MANAJEMEN KEUANGAN
“KONSEP BEP DAN CRR”
OLEH:
AKK 020
KELOMPOK 6:
RANNY NUR ALDA J1A120065
ISMAYANA J1A120037
SRIWATU RANDANG J1A120370
TAQIYAH HAFIDZAH J1A120235
SELA DIAN SAFITRI J1A120361
MUH FAUZI ISMAIL J1A120326
ISTI QARINA KARIM J1A120170
WAODE NUR ANISA SAID J1A120244
ASRI ANDRIANI J1A120128
TRI WANTI OKTAVIA J1A120369
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang
maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa
besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan
prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar
perolehan laba mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus
mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi
pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak
mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Jika dalam satu periode, perusahaan mengalami titik impas atau jumlah
pendapatan sama besar dengan modal yang dikeluarkan maka dalam periode
tersebut perusahaan berada pada titik BEP. Dalam kata lain, BEP merupakan
kondisi dimana suatu perusahaan tidak mendapatkan laba ataupun tidak merugi
pada periode tertentu.
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu alat dalam analisis
ekonomi yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha. Usaha
dinyatakan layak apabila nilai pendapatan bersih lebih besar dari nilai BEP.
Analisis BEP menyajikan informasi berbagai tingkat penjualan serta
menggambarkan hubungan antara volume penjualan, biaya, harga jual, dan sales
mix terhadap laba suatu usaha (cost-volume-profit analysis). Melalui analisis ini,
perusahaan dapat menentukan besarnya volume penjualan yang harus dicapai agar
tidak mengalami kerugian. Analisis BEP mengasumsikan perusahaan dalam
kondisi belum mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Menurut Kasmir Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau
dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat panting dalam perencanaan keuangan perusahaan.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning).
Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin
mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu
berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke
konsumen.
Analisis titik impas digunakan untuk rnengetahui pada titik berapa hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi
tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui analisis titik impas,
kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena
itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
Sedangkan itu, pentingnya Cost Recovery Rate (CRR) sebagai alat
penentuan efisiensi, adalah bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendapatan
sebuah usaha dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Melalui Cost Recovery
Rate (CRR) pula kita dapat mengetahui dan menggambarkan bagaimana
hubungan antara hasil yang dicapai suatu usaha yang dilakukan dengan sumber
daya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk atau output tertentu.
Idealnya CRR di suatu organisasi haruslah > 1 atau > 100%. Jika CRR = 1 atau
CRR = 100%, artinya organisasi tersebut belum memperoleh keuntungan, secara
financial tidak ada selisih antara pendapatan dengan pengeluaran.
Oleh karena itu mengingat betapa pentingnya Cost Recovery Rate (CRR)
sebagai alat penentuan efisiensi, maka melalui pengelolaan suatu organisasi
secara mandiri dan efisien berdasarkan CRR diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan fungsional, mampu mengendalikan biaya yang dikeluarkan, mampu
menutupi biaya operasional, pemeliharaan dan investasi yang dikeluarkan melalui
keuntungan yang diperoleh dari pendapatan, mampu meningkatkan laba, efisiensi,
kualitas, kinerja dan citra perusahaan yang bagus. Lambat laun juga akan
menimbulkan surplus secara ekonomi dan membawa dampak positif bagi
kesejahteraan karyawan dan agar tidak terjadi pemborosan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan BEP?
2. Apa tujuan dari BEP?
3. Apa saja manfaat dari BEP?
4. Bagaimana asumsi-asumsi dalam BEP?
5. Apa saja kelebihan BEP?
6. Apa saja kekurangan BEP?
7. Bagaimana cara perhitungan BEP?
8. Apa yang dimaksud dengan CRR?
9. Apa tujuan dari CRR?
10. Apa saja manfaat dari CRR?
11. Apa saja kelebihan CRR?
12. Apa saja kelemahan CRR?
13. Bagaimana cara perhitungan CRR?
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Agar dapat mengetahui definisi dari BEP.
