Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan diagnostik untuk menetapkan adanya gangguan fungsi hepar

meliputi pemeriksaan terhadap dan tindakan sebagai berikut ini


(Baradero, dkk 2008) :
1. Biopsi hati untuk mendeteksi destruksi dan fibrosis jaringan hati.
2. Scan hepar --> menunjukkan abnormalitas ketebalan dan massa hati.
3. CT scan --> menentukan ukuran hepar dan nodus permukaan yang tidak
teratur.
4. Esofagopati untuk menentukan adanya varises esofagus.
5. Parasentesis untuk menentukan carian asites (mengetahui sel,
protein, dan jumlah bakteri).
6. UGS abdomen untuk melihat densitas sel-sel parenkim hati dan
jaringan parut.
7. Perbedaan PTC ekstrahepatik akibat ikterus dari obstruksi
intrahepatik.
8. Pemeriksaan laboratorium fungsi hati yang bisanya ditemukan adalah
kadar albumin serum yang cendurung menurun, kadar serum glutamik
aksaloaseik transaminase (SGOT) dan serum glutamik piruvik
transaminase (SGPT) yang meningkat, dan kadar bilirubin cenderung
meningkat pula.
9. Urobilinogen urine (meningkat).
10. Masa protrombin (memanjang).
11. Hipokalemia.

Anamnesis
gejala yang mengarah kepada pada sirosis hati atara lain lemas pada
seluruh tubuh, mual dan muntah yang disertai penurunan nafsu makan,
ditemukan beberapa keluhan terkait dengan kegagalan fungsi hati dan
hipertensi porta, seperti perut yang membesar dan bengkak pada kedua
kaki, gangguan tidur, air kencing yang berwarna seperti teh, ikterus
pada kedua mata dan kulit, nyeri perut yang disertai dengan melena,
dan gangguan tidur. Akibat dari sirosis hati, dapat terjadi kegagalan
fungsi hati dan hipertensi porta.

Kegagalan fungsi hati dikarenakan terjadinya perubahan jaringan


parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi
jaringan hati sehingga mengakibatkan nekrosis pada hati. ipertensi
porta merupakan gabungan hasil peningkatan resistensi vaskular intra
hepatik dan peningkatan aliran darah melalui sistem porta. Resistensi
intra hepatik meningkat melalui 2 cara yaitu secara mekanik dan
dinamik. Secara mekanik resistensi berasal dari fibrosis yang terjadi
pada sirosis, sedangkan secara dinamik berasal dari vasokontriksi
vena portal sebagai efek sekunder dari kontraksi aktif vena portal
dan septa myofibroblas, untuk mengaktifkan sel stelata dan sel-sel
otot polos.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan pada regio
epigastrium. Terlihat tanda-tanda anemis pada kedua konjungtiva mata
dan ikterus pada kedua sklera. Tanda-tanda kerontokan rambut pada
ketiak dapat terjadi. Pada daerah abdomen, ditemukan perut yang
membesar pada seluruh regio abdomen dengan tanda-tanda ascites
seperti pemeriksaan shifting dullness dan gelombang undulasi yang
positif. Hati, lien, dan ginjal sulit untuk dievaluasi karena
besarnya ascites dan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Pada
ekstremitas juga ditemukan adanya edema pada kedua tungkai bawah.

Sumber: LAPORAN KASUS: SIROSIS HEPATIS Pande Made Aditya Saskara, IGA
Suryadarma

Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan rutin yang paling


sering dilakukan untuk mengevaluasi pasien sirosis hepatis,
dikarenakan pemeriksaannya yang non invasif dan mudah dikerjakan,
walaupun sensitivitasnya yang kurang dan sangat bergantung pada
operator. Melalui pemeriksaan USG abdomen, dapat dilakukan evaluasi
ukuran hati, sudut hati, permukaan, homogenitas dan ada tidaknya
massa. Pada penderita sirosis lanjut, hati akan mengecil dan nodular,
dengan permukaan yang tidak rata dan ada peningkatan ekogenitas
parenkim hati. Selain itu, melalui pemeriksaan USG juga bisa dilihat
ada tidaknya ascites, splenomegali, trombosis dan pelebaran vena
porta, serta skrining ada tidaknya karsinoma hati.

Pemeriksaan endoskopi dengan menggunakan esophagogastroduodenoscopy


(EGD) untuk menegakkan diagnosa dari varises esophagus dan varises
gaster sangat direkomendasikan untuk diagnosis sirosis hepatis .
Melalui pemeriksaan ini, dapat diketahui tingkat keparahan atau
grading dari varises yang terjadi serta ada tidaknya red sign dari
varises, selain itu dapat juga mendeteksi lokasi perdarahan spesifik
pada saluran cerna bagian atas. Di samping untuk menegakkan
diagnosis, EGD juga dapat digunakan sebagai manajemen perdarahan
varises akut yaitu dengan skleroterapi atau endoscopic variceal
ligation (EVL). Pada kasus ini, ditemukan adanya varises esophagus
dan gastropati hipertensi porta yang merupakan tanda-tanda dari
hipertensi porta.

Sumber: LAPORAN KASUS: SIROSIS HEPATIS Pande Made Aditya Saskara, IGA
Suryadarma

Hepatitis C dapat ditularkan melalui transfusi darah. Hepatitis


merupakan salah satu penyebab utama penyakit hati kronis. Dampak
jangka panjang dari infeksi ini sangat beragam yaitu dimulai dari
perubahan histologis hingga fibrosis. Hepatitis dapat menyebabkan
sirosis dengan atau tanpa karsinoma (Yulianti & Rachmawati, 2016).
Virus Hepatitis C ini merupakan salah satu virus yang dapat
menyebabkan dampak yang paling besar diantara virus penyebab
hepatitis yang lainnya. Orang yang terinfeksi hepatitis C kebanyakan
tidak menunjukkan gejala apapun sehingga orang tidak tahu bahwa
mereka sedang terinfeksi virus hepatitis C hingga terjadi kerusakan
yang fatal pada organ hati mereka sehingga virus ini dikatakan
sebagai silent killer. Hingga saat ini vaksin untuk infeksi hepatitis
C masih belum ada untuk mencegah penyebaran infeksi ini

Sumber: Hepatitis C. Hajira Basit; Isha Tyagi; Janak Koirala.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430897/

Anda mungkin juga menyukai