Anda di halaman 1dari 9

TUGAS II

PANCASILA

NAMA : TRISDA
KELAS : SIANG (AMBON)
PTODI : KEPERAWATAN
SEMESTER : II (DUA)
Di tengah tim medis berjuang melawan covid-19 dengan keterbatasan alat pelindung diri
(APD). bantuan makanan dibetikan agar meringankan petugas dalam memberikan suplemen
maupun nutrisi kepada tenaga medis covid-19. kami sudah kordinasi terlebih dahulu seperti apa
makanan yang akan disuplai dari kriterya kesehan kanduan kizi dan lain-lain agar petugas tetap
sehatvdan tidak drapok mengobati pasien. risiko mereka saat tinggi jadi kami tidak mau asal
berikan makanan kalau tidak kandungan gizi dan nutris yang baik,”ujar gilang”,perhatian seiring
pandemi virus corona yang terjadi di seluruh Negara di dunia. ini kerena tenaga medis di anggap
sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien yang positif terinfeksi virus corona.

seoerti dikitahui, virus corona SARS-COV-2 cenderung mudah menyebar deng meluar,
dengan medium berupa droplet, sehingga kasus fositif yang terjadi di suatu Negara tak sedikit,
dengan karesteristik tidak meluar, membuat tenaga medis yang bersentuahan langsun dengan
pasien positif, harus sangat berhati-hati dalam menangani pasien. padahal, begitu banyak pasien
yang mereka hadapi. kisah-kisah sedih perihal perjuangan dan pengorbanan tedaga medis saat
pandemi virus corona, mungkin telah banya kita dengar dan lihat. berbagai media, dan
konvensional, daring, hingga media sosial ramai mengangkat kisah-kisah itu, belum lama ini,
ada tenaga medis di minta keluarga dari kost-nya, karena empunya takut tertular kepada
penghuni kost lainya.

bagaimna orang seringkali lupa bangkit hati bahagia penuh optimisme adalah cara terbaik
menjaga imonitas tubuh selain pola makan yang sehat. mereka yang dapat kabar dengan
kesembuhan lebih cepat adalah orang-orang yang optimis, makah sudah yakin makah optimisme
cara yang terbaik lain untuk melawan corona agar segera pergi. sebagai musuh lawan yang
enteng lihat saja dari hari ke hari, jumlah penderitaan terus bertambah namun di balik itu,
harapan akan terus ada dan terus selalu ada sehingga p[erjuangan untuk melawan corona sudah
sepatutnya harus di jaga bersama.sukur dan optimisme itu tergambar jelas di wajah-wajah tim
medis yang hingga detik ini terus berjuang di garis depan dalam melawan COVID-9 tanpa lelah,
tanpa rasa takut, mereka tak henti “berperan”. mereka memberahkan kemampuan terbaik serta
memberikan semangat pada mereka yang terjangkit virus corona.

meski di sisilain, mereka juga orang yang paling di butuhkan semangat agar bisa konsisten,
saya optimistis dan akan terus berjuang, semua bahu-membahu memberikan yang terbaik yang
terbaik dalam situasi yang tidak mudah ini. chitra adalah tenaga kesehatan yang salah satu rumah
sakit wujutkan penanganan COVID-19 di Jakarta. bersama rekan seprofesi, sejak virus ini
menjangkit Indonesia, chitra mengarahkan kemampuan terbaik, tenaga dan semangat yang di
miki untuk melawan pasien yang terkena corona. virus yang hingga saat ini. tapi chitra sadar ini
akan mudah, banyak tentang yang harus berada. tidak secara profesi tapi juga keluarga dan
lingkungan. sebagai orang yang dapat diukur dengan ODP,PDP, bahkan pasien yang positif
corona, banyak kawatir chitra dan rekan seprofasinya terdapat dan menjadi cerrier. ada beberapa
teman yang telah di isolasi dari lingkungan sekitar mereka.