2. Agar dapat mengetahui tujuan BEP.
3. Agar dapat mengetahui manfaat BEP.
4. Untuk dapat mengetahui asumsi-asumsi dalam BEP.
5. Agar dapat mengetahui kelebihan BEP.
6. Agar dapat mengetahui kelemahan BEP.
7. Untuk dapat mengetahui perhitungan BEP.
8. Agar dapat mengetahui definisi dari CRR.
9. Agar dapat mengetahui tujuan CRR.
10. Agar dapat mengetahui manfaat CRR.
11. Agar dapat mengetahui kelebihan CRR.
12. Agar dapat mengetahui kekurangan CRR.
13. Agar dapat mengetahui perhitungan CRR.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi BEP
Break Even Point (BEP) merupakan kondisi yang bisa terjadi pada
perusahaan, yaitu suatu kondisi perusahaan dalam operasionalnya tidak mendapat
keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara
pendapatan dan biaya ada pada kondisi yang sama, sehingga laba perusahaan
adalah nol (penghasilan = total biaya). Analisa BEP adalah suatu teknik analisa
untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan profitabilitas (Manuho
et al. 2021).
Break even point/titik impas/titik pulang pokok mempunyai definisi
pendapat yang berbeda-beda dari para ahli tetapi pada prinsipnya mempunyai
konsep dasar yang sama (Aminus and Sarina 2022).
1. Menurut (Dr. Dwi Prastowo Darminto, 2020: 138), mengatakan Analisis
Break Even Point adalah tekni analisis yang digunakan untuk menentukan
tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk
menutup semua beban yang terjadi selama periode tertentu. Titik impas
(Break Even Point) adalah titik dimana total beban sama dengan total
pebghasilan. Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba maupun rugi
yang diterima oleh perusahaan.
2. Menurut Shinta Rahma Diana (2021:75) mengatakan, Analisis Break Even
Point (BEP) adalah suatu titik dimana perusahaan didalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol.
3. Menurut Shinta Rahma Diana (2021:75) mengatakan, Analisis Break Even
Point (BEP) adalah suatu titik dimana perusahaan didalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Menurut (Prof, Dr
kamaludin 2019:90) mengatakan, analisis BEP merupakan analisis ang
menunjukkan hubungan antara investasi dan volume produksi atau penjualan
untuk mendapatkan suatu tingkat profitabilitas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwan Break Even
Point adalah keadaan dimana perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun
keuntungan atau total pendapatan dan total biaya sama dengan nol. Sedangkan
Analisis Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi
dalam kondisi tidak memperoleh pendapaatan (laba) dan tidak juga mengalami
kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima oleh
perusahaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan analisis ini
manajemen dapat melihat bagaimana biaya berprilaku, pengaruh perubahan biaya
variabel dan tetap terhadap laba pada berbagai tingkat keluaran, ataupun
menentukan volume produksi yang harus dijual untuk mendapatkan laba yang
optimal. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis break even point adalah proses
perhitungan yang dilakukan oleh suatu manajemen untuk mengetahui titik
impas/balik pokok dimana keadaan perusahaan tidak mengalami keuntungan
maupun kerugian atau pendapatan dan biaya sama dengan nol. Jadi dapat
dikatakan break even point adalah hubungan antara volume penjualan, biaya dan
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu, sehingga
analisis Break Even Point ini sering disebut cost, volume, profit analysis.
2.2 Tujuan BEP
Tujuan analisis titik impas atau break event point (BEP) adalah untuk
mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan sama dengan
jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya (Maruta 2018). Apabila suatu
perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul
masalah break even dalam perusahaan tersebut. Masalah break-even baru muncul
apabila suatau perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai
biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara
totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.
Adapun biaya yang termasuk golongan biaya variabel pada umumnya adalah
bahan mentah, upah buruh langsung (direct labor), komisi penjualan. Sedangkan
yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva
tetap, sewa, bunga utang, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staf research, dan
biaya kantor.
Analisis titik impas yang digunakan perusahaaan memberikan banyak
manfaat. Secara umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk
mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan prdouksi
(Sutisman 2022). Dari uraian sebelumnya, jelas bahwa terdapat beberapa
keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan, jika diketahui hasil
dari analisis titik impas Misalnya dengan informasi tersebut, maka manajer
mampu meminimalkan kerugian memaksimalkan keuntungan, dan prediksi
keuntungan yang diharapakan (Suprajitno 2018). Dalam praktiknya penggunaan
analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya)
Mendesain spesifikasi produk diperlukan suatu pedoman yang
memberi arah bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan biaya dan harga. Perhitungan titik impas memberikan
perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum
spesifikasi produk ditetapkan.
