Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASURANSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : NI PUTU ELIS WIDI ASTUTI
NIM J1A120330
KELAS : AKK B 020

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat
rahmat dan karunianya kita masih diberikan Kesehatan dan kesempatan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya. Makalah ini berjudul
tentang jaminan asuransi Kesehatan, yang mana disusun sebagai bahan referensi
bagi pembaca.
Tidak lupa juga kami ucapkan Terimakasih kepada Dosen Pembimbing
Mata kuliah Sistem Jaminan Kesehatan, bapak Dr.Suhadi,SKM.,M.Kes karena
telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi.
Oleh karena itu diperlukannya kritik dan saran yang membangun, untuk
kemajuan bahan referensi ini. Demikian kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.
Wassalamualaikum wr.wb

Kendari, 6 September 2022

Penyusun
Ni Putu Elis Widi Astuti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia.....................................................6
B. Pengertian Asuransi......................................................................................9
C. Unsur Unsur Asuransi.................................................................................10
D. Prinsip Dasar Asuransi................................................................................11
E. Fungsi Asuransi...........................................................................................12
F. Tujuan Asuransi..........................................................................................13
G. Manfaat Asuransi........................................................................................13
H. Jenis Resiko Pengansuransian.....................................................................14
I. Sifat-sifat Asuransi......................................................................................14
J. Benefit/Paket Jaminan.................................................................................15
K. Jenis Jenis Asuransi....................................................................................15
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang
tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu
langkah yang ditempuh adalah dengan pengadaan pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan yang ditujukan agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
rakyat, berupa sarana kesehatan yang dapat berfungsi semestinya. Berbicara

4
tentang kesehatan manusia maka tidak lepas dengan upaya kesehatan dan
penjagaan kesehatan yang secara otomatis terkait dengan kebutuhan dasar
yang diperlukan oleh manusia.

Dalam kehidupan tidak menutupi kemungkinan terjadinya hal-hal


yang tidak diinginkan yakni terjadinya suatu risiko, termasuk risiko dalam hal
kesehatan. Kemungkinan bahwa manusia menghadapi risiko sudah menjadi
masalah mendasar bagi umat manusia dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghadapi atau
mengurangi risiko itu adalah dengan mengalihkan risiko pada pihak lain.
Untuk memberikan perlindungan akan rasa aman kepada peserta asuransi,
diadakanlah pelimpahan risiko pada pihak lain dengan melakukan suatu
perjanjian. Perjanjian ini disebut perjanjian asuransi.

Munculnya upaya memberi perlindungan dalam bentuk asuransi ini,


disebabkan dalam dinamika kehidupan manusia, memungkinkan banyaknya
peluang terjadinya peristiwa yang menimbulkan risiko. Dengan semakin
berkembangnya kehidupan, sehingga masyarakat semakin menyadari
pentingnya keberadaan suatu lembaga yang menanggung kemungkinan
terjadinya risiko yang disebabkan oleh bermacam-macam bahaya yang
mengancam keselamatan, kesehatan, harta kekayaan ataupun jiwa manusia
dari bahaya-bahaya tersebut.

Kebutuhan akan jasa usaha peransuransian untuk memberikan


perlindungan kepada manusia, terutama dalam hubungannya dengan
aktivitasnya baik terhadap manusianya termasuk kesehatannya maupun
terhadap harta bendanya yang tangguh, terpercaya dan dapat diandalkan
merupakan salah satu kebutuhan manusia. Asuransi juga menjadi salah satu
aspek dari sarana finansial dalam tata kehidupan ekonomi rumah tangga, baik
dalam menghadapi resiko finansial yang timbul dari akibat dari risiko yang
paling mendasar, yakni risiko yang timbul secara alamiah berupa sakit dan
kematian, maupun risiko yang secara rasional dapat mengganggu kegiatan
usahanya. Asuransi merupakan alat untuk melindungi kerugian yang mungkin

