Anda di halaman 1dari 12

Gasal 2022 / 2023

MATAKULIAH :
METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN :
Prof Dr. Drs. Ec. SLAMET RIYADI, ,M.P., M.M
PERSEPSI MASYRAKAT PADA ATURAN PENERAPAN
PROTOKOL KESEHATAN UNTUK MENCEGAH
COVID – 19 DI SURABAYA

DIBUAT OLEH:

NAMA : Afbran Rama Okdiva


NIM : 202011320003
PRODI : Manajemen / A

UNIVERSITAS DR. SEOTOMO


SURABAYA
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal Metodologi Penelitian yang berjudul
persepsi masyarakat pada aturan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah covid-19 di
surabaya.adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas dari Prof Dr. Drs.
Ec. SLAMET RIYADI, ,M.P., M.M
pada mata kuliah Metodologi Penelitian selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan serta pengetahuan tentang persepsi masyarakat pada aturan penerapan
protokol kesehatan untuk mencegah covid-19 di surabaya
Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr. Drs. Ec. SLAMET RIYADI, ,M.P.,
M.M selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah tentang persepsi masyarakat pada aturan penerapan protokol
kesehatan untuk mencegah covid-19 di surabaya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan proposal ini.

Surabaya, 22 November 2022

Afbran Rama Okdiva


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya pandemi saat ini disebabkan oleh Corona Virus yang dapat menyebabkan
penyakit flu ringan hingga berat yang belum pernah dilaporkan menginfeksi manusia
sebelumya. Kemunculan penyakit yang disebabkan oleh Corona Virus di Kota Wuhan
awalanya dicurigai sebagai Pneumonia dengan gejala batuk, demam, letih, sesak napas, dan
tidak nafsu makan. Berbeda dengan influenza, gejala infeksi akibat Corona Virus
berkembang cepat dan dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian (Mona, 2020).
Upaya untuk memutus penyebaran dan penularan Covid-19 cukup menjadi tantangan
di Indonesia karena berbagai faktor, dintaranya yaitu rendahnya kesadaran dan kedisiplinan
masyarakat, serta adanya budaya lokal seperti mudik pada hari-hari raya yang akan
menyebabkan mobilitas masyarakat (Wijanarko, 2020). Pemerintah telah menetapkan
peraturan penerapan New Normal (Normal Baru) yang diharapkan masyarakat dapat
beradaptasi sehingga resiko dan dampak dari Pandemi Covid-19 dapat diminimalisir dan
penularan dapat berkurang.
Di Indonesia kasus pertama COVID19 dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah 2 kasus. Data 31 Maret menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528
kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada tanggal 21 Juli 2020 tercatat
sebanyak 3.158 kasus positif COVID-19 di Jawa Tengah, dengan 625 kasus terkonfirmasi
meninggal dunia, lalu sebanyak 10.800 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dengan jumlah
1.216 orang dirawat, 8.099 dinyatakan sembuh dan 1.458 meninggal dunia (Suryaningrum et
al., 2021). Menurut data real time Covid19 Disurabaya tanggal 28 Juli 2021, terdapat jumlah
kasus sebanyak 163531 dengan penambahan yang signifikan setiap harinya, pada tanggal 28
Juli 2021 terdapat penambahan 383 kasus baru terinfeksi Covid-19.
Penyebaran virus corona secara global, masih terus bertambah dari hari ke harinya.
Melansir data dari laman Worldometers, hingga Rabu (28/7/2021) pagi, total kasus Covid-19
di dunia terkonfirmasi sebanyak 195.921.923 (195 juta) kasus (Bramasta, 2021). Cara yang
bisa dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus Covid 19 yaitu dengan cara sering
mencuci tangan dengan sabun, atau handsanitizer, memakai masker, mencuci tangan sebelum
menyentuh area muka, dan menaati etika batuk dan bersin yang benar (Mohar, 2021).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap perilaku menjalankan protokol kesehatan.
Immanuel (2020) menemukan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan signifikan
terhadap kepatuhan menjalankan protokol kesehatan dan Oktamade, Andrizal, Ginata et al
(2021) menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dalam
menerapkan protokol kesehatan selama pandemi. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap pelaksanaan protokol kesehatan. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah persepsi, pengetahuan, motivasi, keyakinan terhadap pencegahan
penyakit, lingkungan, dan kemampuan untuk mengakses sumber daya.
