Anda di halaman 1dari 13

Journal of Hospital Administration and Management

Vol 1, No. 1, Juni 2020

PENGARUH COMPLAINT HANDLING TERHADAP PATIENT LOYALTY


MELALUI SATISFACTION COMPLAINT HANDLING
DI RUMAH SAKIT PENYELENGGARA BPJS YOGYAKARTA

The Effect of Complaint Handling on Patient Loyalty Through Satisfaction Complaint


Handling at Home Organizers of BPJS Yogyakarta
Wiwik Suryandartiwi A.1)
1)
STIKes Awal Bros Pekanbaru
e-mail : diva_sava@yahoo.co.id

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh complaint handling terhadap patient trust melalui
Satisfaction Complaint Handling di Rumah Sakit penyelenggaara BPJS Yogyakarta. Jenis
penelitian ini adalah penelitian causal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dan
sampel yang digunakan adalah 80 pasien Rumah Sakit penyelenggaara BPJS di Yogyakarta.
Analisis dalam yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS).

Hasil temuan dalam penelitian ini dibuktikan bahwa Interactional Justice berpengaruh signifikan
terhadap Satisfaction Complaint Handling sedangkan Procedureal Justice dan Distributive Justice
tidak berpengaruh signifikan terhadap Satisfaction Complaint Handling. Kemudian juga dibuktikan
bahwa Satisfaction Complaint Handling memiliki pengaruh signifikan terhadap Patient Loyalty.

Keywords : Complaint Handling, Procedureal Justice, Interactional Justice, Distributive Justice,


Patient Loyalty, Complaint Handing Satisfaction.

PENDAHULUAN tinggi daripada mereka yang tidak


menyampaikan keluhannya, akan tetapi
Latar Belakang Masalah pelanggan tersebut akan merasakan
ketidakpuasan apabila penanganan keluhan
Perkembangan kondisi perekonomian
yang di berikan mengecewakan.
Indonesia telah terjadi pada banyak sektor di
beberapa daerah. Pertumbuhan tersebut Pada bidang kesehatan, keluhan pasien
tentunya membuat banyak investor tertarik memberikan sumber wawasan tentang
melakukan penanaman modal di Indonesia keamanan yang terkait masalah dalam
dalam sektor apa saja. Pertumbuhan ekonomi organisasi perawatan kesehatan (Donaldson,
juga menjadi peluang bisnis berkembang di 2000). Keluhan adalah ekspresi emosional
wilayah Indonesia, salah satunya pada pelanggan karena ketidaksesuaian dalam
industry hospitality atau pelayanan, akan penerimaan kualitas layanan atau produk
tetapi peluang ini juga berkaitan dengan yang ditawarkan dan merupakan momentum
complaint / keluhan. Kotler dan Keller yang baik untuk masukan, karena mereka
(2016) menjelaskan apabila kepuasan menciptakan peluang bagi organisasi untuk
pelanggan merupakan rasa yang timbul dari mengidentifikasi kekurangan yang ada
seseorang setelah melakukan perbandingan sehingga segera mengembangkan strategi
antara hasil yang diinginkan dan hasil yang pemulihan untuk meningkatkan kualitas
didapatkan, baik itu rasa senang ataupun layanan. Keluhan pelanggan yang tidak
tidak. Pelanggan yang mengungkapkan ditangani dengan benar bisa mempengaruhi
keluhannya serta diberi solusi cepat sangat tingkat retensi pelanggan, profitabilitas, dan
mungkin tingkat kepuasannya lebih lebih citra organisasi (Filip, 2013).
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 25
Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Hubungan antara pasien dengan petugas mengarah pada pendekatan yang berhasil
kesehatan di rumah sakit termasuk dalam untuk mencegah ketidakpuasan (Chebat,
hukum kontrak. Hubungan hukum antara 2005).
rumah sakit / dokter dan pasien yang berasal
dari perjanjian (Nuryanto, 2012) penugasan Adanya keluhan sesederhana apapun dari
pokok yang muncul dalam perjanjian adalah pasien mengenai pelayanan rumah sakit tetap
obligasi dokter untuk melakukan upaya harus diperhatikan, dikarenakan adanya
medis dan hak pasien pada upaya medis, keluahan berarti terdapat kekurangan dari
Kewajiban untuk membayar honor kepada rumah sakit yang harus diketahui manajemen
dokter setelah upaya medisnya dan hak rumah sakitnya dalam hal pelayanan.
dokter pembayaran honor (Sukarjono, 2009). Sehubungan dengan penelitian (Irawan,
Penerapan hak dan kewajiban yang sering Nawawi, & Ahmad, 2016), (Pratiwi.Y,
dipimpin untuk munculnya perselisihan. Fresty.A, & Martini.W, 2010) dijelaskan
Pemicu perselisihan di rumah sakit yaitu apabila keluhan dapat dijadikan bahan
kesalahpahaman, perbedaan dalam evaluasi untuk manajemen pelayanan. Sudah
interpretasi, pengaturan tidak jelas, seharusnya rumah sakit menyajikan
ketidakpuasan, ketakutan, kecurigaan, pelayanan yang terbaik, dikarenakan
tindakan yang tidak pantas, penipuan atau ketidakpuasan dari pelanggan sudah banyak
tidak jujur, kesewenang-wenangan atau terjadi. Pelanggan saat ini sudah banyak
ketidakadilan, dan terjadinya keadaan yang mengerti tentang hak yang seharusnya
tidak terduga. (Afandi,2009). Akhir-akhir ini diterima sebagai pasien rumah sakit, maka
perselisihan antara dokter dan Pasien sering dari itu rumah sakit juga harus pandai
terjadi, bahkan dari beberapa konflik yang memberikan pelayanan. Seorang pelanggan
melibatkan rumah sakit sebagai salah satu pasti menginginkan pelayanan terbaik dari
fasilitas yang digunakan. rumah sakit untuk menghasilkan pelayanan
yang bermutu.
Banyak pasien yang tampaknya tidak puas
dengan litigasi hukum. Prosedur, dan juga Salah satu badan hukum penyelenggara
dengan keluhan non-hukum penanganan di program jaminan kesehatan nasional bagi
rumah sakit (Daniel,1999). Fenomena ini rakyat Indonesia adalah BPJS kesehatan.
tidak baik dimengerti. Sedikit yang diketahui
Terjadinya ketidakkepuasan pasien terhadap
tentang motif pasien untuk mengajukan
penanganan keluhan juga dirasakan oleh
keluhan dan tentang kebutuhan dan harapan
pasien pengguna BPJS di Rumah Sakit di
pasien mengenai prosedur penanganan
wilayah Yogyakarta. Hal ini diketahui dari
pengaduan di rumah sakit (Doig, 2004).
tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan
Ketidakpuasan pasien dengan penanganan
BPJS Kesehatan kepada pasien. Hal ini
pengaduan terdiri harapan yang tidak
sesuai dengan pendapat dikutip oleh CNN
terpenuhi, jika harapan pasien tidak bertemu
Indonesia (2020) yang menyatakan bahwa
atau tidak bertemu sepenuhnya, mereka
beberapa pelanggan yang menggunakan
mungkin merasa kecewa atau bahkan
fasilitas BPJS Kesehatan mendapat
frustrasi (Tax,1998). Penanganan pengaduan
pelayanan yang kurang maksimal. Hal yang
yang adil sangat signifikan tidak bisa
sama juga dijelaskan bahwa hasil evaluasi
memulihkan kepercayaan pasien dalam
pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional yang
perawatan kesehatan dan memperbarui
dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan
komitmen pasien terhadap layanan kesehatan
Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lebih baik dari
penyedia atau organisasi. Segala upaya untuk
Jamkesda dan menuai banyak keluhan dari
mengembalikan kepuasan pasien dengan
rumah sakit, dokter, bahkan pasien. Hal
penanganan keluhan bukan hanya masalah
tersebut menjelaskan adanya ketidakpuasan
etika, oleh karena itu, ia juga memberikan
pasien terhadap penanganan keluhan yang
keuntungan praktis, sementara mengetahui
diberikan oleh pihak BPJS di Rumah Sakit di
komponen utama ketidakpuasan mungkin
Yogyakarta sehingga memungkinkan pasien