5
dideritanya. Bagi tertanggung, asuransi merupakan alat pengalihan risiko,
sehingga dalam prakteknya berbentuk perjanjian antara pihak tertanggung
dengan pihak penanggung.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Asuransi kesehatan Di Indonesia
2. Pengertian Asuransi
3. Unsur-Unsur Asuransi
4. Prinsip Dasar Asuransi
5. Fungsi asuransi
6. Tujuan Asuransi
7. Manfaat Asuransi
8. Jenis Risiko pengasuransian
9. Sifat-sifat Asuransi
10. Benefit/Paket jaminan
11. Jenis-Jenis Asuransi

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia
Bila kita berpijak dari catatan sejarah pembangunan asuransi
kesehatan di indonesa, maka sesungguhnya perjalanan penyelenggaraan
asuransi di dunia termasuk di indonesia sudah cukup tua. Di indonesia sendiri
perjalanan asuransi masih tergolong muda dibanding dengan beberapa negara
lain di dunia. Pada dasarnya penyelenggaraan asuransi itu setua peradaban
manusia di dunia. Lahirnya asuransi dalam perspektif sejarah dimulai karena
adanya keterbatasan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
secara perorangan maupun kelompok. Keterbatasan yang dimaksud adalah
lemahnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan dan terbatasnya dana kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.

Dalam perjalanan pembangunan asuransi kesehatan di indoensia dapat


dilihat dari upaya perasuransian kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Seperti yag ditulis oleh Thabrany, (2012) yang mangatakan
bahwa, sesungguhnya pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan prinsip
asuransi sejak tahun 1947. Pada waktu itu Pemerintah mewajibkan semua
perusahaan untuk mengasuransikan karyawannya terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Setelah kestabilan politik relatif tercapai, di tahun 1960
pemerintah mencoba memperkenalkan lagi konsep asuransi kesehatan melalui

7
undang-undang Pokok Kesehatan tahun 1960 yang meminta Pemerintah
mengembangkan ‘dana sakit’ dengan tujuan untuk menyediakan akses
pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat. Lebih lanjut Thabrany mengatakan
bahwa pada tahun 1967, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) mengeluarkan
Surat Keputusan untuk mendirikan dana mirip dengan konsep Health
Maintenance Organization (HMO) atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) yang berkembang kemudian guna mewujudkan amanat
undang-undang kesehatan tahun 1960 tersebut.

Tahun 1968 :

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas


mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima
Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk
Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh
Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan
sebagai embrio Asuransi Kesehatan Nasional.

Tahun 1984 :

Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan


bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang
Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS,
ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah
menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti.

Tahun 1991:

8
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,
kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum
Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas
jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta
sukarela.

Tahun 1992:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum


diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan
fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat
dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen
lebih mandiri. Tahun 2005: Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1241/Menkes/XI/2004 PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai
penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
(PJKMM). PT Askes (Persero) mendapat penugasan untuk mengelola
kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

Tahun 2008:

Pemerintah mengubah nama Program Jaminan Kesehatan Bagi


Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). PT Askes (Persero) berdasarkan Surat Menteri
Kesehatan RI Nomor 112/Menkes/II/2008 mendapat penugasan untuk
melaksanakan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi
tatalaksana kepesertaan, tatalakasana pelayanan dan tatalaksana organisasi
dan manajemen. Sebagai tindak lanjut atas diberlakukannya Undang-undang
Nomor 40/2004 tentang SJSN PT Askes (Persero) pada 6 Oktober 2008 PT
Askes (Persero) mendirikan anak perusahan yang akan mengelola
Kepesertaan Askes Komersial. Berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun
2008 berdiri anak perusahaan PT Askes (Persero) dengan nama PT Asuransi
Jiwa Inhealth Indonesia yang dikenal juga dengan sebutan PT AJII

9
Tahun 2009:

Pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat Keputusan Menteri


Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia
selaku anak perusahaan dari PT Askes (Persero) telah memperoleh ijin
operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin operasional ini maka PT
Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia dapat mulai menyelenggarakan asuransi
kesehatan bagi masyarakat.

