Bab 1-3
Bab 1-3
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
DIVITA NURDIANI
NPM. 21142019008.P
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa Proposal Penelitian yang sangat
sederhana ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Proposal ini
membahas mengenai dokumentasi keperawatan dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Tentang Perioperatif Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak Di
RS. Sriwijaya Palembang Tahun 2022”.
Proposal ini terdiri dari 3 (tiga) bab dan terbagi lagi dalam sub bab yang akan
memberikan penjelasan sebagai berikut :
Bab. I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang kemudian diikuti oleh
perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang diharapkan dapat
memberikan sedikitnya 2 (dua) manfaat yaitu manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.
Bab. II Landasan teori atau Tinjauan Pustaka memuat teori yang dipergunakan untuk
memecahkan masalah penelitian serta penelitian terdahulu guna melihat ada tidaknya
kesenjangan yang mungkin berkaitan dengan populasi maupun sampel atau bahkan teori dan
variabel yang dipakai. Selain itu pada bagian ini pula berisi alur pikir dan hipotesis yang
nantinya akan diuji.
Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari ruang lingkup penelitian, data dan teknik
pengumpulannya serta populasi dan sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian
tersebut
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 4
1.4.1 Manfaat teoritis ...................................................... 4
1.4.2 Manfaat praktis........................................................ 5
iii
2.4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perioperatif Katarak Dengan
Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi................... 42
2.5 Penelitian terdahulu ............................................................ 44
2.6 Kerangka konsep ................................................................ 46
2.7 Hipotesis ............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
dunia, hal ini menunjukkan bahwa katarak masih merupakan masalah prioritas
penyakit mata yang harus diatasi. Katarak merupakan penyebab 51% kebutaan di
tahun 2017 adalah 285 juta orang dan 39 juta orang diantaranya menderita kebutaan.
(33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%) (Loihala, 2019).
Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 juta orang menderita katarak dan setiap
dokter spesialis mata berjumlah 400 orang tiap tahun hanya melakukan operasi
sebanyak 50.000 penderita katarak oleh karena itu untuk dapat menanggulangi jumlah
penderita katarak yang sekitar 1.7 juta jiwa di Indonesia setiap dokter mata harus
mampu melakukan operasi mata terhadap 3.420 pasien pertahun. Semua ini akan
berhasil jika ditunjang dengan tenaga kesehatan medis lain, terutama perawat sebagai
orang yang berhadapan langsung dengan pasien sebelum dilakukan operasi katarak
(Rondonuwu, 2018).
Selatan sendiri angka Prevalensi berada di angka 3,6% dari jumlah penduduk yang
1
2
sebanyak 3,2% dimana sebagian besar penyebab kebutaan tersebut disebabkan karena
paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Pengambilan
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik
(Rondonuwu, 2018).
yang sudah diketahui, dan muncul dari gangguan intrusi yang dirasakan. Kecemasan
pra operasi katarak dapat mempengaruhi sebagian besar pasien meskipun sudah ada
kemajuan dalam teknik operasi maupun dalam tindakan anestesi, sehingga diperlukan
konseling yang tepat untuk mengurangi rasa cemas ataupun rasa takut pada pasien
pemahaman pra operasi perlu dipertimbangkan sebagai cara untuk mengurangi tingkat
kecemasan pada penderita katarak yang akan melakukan tindakan pembedahan atau
Dampak yang mungkin muncul bila kecemasan tidak segera di tangani, yang
pertama klien dengan kecemasan tinggi tidak akan mampu berkonsentrasi dan
memahami kejadian selama perawatan dan prosedur. Kedua, harapan klien terhaap
hasil, klien mungkin sudah memiliki gambaran sendiri mengenai pemulihan setelah
pembedahan. Ketiga, klien akan merasa lebih nyaman dengan pembedahan jika klien
mengetahui momen yang dihadapi pada saat hari pembedahan tiba. Keempat, klien
mungkin memerlukan penjelasan mengenai nyeri yang akan dirasakan setelah operasi
dengan cara mempersiapkan mental dari klien melalui penjelasan tindakan spesifik
yang akan dilakukan baik sebelum, selama, dan sesudah operasi. Pendidikan
dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Suswanti,
2018).
pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai
yang tidak memiliki kecemasan dengan Berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%),
responden yang memiliki kecemasan ringan dengan pengetahuan baik ada 15 orang
(35,7%), responden yang memiliki kecemasan sedang dengan pengetahuan baik ada
10 orang (23,8%).Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,001 hal ini
Rumah Sakit Umum Sriwijaya merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe
C yang ada di Kota Palembang. Salah satu pelayanan nya adalah pemeriksaan dan
pengobatan katarak. Adapun data kunjungan pasien dipoli mata rumah sakit umum
Sriwijaya selama bulan Januari sampai dengan September 2021 sebanyak 14.324
kunjungan. Dimana sebagian besar adalah penderita katarak sedangkan jumlah pasien
Kecemasan pada Klien Pre Operasi katarak di RS. Sriwijaya Palembang tahun
2022”.
kecemasan pada klien pre operasi katarak di RS. Sriwijaya Palembang tahun 2022?
tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di RS. Sriwijaya Palembang tahun
2022.
dalam memberikan informasi kesehatan kepada pasien pre operasi katarak tentang
prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan serta manfaat yang akan didapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Definisi
ketidak nyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan
pasien dan keluarganya disaat pasien harus di rawat mendadak atau tanpa terencana
begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan
keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien
(Nursalam, 2016).
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu.
Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak
berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering disertai keluhan fisik
(Azizah, 2016).
1. Teori psikoanalisis
impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang, sedangkan ego
atau aku untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Teori interpersonal
kecemasan berat.
3. Teori prilaku
4. Teori keluarga
Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam keluarga,
5. Teori biologi
diantaranya.
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
7
terhadap penyakit
1. Perilaku, diantaranya:
a. Gelisah,
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Reaksi terkejut
e. Bicara cepat
f. Kurang koordinasi
i. Inhibisi
k. Menghindar
l. Hiperventilasi, dan
m. Sangat waspada.
8
2. Kognitif, diantaranya:
a. Perhatian terganggu,
b. Konsentrasi buruk
c. Pelupa,
e. Preokupasi
f. Hambatan berpikir
h. Kreativitas menurun
i. Produktivitas menurun
j. Bingung
k. Sangat waspada
l. Keasadaran diri
m. Kehilangan objektivitas
r. Mimpi buruk.
3. Afektif, diantaranya:
a. Mudah terganggu
b. Tidak sabar
c. Gelisah
d. Tegang
e. Gugup
9
f. Ketakutan
g. Waspada
h. Kengerian
i. Kekhawatiran
j. Kecemasan
k. Mati rasa
m. Malu.
berikut:
1. Ansietas ringan
2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
3. Ansietas berat
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area
lain.
10
4. Tingkat panik
Dari ansietas yang berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak
yaitu:
1. Cemas ringan
a. Tingkah laku
b. Afektif
1) Kurang perhatian
c. Kognitif
1) Mampu berkonsentrasi
d. Fisiologis
1) Nafas pendek
2) Nadi meningkat
2. Cemas sedang
a. Tingkah laku
b. Afektif
2) Khawatir, nervous
c. Kognitif
d. Fisiologis
1) Nafas pendek
2) HR meningkat
3) Mulut kering
4) Anoreksia
5) Diare, konstipasi
7) Susah tidur
3. Cemas berat
a. Tingkah laku
2) Banyak bicara
b. Afektif
c. Kognitif
d. Fisiologis
1) Nafas pendek
2) Nausea
3) Gelisah
5) Ekspresi ketakutan
6) Badan bergetar
4. Panik
a. Tingkah laku
2) Kasar
b. Afektif
c. Kognitif
13
1) Persepsi menyempit
d. Fisiologis
1) Nafas pendek
3) Nyeri dada
4) Gerak involunter
5) Tubuh bergetar
gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada
pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang
berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit
berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau
berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi
dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan
merasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau
tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau
mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, dan
terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada
oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa
sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran
pikiran terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, dan sulit
1. Kembali ke lingkungan
cenderung menarik diri dari lingkungan. Padahal, salah satu cara untuk mengatasi
depresi adalah dengan melakukan apa yang disukai seperti nonton film, jalan-
menantang diri sendiri dengan melakukan hal baru, tanpa disadari tubuh akan
bahagia.
depresi. Cobalah sesekali keluar dari kamar agar dapat terkena sinar matahari,
endorfin yang memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang,
Makanan yang dikonsumsi dapat berdampak pada perasaan. Oleh karena itu,
tidak mengherankan jika akan merasa kesal ataupun lelah saat telat makan. Dan
untuk mengatasi rasa cemas atau depresi, dapat meminimalkan konsumsi gula dan
karena kekurangan vitamin B (seperti asam folat dan B12) dapat memicu depresi.
