaruhi
pengaruhnya bagi pelanggan tetapi
kepuasan pelanggan. Kuadran ini
pelaksanaannya oleh perusahaan
menunjukkan unsur jasa pokok yang
berlebihan.

44
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

Posisi setiap atribut produk pada 4 kuadran Importance-performance Matrix dapat dilihat pada
gambar 2.3.

Gambar 2.3
Importance-performance Matrix

High Kuadran 2 Kuadran 1

Importance Kuadran 3 Kuadran 4

Low High
Performance

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Gronroos, Christian, Service Management and
Edisi ketiga, Yogyakarta: Pustaka Marketing: Managing the Moment of
Pelajar, 2001. Thruth in Service Competition,
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Singapore: Maxwell Macmillan
Akreditasi Program Studi Jenjang Publishing.1990.
Sarjana (S1) hasil penilaian tahun Handi Irawan, 10 prinsip Kepuasan
1996 – 1997, Jakarta : Direktorat Pelanggan, Edisi kedua, Jakarta:
Umum edpartemen Pendidikan dan PT.Elex Media Komputindo, 2002.
kebudayaan. Hoffman, K.Douglas & bateson, John E.G.,
Bateson, John E.G., Managing Service Essentials of Service Marketing:
Marketing, 3rd edition, Orlando, Concepts, Strategies & Cases, 2nd
Florida: Dryden press, 1995. edition, Orlando, Florida: Harcourt
Boulding et.al,” A Dynamic Process Model of College Publishers, 2002.
Service Quality : From Expectation to Julia Blixrud, Evaluating Library Service
Behavioral Intentions,” Journal of Quality : Use of LibQUAL + TM,
Marketing Research, february 1993 Kansas City, MO, Association of
dalam Research Libraries, 2002.
Bateson, John E.G., Managing Services Kontour, Ruru, Metode Penelitian Untuk
Marketing, 3rd edition, Orlando, Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:
Florida: Dryden Press, 1995. Penerbit PPM, 2003
Bowersox, Donald J.Cooper, M.Bixby, Kotler, Phillip, Marketing Management
Strategic Marketing Channel (Analysis, Planning, Implementation,
Management, International Edition, and Control), New Jersey: Prentice-
Singapore: Mcgraw-Hill Book Co., Hall International, Inc., 2000.
1992. Lee, haksik et al,”The Determinant of
Burns, Alvin C., & Bush, Ronald F. Marketing perceived service Quality and its
Research, Third Edition, International relationship with satisfaction:, Journal
Edition, New jersey : Prentice Hall, of Service Marketing, Vol.12, No.3,pp.
Inc., 2000 271 – 231, 2000.
Cravens, David W. & Piercy, Nigel F., Lovelock, Chirstopher H., Service Marketing,
Strategic Marketing, 7th edition, New New jersey: prentice Hall
york: McGraw-Hill/ Irwin, 2003. International., Inc., 1997
Crosby, P.B., Quality is Free the art of making Markovic, Susana & Horvat, Jasna, Customer
Quality Certain, USA : Mc Graw Hill Satisfaction Measurement,
Book Company, 1979

45
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 1, No. 1, Oktober 2013

http://www.efos.hr/hrv/nastavnici/jhor Service Quality”, Journal of


vat/jasna3.pdf. Marketing, American Marketing
McDonnel, John & Gatfield, Terry, Association, April,p.36, 1988.
SERVQUAL as Cultural Agent in the Zeithaml, Valerie A.et al,”The Nature and
Australian Public Sector, Determinants of customer expectations
http://130.195.95.71.:www/ANZMAC of service”,, Journal of Academy of
1998/Cd Room/McDonnel Marketing Science, Vol. 21, No.1, pp.
278.pdf,1988 1- 12, 1993.
Parasuraman, A., et al, A Conceptual Model of Zhao, Xiande et.al,” An Empirical Assessment
Service Quality and its Implication for and Application of SERVQUAL in a
Future Research, in B.M.Enis, mainland Chinese departement Store,
K.K.Cox, and M.P.Mokwa (Eds), Journal of Total Quality management,
Marketing Classic: A Selection of Vol.13, No.2, pp. 241 – 254, 2002
Influential Articles, 8th ed., Englewood
Cliffs, New jersey: Prentice Hall, Inc.,
1985
Parasuraman, A., et al, Reassessment of
Expectation as a Comparison
Standard in Measuring Service
Quality: Implication for Further
research, Journal Marketing, Jan.,
pp.111 – 124, 1994
Parasuraman, A., et al, SERQUAL:A multiple –
item Scale for measuring Consumer
perceptions of Service Quality, Journal
of Retailing, Spring, pp 12 – 40 , 1988
Santoso, Singgih & Tjiptono, Fandi, Riset
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS, Jakarta: Penerbit Elex
Media Komputindo, 2001
Santoso, Singgih, SPSS Statistik Multivariat,
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo,
2002.
Schacherer, Marc,” A methodolical approach
to extending SERVQUAL to measure
the internal service quality between
employer and employee”, Research
Paper No.3,DBA Anglia Business
School,
http://www/.schacherer.de/marc/phd/p
3.doc,2002

Supranto, Johanes, Pengukuran Tingkat


Kepuasan Pelanggan: untuk
Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1997.
Winieski, M., “ Using SERVQUAL to assess
customer satisfaction with local
authority services”, Research Paper
No. 2001/9, Strathclyde Business
School, Glasgow, Scotland,
ftp:///www.managementscience.org/m
ansci/paper/wp 019.pdf,2001
Zeithaml, Valerie A.et al,” Communication
and Control processes in Delivery of

46

Anda mungkin juga menyukai