Tahun 2011:

Terkait UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional di tahun 2011, PT Askes (Persero) resmi ditunjuk menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang meng-cover jaminan kesehatan
seluruh rakyat Indonesia yang tertuang dalam UU BPJS Nomor 24 tahun
2011.

B. Pengertian Asuransi
Untuk memudahkan pemahaman lebih dalam tentang asurasi maka
terlebih dahulu mengetahui pengertian dari asurasi itu sendiri. Dalam
pengertian sederhana asuransi diartikan sebagai upaya memindahkan
tanggungan risiko yang mungkin timbul kepada pihak tertentu dengan
membayar sejumlah iuran.

Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 : "Asuransi
atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan." Asuransi dapat diartikan

10
sebagai upaya mengalihkan tanggung jawab risiko yang mungkin dihadapi
kepada pihak lain dengan membayar premi. Walaupun tidak diharapkan
dalam kehidupannya, manusia sering diharapkan pada suatu resiko. Untuk itu,
mereka selalu berusaha mengurangi atau bahkan menghindari sama sekali
dari risiko yang mungkin menimpanya. (Thabrani, 2001)

Menurut Thabrani, (2001) beberapa prakondisi yang diperlukan agar


konsep asuransi dapat berfungsi, yaitu :

• Adanya ketidakpastian akan terjadinya kerugian


• Hal yang diasuransikan dapat diukur dalam nilai uang
• Jumlah peserta cukup banyak
• Kerugian yang potensial terjadi jumlahnya cukup besar
• Ada cara untuk menanggung resiko secara bersama-sama.

C. Unsur Unsur Asuransi


Pada dasarnya asuransi memiliki unsur-unsur berikut;

• Pembayaran iuran Dalam pengelolaan asuransi, tertanggung


menyerahkan iuran kepada pihak tertanggung sesuai dengan
kesepakatan. Kesepakatan tersebut mengatur besarnya iuran, waktu
pembayaran, dan denda atas keterlambatan pembayaran
• Adanya penggantian kerugian Iuran asuransi akan digunakan pada
saat terjadi kerugian yang dialami oleh pihak tertanggung
• Adanya pihak tertanggung dan pihak penanggung Dalam kegiatan
asuransi, terdapat dua pihak yang terlibat di dalamnya.
Tertanggung sebagai pihak yang mengasuransikan tanggungan dan
pihak penanggung sebagai pihak yang menanggung jaminan.
• Adanya peristiwa yang tidak dapat ditentukan sebelumnya Secara
kodrat, manusia berada dibawah tekanan alam. Kejadian buruk
setiap saat akan menimpa manusia. Peristiwa ini sulit diprediksi
kapan, dimana dan siapa saja yang akan mengalami kejadian
tersebut.

11
• Adanya risiko yang mungkin menimpa Setiap kejadian baik besar
atau kecil akan membawa dampak pada kehidupan. Dampak yang
harus dihindari adalah kerugian yang akan dialami seseorang.
Risiko inilah akan menjadi perhatian untuk dipertanggungkan pada
asuransi

D. Prinsip Dasar Asuransi


Prinsip-Prinsip asurasi : (Thabrani, 2001)

Insurable Interest (Kepentingan Yang Dipertanggungkan).


Seseorang dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan
apabila orang tersebut menderita kerugian keuangan seandainya terjadi
musibah yang menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut.
Kepentingan keuangan ini memungkinkan peserta asuransi
mengasuransikan harta benda atau kepentingannya.

Utmost Good Faith (Kejujuran Sempurna). Yang dimaksudkan


adalah bahwa peserta asuransi berkewajiban memberitahukan sejelas-
jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan
dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko
yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi
pertanggungan secara jelas serta teliti.

