Anda di halaman 1dari 105
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOPROSES Materi : Asam Asetat Group: 3- Seni Anggota : 1. Alfian Anas Widyatmaka (NIM. 2103012140142) 2. Fatimah Mauludiyah (NIM. 21030121120019) 3. Zahra Firly Mareta (NIM. 2103012112005) LABORATORIUM BIOPROSES DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2022 HALAMAN PENGESAHAN LABORATORIUM BIOPROSES ‘TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan praktikum asam asetat yang disusun oleh: Kelompok — : 3~Senin Anggota : 1. Alfian Anas Widyatmaka NIM. 21030121140142 2. Fatimah Mauludiyah NIM. 2103012112019 3. Zahra Firly Mareta NIM. 2103012112005 Telah diterima dan disetujui oleh Dr. T. Ir, Indro Sumanti, M. Eng. selaku dosen pengampu pada: Hari Tanggal : Semarang, Mengetahui, Dosen Pengampu Dr. Indro Sumantri, M. Eng, NIP. 196110221988031002 RINGKASAN Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CHsCOOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118,1°C, Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih harus diimpor sehingga perlu diusahakan kemandirian dalam penyediaan bahan tersebut. Padahal asam asetat merupakan salah satu senyawa yang memiliki peran penting bagi kehidupan. Bahan dasar pembuatannya pun mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah buah-buahan, Asam asetat merupakan asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Asam asetat yang bercampur dengan air akan berdisosiasi sebagian menjadi H* dan CHsCOO ™. Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya itu asam asetat juga berperan dalam perindustrian dan kesehatan. Asam asetat dapat dibuat secara sintesis maupun fermentasi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan asam asetat antara lain pemilihan mikroba, penambahan alkohol, waktu fermentasi, suhu, dan keasaman. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sari buah belimbing wuluh, buah apael, air kelapa , aquadest, alkohol, indikator PP, NaOH, gula pasir, ragi roti dan glukosa anhidris. Alat-alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, buret, statif, klem, aerator, pipet tetes, kompor listrik, pengaduk, dan indikator pH. Prosedur percobaan meliputi pembuatan starter, persiapan bahan, dan pembuatan asam asetat. Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan kadar asam asetat pada setiap variabel dari variabel 1 sampai dengan variabel secara berturut turut pada hari ke-3 0.119%, 0.0902, 0.060%, 0,030%, 0,240%, 0,119%, 0,239%, 0,210%. Hasil percobaan menunjukkan semakin lama fermentasi maka semakin besar densitas, semakin lama fermentasi maka semakin kecil nilai pH, semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi volume totalnya, kadar gula berbanding lurus dengan kadar alkohol dan asam asetat, dan semakin besar konsentrasi starter maka semakin tinggi kadar alcohol dan asam asetatnya. Berdasarkan hasil percobaan. Diperoleh kadar asam asetat tertinggi pada variabel 5 sebesar 0,240% dengan bahan baku sari buah apel dan penambahan etanol 6 ml dan starter 15%w. Dari pelaksanaan praktikum ini, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjumya yaitu melakukan sterilisasi seluruh alat yang diperlukan sebelum memulai percobaan, memastikan proses aerasi berjalan dengan baik, dan ‘memastikan bahwa penutup wadah saat fermentasi anaerob benar-benar rapat. ii PRAKATA Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat membuat sebuah laporan praktikum materi asam asetat. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Bioproses Tahun Ajaran 2022/2023. Dengan terselesaikannya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Japoram ini, khususnya kepada: 1, Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku penanggung jawab Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Undip. Dr. T. Ir. Indro Sumantri, M. Eng.selaku dosen pengampu materi asam asetat 4. Ayu Puspita Dewi selaku koordinator asisten Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Undip. 5. Gusda Khafiz Dhiya Ulhaq dan Farhanah Nabilah selaku asisten pengampu materi asam asetat. Asisten-asisten Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Undip. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami. ‘Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum it Demikian laporan resmi yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan dalam penyusunan laporan ini, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku praktikan. Semarang, 13 September 2022 Penyusun iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN uw. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1 1.3 Tujuan Praktikum... 1.4 Manfaat Praktikum.. BAB Il TINJAUAN PUSTAKA.. 2.1 Asam Asetat... 2.2. Karakteristik Asam Asetat 2.3 Pembuatan Asam Asetat... 2.3.1, Pembuatan Asam Asetat secara Sintesis 2.3.2. Pembuatan Asam Asetat secara Fermenta 2.4. Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat 2.5 Faktor—Faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat 2.6 Kegunaan Asam Asetat di Industri 2.7 Starter Asam Asetat dan Kandungannya.... 2.8 Kandungan Sampel 1 BAB III METODE PENELITIAN.... 3.1 Rancangan Percobaan. 13 3.1.1 Skema Rangkaian Praktikum 3.1.2 Bahan yang Digunakan.. 3.1.3 Variabel Proses. 3.1.4 Pengolahan Data.. 3.2. Alat yang Digunakan 3.3 Prosedur Praktikum.. BAB IV HASIL DAN PEMBARASAN ..... 4.1 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Densitas, 4.2. Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan pH... 43° Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan Volume Total ..21 4.4 Pengaruh Penambahan Etanol terhadap Kadar Asam Asetat.. 4.5. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Kadar Asam Asetat 24 BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 28 5.2. Saran.. DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kandungan dalam air kelapa mud: Tabel 2.2 Kandungan gizi belimbing wuluh dalam setiap 100 gram.. abel 2.3 Kandungan gizi buah apel dalam setiap 100 gram ul DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Skema pembuatan starter. 12 Gambar 3.2 Skema pesiapan bahan 12 Gambar 3.3. Skema pembuatan asam asetat 12 Gambar 3.4 Rangkaian alat pembuatan starter 15 Gambar 3.5. Rangkaian alat persiapan bahan 1s Gambar 3.6 Rangkaian alat titrasi 15 Gambar 4.1 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari buah belimbing Wulth .....cnnnnnnnnnninnnnnnnnnmnnnnnne Gambar 4.2 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari buah apel 18 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat pada sari belimbing wuluh 20 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat 20 Gambar 4.5 Grafik hubungan penambahan volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah apel... pada sari belimbing wuluh 2 Gambar 4.6 Grafik hubungan penambahan volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah ape... 22 Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada sari belimbing wuluh, 028 Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada 23 sari buah apel Gambar 4.9 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 6 ml.. Gambar 4.10 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 8 m.. Gambar 4.12 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 12 ml. 25 viii DAFTAR LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA LEMBAR PERHITUNGAN . LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN cl LEMBAR KUANTITAS REAGEN... REFERENS! .. LEMBAR ASISTENSI Fel ix 1d 12 BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CHsCOOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118,19C. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat Iuas di bidang industri dan pangan (Celanese, 2018). Industri asam asetat dikembangkan karena begitu Iuasnya penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri kimia dasar, pembuatan plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia untuk fotografi, koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan lain-ain. Dalam. industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman, Dalam setahun kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 Juta ton per tahun di peroleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari indutri petrokimia maupun dari sumber hayat Pada praktikum ini digunakan sari buah apel dan belimbing wuluh. Buah apel dan belimbing wuluh dipilih karena kandungan glukosa yang cukup tinggi. Glukosa sendiri merupakan Komponen utama dalam pembuatan asam asetat. Selain itu, alasan memilih buah apel dan belimbing wuluh karena harganya yang relative murah dan sangat mudah didapatkan disekitar kita, ‘Rumusan Masalah Asam asetat merupakan salah satu senyawa yang memiliki peran penting bagi kehidupan. Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutubkan di Indones kayu bahkan digunakan dalam pembuatan tinta dan juga sebagai pelarut. Akibat . Sebagai contoh industri karet, plasti penggunaannya yang Iuas tersebut maka perlu dilakukan pembuatan asam asetat dengan mengetahui dua kondisi operasi dan jenis bahan yang dapat menghasilkan asam asetat secara optimal. Karena kandungan glukosa buah apel dan belimbing wuluh yang cukup tinggi, maka berpotensi untuk digunakan dalam sintesis asam asetat. Belimbing wuluh dan apel juga merupakan buah yang mudah didapatkan dan relatif terjangkau. Hal ini lah yang menyebabkan buah belimbing wuluh dan apel berpotensi digunakan dalam sintesis asam asetat. Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan apakah asam asetat dapat disintetis dari bahan baku sari buah apel dan sari buah belimbing wuluh dengan metode fermenta dengan Acetobacter Aceti serta menentukan kondisi opera: yang sesuai untuk pembuatan asam asetat tersebut. 1.3. Tujuan Praktikum 1. Membuat asam asetat dengan menggunakan bahan baku sari buah apel dan sari buah belimbing wuluh melalui proses fermentasi. 