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 26


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

untuk menjadi tidak ingin lagi menggunakan complaint effectively is the only recourse to
layanan BPJS di Rumah Sakit di wilayah redress where choice and exit are denied
Yogyakarta sebagai bentuk penurunan through either dependence on a specific
loyalitas pasien. service or monopoly service provision.”.
Artinya adalah mekanisme pengaduan
Dengan melihat fenomena yang terjadi, maka merupakan komponen penting dalam
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mewujudkan kualitas dalam reformasi sektor
dengan judul “Pengaruh Complaint Handling publik. Menjadi akses penting bagi pengguna
Terhadap Patient Loyalty Melalui layanan, karena dapat mengartikulasikan
Satisfaction Complaint Handling Di Rumah kebutuhan mereka. Manfaat penanganan
Sakit Penyelenggara BPJS di wilayah keluhan yang efektif Mudie & Cottam (dalam
Yogyajarta”. Fandy Tjiptono 2008:210) meliputi: Penyedia
layanan dapat memperoleh peluang kembali
KAJIAN TEORI
dalam membenahi hubungan dengan
Complaint Handling pelanggan yang tidak puas. Penyedia layanan
dapat terjauhkan dari berita buruk. Penyedia
Menurut Islamy (dalam Saleh 2010:156), layanan dapat mengetahui perihal apa saja
keluhan didefinisikan sebagai berikut, “A yang harus diperbaiki dalam membuat
complaint is an expression of dissatisfaction, pelanggan puas. Penyedia layanan dapat
about the standard of service, actions or lack menentukan dan menangani sumber masalah
of action…. Affecting an individual customer operasional. Penyedia layanan juga bisa
or group of customers”. Keluhan atau terdorong untuk menyediakan pelayanan yang
pengaduan pelayanan yaitu rasa tidak puas terbaik. Dalam konteks complaint handling,
terhadap pelayanan atau sikap dari petugas konsep justice yang terdiri dari procedural
pelayanan yang mempengaruhi pelanggan. justice, interactional justice, dan distribituive
Ombudsman Western Australian (2010:1) justice dapat diidentifikasi sebagai pengaruh
menyebutkan bahwa, “A complaint is an besar pada evaluasi evaluasi pelanggan pada
“expression of dissatisfaction made to an proses pemulihan layanan dan sering menjadi
organisation, related to its products, or the faktor utama dalam kepuasan pelanggan.
complaints handling process itself, where a
response or resolution is explicitly or Procedural justice
implicitly expected”.
Keadilan prosedural yang tinggi adalah proses
Penanganan pengaduan menurut Queensland pengendalian (participation) dalam
Ombudsman (2006:1) adalah: “Handling pembuatan keputusan-keputusan dalam suatu
complaints well presents an opportunity to organisasi dan akibatnya adalah pencapaian
show to the public that you are accountable to hasil yang layak/wajar (Chong M Lau et al,
them. Complaints are an essential part of any 2008). Procedural justice mengacu pada
accountability process and in fact are often kebijakan, proses dan peraturan yang
the starting point. Any agency that claims to digunakan dalam pemulihan layanan dan
be accountable for its actions must take penanganan pengaduan. Keadilan prosedural
complaints seriously.” ditandai oleh kejelasan, kecepatan dan tidak
adanya perselisihan (Lanza et al dalam
Mekanisme pengaduan menurut Blackmore Saraswita dan Yasa (2017). Keadilan
(dalam Wibawa:61) adalah sebagai berikut: prosedural diartikan sebuah pandangan dari
“complaints mechanisms constitute a vital keadilan untuk membuat prosedur dalam
component of the quality initiative manifest in penentuan hasil (Greenberg & Baron, 2008).
the public sector reforms […] representing an Keadilan prosedural semakin meluas melalui
important conduit through which service pengaruh dalam mengambil keputusan atau
users can articulate their views. Moreover, berdasarkan standar proses yang seharusnya.
where there is a desire to develop a more
consumer oriented public sector, the ability to Interactional justice

