Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PENDIDIKAN IPA

[Praktik Berpikir Evaluatif]

Protokol Tugas Mandiri

Dikembangkan oleh:
Suyono & ZA Imam Supardi

PRODI S2 PENDIDIKAN SAINS PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022

1
A. Pesan-pesan Keilmuan bagi Pengembangan Pembelajaran IPA

1. Membelajarkan sains (IPA) idealnya memposisikan peserta didik (siswa,


mahasiswa) sebagai “ilmuwan kecil.” Ilmuwan mengawali aktivitas
kesehariannya karena curiocity-nya (salah satu sikap ilmiah atau
scientific attitude) yang tinggi untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan
memecahkan masalah. Pembelajaran IPA berbasis masalah,
pembelajaran pemecahan masalah adalah sebuah kelaziman. Bukan
pembelajaran baru. Pembelajaran berbasis studi kasus dan pembelajaran
PjBL juga bukan sesuatu yang baru.
2. Tiga komponen ilmu, yaitu scientific product, scientific method, dan
scientific attitude. Ilmuwan mengembangkan scientific product (fakta,
konsep, prinsip, hukum, dan teori), menggunakan scientific method
(metode ilmiah), dan diwarnai keingin-tahuan (curiocity) yang tinggi,
kejujuran, ketelitian, obyektivitas, keterbukaan, dll yang semuannya
adalah sikap ilmiah (scientific attitude).
3. Berdasar proposisi/deskripsi pada titik 2, maka pendidikan atau
pembelajaran IPA ideal adalah: (a) membelajarkan fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori, (b) membelajarkan dengan praktik bermetode ilmiah
(scientific approach), dan (c) pembiasaan sikap jujur, teliti, obyektif, dan
sikap-sikap terpuji yang lain. Pembelajaran dengan target peserta didik
menguasai fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori bukan target akhir
kurikulum pendidikan saat ini.
4. Pada kesempatan yang lalu, Anda telah melakukan Analisis terhadap
konten sains tertentu. Anda telah mengidentifikasi fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori terkait dengan konten yang Anda tetapkan sebagai
bahan kajian tesis. Setidaknya Anda telah menguasai secara
komprehensif fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori tentang konten
IPA itu, walau belum sampai kepada mengembangkan sendiri produk
ilmu itu. Penguasaan atas produk ilmu itu akan membantu Anda dalam
merancang pembelajaran IPA yang bermakna, ibarat mengemudi mobil
untuk mencapai tujuan tertentu, Anda telah menguasai kendaraan yang
Anda kemudikan. Artinya, jangan sampai sebagai seorang pendidik,
Anda tidak memiliki kesadaran penuh bahwa saat ini sedang
membelajarkan konten apa untuk mencapai kompetensi apa?
5. Kurikulum pendidikan yang diberlakukan saat ini berbasis kompetensi,
bukan kurikulum berbasis materi. Capaian pembelajaran sains (IPA)
adalah sebuah kompetensi bukan penguasaan materi semata. Kompetensi
merupakan produk leburan antara kemampuan kognitif, keterampilan
psikomotorik (hands on), dan sikap (attitude). Kemampuan kognitif
terdiri atas kognitif produk (lebih berdimensi ontologi) dan kognitif
proses atau keterampilan berpikir (minds on) yang lebih ke dimensi
epistemologi). Kemampuan kognitif dan psikomotorik akan memiliki
value (kemanfaatan/dimensi aksiologi) jika telah menginternalisasi dalam
diri sesorang dan terejawantah menjadi sikap/attitude yang bijaksana.
Sebuah kebijaksanaan adalah ujung akhir dari berpikir filsafati. Fakta,
konsep, prinsip, hukum, dan teori mengambil peran sebagai wahana atau