karena mereka petugas medis, kata chitra.namun sekali lagi citra sadar apa yang ia lakukan
saat ini tidak berhubungan dengan profesi, tapi juga bergerak atas nama kemanusiaan. sejarah
akan catat bahwa chitra dan rekan-rekannya adalah pejuang memiki hati yang putih, laiknya
seragam yang mereka kenakan. apa lagi, kata chitra saat ini di dukung dari khalayang begitu luas
yang membuat mereka tidak merasa sendiri terus semangat. ada saja bantua mulai dari camilan,
minuman, susu, makanan, suplemen, bahkan ADP (alat pelindung diri), dan lainya menghampiri
mereka.kami juga mendapat fasilitas ekomudasi yang di luar dugaan. hotel nyaman sekali dan
makanan memenuhi standard, di tambahkan buah-buah hingga suplemen yang tentuh dapat
membantu kami menjaga vitalitas dalam menjalan, “ujar chitra”. citra yang di tinggal di daerah
cibiyung, bandung, dan sekitar itu sangat membantu para tenaga kesehatan dalam bengkel. aku
menghabiskan 1,5 jam dari rumah sakit rumah sakit tempat tersebut. kami juga di sediakan antar
jemput dari hotel ke rumah saki n dan sebaliknya. terjadi 8jm berlalu dari hotel ke RS kami
punya 5 menit, jadi tidak cape di jalan, karena saya harus menghabiskan 1,5 jam perjalanan dari
rumah ke RS, “jelas citra.

saya sendiri mendapatkan fasilitas hotel di nopotel cikli, satu kamar berdua dengan rekan
saya. rencananya saya menggunakan fasilitas hingga wabah ini selesai. alhamdulilah support
system kami sangat kuat. tidak juga dari masyarakat tapi juga dari pemerintah,”katanya. aktifitas
yang melakukan segtiap hari tidak jarang menimbulkan stress yang tinggi. berkomunikasi lewat
panggilan video dengan anak dan keluarga menjadi pelipur lara. kekurangannya kami semuah
butuh hiburan, karena kami di rumah sakit sudah menghadapi pasien-pasien, dan di hotel kami
bisa di dalam saja, hiburan satu-satunya cuman video call dengan anak, malah karena tambah
sedih karena kangen. alangkah senangnya kalau kami dapat hiburan apa saja sekiranya melepas
penat. doa kami semoga lelah kami menjadi lillah, salam sehat dari kami tenaga kesehatan,”tutup
chitra.

kekurangan pakaiyan pelandung membuat tenaga medis kawatir. virus juga meubah
hubungan mereka dengan fasien, rekan kerja dan keluarga. beberapa juga berada dan tekanan
vsikologis yang besar lantaran krisis ini. takada angka global soal ini, tapi di banyak Negara ada
data yang menyoroti resiko di hadapi oleh tenaga medis dalam merawat pasien. kami berbincang
dengan 5 orangng pekerja medis, semunya perempuan, di beberapa nega Negara paling
terdampak kami berbincang tentang tantangan dan mereka hadapi. beberapa di larang untuk
bicara terbuka dan meminta nama mereka di rahasiakan. sebelum ada viruds korona, kami
melihat masker dan pakaiyan pelindung bergelak di bawah setiap tempat tidur di unit perawatan
anak.

namun kini disimpan di lemari terkunci dan kami harus berjalan jauh untuk mengambilnya,
saya hawatir atas resiko yang ada. mungkinkami sudah terpapar beberapa kali, beda dengan oron
kebanyakan yang mungkin hanya sekali terpapar virus ini. sekalipun sudah memakai pakayan
pelindung, masih tetap ada risiko. terutama ketika melakukan tindakan yang berhubungan
dengan pernapasan. saya tinggal bersama suami saya, seorang perawat yang bekerja di bangsal
pasien positif covid-19. kekawatiran utama saya, cepat atau lambat kemungkinan ini akan
menularkan virus tersebut satu sama lain. secara psikologis berat sekali Karena pekerjaan kami
sangat beresiko tinggi sekarang.