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 27


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Keadilan interaksional merupakan penilaian memadai) dan “facio” (melakukan atau


rasa adil oleh karyawan sebagai hasil interaksi membuat), menurut (Tjiptono 2014) kepuasan
dalam sebuah organisasi. Keadilan dapat didefinisikan sebuah usaha memenuhi
interaksional menurut Robbins & Judge atau menyediakan sesuatu yang layak.
(2015), didefinisikan sebagai persepsi Menurut Oliver (2008), kepuasan adalah
individu tentang tingkat sampai dimana tingkat perasaan seseorang (pelanggan)
seorang karyawan diperlakukan dengan penuh setelah membandingkan antara kinerja atau
martabat, perhatian, dan rasa hormat. hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima
Keadilan informasional cenderung pada dan dirasakan) dengan yang diharapkannya.
keterangan dan status sosial yang berfokus Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai
pada penyampaian informasi ke orang lain tingkat perasaan seseorang sebagai hasil
mengenai apa alasan suatu prosedur perbandingan antara apa yang didapatkan dan
dilaksanakandengan rinci atau tentang apa yang diinginkan dari suatu produk atau
alasan suatu hasil disampaikan dengan layanan. Ketika kinerja suatu produk atau
prosedur tertentu (Colquitt et al, 2011). layanan jauh lebih rendah dari harapan
Sedangkan Lovelock et al (2010) pelanggan, akan ada ketidakpuasan. Ketika
mendefinsikan interactional justice sebagai kinerja sesuai dengan harapan atau melebihi
atribut perusahaan yang difokuskan terhadap harapan, pelanggan merasa puas atau merasa
sikap yang diberikan saat menghadapi sangat bahagia (Kotler & Keller, 2012).
pelanggan yang melaporka keluhannya. Complaint satisfaction menunjukkan sejauh
mana pengadu memandang kinerja
Distributive justice penanganan pengaduan perusahaan sebagai
pertemuan atau melebihi harapannya (Gilly
Keadilan distributif berfokus tehadap
dan Gelb dalam Toba et al, 2015).
pandangan karyawan mengenai keadilan
dengan imbalan dan hasil yang berharga yang Loyalty
diberikan kepada organisasi. Persepsi
keadilan distributif berpengaruh pada Loyalitas (loyatalitas jasa), merupakan
kepuasan seseorang melalui berbagai standar penilaian seorang pelangga
pekerjaan yang berhubungan dengan hasil mencerminkan sikap pembelian berulang
seperti gaji, tugas kerja, pengakuan, dan pada suatu layanan, mempunyai suatu
kesempatan untuk kemajuan. Keadilan disposisi atau cenderung bersikap positif pada
distributif adalah keadilan mengenai jumlah penyedia layanan, dan cuma memperhatikan
dan pemberian penghargaan diantara individu penyedia layanan ini ketika membutuhkan
(Robbin & Judge, 2015:145). Distributif layanan ini. Menurut Oliver (2010) loyalitas
Justice (keadilan distributif) adalah keadilan merupakan kesetiaan mendlam pelanggan
yang menyangkut alokasi keluaran dalam menggunakan lagi atau membeli ulang
(outcomes) dan reward pada anggota produk tertentu secara tetap di masa depan,
perusahaan. Lovelock et al (2010) meski dipengaruhi oleh kondisi serta
mendefinisikan bahwa distributive justice pemasaran produk lainnya.
adalah atribut perusahaan yang memfokuskan
pada hasil dari penyelesaian pemulihan Menurut Sutisna (2014) Loyalitas konsumen
pelayanan. Keadilan distributif dapat bisa diidentifikasikan menjadi dua bagian,
diwujudkan perusahaan dengan memberikan yakni loyalitas merek (brand loyalty) dan
kompensasi dengan meliputi ganti rugi atas loyalitas toko (store loyalty). Loyalitas
kekecewaan konsumen yang dapat bersifat pelanggan juga didefiniskan oleh Kotler
finansial dan non finansial. Keller (2012) menjadi kesetiaan mendalam
seorang pelanggan dalam melakukan
Satisfaction Complaint Handling pembelian aau dukungan berulang pada
produk yang disukai. Sedangkan Tjiptono
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari (2014) mendefinisikan bahwa loyalitas
bahasa latin “statis” (artinya cukup baik, pelanggan sebagai kesetiaan konsumen pada