Peningkatan jumlah penderita yang terinfeksi Covid-19 angkanya terus bertambah
setiap harinya dengan rata-rata sebanyak 99.174 orang. Di Surabaya jumlah kasus rata-rata
setiap harinya mencapai angka 25-30 orang dengan kasus terkonfirmasi. Hal ini
dilatarbelakangi oleh perilaku masyarakat yang cenderung acuh dalam mentaati protokol
pencegahan Covid-19, masyarakat beraktivitas diluar rumah tanpa menjaga jarak bahkan
tidak menggunakan masker dan menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dan
menggunakan handsanitizer. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat sudah mulai jenuh dengan
pembatasan sosial yang direncanangkan pemerintah, ditambah lagi persepsi
masyarakat yang cenderung negatif terhadap virus Covid-19. Masyarakat hanya
mengupayakan bagaimana caranya setiap hari mereka tetap bekerja untuk menopang
perekonomian mereka tanpa menghiraukan larangan pemerintah. Untuk menghindari
penularan serta memutus mata rantai penularan, manusia sebaiknya melakukan kegiatan
pencegahan sesuai dengan yang sudah dianjurkan oleh pemerintah yaitu; melakukan
social distancing, mengatur pola makan yang seimbang, asupan gizi yang cukup untuk
menjaga imunitas tetap baik, memakai masker, menggunakan handsanitizer. Persepsi yang
baik pada masyarakat tentang penyakit Covid-19 akan selaras dengan perilaku masyarakat
terhadap kepatuhan mereka dalam mencegah penularan dengan mematuhi protokol
pencegahan penularan Covid 19.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap implementasi protokol kesehatan Covid-19
Disurabaya ?
2. Bagaimana perspektif warga sekitar surabaya terhadap implementasi protokol kesehatan
Disurabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap implementasi protokol
kesehatan Covid-19 Disurabaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana perspektif warga sekitar surabaya terhadap implementasi
protokol kesehatan Disurabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi kita dan bisa menambah data
informasi di lingkungan masyarakat terkait implementasi protokol kesehatan Covid-19
Disurabaya dan untuk mengetahui dari perspektif Warga sekitar surabaya. Serta dapat
dijadikan bahan bacaan maupun diskusi dan bisa dijadikan referensi untuk
penelitianpenelitian yang akan datang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
 Judul STRATEGI PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM
PENERAPAN TATANAN KEBIASAAN BARU DI MASA PANDEMI COVID-
19 DI KABUPATEN MALANG
Penulis : Nungky Wanodyatama Islami , Listyo Yuwanto, Edy Sudibyo
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini :
-Jenis dan metode penelitian dalam penelitian sebelumnya adalah deskriptif yang
mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif sedangkan penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif
- teori yang disampaikan oleh penelitian sebelumnya berfokus Tetang strategi peningkatan
kesadaran masyarakat di era new normal sedangkan pada penelitian ini berfokus pada teori
presepsi masyarakat terhadap implementasi protokol kesehatan dimasa pandemi
- pada penelitian sebelumnya berlokasi di kabupaten Malang sedangkan penelitian ini
berlokasi di Surabaya
persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
- objek yang dibahas sama-sama covid 19
aktor pendukung perilaku sehat masa pandemi antara lain
(1) perceived seriousness,
(2) perceived susceptibility,
(3) perceived benefits, dan
(4) cues to action.
 Judul Persepsi Masyarakat Desa Kureksari Terhadap Kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Di Kecamatan Waru Sidoarjo
Penulis : MuhamadAjiNugroho,DwiRetnaniSrinarwati,Bernadetta Budi Lestari
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
- Jenis dan Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

- Teori Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Desa
Kureksari menanggapi berbagai tanggapan yaitu sebagian besar setuju dan sebagian
tidak setuju karena dampaknya mengakibatkan kegiatan terhambat, pendapatan
menurun, pembelajaran kurang efektif.
- pada penelitian sebelumnya berlokasi di Kecamatan Waru Sidoarjo sedangkan
penelitian ini berlokasi di Surabaya
persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
- objek yang dibahas sama-sama covid 19
aktor pendukung perilaku sehat masa pandemi antara lain
(1) perceived seriousness,
(2) perceived susceptibility,
(3) perceived benefits, dan
(4) cues to action.