2
kendaraan dalam pembelajaran untuk mencapaian kompetensi yang
ditargetkan.
6. Melalui penugasan Analisis Konten IPA diharapkan Anda telah memiliki
pemahaman yang baik mengenai hirarki hubungan antara fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori. Konsep dapat dianalisis lebih lanjut atas
elemen-elemennya. Elemen konsep di antaranya nama (label) konsep,
definisi, ciri esensial dan non esensial, contoh dan non contoh, serta
value.
7. Konsep didefiniskan berdasar hasil generalisasi atas ciri-ciri esensialnya.
Ciri-ciri esensial ini sebenarnya adalah fakta. Anda dapat meng_create
pembelajaran IPA dengan menampilkan sejumlah contoh, meminta
peserta didik melakukan pengamatan (salah satu kebiasaan ilmuwan)
untuk mencatat ciri-ciri yang melekat pada masing-masing contoh dan
kemudian menetapkan ciri-ciri esensial. Berdasar ciri-ciri esensial siswa
diajak membuat generalisasi untuk membangun (mengkonstruksi) sebuah
konsep yang dinyatakan dalam bentuk definisi konsep yang telah diberi
nama atau label sebelumnya. Pembelajaran demikian boleh dinyatakan
sebagai pembelajaran integrated dengan pola nested yang melatihkan
keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan menggeneralisasi. Ada
aturan yang harus dipahami dan dipenuhi mengenai penulisan definisi.
8. Anda dapat menampilkan sejumlah non contoh bagi sebuah konsep
tertentu. Pembelajaran semacam ini dilakukan ketika guru IPA ingin
membelajarkan keterampilan argumentasi kepada peserta didiknya.
Pembelajaran yang diawali dengan pengajuan claim.
9. Ilmuwan (saintis) bekerja (minds on dan hands on) dengan menggunakan
scientific method. Berpikir deduktif dan induktif mewarna penalaran
yang dilakukan ilmuwan. Cara bernalar yang dilakukan ilmuwan juga
dapat diwarnakan dalam pembelajaran IPA. Anda dapat membelajarkan
konten sains, berangkat dari fakta menuju teori ketika Anda ingin
melatihkan keterampilan berpikir induktif kepada peserta didik.
Sebaliknya, Anda dapat membelajarkan IPA, berangkat dari teori menuju
fakta krtika Anda ingin melatihkan keterampilan berpikir deduktif
kepada peserta didik.
10. Tiga pertanyaan kelimuan, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Tiga pertanyaan ini patut diajukan dan/atau dijawan agar diperoleh
pemahaman yang komprehensif (meluas & mendalam). Ketika dipilih
konsep tertentu sebagai bahan kajian, maka tiga pertanyaan itu akan
memperoleh jawaban setidaknya tentang definisi konsep, bagaimana
konsep itu dibangun, dan kemanfaatan konsep itu baik di dalam bidang
ilmuanya sendiri, ilmu lain, teknologi, dan kehidupan/masyarakat.
Membelajarkan IPA jangan hanya sampai kepada dimensi ontologi saja,
dua dimensi yang lain penting diperhatikan. Tiga dimensi pertanyaan
keilmuan ini sebaiknya Anda mulai Anda proporsikan dalam
merencanakan pembelajaran IPA. Guru IPA tidak cukup membelajarkan
definisi tentang larutan buffer kepada perserta didik. Kognisi tingkat
rendah yang dicapai peserta didik kalau kemudian definisi itu dihafal
olehnya. Psikomotorik dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi
akan dicapai peserta didik, manakala guru merancang aktivitas praktik

3
pembuatan larutan buffer dengan pH yang ditetapkan. Peserta didik akan
termotivasi mempelajari larutan buffer, manakala mengetahui bahwa
cairan di dalam tubuh manusia adalah contoh daripada larutan buffer
dalam kehidupan. Peserta didik dibelajarkan sampai ke dimensi
aksiologi.
11. Salah satu rumusan scientific method disajikan pada Gambar 1
(Suriasumantri, 2013).