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 28


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

suatu brand, gerai, distributor berdasarkan memiliki kualifikasi tertentu yang sudah
perilaku positif dan tampak dengan pembelian ditentukan oleh peneliti untuk dianalisis dan
berulang. diambil kesimpulannya (Sugiyono,
2016:119). Populasi yang digunakan
Kerangka Konseptual merupakan pasien Rumah Sakit
penyelenggaara BPJS Yogyakarta.
Procedureal
Justice (X1)
Sampel merupakan sebagian dari ukuran
maupun kualifikasi populasi (Sugiyono,
Interactional Satisfaction Patient
2016:120). Teknik accidential dipilih sebagai
Justice (X2) Complaint
Handling (Z)
Loyalty (Y) teknik dalam mengambil sampel. Ukuran
sampel yang digunakan merupakan jenis
multivariate. Ukuran sampel ini berdasarkan
Distributive
Justice (X3)
pengukuran dari Hair, et al. dalam Ferdinand
(2011) yang menggunakan 5-10 kali indikator
Gambar 1. Kerangka Konseptual variabel. Sehingga sampel penelitian ini 5 x
16 = 80 responden, yang artinya 80 pasien
Hipotesis Rumah Sakit penyelenggaara BPJS
H1 : Procedureal Justice berpengaruh Yogyakarta.
signifikan terhadap Satisfaction
Complaint Handling Definisi Operasional
H2 : Interactional Justice berpengaruh
Definisi operasional merupakan pengertian
signifikan terhadap Satisfaction
yang diberi pada sebuah variabel melalui
Complaint Handling
pemberian arti tau pengidentifikasian
H3 : Distributive Justice berpengaruh
kegiatan, atau pemberian kegiatan operasional
signifikan terhadap Satisfaction
dengan dibutuhkan dalam pengukuran
Complaint Handling
variabel tersebut (Nazir, 2014). Complaing
H4 : Satisfaction Complaint Handling
handling dalam penelitian ini
berpengaruh signifikan terhadap patient
diidentifikasikan melalui konsep keadilan
loyalty
dalam 3 konsep. Berikut akan diuraikan
definisi operasional masing-masing variabel
METODOLOGI PENELITIAN penelitian sebagai berikut:

Jenis Penelitian 1. Procedural Justice (X1)


Keadilan prosedural merupakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian pandangan terhadap keadilan dalam
causal dikarenakan veriabel bebas dan pembentukan prosedur dalam penentuan hasil.
variabel terikatnya saling berkaitan. Menurut Procedural Justice dalam penelitian ini
Sugiyono (2016: 37) hubungan kausal diukur melalui beberapa indikator yang
merupakan hubungan sebab akibat yaitu mengacu pada Tjiptono (2014), yaitu:
terdapat variabel independen (terikat) yang 1) Accessibility (aksesibilitas)
mempengaruhi variabel dependen (bebas). 2) Process control (kendali proses)
Penelitian ini menggunakan pendekatan 3) Timing/speed (kecepatan)
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016: 11) 4) Flexibility (fleksibilitas)
metode kuantitatif adalah metode pendekatan
dengan penggunaan data nominal atau angka
dan penggunaan metode analisis statistik.
2. Interactional Justice (X2)
Populasi dan Sampel Interactional justice adalah atribut
Populasi merupakan bagian umum yang perusahaan yang difokuskan pada kelakuan
berisikan subjek/objek penelitian yang atau respon yang ditujukan ketika berhadapan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 29


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

dengan konsumen yang mengajukan Menurut Sugiyono (2016) penelitian metode


komplain Interactional Justice dalam survey merupakan metode mengumpulkan
penelitian ini diukur melalui beberapa data dengan memakai alat penelitian
indikator yang mengacu pada Tjiptono kuesioner terhadap sebuah populasi, namun
(2014), yaitu: data yang dianalisis yaitu dari sampelnya,
1) Empathy (perhatian karyawan) yang mana akan didapatkan kejadian relatif,
2) Effort (kemampuan karyawan) distribusi, dan hubungan antar variabel,
3) Honesty (kejujuran karyawan) sosiologis maupun psikologis”.
4) Explanation (penjelasan
karyawan) Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dipilih untuk
3. Distributive Justice (X3)
menganalisis data dan menguji hipotesis
Keadilan distributif adalah keadilan
dalam penelitian ini adalah The Structural
mengenai jumlah dan pemberian penghargaan
Equation Model (SEM). Untuk menjawab
diantara individu. Distributive Justice dalam
hipotesis digunakan Partial Least Square
penelitian ini diukur melalui beberapa
(PLS). Menurut Ghozali (2012) penggunaan
indikator yang mengacu pada Tjiptono
alat Bantu Smart Partial Least Square (PLS)
(2014), yaitu:
sebagai pengukuran analisis karena bentuknya
1) Equity
yang multi jalur dan model yang digunakan
2) Equality
berbentuk Reflektif.
3) Need

4. Satisfaction Complaint Handling (Z)


Satisfaction Complaint Handling dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini diukur melalui beberapa
indikator yang mengacu pada Fornel et al Evaluasi Inner Model
(1996), yaitu: Inner model yang kadang disebut juga dengan
1) Harapan terhadap penanganan (inner relation, structural model dan
keluhan subtantive theory) menspesifikasi pengaruh
2) Kepuasan terhadap penanganan antar variabel penelitian (structural model).
keluhan
3) Senang terhadap tanggapan pada Uji Inner Model atau Uji Model Struktural
keluhan
Hasil analisis tingkat kesesuaian model
5. Patient Loyalty (Y) struktural yang dibangun menunjukkan
Loyalty (Loyalitas) merupakan kesetiaan simpulan bahwa model keseluruhan telah
mendalam seorang pelanggan dalam “Relevan” untuk menjelaskan variabel-
melakukan pembelian ulang produk atau jasa variabel yang diteliti dan pengaruhnya pada
terpilih secara konsisten pada masa yang akan masing-masing variabel. Untuk variabel laten
datang Patient loyalty dalam penelitian ini endogen dalam model structural yang
diukur melalui beberapa indikator yang memiliki hasil R2 sebesar 0,67
mengacu pada jurnal penelitian Patawayati mengindikasikan bahwa model “baik”, R2
dkk (2013), antara lain: sebesar 0,33 mengindikasikan bahwa model
1) Patient Loyalty “moderet”, R2 sebesar 0,19 mengindikasikan
2) Patient complaints bahwa model “lemah” (Ghozali, 2012).
Adapun output PLS sebagaimana dijelaskan
berikut:
Pengumpulan Data
Tabel 1. Nilai R-Square
R-Square
Metode survey digunakan untuk
Procedureal Justice (X1)
mengumpulkan data dalam penelitian ini. Interactional Justice (X2)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 30