16
Sulit tidur dapat menjadi salah satu gejala depresi. Untuk mengatasi perasaan
cemas atau depresi, cobalah untuk mengubah pola tidur. Mulailah untuk tidur
cukup setidaknya 7 jam per hari, dan singkirkanlah hal-hal yang dapat
Satu hal yang bisa membuat rasa cemas dan depresi semakin memburuk
adalah pikiran negatif tentang diri sendiri atau lingkungan sekitar. Oleh karena itu,
salah satu cara untuk mengatasi rasa cemas dan depresi adalah dengan berpikir
positif.
(DSM-II).
Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah,
2.2.1 Definisi
“Katarak” yang berarti air terjun. Katarak adalah kondisi bercak putih seperti yang
terdapat pada lensa mata. Kondisi ini membuat penglihatan mata menjadi terganggu.
Katarak dapat membatasi jarak pandang mata dan mengakibatkan mata menjadi silau.
Katarak umumnya tidak sampai memicu iritasi atau rasa nyeri. Pada banyak kasus
mata katarak, bercak putih berkembang secara lambat dan pada awalnya tidak
mengganggu pandangan mata. Tetapi, saat bercak putih pada lensa mata mulai
2017).
atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi
apabila protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya
2. Katarak anak-anak
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak
terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-
sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul
maupun tembus. Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes
dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan tumor aqueus dan
4. Karak komplikata
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik, atau rekuren,
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
7. Katarak ikutan
1. Katarak Kongenital
2. Katarak Juvenil
3. Katarak Presenilel
4. Katarak Senile
2.2.3 Etiologi
(katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa
pertumbuhan janin, genetik dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena
seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi
biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak di
percepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak
bisa disebabkan oleh karena cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes),
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika katarak
lahir (atau beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi
masih dalam kandungan. Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses
penuaan. Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi katarak immatur yaitu lensa
masih memiliki bagian yang jernih, katarak matur yaitu lensa sudah seluruhnya keruh,
katarak hipermatur yaitu bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya
(Ayuni, 2020).
Menurut Irwan (2020), faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena
5. Dataran tinggi
(obat antiglaukoma)
10. Merokok
1. Katarak insipien, kekerahan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
posterior, celah terbentuk, antera serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga
lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah yang akan memberikan
miopisasi.
22
4. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
glaukoma sekunder.
Tanda dan gejal katarak diantaranya penglihatan kabur, ciri khasnya seperti
melihat dari balik air terjun, atau kabut putih, penglihatan ganda, silau dan
2017).
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara yang keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
23
sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau
kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
Menurut Irwan (2020), hingga saat ini obat-obatan lokal sistemik yang
terapi paling tepat. Kondisi setelah operasi katarak adalah kaburnya penglihatan
sehingga perlu lensa pengganti, dan mata tidak dapat melihat pada jarak dekat atau
penglihatan pada penderita katarak jenis senilis.Untuk itu, ada 3 pilihan yang biasanya
diberikan oleh dokter mata kepada pasien yaitu ; Esktraksi katarak disusul dengan
pemakaian kacamata afakia, Ekstraksi katarak dengan pemasangan lensa kontak dan
Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit tidak menular yang umumnya
dialami oleh seseorang antara lain karena tuntutan usia, namun demikian penyakit
merokok, makan makanan dengan gizi seimbang, lindungi mata anda dari pancaran
sinar matahari dan menjaga kesehatan tubuh secara umum (Irwan, 2020).
24
6. Pada saat konsultasi ke rumah sakit, kontrol dan operasi tidak boleh membawa
anak kecil
7. Tekanan darah terkontrol tidak melebihi 140/90 mmHg (bila tekanan darah lebih
8. Untuk yang mempunyai penyakit diabetes mellitus (kencing manis), gula darah
sewaktu maksimal 140 mg/dl. Apabila lebih tinggi dari hal tersebut diharapkan
9. Klien dilarang memakai perhiasan atau membawa barang apapun dihari operasi
antara lain:
1. Mata yang dioperasi tidak boleh terkena air selama 3 minggu, tetapi pasien tetap
boleh mencuci rambut seperti biasa asalkan mata yang dioperasi tidak terkena
air/shampo.