2. Menentukan pengaruh densitas, perubahan pH, perubahan volume total, pengaruh % starter, dan pengaruh jenis bahan terhadap fermentasi asam asetat. 3. Menentukan kondisi operasi optimum untuk memperoleh asam_asetat melalui proses fermentasi. 1.4 Manfaat Praktikum 1, Mahasiswa mampu membuat asam asetat dengan menggunakan bahan baku sari buah apel dan sari buah belimbing wuluh melalui proses fermentasi. 2. Mahasiswa mampu menentukan pengaruh densitas, perubahan pH, perubahan volume total, pengaruh % starter, dan pengaruh jenis bahan terhadap fermentasi asam asetat. 3. Mahasiswa mampu menentukan Kondisi operasi optimum —unutk memperoleh asam asetat melalui proses fermentasi. BABII TINJAUAN PUSTAKA. 21 Asam Asetat Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CHsCOOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118,1°C (Hardoyo, 2007). Asam asetat merupakan asam Karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Asam asetat yang bercampur dengan air akan berdisosiasi sebagian menjadi H* dan CHsCOO: (Samuel & Malau, 2019). Salah satu jenis industri kimia yang amat besar pengaruhnya terhadap industri kimia di Indonesia adalah Asam Asetat. Asam Asetat (Acetic Acid) digunakan sebagai bahan penunjang pada banyak industri seperti industri Cellulose Acetate, Vinyl Acetate, Acetic Anhydride, Purified Terephtalic Acid (PTA), industri tekstil, food additive dan industri plastik. Selain itu, bahan ini juga banyak diperlukan pada industri farmasi, insektisida, bahan kimia fotografi dan lain- lain, Penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri kimia dasar, pembuatan plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia untuk fotografi, koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan lain-lain, Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. 2.2. Karakteristik Asam Asetat 2.2.1 Sifat Fisika © Kadar £99,5% © Bentuk + Cairan tidak berwarna ‘+ Berat molekul : 60kg/mol « Titikdidih 5 117,87 « Titiklebur + 16,6C © Densitas = 1,049 ke/L. (Perry, 1997 dalam Harjanto, 2012) 2.2.2 Sifat Kimia > Reaksi Penyabunan ‘Asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda menghasilkan Natrium asetat. CH:COOH + NaOH ———> CH:COONa +20 ‘Asam asetat. Sodakaustik Natriumasetat air > Esterifikasi Asam asetat CH:COOH + CsHinOH =——> — CHsCOOCSsHi + HO saksikan dengan alcohol menghasilkan ester. Asam asetat_— Amil alkohol Amilasetat air (Kirk & Othmer, 1952 dalam Harjanto 2012) 2.3. Pembuatan Asam Asetat 2.3.1. Pembuatan Asam Asetat secara Sintesis Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik perusahaan Monsanto di Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah, Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah metanol. Prinsip pembuatannya ialah metanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena katalis ini bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 Ibvin?, Sedangkan katalis. rhodium bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 Ib/in?. Katalis rhodium menghasilkan asam asetat sampai 99% sedangkan katalis iodinepromoted Kobalt hanya sekitar 90% saja. Proses yang terjadi adalah pertama metanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodida: MeOH + HI > Mel + H20 Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke dalam [Rh(CO):b] sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)bT. Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH; membentuk Kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium- alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (II). 24 Dengan terbentuknya kompleks maka gugus CHsCOI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis thodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150°C ~ 200°C dan tekanan 30-60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H:O menghasilkan CH;COOH dan HI. Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi metanol menjadi Mel yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus, Sedangkan asam asetat yang dihasitkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi (Roth, 1975). 2.3.2. Pembuatan Asam Asetat secara Fermentasi Asam asetat dapat dihasitkan dari senyawa CaHsOH (etanol) atau buah-buahan yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi asetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air. Mekanisme pembentukan asam asetat yaitu bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan hhidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini katena mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi kofaktornya, Bakteri-bakteri sam asetat, Khususnya dari genus Acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim intraselular yang berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai katalisatornya (Roth, 1975). Reaksi CHsCH20H + 202 CHsCHO + H20 CHsCHO + H20 —> CH:CH(OH)2 CHsCH(OH)2 + 202 —> CHsCOOH + H20 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat Produksi asam asetat dilakukan melalui proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu spesies yang banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter aceti (Hardoyo, 2007 dalam Rachmawati et al., 2020). Dalam pengolahan asam_ cuka, terjadi 2 kali fermentasi yaitu: a) Fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces cerevisiae Pada fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO» dengan reaksi sebagai berikut: (CaH120s —» 2CH3CH20H + CO2 Reaksi yang terjadi anaerob. Etanol adalah hasil utama fermentasi di samping asam laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat (Rachmawati et al., 2020), b) Fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri Acetobacter aceti Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut: CHsCH:OH + O2 + CHsCOOH + 1:0 (Rachmawati et.al., 2020) 2.8 Faktor ~faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat 1. Suhu Suhu optimum untuk perlumbuhan Acetobacter dan Gluconobacter adalah 25-30°C. Pada suhu 37°C Gluconobacter tidak dapat tumbuh. Untuk fermentasi asam asetat subu yang paling sesuai 26,7-29,4°C, sebab bila suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi Untuk fermentasi asam asetat suhu yang paling sesuai 26,7-29.4°C, sebab bila suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi (Deppenmeier et al., 2002). Oksigen Fermentasi untuk menghasilkan asam cuka berlangsung secara aerob obligatif yaitu menggunakan oksigen untuk pertumbuhan A.aceti. A.aceti tidak akan tumbuh jika tidak terdapat oksigen sehingga proses fermentasi tidak akan berlangsung (Buckle et.al., 2010 dalam Surtiyani, 2015). 3. pH Proses fermentasi etanol menjadi asam cuka dapat berjalan dengan baik pada pH optimal antara 5,4-6,3. Pada pH yang terlalu tinggi akan mengakibatkan A.Aceti mengalami kerusakan sel dan pada pH rendab A.Aceti akan mengalami inaktif sehingga fermentasi tidak akan berlangsung (Bergey's, 1994 dalam Surtiyani, 2015). 4, Jumlah Inokulum Seleksi terhadap jenis dan jumlah inokulum yang akan ditambahkan menentukan kualitas dan kuantitas hasil fermentasi. Kriteria penting bagi kultur mikroba agar dapat digunakan sebagai inokulum yaitu sehat dan dalam keadaan aktif, tersedia dalam jumlah yang cukup, berada dalam morfologi yang sesuai, bebas dari kontaminan dan kemampuannya dalam membentuk produk. jumlah inokulum Acetobacter aceti yang digunakan sebesar 15% dengan kadar asam asetat yang dihasilkan sebesar 2,13%. Sedangkan Chandra (1990) dalam Fikri e¢ al. (2012), jumlah inokulum sebesar 20% mampu menghasilkan asam asetat sebesar 7,03%. Lama Fermentasi Salah satu faktor pengaruh fermentasi asam asetat yaitu waktu fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi, maka konsentrasi gula reduksi akan semakin rendah, konsentrasi etanol yang dihasilkan akan semakin besar, dan semakin besar pula konsentrasi asam asetat yang dihasilkan (Hardoyo, 2007). Nutrisi A.aceti membutuhkan nutrisi untuk fermentasi etanol menjadi asam cuka. Nutrisi pada media fermentasi adalah zat-zat yang mengandung fosfor dan nitrogen seperti: super phospat, ammonium phospat, urea, dan magnesium sulfat. A.aceti membutuhkan unsur C, H, N, O, dan P maka A.aceti tidak akan tumbuh dan berkembang biak dengan baik tanpa yeast, gula, dan etanol (Dewanti, 2008 dalam Surtiyani, 2015). Jumlah A.aceti Jumlah A.aceti yang terlibat selama proses fermentasi etanol menjadi asam cuka sangat berpengaruh terhadap kecepatan proses fermentasi. Jumlah A.aceti yang digunakan dalam proses fermentasi ini antara berkisar 5-15% dari jumlah media fermentasi (Surtiyani, 2015). Penambahan Alkchol Alkohol dalam Konsentrasi tinggi akan memperlemah aktivitas, bahkan bisa menjadi racun bagi bakteri Acetobacter aceti pada proses fermentasi asam asetat. Adapun konsentrasi alkohol yang digunakan adalah antara 6% sampai 12%. Pada proses pembuatan asam asetat terdapat dua tahap pembentukan yaitu pembentukan etanol dan asam asetat. Alkohol sangat berperan aktif dalam pembentukan etanol sehingga thap pembentukan etanol dapat lebih cepat terjadi. Hal ini menyebabkan asam asetat yang terbentuk juga semakin cepat (Hardoyo, 2007). 2.6 Kegunaan Asam Asetat di Industri Berikut beberapa kegunaan asam asetat di industri: 1. Pembuatan Obat-obatan Asam asetat dipakai sebagai fungisida dan solvent untuk bermacam- macam senyawa organik. Asam asetat juga digunakan dalam pembuatan obat- obatan, seperti aspirin (acetylsalicyl acid) didapat dari reaksi antara asam asetat dan asam salisilat (Surhashiri, 2008). 2. Menghilangkan Kerak/ Deposit Asam asetat juga dapat digunakan untuk menghilangkan kerak/deposit mineral akibat air sadah pada pipa perlengkapan dan ceret teh. Karena sifatnya asam, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam asetat dapat dipakai sebagai pengawet makanan seperti acar dan juga dapat menjadi disinfektan ringan untuk membersihkan sesuatu. Selain itu rasa cuka yang ‘masam membuatnya populer sebagai penyedap makanan (Shakhashiri, 2008). 