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020
Distributive Justice (X3) variabel intervening yaitu Satisfaction
Satisfaction Complaint Handling (Z) 0.591 Complaint Handling. Hasil nilai inner weight
Patient Loyalty (Y) 0.332 pada gambar 1 diatas diperoleh persamaan
berikut:
Hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa
variabel Procedureal Justice, Interactional Z = 0.213 X1 + 0.412 X2 + 0.195 X3
Justice, dan Distributive Justice yang Y = 0.576 Z
mempengaruhi Satisfaction Complaint
Handling memiliki R2 sebesar 0.591 yang Hasil Pengujian Hipotesis
berarti model “moderet”. Sedangkan Uji Hipotesis 1 (H1)
Distributive Justice dan Satisfaction Hipotesis pertama pada penelitian tidak
Complaint Handling yang mempengaruhi
terbukti kebenarannya, hal ini diketahui dari
Patient Loyalty memiliki nilai R2 sebesar
0.332 yang juga mengindikasikan model nilai t sebesar 1.448 yang berarti lebih kecil
“moderet”. dari 1.96, hal ini berarti Procedureal Justice
tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kesesuaian model struktural dapat dilihat dari Satisfaction Complaint Handling. Walaupun
Q2, sebagai berikut: pengaruh dibuktikan tidak signifikan, namun
Q2 = 1 – [(1 – R1)*(1 – R2)] arah hubungan kedua variabel adalah positif
= 1 – [(1 – 0.591)*(1 – 0.332)] yang berarti semakin baik Procedureal
= 1 – [(0.409)*(0.668)] Justice yang diterapkan maka akan semakin
= 1 - [0.273] meningkatkan Satisfaction Complaint
= 0.727 Handling namun secara tidak signifikan
dengan memiliki besar pengaruh sebesar
Hasil perhitungan Q2 menunjukkan bahwa
nilai Q2 0,727 yang menunjukkan bahwa 0.213.
nilai Q2 berada dalam kategori “kuat”.
Menurut Ghozali (2016), nilai Q2 dapat Hipotesis 2 (H2)
digunakan untuk mengukur seberapa baik Hipotesis kedua pada penelitian terbukti
nilai observasi dihasilkan oleh model dan kebenarannya, hal ini diketahui dari nilai t
juga estimasi parameternya. Sehingga nilai sebesar 2.332 yang berarti lebih besar dari
Q2 prediksi yang dilakukan oleh model 1.96, hal ini berarti Interactional Justice
dinilai telah memiliki predictive relevance. berpengaruh signifikan terhadap Satisfaction
Complaint Handling. Arah hubungan kedua
variabel adalah positif yang berarti semakin
baik Interactional Justice yang diterapkan
maka akan semakin meningkatkan
Satisfaction Complaint Handling dengan
memiliki besar pengaruh sebesar 0.412.

Uji Hipotesis 3 (H3)


Hipotesis ketiga pada penelitian tidak terbukti
kebenarannya, hal ini diketahui dari nilai t
Gambar 1. Model Inner PLS sebesar 1.468 yang berarti lebih kecil dari
1.96, hal ini berarti Distributive Justice tidak
berpengaruh signifikan terhadap Satisfaction
Terdapat variabel eksogen dalam model
Complaint Handling. Arah hubungan kedua
inner yang diteliti, yaitu Procedureal Justice,
variabel adalah positif yang berarti terdapat
Interactional Justice, dan Distributive Justice,
hubungan yang searah sehingga dapat
kemudian variabel endogen dalam model
diartikan bahwa semakin baik penerapan
inner yang diteliti adalah Patient Loyalty dan
Distributive Justice maka akan semakin dapat