2. Penentuan harga jual persatuan
Penentuan harga jual persatuan, sangat penting agar harga jual dapat
diterima pelanggan. Disamping pertimbangan biaya yang akan dikelurkan,
harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang
sejenis. Jika penentuan harga jual yang tidak realistis, maka perusahaan
tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian dari biaya – biaya yang
akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan
tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan juga tida akan mampu
memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentuakan.
3. Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian,
maksudnya adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah
produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi
yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk
mempertimbngkan apakah harga jual sudah layak, jika dikaitkan dengan
biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
4. Memaksimalkan jumlah produksi
Memaksimalkan jumlah produksi artinya, dengan perhitungan titik
impas kita akan tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum.
Tujuannya agar jangan sampai ada kepastian produksi yang menganggur.
Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara
efisien.
5. Perencanaan laba yang dinginkan
Perencanaan laba yang diinginkan artinya, manajemen mampu
merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang
dimiliki. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau dari
total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau
menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual.
2.3 Manfaat BEP
Manfaat analisis break even poin sangat banyak, namun secara umum
adalah untuk mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha. Dengan
diketahuinya titik pulang pokok, manajemen dapat mengetahui harus
memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar peruasahaan tidak
mengalami kerugian (Maruta, 2018).
BEP amatlah penting jika kita membuat sebuah usaha agar kita tidak
mengalami kerugian, baik itu usaha yang bergerak di bidang jasa atau manufaktur.
Berikut ini adalah manfaat dari BEP:
1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan
3. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi, harga jual
dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi perusahaan akan
diketahui
4. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk maupun
satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi
5. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
6. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
7. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual
8. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terhadap hal-hal berikut:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh
Menurut Rony analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat
bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional
yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba
2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat
operasional
3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya
variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan
peralatan yang canggih.
Matz, Usry dan Hammer juga menjelaskan beberapa manfaat analisa
break even untuk manajemen, yaitu:
1. Membantu pengendalian melalui anggaran
2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan
3. Menganalisa dampak perubahan volume
4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya
5. Merundingkan upah
6. Manganalisa bauran produk
7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan
8. Menganalisa margin of safety
Sedangkan menurut Sigit analisa Break Even Point mempunyai beberapa
manfaat, diantaranya adalah:
1. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai
laba tertentu
2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang
berjalan
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual
4. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Dalam suatu usaha, perhitungan BEP sangat penting agar kita tidak
mengalami kerugian, diantara manfaat BEP adalah:
1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti (Pkwu et al., 2020)
2.4 Asumsi-Asumsi Dalam BEP
Asumsi yang mendasari analisis break even point menurut Horngren et all
adalah sebagai berikut:
1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume.
2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan )
baik sebagai biaya variabel maupun biaya tetap.
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya.
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah.
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan
merupakan kombinasi produk yang membentuk total penjualan.
Sedangkan menurut Mulyadi beberapa asumsi yang berpengaruh dalam
analisa break even poinadalah sebagai berikut:
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
8. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak
dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi
validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat bantu pengambilan
keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam
penggunaannya.
Selain itu, terdapat pula asumsi-asumsi dasar dalam perhitungan Break
Event Point (BEP). Dalam menganalisis Break Even Point terdapat beberapa
asumsi (anggapan) dasar yang harus dipengaruhi antara lain:
1. Biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya
tetap dan biaya variabelitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas
penuh.
3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan
perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan
penjualan.
4. Harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan
barang yang djual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
5. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika
lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualan (sales
mix) akan tetap konstan.
2.5 Kelebihan BEP
1. Harga
Analisis titik impas memberi Anda dasar yang jauh lebih kuat untuk
menentukan harga produk Anda. Lihatlah situasi keuangan Anda saat ini dan
cari tahu seberapa sabar Anda mampu untuk mencapai titik impas Anda.