Indemnity (Indemnitas). Apabila obyek yang diasuransikan


terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian maka pihak asuransi
akan memberi ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan peserta
asuransi setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum
terjadi kerugian. Dengan demikian peserta asuransi tidak berhak
memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang diderita peserta
asuransi.

Subrogation (Subrogasi). Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284


kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang
penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung,

12
maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam
segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian
pada tertanggung". Contribution (Kontribusi). Peserta asuransi dapat saja
mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan
asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan maka
secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.

Proximate Cause (Kausa Proksimal). Apabila kepentingan yang


diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama
pihak asuransi akan mencari sebab-sebab yang aktif dan efisien yang
menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada
akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.

E. Fungsi Asuransi
Fungsi Asuransi : (Thabrani, 2001)

• Memberi jaminan agar kemungkinan kerugian yang diderita


dapat diperkecil atau ditutup.
• Mendorong perkembangan dunia usaha, dengan mengurangi
kekuartiran kerugian yang fatal. Menurut motif ekonomi,
sebagai perjanjian khusus, pertanggungan berarti:
• Pihak tertanggung (yang membayar premi, yang tertanggung)
sadar bahwa ada ancaman bahaya terhadap yang
dipertanggungan (harta kekayaan, jiwa raganya).
• Sadar bahwa bahaya tersebut dapat merugikan dan kerugian
tersebut dapat mempengaruhi secara ekonomis, mempengaruhi
organisasi atau perusahaan dirinya dan keluarganya.
• Apabila kerugian itu terjadi, tertanggung merasa berat
memikulnya, oleh karena memerlukan bantuan pihak lain untuk
turut menanggungnya atau mengambil alih ancaman beban

13
kerugian tersebut dan sanggup membayar kontra prestasi yang
biasa disebut premi.

F. Tujuan Asuransi
Tujuan asuransi : (Thabrani, 2001)

• Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian


yang diderita satu pihak
• Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus
mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan
perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
• Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya
yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar
sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan
tidak pasti.
• Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank
memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan
oleh peminjam uang.
• Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak
asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal
ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa
• Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada
saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja)

G. Manfaat Asuransi
Asuransi yang dimiliki memberi manfaat bagi penggunanya yaitu;

a. Manfaat penyimpanan Manfaat penyimpanan dalam artian, dana


yang diasuransikan memiliki nilai finansial yang dapat digunakan
kembali.
b. Manfaat Perlindungan Manfaat perlindungan dalam artian, dana
yang diasuransikan memiliki nilai polis asuransi, sehingga pihak
tertanggung akan aman dari risko yang timbul kedepannya.

14
c. Manfaat distribusi Biaya dan Manfaat. Semakin besar risiko
kerugian yang timbul maka semakin besar pula premi
pertanggungan dari pihak penanggung polis.
d. Manfaat Kepastian. Manfaat ini untuk mengurangi konsekwensi
yang tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan yang bakal
terjadi, sehingga biaya dari kerugian tersebut menjadi pasti atau
relatif lebih pasti.

H. Jenis Resiko Pengansuransian


Jenis risiko yang dapat diasuransikan meliputi;

a. Risiko tersebut sesuatu yang pasti terjadi, misalnya kematian,


kesakitan, kecelakaan dan lain sebagainya.
b. Risiko yang timbul diluar kendali manusia. Misalnya bencana
alam, kecelakaan
c. Kerugian yang timbul diterima secara rasional. Misalnya,
kecelakaan menyebabkan cacat dan orang tersebut tidak dapat lagi
bekerja
d. Kerugian yang dipertanggungkan dapat dinilai dengan mata uang.
e. Iuran asuransi memiliki nilai yang wajar.
f. Tertanggung harus memiliki kepentingan yang dapat
diasuransikan.