2. Sebelum dan setelah meneteskan obat harus mencuci tangan dengan sabun
a. Floxa di teteskan setiap hari satu jam satu tetes, dimulai setelah pasien sampai
b. Xitrol di tetes dua kali dua jam satu tetes, dimulai setelah pasien sampai di
4. Jarak antara obat tetes pertama dan kedua kurang lebih 5 menit.
6. Memakai pelindung mata yang dioperasi, terutama waktu tidur selama 1 minggu
7. Hari pertama (H+1+ dan ketujuh (H+7) setelah operasi, pasien kontrol ke
puskesmas
10. Hari kedua dan seterusnya penutup mata diganti sendiri minimal sehari sekali
petunjuk dokter
11. Pasien tidak boleh batuk, mengedan, merokok/terpapar asap rokok, mengangkat
barang lebih dari 5 kg, menunduk dalam waktu lama dan tidak boleh di gosok-
12. Mata yang dioperasi tidak boleh kena pukul atau benturan.
2.3 Pengetahuan
26
2.3.1 Definisi
Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
berbagai faktor dari dalam seperti motivsi dan faktor luar berupa sarana informasi
a. Tahu (Know)
b. Memahami (comprehension)
secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
e. Evaluasi (evaluation)
27
f. Kreasi (creation)
menggunakannya.
1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika responden mampu menjawab > 50%
2. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika responden mampu menjawab < 50%
2.4 Perioperatif
2.4.1 Definisi
Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
(Maryunani, 2018).
poliklinik bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang
1. Fase preoperatif
a. Dimulai saat keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir pada waktu
luasnya seperti saat memulai pengkajian pasien di klinik atau dirumah melalui
2. Fase intraoperatif
a. Dimulai pada saat pasien dipindahkan ke meja kamar bedah dan berakhir
sederhana pada meja kamar bedah sesuai dengan prinsip-prinsip posisi tubuh
yang baik.
3. Fase postoperatif
a. Dimulai dengan pada saat pasien masuk keruang pemulihan dan berakhir
di ruang pemulihan.
1. Pre operasi
a. Persiapan fisik
29
2) Status nutrisi
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolik. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik.
Berbagai latihan sangat diperlukan pada klien sebelum operasi, hal ini
operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
dalam, batuk efektif, dan gerak sendi (klien diperbolehkan berubah posisi
b. Persiapan penunjang
serum, dan urin maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain.
pemeriksaan status fisik untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
d. Inform consent
Terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab serta tanggung gugat, yaitu
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu
setiap klien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
Inform consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek
etik hukum, maka klien atau orang yang bertanggung jawab terhadap klien
operasi meliputi dokter spesialis mata dan perawat kepada klien dan keluarga.
2. Intra operasi
kejadian injuri (cedera) dan monitoring klien terdiri dari safety management
lensa, yaitu :
a. Pengangkatan lensa
pada yang matur dan zonula zinn yang telah rapuh, namun tidak boleh
dilakukan pada klien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang
masih memiliki zonula zinn. Teknik seperti ini jarang dilakukan lagi
sekarang.
Pada teknik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa
berfungsi untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm).
Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. Teknik ini
33
metode, yaitu kaca mata apakia, lensa kontak, dan implan IOL.
b. Penggantian lensa
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Pada
dari kaca mata apakia, lensa kontak, dan implan IOL. Kaca mata apakia
persen menyebabkan distorsi pandangan (benda nampak jauh lebih dekat dari
sebenarnya). Lensa kontak jauh lebih nyaman daripada kaca mata apakia,
sferis, tidak ada penurunan lapang pandang, dan tidak ada kesalahan orientasi
spasial.
sobek atau hilang, dan meningkatnya keratitis infeksiosa. Implan IOL (lensa
karena pemasangan dapat dilakukan melalui insisi yang lebih kecil yang
34
jahitan atau tanpa jahitan sama sekali. 95% IOL dipasang pada kapsul anterior
3. Pasca operasi
Tahap pasca operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke
Pada tahap ini perawat berusaha untuk memulihkan fungsi pasien seoptimal dan
secepat mungkin. Pasca operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.
kita perlu melakukan penilaian terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien
Perawatan pasca operasi yang cermat seperti nasihat dan anjuran petugas
pembedahan, klien diberikan anti nyeri untuk mengurangi rasa sakit yang
infeksi, dan mata dilindungi dengan pelindung. Obat tetes mata steroid diberikan
operasi yang harus diperhatikan oleh klien adalah membatasi aktivitas di rumah
35
dengan tidak melakukan olahraga dan aktivitas yang berat selama 2 bulan dan
memakai pelindung mata atau kaca mata agar aman dan tidak silau. Hal-hal yang
berbaring ke sisi mata yang baru di operasi, mengedan keras sewaktu buang air
besar, dan aktivitas berat. Mata akan dibebat paling lama 1 minggu dan harus di
kontrol oleh dokter spesialis mata mengenai luka dan progresivitas mata setelah
dilakukan operasi.