Gambar 1 Scientific Method dalam Diagram Alir


Jika diperhatikan Gambar 1, kerangka berpikir (KB) disusun atau
dikembangkan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian yang
telah dirumuskan (rumusan masalah, RM). KB dipakai dasar bagi
pengajuan hipotesis; jawaban yang masih lemah dan butuh data untuk
mengujinya. Data untuk menguji hipotesis dapat diperoleh melalui
kegiatan eksperimen. Idealnya, dalam perencanaan pembelajaran IPA
harus diberikan perhatian kepada beberapa hal berikut ini. Pertama,
perlunya pemberian latihan atau pembiasaan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kerangka berpikir (tentu tidak sesulit mengembangkan
KB-nya tesis) setiap kali memecahkan masalah. Keterampilan literasi
dapat ditumbuhkan, pembangkitan budaya membaca rujukan, praktik
deductive thinking dapat dibelajarkan, pembentukan sikap ilmiah seperti
tidak gegabah dalam membuat dugaan (dalam hal ini merumuskan
hipotesis), dan sikap-sikap yang lain. Kedua, dalam penulisan LKS atau
LKPD tidak kehilangan jalur berpikir penting dalam beraktivitas secara
ilmiah. Permintaan guru kepada peserta didik untuk merumuskan
hipotesis dalam LKPD yang ditulis, hanya dengan melihat rumusan
masalah tanpa meminta peserta didik membaca literatur (buku siswa dan
sumber-sumber lain) sebagai dasar pengajuan hipotesis dapat adalah
sebuah kesalahan dalam melatihkan proses berpikir. Ketiga,
pembelajaran sains melalui eksperimen (pilih yang paling sederhana)
adalah sebuah kelaziman. Eksperimen dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data untuk membuat simpulan menolak atau menerima
hipotesis. Mengizinkan peserta didik menolak hipotesis berdasar data
yang dimiliki pada hakekatnya mendidik kejujuran.

4
B. Target dari Penugasan & Tagihan

Target Kompetensi:
Mahasiswa peserta mata kuliah ini mampu mengevaluasi rencana pembelajaran
IPA berbasis pesan-pesan edukatif yang terkandung di dalam scientific method
dan scientific attitude.

Tagihan:
Sajian tertulis hasil evaluasi rancangan pembelajaran, berupa RPP dan
perangkat pendukung RPP (dibatasi LKS atau LKPD) yang telah
dikembangkan mahasiswa magister Prodi Pendidikan Sains Pasca Sarjana
Unesa ditinjau dari pesan-pesan keilmuan dalam pembelajaran IPA.

Kriteria Penilaian Tagihan:


1. Sebelum Anda melakukan evaluasi, buatlah daftar indikator
penilaian/evaluasi. Indikator ini dapat Anda kembangkan berbasis proposisi-
proposisi yang tertulis di dalam Bagian A.
2. Sajian hasil evaluasi rancangan pembelajaran diurutkan sesuai urutan
penulisan indikator.
3. Estetika laporan hasil evaluasi diserahkan kepada Anda masing-masing.
Ilmuwan menyukai keindahan.

C. Waktu Pengerjaan & Cara Pelaporan:


1. Total waktu yang diberikan 2 minggu, terhitung mulai Senin, 21 November
2022.
2. Laporan kemajuan dikirim ke dosen pengampu mata kuliah pada Minggu,
27 November 2022 pk. 18.00. Dikirim ke WA dosen pengampu dalam
google-drive tersendiri untuk memudahkan pemantauan. Apapun tingkat
kemajuan dari masing-masing mahasiswa wajib dilaporkan. Laporan
kemajuan ini akan dijadikan bahan diskusi pada Senin, 28 November 2022.
3. Laporan akhir adalah hasil perbaikan atas laporan kemajuan setelah sesi
diskusi, dikirim ke dosen pengampu mata kuliah pada Minggu, 4 Desember
2022 pk. 18.00. Dikirim ke WA dosen pengampu dalam google-drive.

Anda mungkin juga menyukai