3. Pembuatan Cuka Cuka dikenal dan dikonsumsi di seluruh dunia sebagai bumbu makanan dan pengawet. Saat ini, umumnya cuka digunakan dalam acar, saus salad, dan produk makanan lainnya, Cuka merupakan hasil fermentasi dua tahap. Langkah pertama adalah fermentasi anaerob (fermentasi alkohol gula menjadi etano! oleh ragi) dan langkah kedua adalah fermentasi aerob (oksidasi etanol menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat). Saat ini, terdapat tiga metode produksi cuka utama, yaitu fermentasi permukaan kultur lambat, proses generator, dan proses terendam (Gomes et al., 2018), 4, Sintesis Asam Glukonat ‘Asam glukonat terdapat pada buah-buahan, tumbuhan, dan makanan seperti anggur, cuka, dan madu. Berbagai macam bakteri_mampu mengoksidasi D-glukosa menjadi asam glukonat seperti Pseudomonas dan Zymomonas. Bakteri asam asetat secara bersamaan menghasilkan asam glukonat dan asam asetat selama fermentasi. Selain industri makanan, asam glukonat juga digunakan dalam industri farmasi sebagai glukonat logam divalent, seperti Ca”, Mg”, dan Fe®, yang masing-masing berfungsi sebagai suplemen untuk mengobati hipokalsemia, hipomagnesemia, dan anemia (Gomes et al., 2018). 5. Pembuatan Kombucha Kombucha adalah minuman tradisional yang diperoleh dengan cara memfermentasikan teh manis dengan kultur simbiosis ragi acidofilik dan bakteri asam asetat yang tertanam dalam lapisan selulosa mikroba. Ragi mengubah gula menjadi asam organik, COz, dan etanol. Etanol yang dihasilkan kemudian dioksidasi oleh bakteri asam asetat menjadi asam asetat. Bakteri asam asetat juga menggunakan D-glukosa untuk mensintesis selulosa bakteri dan asam glukonat. Beberapa_khi yang bermanfaat dari mengkonsumsi kombucha antara lain meningkatkan kesehatan, pengobatan gangguan saluran pencemaan, dan agar panjang umur (Gomes et al., 2018). 2.7 Starter Asam Asetat dan Kandungannya Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter yang disebut juga dengan starter. Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan Kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan dengan biakan muri salah satunya adalah bakteri asam asetat, Bakteri asam asetat diklasifikasikan menjadi 19 genera dalam famili Acetobacteriaceae (Gomes et al., 2018 dalam Vashisht et al., 2019), Sebagian besar anggotanya adalah aerob obligat dan ditemukan di lingkungan yang diperkaya gula dan alkohol (Mamlouk & Gullo, 2013 dalam Vashisht et al., 2019). Mereka memiliki kemampuan tinggi untuk mengoksidasi gula, alkohol, gula, dan etanol untuk menghasilkan asam asetat (Gomes ef al., 2018 dalam Vashisht et al., 2019). Anggota Acetobacter, Gluconobacter, umumnya digunakan untuk produksi asam asetat pada skala industri (Chen et al., 2016 dalam Vashisht et al., 2019). Acetic acid bacteria (AB) biasanya ditemukan pada tanaman, bunga, dan buah-buahan. Lingkungan aerobik ini kaya akan karbohidrat, alkohol gula, dan atau etanol, Hal ini memungkinkan AAB dengan cepat dan mengoksidasi secara tidak sempurna substrat ini menjadi asam organik untuk produksi energi melalui rantai pernapasan spesifik. Selain itu, mereka dapat memanfaatkan asam organik yang terakumulasi nanti untuk lebih mempertahankan pertumbuhannya. Peran fungsional AAB dalam produksi beragam makanan dan minuman yang difermentasi seperti bir lambic, air, kefifir, kombucha, dan cocoa (Roos & Luck de Vuyst, 2018), Bakteri asam asetat (AAB) adalah proteobakteria aerobik ketat, dan mengoksidasi berbagai gula dan alkohol menjadi asam yang sesuai. Contoh Khas dari reaksi tersebut termasuk oksidasi etanol, atau produksi asam asetat (Matsutani et al., 2013). Pada pembuatan asam asetat ini dapat digunakan berbagai macam starter, salah satunya adalah air kelapa. Air Kelapa adalah cairan endosperma dari buah kelapa. Kelapa muda atau hujau yang dipanen pada umur 6-7 bulan merupakan ‘minuman yang steril, bergizi, dan menyegarkan. Komponen utama air kelapa adalah air, gula, protein, dan Komponen lain yang ditemukan dalam air kelapa id, asam amino, senyawa nitrogen, asam organik, enzim, adalah gula alkohol, vitamin, dan mikronutrien (Dharmasena, 2012). ‘Tabel 2.1 Kandungan dalam air kelapa muda Komposisi Jumlah (mg/ 100 ml) Vitamin C 859 Riboflavin 0.26 Vitamin BS 0.60 Inositol 2.30 Biotin 20,52 0.03 ‘Thiamin 0.02 N 43,00 P 13,17 K 14,1 Mg 911 Fe 0.25 Na 21,07 Zn 1,05 Ca 24,67 Sukrosa 439 (Lathifaina & Syahid, 2012) 2.8 Kandungan Sampel 1, Kandungan Sari Buah Belimbing Wuluh, Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang mengandung fenolik dan flavonoid yang menunjukkan beberapa efek etnofarmakologi yaitu antidiabetes, anti mikroba, anti inflamasi, sitotoksik, antioksidan, antifertilitas, dan aktivitas antibakteri (Rahardian et al., 2019 ), Hasil identifikasi Wong & Wong (1995) dalam Lathifuh (2008) ‘menunjukkan bahwa 47,8% total senyawa volatil yang terdapat dalam buah belimbing wuluh merupakan asam alifatik, asam heksadekanoat (20,4%), dan asam yang paling dominan adalah (Z)-9-oktadekanoat. Sedangkan senyawa ester yang dominan adalah butil nikotinat (1,6%) dan heksil nikotinat (1,7%). Menurut Pino et al. (2004) dalam Lathifah (2008) dalam buah belimbing wuluh terkandung sekitar 6 mg/kg total senyawa volatile. 