 Judul IMPLEMENTASI KEBIJAKAN VAKSINASI COVID-19 DI KELURAHAN GUBENG


SURABAYA
Penulis : Yerin Audri Asmono, Achluddin Ibnu Rochim, Bambang Kusbandrijo
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
- Jenis dan Metode dari penelitian ini yakni untuk mengetahui dan menganalisis
implmenetasi kebijakan vaksinasi covid-19 di Kelurahan Gubeng Surabaya. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif.
- Teori Hasil penelitian berdasarkan empat indikator Komunikasi, Sumber Daya,
Struktur Birokrasi, Disposisi bahwa implementasi kebijakan vaksinasi covid-19 di
Kelurahan Gubeng sudah berhasil dan berjalan dengan baik.
- pada penelitian sebelumnya berlokasi di Kelurahan Gubeng Sidoarjo sedangkan
penelitian ini berlokasi di Surabaya
persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
- objek yang dibahas sama-sama covid 19
aktor pendukung perilaku sehat masa pandemi antara lain
(1) perceived seriousness,
(2) perceived susceptibility,
(3) perceived benefits, dan
(4) cues to action.
2.2 Landasan Teori
A. Implementasi Protokol Kesehatan
Pengertian Implementasi
Menurut bahasa implementasi adalah hasil terjemah dari kata “implementation”, dan
juga merupakan kata kerja “to implement”. Yaitu, membawa ke suatu hasil (akibat);
melengkapi dan menyelesaikan”, atau “menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan
sesuatu; memberikan hasil bersifat praktis terhadap sesuatu”. Sedangkan secara istilah
implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang bertalian dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi adalah penerapan atau
pelaksanaan.
Oleh karena itu implementasi jika dirangkaikan dengan protokol kesehatan
merupakan sarana (alat) dalam pelaksanaan atau penerapan untuk penyelesaian dan
memperoleh hasil.
Pengertian Protokol Kesehatan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) protokol adalah surat-surat resmi
yang memuat hasil perundingan (persetujuan atau sebagiannya). Sedangkan kesehatan adalah
berasal dari kata sehat yaitu baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit),
kesehatan bermakna keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan (badan dan sebagainya)
Disimpulkan bahwasanya protokol kesehatan adalah berupa surat yang resmi, tidak
semerta-merta dikeluarkan karena itu merupakan ketika hasil dari perundingan demi
tercapainya keadaan yang diinginkan. Yaitu agar terhindar dari paparan virus Covid-19.
Bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita ketika mendengar protokol kesehatan, tentu tidak
terlepas dari kata 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak
serta menjauhi kerumunan). Ini merupakan cara efektif yang dapat diterapkan untuk
menghentikan penyebaran Covid-19.
Pernyataan World Health Organization (WHO), bahwa salah satu upaya untuk
melindungi diri dari penyakit ini adalah dengan rajin membersihkan tangan menggunakan
sabun dan berbahan dasar alkohol, hindari sering menyentuh pada area wajah yaitu mulut,
hidung dan mata, dan jaga jarak atau batasi kontak fisik dengan orang lain
B. Covid-19
Corona virus adalah virus RNA positif, berkapsul atau tidak tersegmentasi tunggal.
Coronavirus termasuk dalam ordo Nidovirales, famili Coronavirudae. Pada struktur virus
corona membentuk struktur seperti kubus yaitu protein S yang terletak di permukaan virus.
Protein S dan protein spike merupakan salah satu protein antigenik utama virus dan
merupakan struktur utama dalam penulisan gen. Protein S berperan saat penempelan dan
masuknya virus ke dalam sel inang (interaksi protein S dengan reseptornya pada sel inang).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Respiratory Syndrome Corona virus 2 (SARSCov-2) yaitu
coronavirus jenis baru dan belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Dalam hal
ini beberapa orang yang terinfeksi tidak terlihat adanya gejala dan tetap merasa sehat. Gejala
yang paling umum adalah demam, batuk kering dan munculnya rasa lelah. Pada kasus yang
berat bisa terserang dan dapat menyebabkan pneumonia, yaitu sindrom pernafasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gejala yang muncul pada awal terkena virus Covid-19
memang masih bersifat ringan, sehingga sering diabaikan. Padahal kasus ini harusnya segera
diatasi karena gejala virus ini bisa muncul secara bertahap dengan masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dan masa inkubasi terpanjang yaitu 14 hari
COVID-19 yang disebabkan oleh Sars-Cov-2 merupakan sebuah betacoronavirus.
Virus itu adalah terdiri dari sebuah untaian tunggal asam ribonukleat (RNA) struktur yang
termasuk dalam subfamili coronavirinae, bagian dari familicoronaviridae. Urutan analisis
Sars-Cov-2 telah menunjukkan atruktur khas dengan yang lain coronavirus, dan genom
tersebut telah disamakan dengan yang sebelumnya diidentifikasi ketegangan coronavirus
yang menyebabkan pecahnya SARS pada tahun 2003. Secara struktural, SARS coronavirus
(SARS-CoV) telah yang terdefinisi jelas komposisinya terdiri dari 14 ikatan residu yang
secara langsung berinteraksi dengan human-angiotensi-converting enzym 2. Dari asam
amino, 8 telah diidentifikasi dalam Sars-CoV-2. Pada manusia, coronavirus termasuk telah
menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan hingga teridentifikasi SARS-Cov dan MERS
Coronavirus (MERSCoV).
WHO juga berupaya dalam memperingatkan agar ditetapkannya wabah COVID-19
sebagai pandemi, dan tidak dijadikan sebagai alasan untuk khawatir secara berlebihan. Ini
dikarenakan menurut lembaga yang berbasis di Jenewa itu, banyak pemerintah negara dunia
yang sudah menemukan vaksin atau obat antivirus. Selain itu, gejala coronavirus yang pada
umumnya itu ringan dan kebanyakan orang sembuh dalam enam hari. “Jika menyatakan
pandemi memicu kepanikan global, ini dapat mengalahkan tujuannya yang mencoba untuk
meningkatkan kesadaran.