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 31


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

meningkatkan Satisfaction Complaint menjelaskan bahwa ketika proses evaluasi


Handling namun secara tidak signifikan penanganan keluhan pelanggan akan
dengan memiliki besar pengaruh sebesar dianalisis fakto keramahan yang menjadi
0.195.
media melaporkan keluhan dan
Hipotesis 4 (H4) pengevaluasian penanganan keluhan tersebut.
Hipotesis keempat pada penelitian terbukti Sebenarnya pelanggan memberi arti keadilan
kebenarannya, hal ini diketahui dari nilai t interaksional terhadap faktor jujur, sopan,
sebesar 6.677 yang berarti lebih besar dari empati, usaha dan penjelasan, yang mana
1.96, hal ini berarti Satisfaction Complaint menjadi penentu kepuasan pelanggan atas
Handling berpengaruh signifikan terhadap penanganan keluhan. Keadilan prosedural
Patient Loyalty. Arah hubungan kedua
adalah bentuk dari prinsip normatif yang
variabel adalah positif yang berarti adanya
hubungan yang searah sehingga dapat didapatkan setiap prosedur seperti pada
diartikan bahwa semakin tinggi Satisfaction tawaran perbaikan pada keluhan pelanggan,
Complaint Handling maka akan semakin peraturan, tidak mengaitkan urusan
dapat meningkatkan Patient Loyalty dengan perseorangan pada proses penyampaian,
memiliki besar pengaruh sebesar 0.576. manajemen waktu, perbaikan peraturan,
keterwakilan aturan, dan etika (Badawi,
Pembahasan 2012).
Pengaruh Procedural Justice terhadap Dalam jurnal penelitian Kusumawati dan
Satisfaction Complaint Handling Handayani (2012) dijelaskan bahwa dalam
Procedureal Justice tidak berpengaruh keadilan prosedural perusahaan diharuskan
signifikan terhadap Satisfaction Complaint mampu menangani keluhan keluhan dengan
Handling, karena nilai T-statistik sebesar memastikan prosedur berjalan cepat, mudah
1.448 yang berarti lebih kecil dari 1.96. serta membuka akses bagi pelanggan yang
Temuan ini menunjukkan bahwa Procedureal melaporkan keluhannya untuk melihat sampai
Justice tidak berpengaruh signifikan terhadap mana prosesnya berjalan. Hal ini penting
Satisfaction Complaint Handling namun untuk memberikan kepuasan bagi konsumen
memiliki arah pengaruh positif, hal ini agar tidak tercipta konflik yang dapat
mengindikasikan bahwa semakin baik berdampak negatif bagi penciptaan hubungan
penerapan keadilan prosedural maka akan jangka panjang yang selanjutnya dapat
semakin meningkatkan satisfaction complaint melemahkan loyalitas pelanggan. Hasil
handling. Dengan demikian hipotesis pertama temuan dalam penelitian ini tidak sejalan
yang berbunyi “Procedureal Justice dengan jurnal tersebut yang menemukan
berpengaruh signifikan terhadap Satisfaction bahwa satisfaction with complaint handling
Complaint Handling” dapat dinyatakan tidak dipengaruhi oleh procedural justice. Lebih
diterima. lanjut hasil dalam penelitian ini juga tidak
senada dengan temuan Kusumawati dan
Gunawan dan Purwono (2007) menjelaskan Handayani (2012) yang membuktikan bahwa
bahwa Keadilan Interaksional merupakan keadilan prosedural terbukti berpengaruh
tolak ukur rasa adil dari pelanggan positif dan signifikan terhadap kepuasan atas
dikarenakan terdapat interaksi antara penanganan keluhan. Demikian juga temuan
pelanggan dan karyawan selama proses Malini (2003) yang menemukan hasil bahwa
penanganan keluhan. Schofer dan Christine keadilan procedural secara parsial memiliki
daam Gunawan dan Purwono (2007)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 32


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

pengaruh signifikan terhadap kepuasan atas Demikian juga Kusumawati dan Handayani
penanganan keluhan. (2012) yang menemukan bahwa Aspek
keadilan interaksional tidak berpengaruh
Pengaruh Interactional Justice terhadap signifikan terhadap kepuasan atas penanganan
Satisfaction Complaint Handling keluhan.
Interactional Justice berpengaruh signifikan
Pengaruh Distributive Justice terhadap
terhadap Satisfaction Complaint Handling,
Satisfaction Complaint Handling
karena nilai T-statistik sebesar 2.332 yang
berarti lebih besar dari 1,96. Temuan tersebut Distributive Justice tidak berpengaruh
menjelaskan jika Interactional Justice yang signifikan terhadap Satisfaction Complaint
berpengaruh signifikan terhadap Satisfaction Handling, karena nilai T-statistik sebesar
Complaint Handling dengan arah pengaruh 1.468 yang berarti lebih kecil dari 1.96.
positif, yang memperlihatkan bahwa semakin Temuan ini menunjukkan bahwa Distributive
baik penerapan keadilan interaksional maka Justice tidak berpengaruh signifikan terhadap
akan semakin meningkatkan satisfaction Satisfaction Complaint Handling namun
complaint handling. Dengan demikian memiliki arah pengaruh positif, hal ini
hipotesis kedua yang berbunyi “Interactional mengindikasikan bahwa semakin baik
Justice berpengaruh signifikan terhadap penerapan keadilan distributif maka akan
Satisfaction Complaint Handling” dapat semakin meningkatkan satisfaction complaint
dinyatakan diterima. handling namun secara tidak signifikan.
Dengan demikian hipotesis ketiga yang
Keadilan interaksional memiliki dua aspek berbunyi “Distributive Justice berpengaruh
keadilan yaitu sensitivitas dan penjelasan signifikan terhadap Satisfaction Complaint
interpersonal yang memiliki konsep yang Handling” dapat dinyatakan tidak diterima.
berbeda, perbedaan tersebut ditunjukan bahwa
sensitivitas interpersonal merupakan suatu Keadilan distributif merupakan penilaian
bentuk keadilan distributif (distribusi hasil- kesesuaian yang berdasarkan pada hitungan
hasil sosial) dan penjelasan merupakan bentuk ketentuan biaya yang dihabiskan pelanggan
keadilan prosedural (aspek sosial prosedur) dengan manfaat yang didapatkannya
(Greenberg, dalam Badawi, 2012). Davidow (Gunawan dan Purwono, 2007). Hasil temuan
dalam berpendapat bahwa perlakuan Casielles et al (2010) dibuktikan bahwa
interpersonal yang adil memberikan keadilan distributif memiliki pengaruh yang
kontribusi terhadap penanganan keluhan. Hal signifikan dan positif pada kepuasan dengan
ini sama dengan hasil dalam penelitian ini. pemulihan layanan. Menurut Saraswita dan
Yasa (2017), keadilan distributif berdasarkan
Hasil yang sama juga dibuktikan oleh pada keadilan yang dirasakan akibat ketika
Saraswita dan Yasa (2017) yang upaya, tindakan, atau tanggapan yang
menghasilkan bahwa Procedural justice dialokasikan atau penilaian yang dibuat
berpengaruh signifikan dan positif terhadap dinilai adil atau tidak adil. Penilaian ini
customer satisfaction setelah mendapatkan dinamakan dengan penilaian keadilan
complaint handling. Namun temuan dalam distributif dikarenakan penilaian distributif
penelitian ini tidak sama dengan hasil temuan tradisional adalah keadilan tentang bagaimana
Toba et al (2015) yang membuktikan bahwa sumber daya didistribusikan atau dialokasikan
interactional justice tidak berpengaruh kepada individu.
signifikan terhadap complaint satisfaction.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 33