10 Tabel 2.2 Kandungan gi ing wuluh dalam s Kandungan Gizi Jumlah Air 94,3 ¢ Protein 072 Lemak 028 Karbohidrat 452 Serat Kasar 15g Abu 032 Kalsium 8mg Fosfor 11mg Zat besi 04mg Beta Karoten 100 ug Thiamin 0,01 ug Vitamin A Iug Riboflavin 0,3 mg Niacin 0,3 mg Vitamin C 26 mg Energi 23 kkal (Muhami et al., 2019) 2. Kandungan Buah Apel Apel milik keluarga Rosaceae. Apel, pir, quince, medlar dan beberapa spesies lainnya telah diklasifikasikan ke dalam subfamili Pomoideae. Apel merupakan tanaman buah dunia keempat terpenting setelah semua jenis jeruk, anggur, dan pisang. Apel diketahui memiliki antioksidan polifenol tinggi (hanya kedua setelah buah cran) mewakili 20-25% dari total polifenol buah. Senyawa fenolik utama yang dilaporkan dalam apel adalah asam Klorogenat, epi catechin, procyanidins, phloretin dan quercetins profilnya tergantung pada varietas, kondisi lingkungan, praktik budaya, tahap kematangan dan waktu penyimpanan (Musacchi & Serra, 2018). ‘Tabel 2.3 Kandungan gizi buah apel dalam setiap 100 gram Kandungan Satuan Jumlah Energi Kalori 58,00 Protein Gram 0,30 Lemak Gram 0.40 Karbohidrat Gram 14,90 Kalsium Miligram 6,00 iW Fosfor Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Vitamin A Niacin Besi Serat Miligram Miligram Miligram Miligram RE Miligram, Miligram Gram 10,00 0,04 0.03 5,00 24,00 0,10 1,30 0,70 (Musacchi & Serra, 2018) BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Rancangan Percobaan 3.1.1. Skema Rangkaian Praktikum A. Pembuatan Starter Sterilisasi peralatan Panaskan air Penambahan menggunakan kelapa muda ¢glukosa anbidris, alkohol —|_,) padasuhu60°C |_,] 10 gr dan etanol selama 30menit 10 ml Lakukan aerasi Masukkan ke selama 7 hari dan dalam l— jaga aerasi erlenmayer lalu berjalan lancar tutup dengan aluminium foil Gambar 3.1 Skema pembuatan starter B. Persiapan Bahan Sterilisasi Panaskan sari Penambahan peralatan buah pada suhu sukrosa 10 gr dan menggunakan |_| 60°C selama 30 |_, | pengaturan pH 4 alkohol menit menggunakan HCI atau NaOH t Lakukan fermentasi Tambahkan yeast anaerob selama 7 hari sebanyak 5,2 gr Gambar 3.2 Skema pesiapan bahan 13 Pembuatan Asam Asetat Mengukur volume Memasukkan Menambahkan sari buah, alkohol, sari buah ke alkohol 6 ml, 8 dan starter sesuai dalam ml, 10 ml, dan variabel [>] erlenmeyer. |-*} 12 ml, ke sari buah y Mengukur volume awal, densitas awal Mencampurkan serta kadar asam | q_ starter |q—| Mengatur pH4 awal dan pH + Lakukan Aerasi dan ambil data selama 4 hari ‘Gambar 3.3 Skema pembuatan asam asetat 3.1.2.Bahan yang Digunakan 3.1.3, eave Sari buah belimbing wuluh 1000 mL. Sari buah apel 1000 mL Air kelapa muda 600 ml Gula pasir 20 gram Ragi roti 10,4 gram Etanol 82 ml Glukosa anbidris 10 gram fariabel Proses Variabel Kontrol a. Volume sari buah 200ml b. Volume starter 20 mi c. pH fermentasi 4 d. Waktu fermentasi — : 4 hari Variabel Bebas : a. Sari buah : belimbing wuluh dan apel b, Etanol — : 6ml, 8ml, 10ml, dan 12ml Variabel Terikat (Respon yang diamati) a. pH Jarutan b. Kadar asam asetat (%) cc. Volume total asam yang dihasilkan (ml) d. Densitas larutan (g/cm?) 14 3.1.4.Pengolahan Data Dari percobaan pembuatan asam asetat, didapatkan beberapa data yakni pH, massa pikno+sampel, volume total, dan volume titran. Data tersebut diolah sehingga didapatkan kadar asam asetat dan densitas Keduahasil ini digunakan untuk mengamati fenomena perubahan pH terhadap fermentasi asam asetat, hubungan densitas terhadap waktu fermentasi asam asetat, hubungan volume total terhadap waktu fermentasi asam asetat, pengaruh perbedaan sari buah terhadap kadar ‘asam asetat, dan pengaruh perbedaan pH awal terhadap kadar asam asetat yang diamati pada ketiga sampel yakni sari buah belimbing wuluh dan apel. 3.2. Alat yang Digunakan lat yang Digunakan 1. Erlenmeyer 6. Pipet tetes 2. Gelas ukur 7. Kompor listrik 3. Beaker glass 8. Pengaduk Buret, statif, Klem 9. Indikator pH 4. 5. Aerator Gambar 3.4 Rangkaian alat pembuatan starter Keterangan Gambar 1. Erlenmeyer 2. Selang penghubung 3. Aerator 4. Air legen 15 Gambar 3.5 Rangkaian alat persiapan bahan Keterangan Gambar 1, Sari buah 2. Aluminium foit 3, Selang penghubung 4, Aquades 5. Botol Gambar 3.6 Rangkaian alat titrasi Keterangan Gambar 1. Statif 2. Klem 3. Buret 4, Erlenmeyer 3.3 Prosedur Praktikum 1. Pembuatan Starter a Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol. . Air kelapa 600 ml dipanaskan dalam gelas beaker pada suhu 60°C selama 30 menit kemudian didinginkan hingga 30°C. Tambahkan glukosa anhidris sebanyak 10 gram dan alkohol (etanol) 16 sebanyak 10 ml ke dalam, kemudian atur pH =7 dengan menggunakan HCl atau NaOH. 4d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil, pasang selang aerator. e. Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi berjalan lancar. 2. Persiapan Bahan a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol. . Sari buah apel dan belimbing wuluh dipanaskan dalam gelas beaker pada suhu 60°C selama 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu 30°C ¢. Tambahkan sukrosa 10 gram dan atur pH 4 dengan menggunakan HCI atau NaOH. 4d. Tambahkan yeast sebanyak 5,2 gram untuk sampel sari buah apel dan 5,07 gram untuk sampel blimbing wulub. . Pindahkan sari buah ke botol lalu hubungkan dengan erlenmeyer berisi aquadest dengan mengggunakan selang, twtup rapat dengan menggunakan aluminium foil f. Lakukan fermentasi anaerob selama 7 hari. 3. Pembuatan Asam Asetat a. Mengukur volume sari buah apel dan belimbing wuluh masing- masing200 ml, alkohol 10 ml, dan starter sebanyak 15% volume untuk setiap sari buah b. Menambahkan alkohol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml ke dalam sari buah apel dan belimbing wuluh sebagai media fermentasi. c, Mengatur pH fermentasi 4. 4. Mencampurkan starter ke dalam media sesuai variabel. . Mengukur volume awal, densitas awal serta kadar asam awal dengan titrasi asam basa (catat volume titran) dan pH. {. Lakukan aerasi dan ambil data selama empat hari. 7 LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOPROSES Materi : Kiaen Aseted NAMA : Alpion Anas W- NIM: 21039 2NGoIG? GROUP 3} -Sento REKAN KERJA : Fatimels Mevluiliyas Labee Girly Marta LABORATORIUM BIOPROSES DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG |. TUJUAN PERCOBAAN ve a. 3 Webuet efom Oeter cinyen etinbing wolue Fev ais eae bebe bel fag even ape din Menateken pergors duntes iperbthen @ Ht ypuslecher values duet (eimoeen PUTA ENE in puyervls Stats loohen Subaru farnuret! sem asete ee Manenry ler Uconelis: owes op mumn unive Rimpuolel elem areter vl Foss Fumenter Ml. PERCOBAAN 24 22 23 Bahan Yana Diaunakan $65 vale belielong wolves IL 2. See wualr aeel te 2 Aie Walape velo + boOmA, 1 @eagi coht HO eon, ST dqvedes wevlaprye, © Gtieen anwar” £210 1. Ctonop—- -———____t Penh 9. ndiketor (0 S4utey Hee Hess 9. UeON 080 boron We, Subrosy Code gore) to Alat Yang Dipakai L. Eclenrneiye + 2. Gees err FT. Qealar gfe 4. Gocek sheng iden (lem 6. Recher don selony, G Prgek betes TZ Maryor Grate 8 Ranged 9. (ndaleator ¢H lo, ong, We Ternomengs IL, Dikrometer Ge Comer pedadis, Cara Kerja LI 1 Pembyeter SHecter 1 Stes purcleten gery clan eligmalen Augen vingguadkin at lolru | 2. Dchen bebe sroter dipeaciiien dalton ols beeleer Winggy suby 60” Shey 29 mam leamatien Ainginker oye suv Ju%E J. Terbutlin gb ose catlers den amt atlalot (evene)) lartelamngy, lencelten chur eT Lingo. 7 angen murguveelin Heh cley Neoky 4. Detuln le elcten eclinmuyen dutty ctftd mungyun clin clumufl vm pet PEST Ulery Guejor J. Lekelen cures: wleme 7 beri du sege ares Wustelen Ieier 13.2, Recsepen ute, A. Shrerilirak pelarten yemy altem digunclin dumgin mung usnclan Gl lesbo 2. Set over Lalla, way fem sect loutta att diftmetien due outed rear dngin Glee Cor GUMH IEEE Vamutien diiling her Wingy Sus ee B Tewberlien solrore dun clon ght Wig 4 dinyen runnyercien WOA eyey Moon L, Tembublen yor felrnyate off YW Se tisehlun Set bye BELL den dlitbing HAMS la lootel [uly Tylon glin dingin Relameytr GUTH cyueclitl dumgen ranyyr olin Selens pWwhei caper dinyen cungyvee ken allure felt bled PENTEL nyo neue glans 7) Led LSD Partovel Mem Autor 1, Magyar Volume seri wer aper een boulinbing telus Woeryele WU mA ti Tenbellian qlohol declan ser) uty abound nelle FUMIE Keres verieteey 7. Ble VA Garmminter biggie UY. Computlicn SHads We dle MeCHe febved dagen Virtelas ° & Ue Value ob) castes aveels fate lus eyem omer Wikeers aqeon bese (uated Vole siren dun Pht) G. Laker ques din onl deta klene error ur 2.4 Hasil Percobaan Penseneten Densifes Cor (nl) est be 1]{t lu lw] O—|rat59) yeas, aorguoat [Lorre logy levse30 0,85 ( {eaeslenus eo] {ax} an loewmulessce |vooer J Power fers fcc aay ene fe? haem, lave] F|egeeF| aay 1, 29 feerts] ts Os sure 062 | oe Pegersten \folume Leruter Unt) ee © | ry] 190] v9 Jere | v0 | 230] LI0]230 fe) a ‘ rot | Wo t4b |124 |407 [tge| 49] 23 LT [le Her [tee Jrwe | vod [hbo rw [iar J Jeng fer} hee Pag Pee |e [ror fog Coser ul mie Tx to fmm be fo fo ho Le f4 fa [ota fa fata fy Vs fadsfaf ata fa fy Le fas fan fatten [ae f 17 It Vays a9] 0 [a3 fae et _ Rrngerete| Vol Then (rt) het la ‘a Te 13 folt kh whe oO fa Jot fot for for fut fen |v eV PM Yas Tae fot Jos fur fue AS Tas Jas 1.195 1a |o0 PRAKTIKAN, MENGETAHUI ASISTEN (ms $F" gee Alon ings Jae RY hy YM WOOIIGIY IMLUIMWOIY Nowe waneese - BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Densitas Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 jenis sampel sari buah belimbing wuluh dan sari buah apel. Berikut grafik hasil percobaan yang ‘menggambarkan hubungan antara perubahan densitas dengan waktu fermentasi asam asetat pada berbagai variabel dengan bahan baku dua sari buah tersebut. 