C. Dampak COVID – 19
Dampak covid – 19 ancaman merupakan keadaan dimana individu mempersepsikan
sebuah situasi negatif yang membuat mereka membutuhkan perlindungan diriancaman dibagi
menjadi dua yaitu ancaman realistik dan simbolik. Ancaman realistik berhubungan dengan
fisik (rasa sakit, siksaan dan kematian). Sementara ancama simbolik berhubungan dengan
agama, ideologi ataupun kepercayaan. Dalam kaitan dengan kepatuhan terhadap aturan dan
anjuran pemerintah selama covid-19, maka persepsi ancaman yang dimaksud adalah perspsi
ancaman simbolik atau fisik. Ketakutan akan terjangkit virus menjadi salah satu alasan
responden bertindak patuh.
Sosialisasi tentang bahaya penularan COVID-19 yang dilakukan pemerintah melalui
media massa juga belum dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khususnya di lapisan
bawah dengan tingkat pendidikan yang tergolong tidak tinggi. Pemilihan dan penggunaan
istilah atau katakata yang disampaikan oleh tim penanganan pandemi COVID-19 dinilai
terlalu berat dan masih asing di telinga masyarakat sehingga sangat sulit untuk dipahami.
Penggunaan istilah yang sudah mulai dikenal masyarakat, seperti Orang Dalam Pemantauan
(ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG) diganti menjadi
suspect, kontak erat, dan kasus konfirmasi tanpa gejala. Belum lagi istilah lain seperti
comorbid, social / physical distancing
lockdown, probable, reactive, specimen, isolasi, dan new normal. Kesulitan
memahami istilah-istilah tersebut tidak lantas menggerakkan orang untuk mencari penjelasan
lebih lanjut, justru sebaliknya menjadi acuh atau tidak peduli, diantara mereka ada yang
menjadikan istilah-istilah rumit itu sebagai bahan hiburan dan guyonan sehari-hari.
BAB III
METODEE PENELITIAN
3.1 Definsi operasional variabel
Implementasi Protokol Kesehatan
menerapkan protokol kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan dari
pemerintah pusat Peraturan penerapan protokol kesehatan didapatkan dari pemerintah pusat
dan untuk warga sekitar surabaya sudah menerapkan protokol kesehatan kepada masyarakat,
agar terhindar dari virus covid-19. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan masih banyak
warga sekitar surabaya yang tidak mematuhi protokol kesehatan, sehingga dapat mudah
terpapar virus covid-19 membuat kebijakan penerapan protokol kesehatan. Adapun indikator
yang mendukung Implementasi Kebijakan Penerapan Protokol Kesehatan di surabaya
Covid-19
Corona virus adalah virus RNA positif, berkapsul atau tidak tersegmentasi tunggal.
Coronavirus termasuk dalam ordo Nidovirales, famili Coronavirudae. Pada struktur virus
corona membentuk struktur seperti kubus yaitu protein S yang terletak di permukaan virus.
Protein S dan protein spike merupakan salah satu protein antigenik utama virus dan
merupakan struktur utama dalam penulisan gen. Protein S berperan saat penempelan dan
masuknya virus ke dalam sel inang (interaksi protein S dengan reseptornya pada sel inang).
Dampak COVID – 19
Dampak covid – 19 ancaman merupakan keadaan dimana individu mempersepsikan