giliran kerja kami jadi lebih sering kami lebih sering kerja malam, juga masuk keraja di
akhir pekan 2 minggu sekali. liburan tahunan kami di batalkan. berat kerja di garis depan seperti
ini, dan sedihnya kami tidakbisa di menyingkirkan stress kami karena tiada cara bagi kami untuk
santai. berisiko tinggi dan mengalami stress, atau di rumah saja tidak melakukan apa-apa. jadi
sekarang ini nukam situasi yang baik-baik saja. awalnya kami banyak menghabiskan masker dan
kemudian sadar bahwa pasokan masker sudah menipis. baru kami tersadar taka da pasokan
karena karena jalur distribusi terdampak. maka karena jalur distribusi terdampak. maka kami
kerap memakai ulang apa saja yang kami punya. banyak pekerja medis sakit di bseluruh dunia,
maka kekawatiran kami rasanya tak berlebihan. saya kawatir dengan rekan-rekan kami yang
punya masalah dengan sistem kekebalan tubuh, atau punya masalah pernapasan sebelumnya.
kami melakukan sebisa mungkin untuk tidak melibatkan mereka. saya beruntung tak punya
persoalan penyakit sebelumnya.
 Dokter dan perawat meninggal karena virus corona: kalau mereka kolaps, keadaan
akan lebih buruk lagi

 Tips melindungi diri dan mencegah penyebaran virus corona


 Peta dan infografis terkait pasien terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan
dunia.

saya kawatir membawa infeksi ke jumah, ke suami saya juga bertanya-tanya apakah saya
harus tidur di kamar tidur tamu dan menjaga jarak dengan dia. namun sejauh ini, kami
meneruskan hidup secara normal. terus bekerja tanpa pkaian pelindung, saya menolak. saya
merasa komitmen saya tidak harus membuat saya harus mengorbankan hidup saya sendiri, yang
mengajarkan suatu yang sembrono. perusahaan tempat saya bekerja yang bertanggung jawab
yang menyediakan pakaian dan alat-alat perlindungan tetap membuat kami, para perawat,aman.
saya merasa beruntung karna saat iini saya bisa memakai masker dan pakaian perlindungan diri
disaat bekerja. pakaian perlinduangan ini mulai di pakai beberapa kali dengan cara disterilisasi.

saya pakai baju yang sama saat giliran kerja saya, dan melindunginya dengan masker bedah
dan pakayan pelindung femi transparan yang kami buang saat meninggalkan ruang rawat.
banyak rekan dari unit lain dan rumah sakit lain yang kadang bahkan tidak punya peralatan
itu,dan mengunggah di media sosial mereka membuat pakaian dan sepatu pelindung dari plastic
sama, serta membuat pelindung mata dari berbagai macam bahan.di samping dempat tidyr
pasien, kami melihat konsekwensi sangat serius dari penyakit imi. bagaimna kami tidak takut?
anehnya, saya tak terlalu memikirkan covid-19 ketika saya sedang bekerja. mungkin ini
semacam mekanisme pertahanan diri yang saya ciptakan untuk menyesuaikan diri dengan
situasi. saya focus merawat pasien. ketika giliran kerja berakhir, mekanis,e ini berhenti dan saya
mulai berfikir tentang risiko yang harus saya hadapi setiap hari. dan saya sangat takut
kemungkinan melihat diri saya suatu hari seperti pasien-pasien saya. itu bisa terjadi.