Klien yang memiliki mata katarak, apalagi dua mata yang mengalami katarak
tidak mudah menjalani kehidupan, apalagi yang terkena katarak adalah kepala rumah
tangga, secara sosial ekonomi jelas mempunyai dampak yang sangat serius, dan tidak
menutup kemungkinan dampak psikologis. Hal yang paling umum yang dirasakan
klien adalah kecemasan. Kecemasan yang dirasakan oleh klien disebabkan oleh
ketidaktahuan klien tentang proses penyakit dan cara mengobatinya, juga diakibatkan
oleh rasa takut kehilangan fungsi penglihatan seumur hidup dengan demikian akan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis yang dirasakan
oleh klien pre operatif. Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi.
Persiapan pre operasi sangat penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena
hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan klien.
tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan
(Wahyuni, 2018).
Kecemasan timbul sebagai respon terhadap stres, baik stres fisik dan
fisiologis. Artinya, kecemasan terjadi ketika seorang merasa terancam baik fisik
maupun psikologis. Respon kecemasan merupakan sesuatu yang sering muncul pada
klien yang akan menjalani operasi (pre operasi). Karena pre operasi merupakan
pengalaman baru bagi klien yang akan menjalani operasi. Kecemasan klien pre-
operasi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan
dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan kecemasan pada klien pre
Kecemasan klien pre operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
pengalaman klien menjalani operasi, konsep diri dan peran, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi, jenis tindakan
medis dan komunikasi terapeutik. Fase pre operasi dilakukan pengkajian operasi
awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan klien,
pemeriksaan pre operasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan pasca
operasi. Tanggung jawab perawat yang berkaitan dengan informed consent sebelum
dokter didapat dengan sukarela dari klien yang sebelumnya diberikan penjelasan
pembedahan, perawat harus mengkaji faktor psikologi dan fisik klien (Wahyuni,
2018).
2.5.1 Definisi
dengan menarik nafas secara dalam dan di keluarkan melalui mulut secara lambat
dalam frekuensi 6-10 kali per menit. Secara fisiologis, slow deep breathing
baik strees fisik maupun emosional yaitu menurunkan kecemasan. Sedangkan tujuan
nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebihh terkontrol dan efisien serta
diakibatkan peningkatan hormon kortisol merupakan salah satu cara untuk membuat
tubuh rileks dengan berkonsentrasi pada pernafasan. Bernafas dalam dapat membantu
dengan stres, memperlambat dengyut jantung, tekanan darah rendah dan mengurangi
kelelahan.
38
Menurut Fike (2015), Prosedur dalam melakukan relaksasi nafas dalam yakni:
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
d. Tahap orientasi
h. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien dan
keluarga
2. Tahap Kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang
kurang dipahami/jelas
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga paru
berisi udara
membiarkanya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat bersamaan
minta pasien untuk memusatkan perhatiannya pada suatu hal yang indah dan
e. Instruksikan pasien bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2 menit)
menghembuskan dengan caraa perlahan dan merasakan saat ini udara mulai
39
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru seterusnya udara dan rasakan
g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki serta
rasakan kehangatannya
kembali
3. Tahap terminasi
d. Cuci tangan
pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Mitra
40% responden merasa tidak cemas, 56% responden cemas ringan, dan 4%
pada pasien pra operasi katarak di Rumah SakitMitra Husada Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung dengan nilai pvalue = 0, 003 dan nilai korelasi = 0, 597.
pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
yang tidak memiliki kecemasan dengan Berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%),
tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi katarak.
Katarak
1. Umur
2. Jenis kelamin Katarak insipien
3. Penyakit sistemik (DM, Katarak subkapsular psoterior
hiperparatiroid (HT) Katarak intumesen
4. Geografis Katarak imatur
5. Dataran tinggi
6. Nutrisi protein yang tinggi
7. Obat-obatan Tindakan Operasi
8. Lingkungan fisik Katarak
9. Trauma pada bola mata
10. Merokok
11.
41
Pengetahuan Pasien
tentang perioperatif
(Notoatmodjo, 2018).
berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Konsep
2.9 Hipotesis
pada klien pre operasi katarak di RS. Sriwijaya Palembang Tahun 2021.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada semua pasien pre operasi katarak di RS.
dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di RS. Sriwijaya Palembang
Tahun 2022.
antara fenomena antara faktor risiko (pengetahuan tentang perioperatif) dengan faktor
efek (tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak). Sedangkan pendekatan cross
sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
3.2.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2018).