2. Menetapkan Target Pendapatan
Selain itu, melakukan analisis break even point/titik impas dapat
menjadi alat yang hebat untuk menetapkan target penjualan konkret untuk tim
Anda. Jika Anda memiliki jumlah uang dan jangka waktu yang jelas, akan
selalu lebih mudah untuk memutuskan target pendapatan.
3. Mengurangi Risiko
Terkadang, ide bisnis tidak selalu menghasilkan uang sesuai harapan.
Analisis titik impas dapat membantu Anda mengurangi risiko dengan
menghindari investasi atau lini produk yang kemungkinan besar tidak akan
menguntungkan.
4. Mendapatkan Pendanaan
Perlu dicatat bahwa analisis break even point/titik impas sering kali
merupakan komponen kunci dari rencana bisnis. Jika Anda ingin
mendapatkan dana untuk bisnis atau start-up Anda, Anda mungkin perlu
melakukan analisis titik impas. Plus, titik impas yang dapat dikelola
kemungkinan akan membuat Anda lebih nyaman dengan prospek mengambil
pembiayaan atau utang tambahan.
2.6 Kekurangan BEP
1. Tidak Memprediksi Permintaan
Meskipun analisis titik impas dapat memberi tahu Anda kapan Anda
akan mencapai titik impas, analisis ini tidak memberi Anda wawasan tentang
seberapa besar kemungkinan hal itu terjadi. Ditambah lagi, permintaan tidak
stabil, jadi bahkan jika Anda berpikir ada celah di pasar, titik impas yang pada
akhirnya Anda capai bisa menjadi tidak akurat daripada yang Anda duga
sebelumnya.
2. Bergantung Pada Data yang Andal
Singkatnya, keakuratan analisis titik impas Anda bergantung pada
keakuratan data Anda. Jika perhitungan Anda salah atau Anda menghadapi
biaya yang berfluktuasi, analisis titik impas mungkin bukan alat yang paling
berguna di gudang senjata Anda.
3. Terlalu sederhana
Analisis titik impas adalah yang terbaik untuk perusahaan dengan satu
titik harga. Jika Anda memiliki banyak produk dengan beberapa harga, maka
analisis titik impas mungkin terlalu sederhana untuk kebutuhan Anda. Selain
itu, perlu diingat bahwa biaya dapat berubah, sehingga titik impas Anda
mungkin perlu dievaluasi dan disesuaikan di lain waktu.
4. Mengabaikan persaingan
Keterbatasan lain dari analisis titik impas menyangkut fakta bahwa
pesaing tidak diperhitungkan dalam perhitungan break even point/titik impas.
Pendatang baru ke pasar dapat memengaruhi permintaan produk Anda atau
menyebabkan Anda mengubah harga, yang kemungkinan akan memengaruhi
target break even point atau titik impas Anda.
Secara keseluruhan, yang terbaik adalah melakukan analisis break even
point/titik impas bersama metrik profitabilitas lainnya, seperti margin laba bersih,
untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan gambaran terbaik tentang kesehatan
dari keuangan bisnis Anda.
2.7 Perhitungan BEP
Perusahaan perlu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh
dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang
maupun jasa dimana salah satu cara adalah menentukan nilai BEP (Block et al.,
2017:130). Bukti empiris dari Sugiarti (2005), Irfania dan Diyani (2016), Makmur
(2016), Mokoginta dan Budiarso (2017), Chalil (2018), Maruta (2018), Suswadi
(2018), Julirin et al. (2019), Khanifah dan Septiana (2019), dan Nata et al. (2021)
menunjukkan bahwa BEP memiliki peranan penting bagi perusahaan dalam
merencanakan laba jangka pendek. Garrison et al. (2018:199), dan Mowen et al.
(2018:334) menyatakan bahwa untuk mencari BEP dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
BEP (Unit) = Biaya Tetap
Harga jual per unit – Biaya variabel per unit
BEP (Mata Uang) = Biaya Tetap
1 – (Biaya variabel per unit / Harga jual per unit
Penerapan ipteks ditempuh dengan menggunakan metode deskriptif
melalui pendekatan contoh kasus perhitungan analisa BEP.