sesudah kerja, saya copot segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sakit di pintu
rumah, lalu ke kamar mandi dan membersikan semuanya. saya tinggal pendirian, masih beberapa
orang rekan mengisolasi diri dari keluarga yang tinggal bersama mereka untuk mengurangi
resiko infeksi. saya menonton berita dan marah. saya depresi dan putus asah. kadang saya
mendengar orang bertepuk tangan memberi semangan dari balkon. kadang saya menangis saya
taktahu apakah menagis karena berterimaksi atau prustasi. belakangan susah tidur. pekerjaan
sendiri tidak berbeda, segalanya lebih lambat karena setiap kalinya harus memakai masker,
sarung tangan, kaca mata dan pakaian pelindung. kami harus memakainya setiap saat, tidak
boleh mencopotnta. makanya kami bekerja 6 jam sekalipun dan setiap 6 jam kami perluh
berganti. sekali mula kerja, harus sampai selesai. tidak boleh makan atau kekamar mandiatau
minum atau melakukan apapun. kami tidak bisa makan diluar atau di taman.

di dalam rumah sakit takbisa minum kopi bersama rekan. cuman bisa ke rumah sakit, kerja
lalu pulang. hubungan dengan pasien jadi beda. biasanya saya tinggal lebih lama dan berbincang
dengan pasien untuk menjalin keakraban. sekarang takbisa lagi. karena suara oksigen keras
sekali. juga kami tidak tak mau tinggal lebih lama kalau tidak terpaksa. selain itu, berat sekali
terbungkus plastic seperti ini. kita juga takbisa berhubungan dengan keluarga lewat telepon.
mungkin ini rasannya jadi dokter di saat terang. kami tak punya banyak waktu untuk berhenti
dan berfikir karena kami bekerja. kami baru memikirnya belakangan. sesalu seperti itu dalam
keadaan darurat. kitak tak piker panjang, cumamn bertindak. sejauh ini, saya punya akses di
segala hal yang saya perlukan untuk merawat pasien.

ada saat ketika saat terpaksa memakai ulam peralatan penyaman pribadi, dan saya hawatir
justru terinfeksi ketika mencopot alat-alat pengaman yang tidak berkontaminasi. kita masih bisa
melihat pratikel yang sangat kecil. ini bukan seperti cat merah yang kelihatan di badan ketika
kita tertular. taka da alaram yang berbunyi ketika kita tertular. kami sanggat hawatir soal
kontaminasi yang tak tampak ini, dan ketika sedang baik, malah justru merugikan.

banyak pekerjaan medis di seluruh dunia mulai terinpeksi penyakit ini. dan ini masuk akal.
kami rentan terpapar. banyak dari kami, bicara kapan akan terinfeksi. kami yang bertindak
dengan asumsi bahwa ka mi akan terinfeksi. kami tidak menulis surat wasiat lebih dari satu DKD
lalu karena ada anak untuk jaga-jaga itu hal yang perlu di lakukan dengan demi tanggung jawab
sebagai orang dewasa. namun kami berfikir bahwa itu sungguh-sungguh pelu, baru sekarang.
saya tindak ke ruang bawah tanah, agar terpisah dari keluarga saya. kamar tidur dan tempat tidur
tersisa saya juga mengkarantian barang-barang pribadi. jika saya perlu mengkarantina sudah ada
langka ke sana. jika ada yang terkenal di keluarga, pasti itu akalnya saya.

sejak desember 2019, covid-19 telah meneror kota yuhan, cina tempat awal munculnya virus
ini. secara cepat tad tak terkendali, covi-19 menyebar ke berbagai macam dunia, termasuk
Indonesia. dalam konteks Indonesia, setelah dua orang di nyatkan fositif covid-19 pada 2 maret
2020 masyarakat pun mulai was-was lalu, pada maret 2020, pemerintah membuat gugus tugas
untuk penanganan covid-19, disusul perintah untuk menutup semua tampa wisata (tempo, 16-22
maret 2020). tak hanya berenti dua orang itu, covid-19 itu sampai saat ini menjadi ancaman
paling menakutkan di Indonesia. data yang di himpun gugus tugas percepatan penanganan covid-
19 per senin,25 mei 2020 di tambahkan penangnan kasus baru 526 seghingga total menjadi
22.271 positif corona. sedangkan pasien penambahan 21 orang.sejauh ini kitapun mencari cara,
tetapi terus saja tidak berdaya menahan laju persebaran covid-19, lalu. adakah ada sesuatu yang
perlu di tawarkan dari sikap kita menghadapi covid-19 ini?