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Hasil temuan dalam penelitian ini senada berpengaruh signifikan terhadap customer
dengan hasil penelitian Badawi (2012) loyalty.
dimana dalam penelitiannya dibuktikan
bahwa distributive justice tidak berpengaruh KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
signifikan terhadap kepuasan pemulihan Kesimpulan
layanan. Namun temuan ini tidak mendukung 1. Procedureal Justice tidak berpengaruh
temuan Toba et al (2015) yang membuktikan signifikan terhadap Satisfaction
bahwa distributive justice memiliki pengaruh Complaint Handling
signifikan terhadap complaint satisfaction. 2. Interactional Justice berpengaruh
signifikan terhadap Satisfaction
Pengaruh Satisfaction Complaint Handling Complaint Handling
terhadap Patient Loyalty 3. Distributive Justice tidak berpengaruh
signifikan terhadap Satisfaction
Satisfaction Complaint Handling berpengaruh Complaint Handling
signifikan terhadap Patient Loyalty, karena 4. Satisfaction Complaint Handling
berpengaruh signifikan terhadap Patient
nilai T-statistik sebesar 6.677 yang berarti
Loyalty
lebih besar dari 1,96. Temuan ini
menunjukkan bahwa Satisfaction Complaint Rekomendasi
Handling berpengaruh signifikan terhadap 1. Diharapkan agar pihak Rumah Sakit
Patient Loyalty dengan arah pengaruh positif, penyelenggaara BPJS di wilayah
Yogyakarta lebih meningkatkan
hal ini mengindikasikan bahwa semakin
kecekatan dalam menangani keluhan
tinggi kepuasan terhadap penanganan keluhan pasien sehingga akan meningkatkan
maka akan semakin meningkatkan patient kesetiaan pasien dalam menggunakan
loyalty. Dengan demikian hipotesis keempat layanan pada Rumah Sakit
yang berbunyi “Satisfaction Complaint penyelenggaara BPJS di wilayah
Handling berpengaruh signifikan terhadap Yogyakarta.
patient loyalty” dapat dinyatakan diterima. 2. Diharapkan peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti dengan topik yang sama
Meningkatkan loyalitas pelanggan adalah agar menggunakan variabel lainnya yang
diduga dapat mempengaruhi loyalitas
faktor penting dalam menumbuhkan pangsa
pasien.
pasar perusahaan dalam industri yang sangat
kompetitif, meningkatkan profitabilitasnya DAFTAR PUSTAKA
dan mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (Jarvis dan Mayo dalam Toba Arif Nuryanto, “Model Perlindungan Hukum
Profesi Dok-ter”, Jurisprudence,Vol.
et al, 2015). Setyorini (2009) menyebutkan
8No. 1. July 2012, Surakarta:
apabila loyalitas dilihat dari niat yang Muhammadiyah University
dikatakan pelanggan dan hasilnya Surakarta,page2.3
menunjukkan bahwa perpindahan konsumen
ke tingkat kepuasan yang lebih tinggi dapat Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
membangun loyalitas jangka panjang.
Jakarta : Rineka Cipta.
Namun, hasil dalam penelitian ini tidak
senada dengan temuan penelitian Toba et al Atmaja, J. (2018). Kualitas Pelayanan dan
(2015) dimana dalam penelitian ini ditemukan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas
bahwa complaint satisfaction tidak pada Bank BJB. Jurnal Ecodemica:
Jurnal Ekonomi, 49-63.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 34


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Bambang Sukarjono, “Liabilitas Hukum Diab, S. M. (2013). Using the Competitive