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien pre operasi katarak di Rumah
Sakit Sriwijaya Palembangdari bulan Januari sampai dengan September tahun 2021
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
berikut:
N
n=
1 + N (d )2
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
197
n=
1 + 197 ( 0,1)2
197
n=
1 + 197 ( 0,01)
197
n=
1 + 1,97
197
n=
2, 97
n = 66,3 dibulatkan menjadi 66 orang
sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
(Notoatmodjo, 2018).
45
Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
Data primer yaitu data atau informasi yang langsung berasal dari yang
2018).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dengan cara
memberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada pasien pre operasi katarak di
Data sekunder yaitu data atau sumber informasi yang bukan dari tangan
pertama dan yang bukan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari data
pasien katarak di Rumah Sakit Sriwijaya Palembang, jurnal, sumber internet dan buku
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
(Notoatmodjo, 2018).
yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui
yaitu :
jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap, jelas relevan dan konsisten.
2. Coding ( Pengkodean )
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Proccessing
Setelah semua isian check list terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati
dianalisis.
Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
independen dan dependen dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisa ini hanya
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yaitu
(tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak) yang dianalisis dengan
variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis dengan uji chi-square
1) Jika p value < nilai α adalah (0,05). Maka ada hubungan antara variabel
2) Jika p value > nilai α (0,05). Maka tidak ada hubungan bermakna (Signifikan)
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur
48
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Donna Fitri. 2018. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).Volume
5 nomor 2 Juni 2018
49
Ayuni, Dini Qurrata. 2020. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Katarak. Jakarta : Pustaka Galeri Mandiri
Azizah, Lilik Makrifatul. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Indomedia
Pustaka
Brunner & Sudddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Dianti, Titis Nurmalita. 2021. Atasi Kecemasan Untuk Pengembangan Diri Sendiri.
Kurniawan, Hendrik. 2018. Koordinasi Keperawatan yang Efektif untuk pasien preoperatif.
Maryunani, Anik. 2018. Buku Asuhan Keperawatan Perioperatif - Pre Operasi Menjelang
Pembedahan. Jakarta : Salemba Medika
Naufal. 2020. Atasi Kecemasan Untuk Pengembangan Diri Sendiri. Universitas Airlangga
Fakultas Keperawatan.
Nugroho, Angga Dwi. 2018. Hubungan tingkat pengetahuan tentang perioperatif katarak
dengan itensif pasien menjalani operasi katarak di Wilayah Kerja Puskesma
Tempurejo Kabupaten Jember
Riyena, Vilda. 2020. Pengaruh audio visual perawatan perioperatif terhadap pengetahuan
pasien post operasi fakoemulsifikasi.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT. Alfabeth.
Yusuf. 2018. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Jenis Kelamin :
Tentang Perioperatif Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarakdi RS.
BERSEDIA (coret yang tidak perlu) untuk ikut serta berpartisipasi menjadi subjek
( )
KUESIONER
A. BIODATA RESPONDEN
Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
B. Pengetahuan Responden Tentang Perioperatif
6. Izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela di tandatangani oleh:
a. Perawat
b. Saudara
c. Dokter
d. Rumah sakit
7. Sebelum menandatangani persetujuan operasi, saudara diberikan penjelasan tentang
apa yang dibutuhkan dalam operasi serta kemungkinan yang akan terjadi oleh:
a. Keluarga
b. Pihak rumah sakit
c. Dokter ahli operasi
d. Perawat
8. Menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya kembali disebut:
a. Batuk
b. Teknik nafas dalam
c. Latihan tungkai
d. Bernafas
9. Hal yang harus diperhatikan sebelum operasi pada saudara adalah:
a. Kesiapan mental dari pasien
b. Persiapan fisik dari pasien
c. Pemeriksaan tekanan darah
d. Persiapan fisik dan mental pasien
10. Rasa nyeri pada operasi akan terasa saat:
a. Efek bius hilang
b. Setelah pasien sadar
c. Setiap selesai operasi
d. Setelah pasien bangun dari tidur
Berilah nilai pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa yang
anda rasakan saat ini
TP : Tidak pernah sama sekali
KD : Kadang-kadang saja mengalami demikian dengan waktu yang lama
S : Sering mengalami demikian namun tidak setiap hari
SS : Sangat Sering mengalami demikian setiap hari
No Pertanyaan TP KD S SS
No Pertanyaan TP KD S SS