Indonesia sedang menderita?


covud19 telah menyebabkan akses ke tempat-tempat umum ditutup, kegiatan keagamaan
juga serentak dasar, rumah-rumah ibada seperti gereja, mushola, vihara, pura, dan tempat-tempat
keagamaan yang lain menjadi sepi umat katolik tidak bisa mengatur paska tahun 2020 secara
bersama di gereja.begitu juga dengan umat muslim tidak bisa menjalankan ibada puasa secara
bersama di bulan Ramadhan ini dan hari raya idul fitri. tenaga kerja di PHK, kegiatan belajar
mengajar juga sudah di liburkan (belajar dadri rumah). kenyataan manusia mengalihkan
perhatianya pada para teknologi. teknologi menjadi satu-satunya ruangan yang bisa berbagai
kepentingan tersebut.

covig-19 memberikan petunjuk kepada manusia bahwa ada sesuatu yang sedang kita alami.
saya semdiri menambahkan covid-19 ini merupakan sebuah penderitaan. penderitaan karena
karena karena tidak bisa melakukan penderitaan bebas, semua manusia dasar. penderitaan karena
ada orang lain menjadi korban orang lain. hal ini kesehatan pada peran tenaga medis yang
berjuan sekuat tenaga dalam virus ini. dalam perjuangan itu tenaga medis tetap melawan, bahkan
harus gugur terleh dahulu. namun, di sisi lain kita juga menyaksikan orang-orang yang merasa
dirinya kuat. bahkan tak tangguh-tangguh penilayan virus ini hanya sebagai ancaman saja.
karena itu, tidak heran orang memilih yang mengabaikan arahan dari tenaga medis dan
pemerintah. orang-orang tetap dalam menjalankan aktivitas dalam kerumunan. di orang sendiri
tetap mengabaikan perintah untuk jarak sosial, tinggal di rumah, cuci tangan, dan menggunakan
masker.

wajah ke-indonesia kita.


penderitaan yang kita alami, menjaga kita menjaga semangan ke-indonesia yang melekat
dalam diri kita. wajah ke-indonesia yang menjadi pegangan kita adalah kekayaan dalam
pancasila yang menjadi pegangan kita bersama. mengenai pancasila ini, yudi latif 1945,
pancasila dapat di katakana sebagai dasar falsafa Negara, pandangan hidup, idiologi nasional,
dan ligature pemersatuan dalam peri keidupan dan kebangsaan Indonesia. menurut yudi latif
pancasila adalah kepribadian, moralitas dan haluan keselamatan bangsa ( yudi latif, Negara
pripurna, 2014 ) pernyataan dari yudi latif itu sendiri bertolak dari pernyataan dari soekarno
sebagai bapak dari pendirian hakikat pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia.

pancasila telah memberikan semangat yang paling kaya bagi keberlangsungan hidup kita.
pancasila bukan hanyala ideologi gatra yang membentuk sistem-sistem formal yang kitd
kenegaraan, tetapi pancasila adalah cara hidup bangsa Indonesia. di dalam pancasila terkandung
makna persatuan, perjuangan bersama gotong royong dalam berbagai hal yang berketentang
dalam keberadaan bangsa Indonesia. maka, dalam kasus covid-19 ini. spirit yang dan
diinterpretasi disini adalah usaha dari warga inndonesia untuk saling membantu, gotong
royongmemiliki rasa persatuan kelompok covid-19 dengan cara dengan sifat yang sama.
sekalipun kecil, sikap-sikap yang menunjukan persatuan, gotong royong itu antara lain: berdiam
diri di rumah menaati protokol pemerintah dan tenaga medis (menggunakan masker, cuci tangan,
larang untuk berkumpul).