Pihak Rumah Sakit terhadap Pasien Dimensions to Achieve Competitive
(Studi tentang Perlindungan advantage (A Studyon Jordanian private
Konsumen/Pasien dan Tanggung Jawab hospitals). International Journal of
Pihak Rumah Sakit dalam Transaksi Academic Research in Business and
Terapeutik pada Rumah Sakit Islam Siti Social Sciences, 3(7), 695–706.
Aisyah Kota Madiun)”, Sosial,Vol. 10 https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v3-
No. 2 September 2009, Malang: STIE i7/101
Malangkucecwara,page33.4
Doig G: Responding to formal complaints
Bark P, Vincent C, Jones A, Savory J: about the emer-gency department:
Clinical complaints: a meansof Lessons from the service marketing
improving quality of care.Qual Health liter-ature.Emergency Medicine
Care 1994, 3:123-132. Australasia 2004, 16:353-360.
Blodgett, Jeffrey. G., Wakefield, Kirk. L. & Donaldson L.An organisation with a memory:
Barnes, James. H. 1995, “The effects of Learning fromadverse events in the
customer service on consumer NHS. London: Department of
complaining behavior”, Journal of Health,2000.
Service Marketing.
Dyer C: Patients, but not doctors, like
Blodgett, Jeffrey G., Hill, Donna J. & Tax, mediation for settlingclaims.BMJ 2000,
Stephen S., 1997. The effect of 320:336-336
distributive, procedural, and
interactional justice on post-complaint Eriyanto. 2011. Analisis Isi : Pengantar
behavior, Journal of Retailing. Metodologi Untuk Penelitian Ilmu.
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
Chebat J-C, Slusarczyk W: How emotions Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
mediate the effects ofperceived justice Media Group.
on loyalty in service recovery
situations: anempirical study.Journal of Filip A. Complaint Management: A Customer
Business Research 2005, 58:664-673 Satisfaction Learning Process. Procedia
-Soc Behav Sci. 2013 Oct 21;93:271–5.\
Daniel AE, Burn RJ, Horarik S: Patients'
complaints about medi-cal practice [see Fornell, Claes, Johnson, Michael D.
comments].Med J Aust 1999, 170:598- Anderson, Eugene.W. Jaesung Cha &
602[http://www.mja.com.au/public/issu B.E. Bryant, 1996. The american
es/jun21/daniel/daniel.html]. customer satisfaction index: nature,
purpose and findings, Journal of
David, D., Hariyanti, T., & Widayanti Lestari, Marketing, Vol.60 Issue.4.
E. (2014). Hubungan Keterlambatan
Kedatangan Dokter terhadap Kepuasan Friele RD, Sluijs EM: Patient expectations of
Pasien di Instalasi Rawat Jalan. Jurnal fair complaint han-dling in hospitals:
Kedokteran Brawijaya, 28(1), 31–35. empirical data.BMC Health Serv Res
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.02 2006,6:106.
8.01.19 Goodwin, Cathy & Ross, Ivan. 1992.
Dedi Afandi, “Mediasi: Alternatif Consumer responses to service failures:
Penyelesaian Sengketa Medis, Majalah influence of procedural and
Kedokteran Indonesia”, Vol. 59 No. 5 interactional fairness perceptions,
May 2009, Jakarta: University of Journal of Business Research, Vol. 25,
Indonesia,page189. No. 2.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 35


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Hsieh, S. Y. (2012). An exploratory study of Pratiwi.Y, Fresty.A, & Martini.W. (2010).


complaints handling and nature. Complait Management On Health Care
International Journal of Nursing Improvement Efforts as a Customer
Practice, 18(5), 471–480. Satisfaction, (031)
https://doi.org/10.1111/j.1440-
172X.2012.02057.x Queensland Ombudsman. 2006. Effective
Complaints Management. Brisbane:
Irawan, .Andri, Nawawi, J., & Ahmad, B. Queensland
(2016). Manajemen Komplain Dalam Ombudsman.(www.ombudsman.qld.go
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit v.au) www.regional.kompas.com
Umum Daerah Merauke, 5(1), 22–31
Saleh, A. Muwafik . 2010. Public Service :
Kaihatu, Daengs, & Indrianto. (2015). Communication. Malang : UMM press.
Manajemen Komplain. Penerbit Andi.
Sanusi, Anwar. 2016. Metodologi Penelitian
Liu, T.-C. d. (2007). Hubungan Pelanggan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
dan lintas membeli di industri
perbankan: a Integrasi atribut layanan, Setiyowati, Y. D., Pasinringi, S. A., &
kepuasan dan kepercayaan. Jurnal Irwandy. (2013). Pengaruh Brand
Layanan Keuangan pemasaran , Vol.12 Image terhadap Minat Kembali Pasien
No.2 pp132-145. Rawat Jalan Untuk Memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan di RS Unversitas
McColl-Kennedy JR, Sparks BA: Application Hasanuddin Tahun 2013, 1–14.
of Fairness Theoryto Service Failures
and Service Recovery.Journal of Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
ServiceResearch (JSR) 2003, 5:251- Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
266. Bandung: Alfabeta.

Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian
Ghalia Indonesia. Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Ofori-okyere, I., & Kumadey, G. (2015). An
assessment of Service Failures and Tax SS, Brown SW, Chandrashekaran M:
Customer Complaints Management in Customer evaluations ofservice
the delivery of Health Care in the complaint experiences: implications for
Municipal Hospitals in Ghana, 3(1), 31– relationshipmarketing.Journal of
42. Marketing 1998, 62:60-76.5.

Ombudsman Western Australian. 2010. Tiara, & Lestari, A. (2013). Perilaku Caring
Guidelines On Complaint Handling. Perawat Dalam Meningkatkan
Western Australian: Ombudsman Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Western Australian. Keperawatan, ISSN 1907 –0357, IX(2)
(www.ombudsman.wa.gov.au diakses
Vincent C, Young M, Phillips A: Why do
tanggal 31-3-2013)
people sue their doctors?A study of
Palese, A., Bello, A., & Magee, J. (2011). patients and relatives taking legal
Triturating drugs for administration in action.The Lan-cet 1994, 343:1609-
patients with difficulties in swallowing: 1613.
Evaluation ofthe drug lost. Journal of
Widadi, R. H. S., & Wadji, F. (2015). Faktor-
Clinical Nursing, 20(3–4), 587–590.
Faktor Yang Berpengaruh Pada
https://doi.org/10.1111/j.1365-
Loyalitas Pelanggan Klinik Saraf
2702.2010.03577.x
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr R.M.
Soedjarwadi. DAYA SAING Jurnal

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 36


Journal of Hospital Administration and Management
Vol 1, No. 1, Juni 2020

Ekonomi Manajemen Sumber Daya,


17(1), 28–37. Retrieved from
journals.ums.ac.id/index.php/dayasaing/
article/download/.../1540
Zhou, W. J., Wan, Q. Q., Liu, C. Y., Feng, X.
L., & Shang, S. M. (2017).
Determinants of patient loyalty to
healthcare providers: An integrative
review. International Journal forQuality
in Health Care, 29(4), 442–449.
https://doi.org/10.1093/intqhc/mzx058

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 37

Anda mungkin juga menyukai