I. Sifat-sifat Asuransi
Asuransi memiliki beberapa sifat asuransi sebagai berikut;

a. Terjadinya aktifitas usaha Risiko akan menderita macam-macam


itulah yang menimbulkan pikiran untuk memperkecil risiko itu
dengan jalan asuransi, yaitu memperoleh jaminan dari pihak lain,
bahwa kerugian itu akan ditutup, dengan si terjamin memberikan
uang kepada pihak penjamin atau yang menanggung. Uang
tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung, apabila
kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu ti

15
b. dak terjadi atau dengan kata lain membayar premi. Asuransi
sebagai gejala hukum Asuransi atau pertanggungan selaku gejala
hukum di Indonesia baik dalam pengertian maupun dalam
bentuknya yang terlihat pada waktu sekarang ini, berawal dari
Hukum Barat.

J. Benefit/Paket Jaminan
Pada umumnya paket jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan
asuransi adalah sebagai berikut:

a. Rawat Inap di rumah Sakit, yang terdiri dari:


1) Biaya rawat inap, masa rawat inap biasanya bervariasi dari
maksimum 60 hari sampai dengan 365 hari setahun.
2) Penggantian biaya ruang perawatan dan makanan
3) Biaya pelayanan dan bahan medis lain.
4) Biaya pelayanan intensif (ICU)
5) Biaya penunjang medik Rawat Jalan.
b. Asuransi yang memberikan biaya pengobatan rawat jalan oleh dokter
umum dan dokter spesialis maupun biaya obat dan pemeriksaan
penunjang dengan plafon tertentu per kali atau per tahun.
c. Asuransi Kecelakaan Diri. Asuransi kecelakan diri merupakan kombinasi
asuransi kesehatan dan jiwa karena jaminan yang diberkan tidak hanya
terbatas pada biaya pengobatan apabila terjadi kecelakaan, tetapi juga
jaminan cacat dan jaminan kematian akibat kecelakaan

K. Jenis Jenis Asuransi


Ada dua elemen utama terselenggaranya asuransi yaitu ada
pembayaran premi dan ada benefit (manfaat atau paket jaminan). Kedua
elemen inilah yang mengikat kedua belah pihak, tertanggung dan
penanggung. Pada hakikatnya dalam asuransi, secara umum, para pihak
memiliki hak dan kewajiban sebagaimana layaknya sebuah kontrak.
Tertanggung merupakan orang yang mempunyai kewajiban membayar premi.

16
Dalam bentuk program Jamsostek, Askes, dan JPKM tertanggung
disebut peserta. Di dalam asuransi kesehatan tradisionil sering disebut
pemegang polis (policy holder) dan tertanggung. Sebetulnya ada perbedaan
antara pemegang polis dengan tertanggung. Pemegang polis berkewajiban
membayar premi sedangkan tertanggung (dalam asuransi berbentuk managed
care sering disebut anggota atau member) orang yang dijamin yang tidak
selalu harus yang membayar premi. Asuradur adalah orang atau badan yang
telah menerima premi dan karenanya mempunyai kewajiban membayarkan
atau menanggung manfaat asuransi. Dalam JPKM yang dikembangkan
Depkes asuradur ini disebut Badan Penyelenggara JPKM yang disingkat
Bapel.

Asuransi Sosial (Social Insurence)

Dalam Undang-Undang No. 2/92 tentang asuransi disebutkan bahwa


program asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara
wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk memberikan
perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam undang-undang ini
disebutkan bahwa program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh
Bada Usaha Milik Negara (pasal 14). Namun demikian tidak penjelasan lebih
rinci tentang asuransi sosial dalam UU tersebut (Thabrany, 2001).

Tujuan penyelenggaraan asuransi sosial adalah terpenuhinya


kebutuhan penduduk atau populasi tertentu, yang tanpa asuransi sosial
kemungkinan besar mereka tidak mampu memenuhinya sendiri-sendiri. Atau
jika mereka secara sukarela membeli asuransi, mereka tidak sanggup atau
tidak punya disiplin cukup untuk membeli.