1. Teknik penerapan ipteks
Teknik yang digunakan untuk penerapan ipteks adalah dengan
memberikan contoh perhitungan sesuai dengan metode perhitungan BEP
yaitu dengan menggunakan pendekatan matematis yang terbagi dalam dua
bentuk perhitungan yaitu dalam unit dan dalam mata uang.
a. Asumsi Kasus 1
PT. X menghasilkan sebuah produk dengan harga jual produk
per unit (HJ) sebesar IDR 100. Produk tersebut memiliki biaya
produksi yang terdiri dari biaya tetap (BT) sebesar IDR 250.000 dan
biaya variabel (BV) per unit sebesar IDR 50. Persamaan matematis atas
biaya produksi PT. X dinyatakan berikut:
Y = α + β.X
TC = 250.000 + 50.X
TC adalah total biaya (total cost) dan X adalah unit produk yang
diproduksi. Berdasarkan informasi harga jual per unit dan biaya-biaya
dari produk maka penghitungan titik BEP dalam jumlah unit dapat
dilakukan berikut:
BEP (Unit) = BT
HJ-BV
= 250.000
100 - 50
= 250.000
50
= 5.000 Unit
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik BEP dalam jumlah
unit untuk PT. X adalah sebanyak 5.000 unit. Hasil ini
mengimplikasikan bahwa untuk mencapai laba sama dengan nol maka
PT. X harus menjual 5.000 unit. Selain itu, PT. X juga dapat
menentukan titik BEP yang dinyatakan dalam mata uang dengan
penghitungan berikut:
BEP (Mata Uang) = BT
1-(BV/HJ)
= 250. 000
1-(50/100)
= 250.000
0.50
= IDR 500. 000
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik BEP dalam mata
uang untuk PT. X adalah sebesar IDR 500.000. Hasil ini
mengimplikasikan bahwa untuk mencapai laba sama dengan nol maka
PT. X harus mencapai tingkat penjualan sebesar IDR 500.000.
Laporan laba rugi atas pembuktian titik BEP dari PT. X dapat disajikan
berikut:
b. Asumsi Kasus 2
PT. X menjual produknya dengan harga jual (HJ) IDR 100 per unit dan untuk
itu perusahaan harus mengeluarkan biaya variabel (BV) sebesar IDR 60 per unit dan
biaya tetap (BT) sebesar IDR 25.000. Pihak manajemen merencanakan untuk
mencapai target laba sebelum bunga dan pajak (TL) sebesar IDR 10.000.
Penghitungan titik penjualan dari PT. X dapat dihitung sebagai berikut:
BEP (Unit) = BT + TL
HJ – BV
= 25.000 + 10.000
100 – 60
= 35.000
40
= 875 Unit
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik penjualan dalam
jumlah unit untuk PT. X adalah sebanyak 875 unit. Hasil ini
mengimplikasikan bahwa untuk mencapai laba sama dengan IDR
10.000 maka PT. X harus menjual 875 unit walaupun titik BEP yang
seharusnya dari PT. X adalah sebesar 625 unit. Selain itu, PT. X juga
dapat menentukan titik penjualan yang dinyatakan dalam mata uang
dengan penghitungan berikut:
BEP (Mata Uang) = BT + TL
1-(BV/HJ)
= 25.000 + 10.000
1-(60/100)
= 35.000
0.40
= IDR 87.500
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik penjualan dalam
mata uang untuk PT. X adalah sebesar IDR 87.500. Hasil ini
mengimplikasikan bahwa untuk mencapai laba sama dengan IDR
10.000 maka PT. X harus mencapai tingkat penjualan sebesar IDR
87.500 walaupun titik BEP yang seharusnya dari PT. X adalah sebesar
IDR 62.500. Laporan laba rugi atas pembuktian titik penjualan dan
titik BEP dari PT. X dapat disajikan berikut:
Penjualan IDR 62.500 IDR 87.500
Biaya variabel 37.500 52.500
Laba kontribusi 25.000 35.000
Biaya tetap 25.000 25.000
Laba bersih 0 10.000