kerja sama memutus laju persebaran covid-19

belajar dari spirit pancasila, makah di tengah pandemi covid-19 manusia ini mesti memiliki
sikap sense belonging akan ke-indonesia kita. kita harus bertekad harus memutus rantai
persebaran covid-19 ini. hal nyata yang harus kita perjuangkan adanya kerendahan hati untuk
menerima arahan pemerintah, baik pusat maupun daerah. ajakan seperti jarak nasional, cuci
tanga gunakan masker sampai PSBB sebenarnya menyadarkan kita untuk melihat makna ke-
indonesia kita. makna ke-indonesia kita di tengah pandemi covid-19 harus direalisakikan dalam
wujut keejasama. kerja sama luka yang paling nyata tentunya mengikuti semua protocol dari
para medis dan pemerintah. selainitu pemerintah, pemerintah yang selalu mengharapkan
kerjasama kepada seluruh masyarakat Indonesia,

mengenai kerja sama antara pusat dan daerah ini saya sependapat dengan R siti zuhro,
seorang penilitian pada pusat penilitian lipi yang mengatakan bahwa covid-19 ini bisa di lakukan
dengan cepat jika pemerintah mampu membangun sinegri, komunikasi, dan komunikasi antar
tingkat pemerintah ( dengan perspektif yang sama).setiap tingkatan pemerintah tidak boleh jalan
sendiri-sendiri karena ini menganggung kebangsaan dan kesatuan Indonesia (kompas, 11 mei
2020). covid-19 adalah musu bersama. maka itu, semua mata harus tertuju padanya. selai kerja
sama kita juga perlu membangun soladaritas dimana masa pandemi covid-19 ini solidaritas itu
harus meninggal sekat-sekat primodial. kosa kata gotong royong upaya penyeluruhan mengatasi
persebaran covid-19 ( st. sularto, hidup 3 mei 2020).

melalui mimbar keagamaan, para pemimpin agama menyerukan kerjasama, solidaritas dan
harapan. jhon menggambarkan sebuah harapan di tengah covi-19 demikian: pengharapan adalah
kekuatan; kekuatanmencegah orang-orang untuk bunuh diri sekarang. pengharapan membantu
orang-orang bangun dari tidur dan pergi bekerja sekarang. bahkan di kalah isolasi, bekerja dari
rumah sekarang. itu menguatkan kasih, menimbulkan keberanian mengambil risiko dan relah
berkorban sekarang (jhon piper, Christ and corona virus, 2020). akhirnya belajar dari semangat
pancasila yang memiliki makna terdalam akan ke-indonesia kita, pandemi covid-19 pasti akan
berlalu dan manusia Indonesia akan menjadi kemenangnya.
KESIMPULAN DAN SARAN

dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa menjadi tenaga menis bukanlah hal yang
mudah di tembah lagi dengan kondisi seperti sekarang ini, untuk itu kepada masyarakat marilah
kita bersatu dan bersama-sama menjalankan protocol kesehatan, patuhi aturan pemerintah
dengan tidak melanggar peraturan lang sudah di tetapkan pemerintah sebagai tenaga medis
apapun situasi dan kondisi mereka tetap harus menjalankan tugas mereka tanpa berfikir panjang
dengan risiko yang timbulkan nantinya. makah dari itu marilah kita timbulkan rasa kemanusiaan
dengan menganisahani para tenaga megis yang sekarang ini berjuang dan melawan covid-19
dengan mematuhi peraturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1. puat pengendalian dan pencegahan penyakit. jenis kuman coronavirus. 15 februari 2020
2. paules CI. marston HD. fauci AS. infeksi coronavirus-lebih dari sekedar pilek. JAMA.
2020; 323 (8): 707-708. doi: 10. 1001/jama. 2020.0757.

Anda mungkin juga menyukai