Sesuatu yang sifatnya wajib harus diatur oleh yang paling kuasa.
Dalam kehidupan bernegara, yang paling kuasa adalah undang-undang yang
dibuat oleh wakil rakyat. Itulah sebabnya, sebuah asuransi sosial yang
memenuhi syarat haruslah diatur berdasarkan undang-undang. Di Indonesia
salah satu contoh asuransi sosial yang diatur dalam UU adalah jaminan

17
pemeliharaan kesehatatan dalam UU No. 3/1992 tentang Jamsostek.
Manfaat/paket jaminan juga ditetapkan UU, umumnya relatif sama bagi
seluruh peserta dengan tujuan memenuhi kebutuhan para peserta. Demikian
juga dengan premi, besarnya umumnya proporsional terhadap
pendapatan/gaji. Karena sifatnya yang wajib dan mirip dengan pengenaan
pajak, maka pengelolaan asuransi sosial harus not for profit (nirlaba).

Keunggulan, penyelenggaraan asuransi sosial mempunyai banyak


keunggulan mikro dan makro, antara lain : (Thabrani, 2001)

• Tidak terjadi bias seleksi, khususnya adverse selection atau anti seleksi
karena semua orang paling tidak dalam suatu kelompok tertentu seperti PNS
atau pegawai swasta diwajibkan ikut. Hal ini memungkinkan sebaran risiko
yang baik sehingga perkiraan klaim/biaya dapat dihitung lebih akurat.

• Redistribusi/cross subsidi luas (equty egaliter) karena semua orang ikut baik
yang kaya-miskin, muda-tua, sehat-sakit.

• Pool besar karena semua harus ikut maka kumpulan anggota /pool menjadi
besar sehingga prediksi berbagai kejadian semakin akurat (Law of the large
number)

• Menyumbang pertumbuhan ekonomi dengan penempatan dana cadangan


pada portofolio investasi seperti obligasi, deposito, dan pemegang saham.

• Administrasi sederhana karena asuransi sosial menghasilkan produk tunggal


yang sama bagi seluruh peserta.

• Biaya administrasi murah karena tidak memerlukan rancangan paket terus


menerus yang membutuhkan biaya yang mahal untuk pemasaran dan
pengumpulan serta analisis data.

• Memungkinkan pengenaan tarif PPK yang seragam.

• Memungkinkan kendali biaya dengan buying power.

• Memungkinkan semua penduduk tercakup.

18
Kelemahan, selain berbagai keunggulan yang dapat dinikmati
masyarakat, asuransi sosial tidak terlepas dari berbagai kelemahan, antara
lain: (Thabrani, 2001)

• Pilihan terbatas, karena diwajibkan dan dikelola oleh pemerintah, maka


peserta tidak memilki pilihan asuradur, PPK dan produk yang diinginkan.
• Manajemen kurang kreatif/responsif karena produk asuransi sosial
cenderung tunggal dan seragam.
• Pelayanan seragam, karenanya kurang diminati terutama penduduk kelas
menegah keatas yang mempunyai kecenderungan ingin dibedakan.
Pelayanan seragam juga menyebabkan waktu tunggu yang lama sehingga
kurang menarik bagi penduduk kelas atas.
• Banyak PPK yang tidak begitu suka karena tarif seragam atau model
pembayarannya kurang memaksimalkan keuntungan dirinya.

Asuransi Komersial (Commerce Insurence)

Berbeda dengan asuransi sosial, asuransi komersial berbasis kepada


kepesertaan sukarela. Kata komersial berasal dari bahasa inggris commerce
yang berarti berdagang. Dalam berdagang tentu tidak boleh ada paksaan
bahwa seseorang harus membeli barang/jasa tersebut. Agar seorang
pedagang atau perusahaan dapat menjual barang/ jasanya, maka ia harus
bekerja keras memperoleh informasi barang/jasa apa yang diminati (ada
demand) oleh masyarakat. Kalau seorang pedagang menjual barang yang
tidak diminati masyarakat, maka barang/jasa yang dijualnya tidak akan laku
dan ia akan rugi. Sebaliknya jika pedagang tersebut menjual barang/jasa
yang diminati masyarakat, maka ia bisa menjual barang/jasa tersebut dalan
jumlah besar dan ia akan memperoleh laba yang besar pula.