sebuah situasi negatif yang membuat mereka membutuhkan perlindungan diriancaman dibagi
menjadi dua yaitu ancaman realistik dan simbolik. Ancaman realistik berhubungan dengan
fisik (rasa sakit, siksaan dan kematian). Sementara ancama simbolik berhubungan dengan
agama, ideologi ataupun kepercayaan. Dalam kaitan dengan kepatuhan terhadap aturan dan
anjuran pemerintah selama covid-19, maka persepsi ancaman yang dimaksud adalah perspsi
ancaman simbolik atau fisik. Ketakutan akan terjangkit virus menjadi salah satu alasan
responden bertindak patuh.
3.2 Popilasi & Sampel
Dalam penelitian menjadi objek penelitian penerapan protokol kesehatan untuk mecagah
covid – 19. Dalam pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode deskriptif
seperti keadaan, situasi, kondisi, peristiwa-peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Maksud dari
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kondisi-kondisi,
keadaan, atau hal-hal lain seperti yang telah disebutkan, dan hasilnya disajikan dalam sebuah
laporan penelitian
3.3 Jenis dan Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari subjek data yang diperoleh. Jika
peneliti menggunakan kuesioner dan wawancara dalam pengumpulan data,
maka sumber data tersebut adalah responden, yaitu orang yang menanggapi
dan menjawab pertanyaan dari peneliti, entah itu pertanyaan tertulis maupun
lisan.
3.4 Hipotesis
 Implementasi Protokol Kesehatan
 Covid – 19
 Dampak Covid – 19
3.5 Teknik Analisis
Dalam hal menganalis data tentu ada tekniknya, dan teknik yang digunakan
adalah teknik kualitatif. Yaitu yang dinyatakan dalam bentuk verbal yang
diolah menjadi jelas dan akurat. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
pengumpulan dalam periode tertentu selesai. Setelah pengumpulan dilakukan
secara sistematis kemudian memperoleh kesimpulan, kemudian dianalisa lagi
menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan suatu keadaan atau
fenomena yang terjadi sampai pada tahap tertentu hingga diperoleh data yang
dianggap kredibel. Dalam hal ini beberapa teknis yang digunakan dalam
penelitian ini:.
1) Reduksi data adalah proses pemilihan, memusatkan perhatian pada
penyederhanaan, mengabstraksi, mentransformasikan data kasar yang muncul
dari catatan-catatan di lapangan, Agar tidak terjadinya penumpukan data perlu
mereduksi data, memilih dan mencatat hal-hal pokok dari data tersebut.
2) Penyajian data merupakan kumpulan informasi yang tersusun, dan
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan untuk
mengungkapkan data secara menyeluruh dari kumpulan data yang telah ada
dan tersedia.
3) Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Dan dari kesimpulan yang ada itu
merupakan kesimpulan akhir setelah melalui beberapa kesimpulan awal. Dan
kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama di lapangan diverifikasi selama
penelitian berlangsung yaitu meninjau kembali catatan yang di lapangan
hingga tercapainya penegasan kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai