Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RUMAH

DETENSI IMIGRASI (RUDENIM) DI KOTA PEKANBARU

Oleh :
Dedi Gunawan Putra
Email: Dedigunawanputra@gmail.com

Pembimbing: Zulkarnaini, S.Sos, M.Si

Jurusan Administrasi Negara- Konsentrasi Kebijkan Publik


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya jl. H.R. Soebrantas KM. 12.5 Simp. Baru Pekanbaru
288293-
Telp/Fak. 0761-63277

Abstract
Immigration detention is a temporary shelter foreigners who violate the
legislation imposed immigration measures and pending repatriation to their
country
This study aims to determine how the implementation and the factors that
influence in the Standard Operating Procedures Rudenim in Pekanbaru, to
conform with regulations that the Director General of Immigration NO IMI. 1917-
OT.02.01 YEAR 2013 on Standard Operating Procedures Rudenim.
This study uses qualitative methods with data collection by interview,
observation and literature study. Interviews were conducted with research
informants defined by snowball sampling technique.
The results showed that the implementation of Standard Operating
Procedures Immigration Detention House (Rudenim) in the city of Pekanbaru is
still not running smoothly or less effective. Due to the vagueness and
contradictions in the statement of basic measures and policy objectives which
resulted in the disciplinary rules pertaining to the Standard Operating Procedure
regarding temporary exit permits for Deteni without escort. concluded that the
dominant factor influencing factor is the policy. Where the lack of policy of the
Central Government and the response or lack good relationship between
immigration detention by the central government such as the Ministry of Justice
and Human Rights and the Minister of Foreign Affairs so as to make make the
implementation of Standard Operating Procedures immigration detention is not
running smoothly.

Keywords: Implementation, Standard Operating Procedures, Rudenim

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 1


PENDAHULUAN keluar dari wilayah tertentu dan
Dalam memasuki globalisasi di menempati wilayah lain tetapi masih
seluruh sektor kehidupan masyarakat dalam satu daerah kekuasaan suatu
dunia dan berkembangnya teknologi negara, sedangkan pengungsi lintas
di bidang informasi dan komunikasi batas merupakan pengungsi yang
yang menembus batas wilayah mengungsi ke negara lain. Masalah
kenegaraan, aspek hubungan pengungsi merupakan masalah yang
kemanusiaan yang selama ini bersifat sangat serius yang dihadapi oleh
nasional berkembang menjadi masyarakat internasional yang
bersifat internasional yang penanggulangannya memerlukan
bersamaan dengan tumbuh dan kerjasama masyarakat internasional
berkembangnya tuntutan secara keseluruhan.
terwujudnya tingkat kesetaraan Dengan bertambahnya jumlah
dalam aspek kehidupan kemanusiaan pengungsi maka Majelis Umum PBB
dan mendorong adanya kewajiban melihat bahwa upaya internasional
untuk menghormati dan menjunjung sangat diperlukan yaitu membentuk
tinggi hak asasi manusia sebagai badan khusus untuk menangani
bagian kehidupan universal. Di masalah pengungsi dan peraturan
dalam pergaulan internasional telah internasional yang mengatur khusus
berkembang hukum baru yang mengenai pengungsi. Sesuai resolusi
diwujudkan dalam bentuk konvensi 319A (IV) pada tanggal 3 Desember
internasional. 1949, Majelis umum memutuskan
Para pengungsi adalah orang- untuk mendirikan kantor Komisi
orang tidak dapat mencari Tinggi untuk Pengungsi PBB di
penghidupan serta memperbaiki taraf Jenewa. Komisi tinggi tersebut, yaitu
kehidupan mereka tanpa adanya United Nation High Commissioner
bantuan perlindungan dari negara for Refugee (UNHCR) didirikan pada
dimana mereka berada. Kepergian tahun 1950 dan baru menjalankan
mereka juga karena terpaksa, mandat pada tahun 1951 setelah
akibatnya mereka tidak dapat International Refugee Organization
mengurus dokumen-dokumen (surat- (IRO) dibubarkan. Tanggung jawab
surat) perjalanan yang sangat utama UNHCR yang lebih dikenal
dibutuhkan sewaktu mereka berjalan sebagai perlindungan internasional
melintasi batas negara mereka untuk adalah untuk menjamin kehormatan
pergi mengungsi ke negara lain. hak dasar asasi manusia bagi
Dalam kaitan dengan pengungsi pengungsi, termasuk haknya pencari
terdapat dua jenis pengungsi yaitu: suaka dan menjamin bahwa tak
1. Pengungsi internal berdasarkan seorangpun boleh dipulangkan secara
pada “Prinsip-Prinsip Panduan paksa ke suatu negara dimana ia
Bagi Pengungsi Internal” mempunyai alasan untuk takut akan
(Guiding Principles on Internal penganiayaan. Selain itu juga, pada
Displacement) tanggal 14 November 1989
2. Pengungsi lintas batas yang dibentuklah International
berdasarkan pada Konvensi Organization for Migration (IOM)
1951: berdasarkan amandemen dan
Perbedaan keduanya hanya ratifikasi konstitusi pada tahun 1953
terletak pada wilayah pengungsi, yang mempunyai tugas untuk
internal adalah pengungsi yang membantu kehidupan sehari-hari

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 2


para imigran pencari suaka yang Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
terdaftar dalam UNHCR. Ada melawan kejahatan transnasional
beberapa status yang diberikan oleh yang terorganisasi pada tahun 2000,
United Nation High Commissioner atau United Nations Convention
for Refugee (UNHCR): Against Transnational Organized
1. Imigran tanpa status Crime, 2000, yang telah diratifikasi
(Unregistered) adalah para (pengesahan) dengan Undang-
imigran yang setelah datanya Undang Nomor 5 Tahun 2009 beserta
diselidiki oleh pihak UNHCR dua protokolnya yang menyebabkan
ternyata di negaranya tidak peranan Instansi Keimigrasian
terjadi perang dan yang lainnya menjadi semakin penting karena
bahkan tidak terdaftar dalam konvensi tersebut telah mewajibkan
data UNHCR sebagai imigran negara peserta untuk mengadopsi dan
yang akan dilindungi oleh melaksanakan konvensi tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menurut Undang-Undang No.
(PBB). Dalam artian lain 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,
bahwa mereka ini adalah Pasal 1 menyatakan bahwa
imigran toir yang melanggar keimigrasian adalah hal ihwal lalu
ketentuan keimigrasian dan lintas yang masuk atau keluar
menyalahgunakan dokumen wilayah Indonesia dan pengawasan
yang ada pada mereka. orang asing di wilayah Republik
2. Imigran Pencari Suaka (Asylum Indonesia.
Seeker) adalah imigran yang Indonesia sebagai salah satu
setelah datanya diselidiki oleh negara di dunia juga memiliki
pihak UNHCR ternyata di potensi yang kuat untuk terjadinya
negaranya terjadi perang dan praktek kejahatan transnasional.
imigran tersebut tertindas baik Kejahatan transnasional bukan hanya
itu dari segi sosial, politik dan didorong oleh faktor perdagangan
ekonomi dan para imigran ini bebas yang terbuka lebar atau
ingin mencari perlindungan lemahnya penegakan hukum di
dari negara lain. Para imigran Indonesia. Akan tetapi juga didukung
ini akan mendapatkan oleh wilayah geografis Indonesia itu
perlindungan dari PBB dan jika sendiri. Indonesia yang bentuk
sudah ada negara ketiga yang negaranya adalah kepulauan secara
akan menerima, maka status geografis memiliki banyak pintu
mereka akan berubah menjadi masuk: bandara, pelabuhan, batas
pengungsi. darat dan perairan. Selain itu,
3. Pengungsi (Refugee) adalah Indonesia yang juga memiliki garis
imigran yang statusnya akan pantai yang sangat panjang yaitu
dikirim ke negara ketiga dalam 95.181 km, dan merupakan wilayah
memenuhi kehidupan yang yang terletak pada posisi silang jalur
lebih layak dari negara asalnya lalu lintas dagang dunia, juga
dan akan tetap mendapat menjadi faktor utama yang
perlindungan dari PBB. menyebabkan berpotensi kuat untuk
Negara Republik Indonesia terjadinya kejahatan transnasional.
menjadi salah satu negara peserta Masuknya para pengungsi ke
yang telah menandatangani konvensi wilayah Indonesia yang jumlahnya
tersebut, antara lain Konvensi cenderung meningkat dapat

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 3


menimbulkan gangguan kehidupan identitas pribadi berupa kartu tanda
sosial, politik, keamanan dan penduduk (KTP) Kota Pekanbaru.
ketertiban masyarakat. Apalagi jika Kementerian Hukum dan Hak
keberadaan mereka disusupi oleh Asasi Manusia mengeluarkan
kegiatan terorisme internasional, Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi
trafficking in personal (perdagangan NO IMI. 1917-OT. 02. 01 TAHUN
anak dan perempuan) atau kegiatan 2013 tentang Standar Operasional
kriminal lainnya. Prosedur (SOP) RUDENIM
Menurut Pasal 1 ayat (1) Kemudian perlu dibuat kajian ilmiah
Peraturan Menteri Hukum dan HAM mengenai Implementasi Peraturan
R. I No. M. 05. IL. 02. 01 Tahun Direktur Jenderal Imigrasi NO IMI.
2006, RUDENIM yang selanjutnya 1917-OT. 02. 01 TAHUN 2013
disingkat RUDENIM adalah tempat tentang Standar Operasional
penampungan sementara orang asing Prosedur RUDENIM kota Pekanbaru
yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh
perundang-undangan yang dikenakan Kementerian Hukum dan HAM.
tindakan keimigrasian dan menunggu Maka dari itu, penulis mengangkat
proses pemulangan ke negaranya. penelitian ilmiah ini dengan judul
Adapun fungsi RUDENIM di Kota “Implementasi Standar
Pekanbaru ialah: Operasional Prosedur RUDENIM
1. Melaksanakan tugas di Kota Pekanbaru”
pendetensian
Rumusan Masalah
2. Melaksanakan tugas
Dalam penelitian ini akan
pengisolasian dibahas masalah apakah
3. Melaksanakan tugas Implementasi Standar Operasional
pemulangan dan pengusiran Prosedur pada RUDENIM kota
atau deportasi Pekanbaru sudah diterapkan sesuai
dengan peraturan Direktur Jenderal
Salah satu masalah yang ada di
Imigrasi NOMOR IMI. 1917-OT. 02.
Kota Pekanbaru mengenai imigran
01 TAHUN 2013 yang telah
gelap yaitu adanya kesenjangan
ditetapkan oleh Kementerian Hukum
antara Standar Operasional Prosedur
dan Ham. Adapun rumusan masalah
(SOP) RUDENIM dengan kenyataan
dalam penelitian ini adalah sebagai
bahkan Peraturan tidak sama dengan
berikut:
Pelaksanaan di lapangan yang
1. Bagaimana Implementasi
mengakibatkan imigran gelap masih
Standar Operasional Prosedur
berkeliaran keluar - masuk
(SOP) RUDENIM di kota
RUDENIM membuat keresahan pada
Pekanbaru?
masyarakat kota Pekanbaru
2. Apa faktor-faktor yang
(http://pekanbaru.
mempengaruhi Standar
tribunnews.com/2015/0310/warga-
Operasional Prosedur (SOP)
pekanbaru-resah-imigran-bebas-
RUDENIM di kota Pekanbaru?
keluar masuk-rudenim) dan
(http://newberitaharian.com/pekanba
ru/item/1490-imigran-gelap- GAMBARAN UMUM LOKASI
kantongi-ktp-pekanbaru) adanya PENELITIAN
imigran gelap yang memiliki Keadaan Geografis
Letak dan luas kota Pekanbaru
terletak antara 101°- 14’- 101° 34’

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 4


bujur timur dan 0° 25’- 0° 45’ Kota Pekanbaru sendiri dibelah
Lintang Utara serta diapit oleh oleh Sungai Siak yang mengalir dari
Kabupaten Siak, Kampar dan Barat ke Timur, memiliki beberapa
Pelalawan. Berdasarkan peraturan anak sungai antara lain Sungai
Pemerintah no 19 tahun 1987 tanggal Umban Sari, Air Hitam, Sibam,
7 September 1987. Daerah Kota Setukul, Pengambang, Ukai, Sago,
Pekanbaru mempunyai luas kurang Senapelan, Mintan dan Tampan.
lebih 632,26 km² atau 0,71 % dari Sungai Siak juga merupakan jalur
luas provinsi Riau. Pekanbaru terdiri perhubungan lalu lintas
dari 8 Kecamatan dan 45 perekonomian rakyat pedalaman ke
Kelurahan/Desa. Dari hasil kota serta dari daerah lainnya.
pengukuran/pematokan di lapangan Kemenkum Ham
oleh BPN Tk.I Riau maka ditetapkan Sebagai instansi vertikal yang
luas wilayah Kota Pekanbaru adalah berkedudukan di provinsi dan berada
632,26 km². di bawah dan bertanggung jawab
Dengan meningkatnya kegiatan kepada Menteri Hukum dan Ham RI
pembangunan menyebabkan sebagaimana disebutkan dalam
meningkatnya kegiatan penduduk di peraturan Menteri Hukum dan Ham
segala bidang yang pada akhirnya RI Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun
meningkatkan pula tuntutan dan 2005 tentang Organisasi dan Tata
kebutuhan masyarakat terhadap Kerja Kantor Wilayah Departemen
penyediaan fasilitas dan utilitas Hukum dan HAM, mempunyai
perkotaan serta kebutuhan lainnya. fungsi melaksanakan semua tugas-
Untuk lebih terciptanya tertib tugas Departemen Hukum dan HAM
Pemerintahan dan pembinaan RI di wilayah Riau.Untuk
wilayah yang cukup luas, maka menegakkansupremasi Hukum dan
dibentuklah Kecamatan baru dengan HAM serta berupaya meningkatkan
Perda Kota Pekanbaru No. 3 tahun pelayanan kepada masyarakat.
2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kebijakan publik dalam
Kelurahan Baru dengan Perda Kota mendukung tugas pokok dan fungsi
Pekanbaru No. 4 Keimigrasian mengacu pada UU No
Kota Pekanbaru berbatasan 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
dengan sebelah utara Kabupaten dan dirumuskan maupun ditetapkan
Siak, sebelah selatan Kabupaten dalam hal pelayanan kepada Warga
Kampar, sebelah Timur Negara Indonesia dan Warga Negara
KabupatenBengkalisdan Asing selama tidak dihambat oleh
sebelahBarat Kabupaten Pelalawan . hukum.
Sementara untuk keadaan geologinya Dalam memberikan pelayanan
sendiri Kota Pekanbaru relatif daerah keimigrasian dituntut banyak hal
datar dengan struktur tanah yang seperti mudah, ramah berkeadilan
pada umumnya terdiri dari jenis (First Timing First), oleh karena itu
aluvial dengan pasir dan pinggiran dibuat standardisasi pelayanan
kota yang pada umumnya terdiri dari berbasis teknologi. Hal ini pun tidak
jenis tanah organosol serta humus terlepas arti pengamanan, sehingga
yang merupakan rawa-rawa yang dibuat spesifikasi teknis tertentu bagi
bersifat asam, sangat korosif untuk dokumen keimigrasian, agar tidak
besi. dipalsukan.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 5


Di samping itu permasalahan yang berkantor di jalan Teratai No.87
di bidang Keimigrasian Indonesia Pekanbaru hingga sekarang.
juga semakin kompleks karena tugas Pemerintah telah menetapkan
utama Imigrasi di Indonesia adalah perubahan organisasi Departemen
sebagai penjaga pintu gerbang Kehakiman dari Sistem Holding
negara. Karena itu pelaksanaan Company menjadi System Integrated
tugas-tugas di bidang keimigrasian Company sehingga Kanwil Ditjen
perlu berlandaskan pada prinsip Imigrasi dihapuskan dan kemudian
hukum dan pemberian pelayanan dibentuklah Kanwil Departemen
yang berkualitas. Kehakiman yang kemudian menjadi
Dalam rangka pelaksanaan Kantor WilayahKementerian Hukum
prinsip tersebut, Kantor Imigrasi dan Perundang-Undangan, dan
Kelas I Kelas I Pekanbaru sebagai kemudian menjadi Kanwil
unit pelaksana teknis Departemen Departemen Kehakiman dan Ham
Hukum dan Hak Asasi Manusia dan selanjutnya menjadi Kantor
Republik Indonesia yang sesuai tugas Wilayah Kementerian Hukum dan
dan fungsi pokoknya, mempunyai Hak Asasi Manusia RI dan Kantor
peranan di bidang fungsi pelayanan, Kelas I sebagai unit
fungsi penegakan hukum dan fungsi PelaksanaanTeknis (UPT), berada
keamanan (Tri fungsi Imigrasi). dan bertanggung jawab di bawah
Dalam pelaksanaan di perlukan suatu Kantor Wilayah Hukum dan Hak
perangkat pendukung yang mantap Asasi Manusia Riau.
untuk meningkatkan mutu dan Untuk melaksanakan fungsi
pelayanan tanpa mengurangi fungsi keimigrasian dapat dibentuk Kantor
penegakan hukum dan fungsi Imigrasi Kelas I di Kabupaten, kota
keamanan. atau kecamatan. Disetiap wilayah
Kantor Imigrasi Kelas I kerja Kantor Imigrasi Kelas I dapat
Kantor Imigrasi Kelas I dibentuk Tempat Pemeriksaan
Pekanbaru didirikan di kota ini sejak Imigrasi.Pembentukan Tempat
tahun 1950an yang pada waktu itu Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana
bernama jawatan berkedudukan di dimaksud pada ayat (2) yang
tepian Sungai Siak. Diawali dengan berbunyi zona tertentu yang
sejumlah Pejabat Teknis dan ditetapkan berdasarkan undang-
Pegawai administrasi yang kecil dan undang dan ditetapkan berdasarkan
sarana operasional yang Keputusan Menteri.
terbatas.Kegiatan keimigrasian terus Sebagai Lembaga Pemerintah,
berkembang struktur organisasi terus Kantor Imigrasi Kelas I Pekanbaru
berubah sesuai dengan merupakan institusi yang berperan
perkembangan pembangunan dan memberikan pelayanan prima kepada
permasalahan Keimigrasian yang publik, relevan dengan wujud
semakin komplek. pemerintah yang bersih, berwibawa
Berdasarkan Surat Keputusan serta transparan (Good governance).
Menteri Kehakiman RI No. Banyak hal yang harus dibenahi,
JM.2/11/11 Kantor Imigrasi Kelas I demi terwujudnya cita-cita negara
Pekanbaru dibentuk pada tanggal 17 kita yang terkait dengan
juni 1953 dengan nama Kantor Keimigrasian.Kedaulatan kita sendiri
Imigrasi Kelas I Daerah Pekanbaru harus dijaga dengan baik.Orang-
orang kita yang ingin keluar harus

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 6


dilayani dengan baik, sehingga administratif keimigrasian yang
mereka bisa keluar dengan memiliki berada Direktorat Jenderal Imigrasi
identitas yang baik.Pada prinsipnya dan Kantor Imigrasi Kelas I. Deteni
Imigrasi itu melayani segala bentuk adalah orang Asing penghuni Rumah
dokumen-dokumen Keimigrasian. Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi
Dokumen Keimigrasian Imigrasi yang telah mendapatkan
diperlukan dalam rangka orang keputusan pendetensian dari Pejabat
melakukan perjalanan dan dalam Imigrasi.Rudenim dibangun karena
perjalanan orang mengukurnya meningkatnya lalu lintas orang, baik
dengan kecepatan.Karena koordinasi yang keluar maupun yang masuk ke
internal bertujuan untuk mencegah Indonesia, sehingga berpotensi
timbulnya konflik dalam pelaksanaan timbulnya permasalahan
pekerjaan, mencegah adanya keimigrasian terhadap kedatangan
persaingan yang tidak sehat, dan keberadaan orang asing di
mencegah kekosongan pekerjaan dan Indonesia yang memerlukan upaya
mencegah munculnya persepsi yang penindakan bagi orang asing yang
berkotak-kotak di dalam pelaksanaan melanggar ketentuan yang berlaku.
tugas yang pada dasarnya saling Untuk mengefektifkan dan
menunjang dan saling berkaitan. mengefisienkan penindakan tersebut
Dengan demikian aparat diperlukan adanya sarana dan
Imigrasi harus mampu menerapkan prasarana pendukung seperti
sifat cepat dan tepat dalam rudenim.
pelayanan, teliti dan cermat dalam Dasar hukum yang mengikat
pengamanan, serta tegar dan tangguh dalam pembentukan rudenim adalah:
dalam melaksanakan penegakan 1. Peraturan Menteri Hukum
hukum (Moekadar,1997: 4-5). dan Hak Asasi Manusia RI
Dengan fungsi itulah Kantor Imigrasi No.M.05.IL.02.01 Tahun
Kelas I Pekanbaru yang mempunyai 2006 Tentang Rumah Detensi
kewenangan menempatkan Imigrasi.
pegawaiImigrasi sebagai: 2. Peraturan Direktur Jenderal
a. Unsur aparat pelayanan Imigrasi Nomor F-
masyarakat 1002.PR.02.10 Tahun 2006
b. Unsur aparat keamanan dan tentang tata cara pendetensian
pengawasan orang asing.
c. Unsur aparat penegak
hukum
Rudenim
Sejarah Rudenim
Rumah Detensi Imigrasi HASIL PENELITIAN DAN
(RUDENIM) adalah unit pelaksana PEMBAHASAN
teknis yang menjalankan fungsi
keimigrasian sebagai tempat Di dalam bab ini penulis akan
penampungan sementara bagi orang menyajikan data-data yang diperoleh
asing yang dikenai tindakan yang dari hasil penelitian pada Rumah
administratif keimigrasian. Ruang Detensi Imigrasi (RUDENIM) Kota
Detensi Imigrasi adalah tempat Pekanbaru yang menganalisa
penampungan sementara bagi orang mengenai Implementasi Peraturan
asing yang dikenai tindakan Direktur Jenderal Imigrasi No

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 7


IMI.1917-OT.02.01 Tentang Standar Rumah Detensi Imigrasi di Kota
Operasional Prosedur Rudenim di Pekanbaru, maka penulis
Kota Pekanbaru. Dari hasil penelitian menggunakan indikator sebagai
telah terkumpul sejumlah data yang berikut sesuai dengan teori yang
diperlukan, meliputi data mengenai dinyatakan oleh Meter dan Horn,
Implementasi Standar Operasional yakni : Standar dan Tujuan
Prosedur Rumah Detensi Imigrasi Kebijakan, Sumber-sumber
(RUDENIM) di Kota Pekanbaru. Kebijakan, Aktifitas Komunikasi
Penelitian ini dilakukan dengan antar Organisasi dan Kegiatan-
metode analisis eksploratif yaitu kegiatan Pelaksana, Karakteristik
suatu teknik analisa data yang Pelaksana, Kondisi Sosial, Ekonomi
menggali informasi secara jelas dan dan Politik, dan Disposisi dan Sikap
terperinci berdasarkan kenyataan Pelaksana. Keenam indikator
yang ditemukan dilapangan melalui tersebut yang akan menjadi alat ukur
hasil wawancara yang kemudian dalam menganalisa Implementasi
ditarik suatu kesimpulan agar Standar Operasional Prosedur
memberikan jawaban atas Rumah Detensi Imigrasi di Kota
permasalahan yang dikemukakan Pekabaru.
untuk mendapatkan solusi dalam hal
Implementasi Standar Operasional Standar dan Tujuan
Prosedur Rumah Detensi Imigrasi Kebijakan
Kota Pekanbaru kemudian untuk
Variabel ini didasarkan pada
mengetahui faktor-faktor yang
kepentingan utama terhadap faktor-
mempengaruhi Implementasi Standar
faktor yang menentukan pencapaian
Operasional Prosedur Rumah
kebijakan, identifikasi indikator
Detensi Imigrasi Kota Pekanbaru
pencapaian merupakan tahap yang
dapat dilihat dari hasil Penelitian.
krusial dalam analisis implementasi
Implementasi Standar kebijakan. Indikator pencapaian ini
Operasional Prosedur melihat sejauh mana ukuran-ukuran
Rumah Detensi Imigrasi di dasar dan tujuan kebijakan telah
Kota Pekanbaru. direalisasikan. Untuk itu, penulis
akan menganalisa salah satu
Meter dan Horn dalam Indikator yakni Standar dan Tujuan
Winarno (2002: 102) Kebijakan Rumah Detensi Imigrasi
mengemukakan implementasi Kota Pekanbaru dengan melakukan
kebijakan sebagai tindakan-tindakan wawancara sebagai berikut :
yang dilakukan oleh individu- “kita berjalan sesuai
individu (kelompok-kelompok) koridor masing-masing, tugas
pemerintah maupun swasta yang pokok dan fungsi masing-
diarahkan untuk mencapai tujuan masing artinya setiap masing-
yang telah ditetapkan dan keputusan- masing seksi mempunyai tugas
keputusan kebijakan sebelumnya. masing-masing. Jadi saya tidak
Melalui penelitian ini penulis ingin bisa menjelaskan kebijakan
menganalisa Implementasi Standar rudenim, saya hanya
Operasional Prosedur Rumah menjelaskan tupoksi saya
Detensi Imigrasi di Kota Pekanbaru. sebagai seksi keamanan dan
Untuk mengetahui Implementasi ketertiban berdasarkan
Standar Operasional Prosedur Peraturan Dirjen Imigrasi

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 8


tentang Standar Operasional mereka selama disini. Sejauh ini
Prosedur”. (Wawancara peneliti melihat Kasi Registrasi
dengan kasubsi ketertiban, Administrasi dan Pelaporan sudah
bpk Rully Fatria,Sh efektif dalam melaksanakan
02/02/2016) tupoksinya karna mereka memiliki
alat BCM (Basic Control
Tanggapan yang diberikan oleh Manajemen) yang dimana data deteni
Bpk kasubsi ketertiban Rumah yang mereka Register terkoneksi
Detensi Imigrasi menegaskan bahwa langsung ke pusat.
didalam melaksanakan tugas sudah
ada aturanya, yaitu peraturan Pada tahapan pendetensian,
Direktur Jenderal Imigrasi tentang secara umum petugas akan
Standar Operasional Prosedur (SOP) memberikan informasi tentang hak,
Rudenim, masing-masing bidang kewajiban, dan larangan bagi deteni.
sudah memiliki peran masing-masing Informasi akan diberikan dalam
dan bertanggung jawab terhadap bahasa yang dimengerti oleh deteni
seksi masing-masing. dengan bantuan penerjemah dari
deteni yang sudah lebih dahulu
““kalau standarnya selama ini berada di Rudenim. Sementara itu
kita mengikuti dari peraturan pada proses registrasi, petugas tidak
direktur jenderal imigrasi selalu menginformasikan tentang
sesuai SOP, tujuannya untuk alasan penempatan imigran ilegal di
memberikan kejelasan dan Rudenim. Menurut petugas
keseragaman dalam Rudenim Pekanbaru, pemberitahuan
menjalankan tugas. Proses ini bukanlah merupakan suatu
penerimaan deteni di Rudenim keharusan karena proses ini sudah
didasarkan pada surat yang dilakukan pada saat imigran ilegal
dikeluarkan oleh kantor diproses di kantor imigrasi melalui
imigrasi. Sesuai dengan pembuatan Berita Acara
prosedur yang berlaku, para Pemeriksaan.
deteni diterima oleh petugas di
Sub Bagian Registrasi, “Petugas juga akan
Administrasi dan Laporan dan memperhatikan kebutuhan fisik
diperlakukan dengan dan psikis deteni pada proses
memperhatikan hak-hak awal pendetensian, dan juga
dasarnya”. (Wawancara termasuk perawatan bagi
dengan Kasi Registrasi deteni berkebutuhan khusus
Administrasi dan Pelaporan bagi anak-anak, perempuan,
Rudenim Pekanbaru, Bpk orang cacat dan lansia”.
Irawan Widiarto,Sh (Wawancara dengan Kasi
02/02/2016) Perawatan dan Kesehatan
Rudenim Pekanbaru,Bpk
Dari hasil wawancara dengan Hendri 02/02/2016)
kasi Registrasi Administrasi dan
Pelaporan Rudenim pekanbaru, seksi “Proses selanjutnya yaitu
ini tupoksinya hanya untuk penempatan deteni di ruang
penerimaan deteni kemudian setelah pendetensian dilakukan
diregistrasi diserahkan kebagian pemisahan jika memang
keamanan untuk mengamankan dibutuhkan, seperti atas dasar

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 9


status kebangsaan, ras, dan Kegiatan pengamanan lingkungan
agama”.(Wawancara dengan Rudenim Pekanbaru juga dibantu
kasubsi ketertiban, bpk Rully oleh polisi dari kepolisian setempat
Fatria,Sh 02/02/2016) sebanyak satu orang pada setiap
tahapan penjagaan.
Dari hasil wawancara diatas
peneliti menganalisa dalam Peneliti mencoba mengkaji
praktiknya di Rudenim Pekanbaru, lebih dalam mengenai peraturan izin
deteni dari berbagai negara dapat keluar sementara bagi deteni yang
berbaur dengan baik tanpa dibuat oleh pihak internal Rudenim
menimbulkan rasa cemas akan dengan melakukan wawancara
terjadinya konflik. Dalam satu blok sebagai berikut.
yang terdiri dari beberapa sel, dapat “Dasar izin keluar
ditempati deteni dari berbagai sementara yang tupoksinya
negara meskipun penempatan dalam berada pada seksi keamanan
sel tetap didasarkan atas kesamaan dan ketertiban itu dibuat oleh
warga negara. Petugas selalu Karudenim. Dasar nya ada
memberikan pemahaman kepada pada UU kemigrasian no 6
semua deteni bahwa perlakuan yang tahun 2011 dan Peraturan
akan diberikan petugas adalah sama Dirjen Imigrasi tentang Sop
(tidak ada perbedaan/diskriminasi). tersebut, karna mereka itu
pencari suaka, mereka
“Dari sisi pengamanan para mempunyai hak asasi manusia,
deteni di ruang pendetensian, yaitu perinsip hidup, kalo
petugas menerapkan konsep mereka sakit mereka boleh
social security yaitu dengan keluar periksa ke dokter
melakukan pendekatan dan dengan pengawalan petugas
pemberian pemahaman tentang Rudenim yang dibiayai oleh
apa yang menjadi keinginan IOM. Mereka hanya keluar
dan tujuan sehingga mereka untuk berobat. Namun
berada sementara di terkadang mereka keluar juga
Indonesia”.(Wawancara untuk berbelanja dan berolah
dengan kasubsi ketertiban, raga”. (Wawancara dengan
bpk Rully Fatria,Sh kasubsi ketertiban, Bpk Rully
02/02/2016) Fatria, Sh, 02/02/2016)
Dari hasil wawancara yang
Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan Kasubsi
dilakukan peneliti dengan Kasubsi
Ketertiban diatas peneliti
Ketertiban diatas peneliti
menganalisa berdasarkan hasil
menganalisa adanya kekaburan dan
observasi, Para deteni dapat dengan
kontradiksi-kontradiksi dalam
bebas berkomunikasi baik dengan
pernyataan ukuran dasar dan tujuan
deteni lainnya maupun dengan
kebijakan. Peneliti memandang
petugas, dan melakukan aktivitas
bahwa Undang-undang no 6 tahun
lainnya di dalam lingkungan
2011 tentang Keimigrasian pada Bab
Rudenim. Namun demikian, kegiatan
VI terkait Pengawasan Keimigrasian
penjagaan di sekitar Rudenim tetap
pasal 66 ayat 2b menyatakan bahwa
dilakukan melalui petugas piket
pengawasan terhadap orang asing di
yang telah dijadwalkan setiap hari.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 10


Indonesia meliputi : masuk dan teman tanpa pengawalan”.
keluarnya orang asing ke wilayah (Wawancara dengan deteni
Indonesia serta keberadaan dan Rudenim pekanbaru, Syafarr
kegiatan orang asing di wilayah 02/02/2016)
Indonesia. Jadi pengawasan juga
perlu dilakukan selama imigran Dari hasil wawancara dari
tersebut beraktivitas diluar Rudenim. beberapa informan diatas peneliti
Dasar izin keluar sementara menganalisa mungkin para perumus
bagi deteni juga bersinggungan kebijakan negeri ini sadar bahwa
dengan Peraturan Direktur Jenderal pencari suaka dan pengungsi lintas
Imigrasi tentang Standar Operasional batas bukan pelaku kejahatan yang
Prosedur (SOP), didalam Standar melanggar hukum indonesia.
Operasional Prosedur Rudenim Meyamakan Rumah Detensi Imigrasi
dinyatakan pada bagian e. dengan Lembaga Permasyarakatan
Pengamanan nomor 3) dijelaskan : adalah sebuah kesalahan besar.
membentuk regu pengawalan yang Dalam pedoman penanganan
bertugas melakukan pengawalan pengungsi dan pencari suaka secara
terhadap deteni yang keluar dari jelas disebutkan bahwa pencari suaka
rudenim untuk keperluan antara lain dan pengungsi tidak boleh disamakan
deportasi, dipindahkan ke rudenim dengan pelaku tindak kriminal. Ini
lain, berobat keperluan ke merupakan kesadaran bahwa mereka
perwakilan negaranya, atau yang nantinya menempati Rumah
dibutuhkan dalam rangka Detensi Imigrasi adalah orang-orang
kepentingan pemeriksaan Direktorat yang jauh, terusir atau kehilangan
Jenderal Imigrasi sesuai kebutuhan rumah mereka karna konflik yang
dan pertimbangan keamanan. Namun terjadi di negara mereka. Namun
disaat peneliti melakukan observasi disisi lain para perumus kebijakan
di lapangan masih adanya deteni juga harus memikirkan hak-hak
yang keluar untuk keperluan lain warga Indonesia yaitu masyarakat
seperti beraktivitas diluar Rudenim yang berada disekitar wilayah
tanpa pengawalan pihak Rudenim. Rudenim, jangan sampai terganggu
oleh kedatangan para imigran ini
ditanah airnya sendiri, harus ada
batasan-batasan untuk imigran ini
Peneliti juga melakukan
kalau beraktivitas ditengah-tengah
wawancara terhadap deteni yang
masyarakat dan seharusnya
berada di Rudenim Pekanbaru.
dilakukan pengawalan untuk
Berikut hasil wawancara yang
meminimalisir terjadinya pelangaran
dilakukan :
dan agar terwujudnya Kenyamanan
“saya disini lebih
dan ketentraman masyarakat
kurang sudah lima belas
disekitar wilayah Rudenim Kota
bulan,untuk makan satu hari
Pekanbaru.
kami tiga kali, pagi jam tujuh
sama zuhur dan jam tujuh PENUTUP
malam,saya dan yang lainya
diberikan kesempatan keluar Didalam bab ini penulis
empat jam dalam satu hari, memberikan kesimpulan akhir dari
keluar jalan-jalan, ngym dan penelitian ini, serta memberikan
belanja. keluar sama teman- saran kepada pihak pelaksana Rumah

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 11


Detensi Imigrasi Pekanbaru dalam Rumah Detensi Imigrasi
Implementasi Standar Operasional (Rudenim) di Kota Pekanbaru,
Prosedur Rumah Detensi Imigrasi disimpulkan bahwa faktor yang
(Rudenim) di Kota Pekanbaru dominan mempengaruhinya
sebagai bahan untuk memberikan adalah faktor kebijakan. Dimana
masukan lebih baik dimasa yang kurangnya kebijakan dari
akan datang, adalah sebagai berikut Pemerintah Pusat serta respon
: atau hubungan kurang baik antara
Kesimpulan Rumah Detensi Imigrasi dengan
Berdasarkan hasil penelitian Pemerintah pusat seperti
dan pembahasan yang telah peneliti Kementrian Hukum dan Ham dan
lakukan, maka dapat diambil Menteri Luar Negeri sehingga
beberapa kesimpulan sebagai berikut membuat Implementasi Standar
: Operasional Prosedur Rumah
1. Berdasarkan hasil penelitian Detensi Imigrasi ini tidak
diperoleh bahwa Implementasi berjalan dengan lancar.
Standar Operasional Prosedur
Rumah Detensi Imigrasi Saran
(Rudenim) di Kota Pekanbaru Dari hasil penelitian dan
masih belum berjalan dengan pembahasan mengenai Implementasi
lancar atau kurang efektif. Standar Operasional Prosedur
Dikarenakan adanya kekaburan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim)
dan kontradiksi-kontradiksi di Kota Pekanbaru, penulis
dalam pernyataan ukuran dasar memberikan saran sebagai berikut :
dan tujuan kebijakan yang 1. Hendaknya dalam melaksanakan
mengakibatkan adanya peraturan Implementasi Standar Operasional
tata tertib yang bersinggungan Prosedur Rumah Detensi Imigrasi
dengan Standar Operasional harus memaksimalkan ketersedian
Prosedur yang mengenai izin sumber daya manusia yang ada dan
menambah jumlah petugas yang ada
keluar sementara bagi Deteni
di bidang pengamanan untuk
tanpa pengawalan. Tingkat mengawasi pencari suaka yang
pengawasan yang dilakukan beraktivitas diluar rudenim. Perlu
Rudenim Kota Pekanbaru belum adanya kerjasama antar-instansi dan
optimal. Tata tertib yang ada komunikasi yang baik antara
belum mampu memberikan pemerintah kota Pekanbaru dengan
pengawasan yang efektif Rudenim dalam menangani Pencari
sehingga memungkinkan untuk Suaka untuk saling mengawasi
terjadinya pelanggaran. Jika tidak aktivitas para Pencari Suaka seperti
ada pengawasan saat ini pencari di ikut sertakannya Satpol pp untuk
suaka berada diluar penampungan menciptakan ketertiban masyarakat
di sekitar wilayah Rudenim
memungkinkan hal buruk lain
Pekanbaru.
akan terjadi, sehingga perlu 2. Dalam upaya mengatasi faktor
adanya perumusan yang baik kebijakan dalam melakukan
terhadap Tata Tertib tersebut. Implementasi Standar Operasional
2. Dari hasil penelitian ditemukan Prosedur Rumah Detensi Imigrasi,
bahwa faktor yang dominan dibutuhkan pendekatan yang
mempengaruhi Implementasi signifikan kepada Pemerintah Pusat.
Standar Operasional Prosedur Sehingga Pemerintah Pusat dapat

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 12


mengetahui dan memahami Sugiyono. 2005. metode Penelitian
permasalahan para pencari suaka Administrasi. Bandung.
yang ada di daerah Kota Pekanbaru Alfabeta
dengan jelas. Selain itu, melakukan
tindakan evaluasi terhadap setiap Sujianto. 2008. Implementasi
kekurangan-kekurangan dan Kebijakan Publik Konsep Teori
hambatan dalam implementasi
dan Praktek. Alfabeta.
standar operasional Prosedur
Rudenim Kota Pekanbaru yang dapat
Sumaryadi, Nyoman. I 2005.
dilakukan dengan salah satu upaya
yaitu melakukan koordinasi dengan Efektifitas Implementasi
Pemerintah Pusat mengenai Kebijakan Otonomi Daerah.
Kebijakan untuk para Imigran Ilegal Jakarta. Citra Utama

Sunggono, Bambang. 2001.


Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif. Jakarta. Raja
Srafindo Persada
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar
kebijakan publik. Bandung: Tachjan 2006. Implementasi
CV. Alfabeta Kebijakan Publik. Bandung.
Lemlit UNPAD
Islami, M. Irfan. 2000. Prinsip-
prinsip perumusan kebijakan Tachjan. 2006. Implementasi
negara. Jakarta. Sinar Grafika Kebijakan Publik. Bandung.
Lemlit Universitas Padjajaran
Moleong, J, Lexy. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung. Tangkilisan, Hessel. Nogi. S. 2003.
PT Remaja Rosdakarya Kebijakan Publik yang
Membumi. Yogyakarta.
Nawawi, Ismail. 2009. Public policy: (YPAPI) Lukman Offset
Analisis, Strategi Advokasi
Teori dan Praktek. Surabaya Pasolong, Harbani. 2008 Teori
Administrasi publik. Bandung
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Alfabeta
Publik Formulasi,
Implementasi, Evaluasi. PT.
Gramedia
Wahab, Solichin Abdul. 2003. Analis
----------------------. 2004. Kebijakan Kebijakan dari Formulasi ke
Publik Formulasi, Implementasi Kebijakan
Implementasi, Evaluasi. PT. Negara. Jakarta. Bumi Aksara
Gramedia
William N. 2003. Analisis Kebijakan
----------------------. 2006. Kebijakan Publik. Yogyakarta. Hanandita
Publik untuk negara
berkembang. PT. Gramedia Winarno, Budi. 2002. Teori dan
Proses Kebijakan Publik.
---------------------. 2008. Public Yogyakarta. Media Presindo
Policy. Jakarta : PT. Gramedia

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 13


Dokumen:
1. Peraturan Direktur Jenderal
Imigrasi Nomor IMI. 1917-
OT. 02. 01 Tahun 2013
Tentang Standar Operasional
Prosedur Rumah Detensi
Imigrasi

2. Peraturan Pemerintah Nomor


31 Tahun 2013 tentang
peraturan Pelaksana Undang –
undang No 6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5409)

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 14

Anda mungkin juga menyukai