Anda di halaman 1dari 6

Cara Menghitung Break Event Point

(BEP) Ayam Broiler


Analisis BEP dibutuhkan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan atau
berapa total penerimaan (dalam rupiah) yang harus dihasilkan agar usaha peternakan berada
dalam keadaan titik impas. Sehingga terdapat dua kategori BEP dalam dunia usaha, yaitu
BEP Produk dan BEP Harga.

BEP dalam Produk


BEP dalam produk adalah analisa untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus
dihasilkan agar usaha peternakan berada pada titik impas. Rumus untuk menghitung BEP
Produk adalah sebagai berikut:

BEP Produk = FC:(P - VC-unit)


Ket:
FC : Fixed Cost (biaya tetap)
P : Price (harga jual produk)
VC-unit: Biaya variabel/unit

Biaya tetap adalah biaya yang bersifat tetap, terlepas dari jumlah volume yang dihasilkan.
Artinya biaya tetap ini tidak terpengaruh dengan jumlah volume produk yang dihasilkan.
Pada usaha peternakan ayam broiler, kandang, mesin pakan, tempat pakan dan air minum,
gudang, dan peralatan kandang termasuk kedalam biaya tetap. Berbeda dengan biaya varibel
dimana besarannya dapat berubah sesuai dengan pertambahan volume produk (misalnya
DOC dan pakan).

Cara perhitungan biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Pada usaha peternakan ayam broiler misalnya, untuk pemeliharaan 500 ekor
dibutuhkan total biaya untuk pembuatan kandang sebesar Rp. 15.000.000.
Angka ini tidak bisa langsung kita masukkan pada perhitungan biaya tetap
yang dikeluarkan setiap periode, melainkan dikonversi terlebih dahulu untuk
menghitung berapa biaya penyusutan kandang per periode.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Biaya penyusutan = (Harga beli baru - Harga jual lama): Umur produktif
Harga beli baru untuk biaya kandang adalah Rp. 15.000.000 sedangkan
harga jual baru dapat kita perkirakan jika saja nanti kandang ini dijual
kembali dapat dijual dengan harga berapa misalnya Rp. 2.000.000.
Cara Menghitung Break Event Point (BEP) Ayam
Broiler
Juni 06, 2020






Cara Menghitung Break Event Point (BEP) Ayam Broiler - Usaha peternakan adalah usaha yang
padat modal, hampir 80% biaya modal dalam usaha peternakan hanya berasal dari pakan. Oleh
karena itu, dalam merencanakan suatu usaha peternakan harus betul-betul dilakukan analisa
usaha yang tepat agar dapat menuai keuntungan.

Salah satu analisa usaha yang bisa dilakukan adalah dengan menghitung Break Event Point
(BEP). Break Event Point (BEP) adalah keadaan suatu usaha tidak dalam keadaan untung atau
rugi atau dengan kata lain usaha tersebut dalam keadaan titik impas.

Analisis BEP dibutuhkan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan atau
berapa total penerimaan (dalam rupiah) yang harus dihasilkan agar usaha peternakan berada
dalam keadaan titik impas. Sehingga terdapat dua kategori BEP dalam dunia usaha, yaitu BEP
Produk dan BEP Harga.

BEP dalam Produk


BEP dalam produk adalah analisa untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan
agar usaha peternakan berada pada titik impas. Rumus untuk menghitung BEP Produk adalah
sebagai berikut:

BEP Produk = FC:(P - VC-unit)

Ket:
FC : Fixed Cost (biaya tetap)
P : Price (harga jual produk)
VC-unit: Biaya variabel/unit

Biaya tetap adalah biaya yang bersifat tetap, terlepas dari jumlah volume yang dihasilkan. Artinya
biaya tetap ini tidak terpengaruh dengan jumlah volume produk yang dihasilkan. Pada usaha
peternakan ayam broiler, kandang, mesin pakan, tempat pakan dan air minum, gudang, dan
peralatan kandang termasuk kedalam biaya tetap. Berbeda dengan biaya varibel dimana
besarannya dapat berubah sesuai dengan pertambahan volume produk (misalnya DOC dan
pakan).

Dalam analisa usaha, biaya tetap yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan sehingga setiap
komponen yang termasuk ke dalam biaya tetap harus dihitung terlebih dahulu biaya
penyusutannya sebelum dimasukkan dalam komponen biaya per periode.

Cara perhitungan biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Pada usaha peternakan ayam broiler misalnya, untuk pemeliharaan 500 ekor dibutuhkan total
biaya untuk pembuatan kandang sebesar Rp. 15.000.000. Angka ini tidak bisa langsung kita
masukkan pada perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan setiap periode, melainkan dikonversi
terlebih dahulu untuk menghitung berapa biaya penyusutan kandang per periode.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


Biaya penyusutan = (Harga beli baru - Harga jual lama): Umur produktif

Harga beli baru untuk biaya kandang adalah Rp. 15.000.000 sedangkan harga jual baru dapat kita
perkirakan jika saja nanti kandang ini dijual kembali dapat dijual dengan harga berapa misalnya
Rp. 2.000.000.

Untuk umur produktif dalam contoh kasus ini adalah periode, karena analisa usaha kita adalah per
periode. Misalkan saja kandang yang kita buat dapat produktif digunakan selama 40 periode,
sehingga biaya penyusutan kandang adalah sebagai berikut:

Biaya penyusutan kandang = (Rp. 15.000.000 - Rp. 2. 000.000): 40


Biaya penyusutan kandang = Rp. 325.000 per periode

Dengan cara diatas kita harus menghitung semua komponen biaya tetap untuk mengetahui
penyusutannya per periode. Setelah semua komponen biaya tetap dihitung penyusutannya,
barulah total penyusutan tersebut kita gunakan sebagai komponen FC (Fixed Cost) pada
perhitungan BEP.

Selanjutnya adalah cara mgnhitung biaya variabel per unit atau VC-unit. Biaya ini juga kita
perlukan pada analisa BEP usaha peternakan ayam broiler. Cara menghitung VC-unit cukup
sederhana karena kita tidak perlu menghitung biaya penyusunan alat.

Cara menghitung biaya variabel per unit dapat dilakukan dengan menjumlahkan total biaya
variabel yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan setiap satu periode
pemeliharaan.

Misalnya untuk memproduksi atau dalam pemeliharaan 500 ekor ayam broiler total biaya
variabel adalah sebesar Rp. 20. 000.000, maka VC-unitnya adalah Rp. 20.000.000: 500 yaitu
sebesar Rp. 40.000. Artinya biaya variabel yang digunakan untuk pemeliharaan satu ekor ayam
broiler per periode adalah Rp. 40.000.

Komponen selanjutnya yang harus diketahui adalah harga jual produk. Kita asumsikan saja dalam
contoh kasus ini bahwa harga jual produk adalah Rp. 60.000/ekor agar lebih mudah, selanjutnya
BEP sudah dapat kita hitung.
Mengacu pada asumsi diatas, bahwa kita akan menghitung BEP Produk dari suatu usaha
peternakan ayam broiler dengan jumlah 500 ekor, harga jual Rp. 60.000/ekor, VC-unit Rp.
40.000/ekor, dan asumsi total biaya tetap setelah penyusutan adalah sebesar Rp. 3.750.000. Maka
BEP Produk pada usaha ini adalah:

BEP Produk = FC:(P - VC-unit)


= Rp. 3.750.000 (Rp. 60.000 - Rp. 40.000)
= 187,5 ekor

Artinya, agar usaha ini berada pada titik impas, setidaknya harus dapat menghasilkan dan menjual
sebanyak 187,5 ekor ayam broiler dengan harga jual sebesar Rp. 60.000.

BEP dalam Harga


Break Event Point (BEP) dalam harga adalah keadaan suatu usaha pada titik
impas pada tingkat penerimaan tertentu. Jika pada BEP Produk acuan kita
adalah jumlah produk, pada BEP Harga acuan kita adalah berapa penerimaan
yang bisa dihasilkan. Artinya, BEP Harga ini untuk mengetahui berapa
minimal penerimaan usaha ayam broiler agar impas.

Cara menghitung BEP dalam Harga adalah sebagai berikut:

BEP dalam Harga = FC:( 1-(VC-unit/P) )

Ket.
FC : Fixed Cost (biaya tetap)
P : Price (harga jual produk)
VC-unit: Biaya variabel/unit
1-(VC-unit/P) biasa juga disebut sebagai margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan asumsi yang sama dengan perhitungan BEP produk


diatas, maka BEP harga dapat dihitung sebgai berikut:

BEP dalam Harga = FC:( 1-(VC-unit/P) )


= Rp. 3.750.000: (1-(Rp. 40.000:Rp. 60.000))
= Rp. 3.750.000:(1-0,67)
= Rp. 3.750.000:0,33
= Rp. 11.363.636

Artinya usaha peternakan tersebut akan berada pada titik impas jika
memperoleh penerimaan sebesar Rp. 11.363.000.
Setelah kita menghitung BEP usaha ayam broiler ini, kita juga bisa
menentukan berapa jumlah produk yang bisa kita hasilkan untuk mengejar
target laba atau keuntungan tertentu.

Berdasar pada komponen asumsi harga dan biaya diata, misalnya peternak
ingin setiap periode mendapat keuntungan sebesar Rp. 15.000.000, berapa
jumlah produk yang harus dihasilkan ?

Cara perhitungan ini bisa menggunakan BEP-laba sebagai berikut:

BEP-laba = (FC + Target Laba):(P - VC-unit)


  = (Rp. 3.750.000 + Rp. 15.000.000):(Rp. 60.000 - Rp. 40.000)
  = 937,5 ekor

Hasilnya adalah 937,5 ekor. Satuannya adalah ekor mengikuti satuan


produk. Jadi, peternak jika ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
15.000.000 per peride (dengan asumsi harga dan biaya diatas) maka harus
menghasilkan 937,5 ekor ayam broiler.

Demikianlah cara perhitungan Break Event Point (BEP) ayam broiler, semoga
dapat memberikan manfaat agar dapat mengembangkan usaha peternakan
lebih maju lagi.

Anda mungkin juga menyukai