Makalah Kelompok 3-1
Makalah Kelompok 3-1
KHUSUS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
LATAR BELAKANG
Disabilitas berasal dari serapan kata berbahasa Inggris “disability atau
disabilities” yang menggambarkan adanya ketidakmampuan atau
kekurangan yang terdapat pada fisik maupun menta, sehingga
menyebabkan terjadinya keterbatasan pada pengidapnya untuk
melakukan suatu aktivitas
3.Kategori parah: Tingkat ketajaman visual yang lebih buruk dari 6/60
2
4.Kategori kebutaan:Tingkat ketajaman visual yang lebih buruk dari
3/60 atau sering dinyatakan 1/∞ (satu per tak terhingga).
Dalam kondisi buta total, penderita tidak akan dapat melihat apa-
apa. Sementara itu, ciri-ciri tunanetra sebagian dapat ditandai
dengan penglihatan berkabut, tidak mampu melihat suatu bentuk,
hanya melihat bayangan, atau sulit melihat di malam hari.
3
• Fase prenatal (sebelum kelahiran): terjadi saat bayi masih
dalam kandungan, seperti kelainan genetik, gangguan
pembentukan saraf, dan infeksi yang menyerang otak.
• Fase perinatal (saat kelahiran): terjadi saat bayi dilahirkan,
seperti pinggul ibu yang terlalu kecil, posisi bayi sungsang,
perdarahan otak saat kelahiran, atau pemakaian anestesi (bius)
secara berlebihan.
• Fase postnatal (setelah kelahiran): terjadi setelah bayi
dilahirkan, seperti mengalami penyakit infeksi yang menyerang
otak, kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala, hingga
amputasi anggota badan.
4
rusak karena tidak terlatih untuk terus bergerak/bekerja.Olahraga
adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan
meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan
kualitas hidup).Berbicara tentang olahraga disabilitas, bukan hanya
sekadar berbicara tentang sport science dan competition rules,
melainkan berbicara mengenai.
Hal yang lebih luas dalam kehidupan ini. Saat berbicara tentang
olahraga disabilitas, haruslah memiliki komitmen terlebih dahulu
untuk menumbuhkan respect (rasa hormat) bagi kaum disabilitas
baik itu atlet, pelajar, maupun masyarakat umum.Rasa hormat
tersebut dapat diwujudkan dengan cara yang sederhana, seperti
tidak lagi menggunakan sebutan yang kasar bagi kaum disabilitas
(sebaiknya gunakan kata luar biasa, berkelebihan khusus atau difabel
different ability), hingga dengan cara yang lebih elegan dengan tidak
menjadikan mereka sebagai objek, melainkan sebagai subjek dalam
olahraga disabilitas. Karena secara pribadi mungkin pembaca lain
juga memiliki pandangan seperti demikian penulis memiliki
keyakinan bahwa semua sama,sama-sama menarikan keindahan tari
kehidupan dalam dunia ciptaan Sang Pemilik Kehidupan, jadi tak
perlu lagi terjadi pelecehan, diskriminasi, dan marginalisasi terhadap
kaum disabilitas.dengan ini kami mewawancarai salat satu atlet
disabiltas. Berikut dibawahn ini adalah rangkuman isi observasi kami.
JUNIVOR BATEE adalah seorang atlet disabilitas tuna netra low vision
judo yang berdomisili di kota medan yang berumur 40 tahun ,Ketika
menduduki bangku sekolah dasar tepatnya kelas 3 sd.
5
internasional,sebagai contoh empat bulan kemarin iyah meraih juara
2 jodu di ajang APG (ASEAN PARA GAMES) di SOLO, dan sekarang ia
terus berlatihan untuk persiapan PEPARNAS( Pekan Paralimpiade
Nasional) yang akan di selanggarakan. Perjuangan JUNIVOR BATEE
tak berhenti disitu saja, ia kini terus berlatih dan tetap optimis untuk
terus mencapai prestasi setinggi – tingginya dann terus menerus
berjuang hingga detik ini.
6
Mereka tidak menganggap keterbatasan yang mereka miliki sebagai
beban. Justru dari keterbatasan itulah mereka memiliki kekuatan.
Meskipun mereka tidak bisa mendengar, melihat atau yang lainnya,
namun mereka tetap semangat dan berusaha untuk mewujudkan
impian mereka.
Lalu bagai mana dengan kita? Harusnya kita juga bisa dong,
menjadikan kelemahan yang kita miliki sebagai kekuatan yang bisa
mengantarkan kita pada kesuksesan.
SARAN
7
dari atlet-atlet disabilitas naisonal/internasional untuk
menjadikan acuan mencapai prestasi yang lebih baik
• Kepada keluarga dan masyarakat agar dapat memberikan
dukungan serta perhatian yang lebih kepada atlet disabilitas
seperti memotivasi mereka sebelum latihan dan pada saat
pertandingan agar mereka lebih merasa dihargai oleh
masyarakat serta lebih bersemangat dalam mencapai prestasi.
• Kepada pemerintah, diharapkan agar pemerintah lebih
memperhatikan atlet penyandang disabilitas terkait minimnya
dana bagi atlet NPC, atlet penyandang disabilitas semestinya
disetarakan dengan atlet dalam naungan KONI. Sebab, prestasi
atlet disabilitas tidak kalah di banding atlet umum dan perlu
dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki anak
atau keluarga yang penyandang disabilitas agar orang tua bisa
memahami bahwa anaknya memiliki bakat yang terpendam
dalam dirinya, supaya bisa menyalurkan bakatnya dibidang
olahraga, kesenian dan keterampilan. Serta perlunya diadakan
seminar untuk orang tua atlet penyandang disabilitas
mengenai pentingnya
• Kepada atlet penyandang disabilitas, diharapkan untuk lebih
meningkatkan kepercayaan diri agar bisa bangkit dari rasa
rendah diri dan keterpurukan dengan cara melihat motivasi
dari atlet-atlet disabilitas naisonal/internasional untuk
menjadikan acuan mencapai prestasi yang lebih dukungan
keluarga dalam meraih prestasi.
DOKUMENTASI :
8
LINK VIDIO :
https://drive.google.com/file/d/
1fk58KDYHE4YKlHzVlPrNjEPCkKiacA7r/view?
usp=drivesdk