Karenanya asuransi komersial biasanya dikelola oleh perusahaan for


profit (pencari laba) (Thabrany, 2001). Tujuan utama penyelenggaraan
asuransi komersial adalah untuk memenuhi keinginan (demand) perorangan
yang beragam. Dengan demikian, perusahaan akan merancang berbagai

19
produk, bahkan dapat mencapai ribuan jenis produk yang sesuai dengan
permintaan masyarakat dengan motif mencari laba atau untung. Premi untuk
asuransi ini disesuaikan dengan benefit/paket jaminan yang ditanggung.
Asuransi in memmfasilitasi equity liberter (you get what you pay for).
Mereka yang miskin sudah pasti tidak akan mampu membeli paket asuransi
yang luas. Karena itu, asuransi kesehatan komersial tidak akan mampu
mecakup seluruh penduduk.

Keunggulan dari penyelenggaraan asuransi komersial dapat


dirangkum sebagai berikut: (Thabrani, 2001)

• Memenuhi kebutuhan unik seseorang atau sekelompok


orang. Karena sifat asuransi komersial yang memenuhi
demand, maka perusahaan asuransi komersial akan bereaksi
cepat terhadap deman atau perubahan demand dari
sekelompok orang.
• Merangsang pertumbuhan ekonomi. Besarnya keuntungan
yang dapat dijanjikan oleh asuransi dapat merangsang
investor untuk menanam modalnya di sektor ini.
• Kepuasan peserta relatif tinggi, karena asuransi komersial
sangat fleksibel dalam menyusun paket jaminan dan
banyaknya pelaku menimbulkan persaingan walaupun
harus dibayar dengan premi yang lebih mahal.
• Memberikan pilihan bagi konsumen baik dalam pemilihan
perusahaan asuransi maupun jenis produk dan paket
jaminan yang diinginkan

Kelemahan dari penyelenggaraan asuransi komersial, antara lain:


(Thabrani, 2001)

• Pool relatif kecil. Karena sifatnya yang komersial dan


sukarela, maka kumpulan orang yang ikut asuransi
komersial tidak akan mampu menyamai asuransi sosial.

20
• Memerlukan manajemen yang kompleks, karena produknya
sangat beragam.
• Memfasilitasi Equity liberter karena premi yang dibayar
untuk asuransi komersial disesuaikan dengan risiko
kelompok dimana orang tersebut berada.
• Biaya administrasi tinggi karena harus melakukan riset
pasar, upaya pemasaran dan penjualan, dan harus
membayar deviden atas laba yang ditargetkan pemegang
saham
• Tidaka bisa mencapai cakupan universal karena tidak
semua orang mampu membayar premi yang mahal.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 : "Asuransi
atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,

21
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan." Asuransi dapat diartikan
sebagai upaya mengalihkan tanggung jawab risiko yang mungkin dihadapi
kepada pihak lain dengan membayar premi. Walaupun tidak diharapkan
dalam kehidupannya, manusia sering diharapkan pada suatu resiko. Untuk itu,
mereka selalu berusaha mengurangi atau bahkan menghindari sama sekali
dari risiko yang mungkin menimpanya.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, E., & Dwiputri, F. A. (2018). Prinsip Kehati-hatian dalam Menganalisis
Jaminan Kebendaan sebagai Pengaman Perjanjian Kredit
Perbankan. ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 1(2), 134-
148.

Sari, K. (2018). Perkembangan asuransi kesehatan swasta di Indonesia 2012–


2016. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2(2).

Setiyono, B. (2018). Perlunya Revitalisasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Di


Indonesia. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 9(2), 38-60.

Suhadi (2015). Buku Asuransi Kesehatan. Makassaar

22
23

Anda mungkin juga menyukai