1,013 1,008 p= 00a —*-Etanol 6 ml a —*Etanol 8 ml é 0,998 —*-Etanol 10 ml 0,993, —*Etanol 12 ml 0,988 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.1 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari buah belimbing wuluh 1,010 1,005 z $1,000 —*-Etanol 6 ml 7 —*-Etanol 8 ml 0,995 —*-Etanol 10 ml & —*Etanol 12 ml 0,990 0,985 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.2 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari buah apel Gambar 4.1. menyatakan grafik hubungan antara perubahan densitas terhadap waktu fermentasi asam asetat pada volume ethanol 6, 8, 10, dan 12 ml pada sampel sari buah belimbing wuluh, Pada grafik tersebut untuk variabel 1 18 cenderung mengalami kenaikan sampai hari ke-2 lalu mengalami penurunan pada hari ke-3. Pada variabel 2 dan 3 mengalami kenaikan sampai hari ke-1 dan ‘menurun pada hari ke-2 dan 3. Pada variabel 4 mengalami kenaikan sampai hari ke-1 Jalu mengalami sedikit penurunan di hari ke-2 dan meningkat kembali di hari ke-3. Gambar 4.2 menyatakan grafik hubungan antara perubahan densitas terhadap waktu fermentasi asam asetat pada volume etanol 6, 8, 10, dan 12 ml pada sampel sari buah apel. Pada grafik tersebut pada variabel 1 mengalami kenaikan pada hari ke-1 lalu menurun pada hari ke-2 dan meningkat kembali pada hari ke-3. Pada variabel 3 grafik menunjukkan peningkatan sampai hari ke- 3, dan pada variabel 4 grafik mengalami kenaikan sampai hari ke-2 dan menurun paa hari ke-3. Berdasarkan rumus densitas yaitu p = m/v, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak massa yang diproduksi maka nilai densitas akan semakin ‘meningkat. Fermentasi bakteri asam asetat (AAB) adalah fermentasi oksidatif yang dilakukan oleh AAB yang tumbuh pada substrat karbon dalam kondisi aerobik (Gulo, 2016). Proses fermentasi substrat alkohol yang akan dirombak ‘menjadi asam asetat pada kondisi lingkungan diberi cukup oksigen. Kecepatan pengubahan alkohol menjadi asam asetat bergantung pada aktivitas organisme, jumlah alkohol, suhu, dan Iuas area permukaan per satuan volume, faktor lingkungan nutrisi (Sumber karbon) (Bath ef al., 2014). Banyaknya jumlah bakteri yang ditambahkan sangat memengaruhi hasil densitas pada asam asetat. Semakin banyak jumlah bakteri yang digunakan maka densitas yang diperoleh semakin meningkat (Andayani er al., 2019) Teori di atay mengindikasikan bahwa hasil analisis data pada fenomena perubahan densitas terhadap fermentasi asam asetat di atas sesuai dengan teori yang ada, khususnya untuk variabel 2 dan 3 sari buah belimbing wulub dan sari buah apel. Seiring berjalannya waktu, jumlah bakteri asam asetat meningkat sehingga densitas pun meningkat. Selain itu, banyaknya penambahan persentase alkohol juga menyebabkan naiknya densitas. Akan tetapi, densitas sari buah belimbing wuluh dan sari buah apel, menunjukkan penyimpangan teori. Densitas ‘mengalami fluktuasi. Menurut Andayani, et al. (2019), hal ini dapat terjadi Karena kurangnya ketersediaan oksigen yang dapat memengaruhi proses fermentasi asam asetat sehingga densitasnya menurun. 19 4.2 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan pH Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 jenis sampel sari buah belimbing wuluh dan sari buah apel. Berikut grafik hasil percobaan yang ‘menggambarkan hubungan antara perubahan pH dengan waktu fermentasi asam asetat pada berbagai variabel dengan bahan baku dua sari buah tersebut. 6 I 4 4 —*-Etanol 6 ml a —*-Etanol 8 mt m2 —*-Etanol 10 ml 7 —*-Etanol 12 mi oO ° 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.3 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat pada sari belimbing wuluh 5 4 a —*-Etanol 6 ml By —*-Etanol 8 ml —*- Etanol 10 ml 1 —*-Etanol 12 mi oO ° 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.4 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat pada sari buah apel Pada gambar 4.3, menunjukan hubungan pH dengan waktu fermentasi asm asetat pada sari buah belimbing wulub, pada variabel 1 pH seiring dengan bertambahnya hari terjadi kenaikan pH sari buah nangka dihari ke-O hingga ke- 1, kemudian pH menurun pada hari ke-2 dan naik dihari ke-3. Pada variabel 2 dan 3, pH fermentasi mengalami kenaikan dari hari ke-O sampai hari ke-3. Pada variabel 4 pH fermentasi cenderung konstan sampai hari ke- 2 dan mengalami 20 43 kenaikan pada hari ke- 3. Pada gambar 4.4, menunjukan hubungan pH sari buah apel dengan waktu fermentasi asam asetat yakni, pada variabel 1 pH fermentasi cenderung stabil pada hari ke-O hingga hari ke-1 dan mengalami penurunan pada hari ke-2, pada hari ke-3 pH mengalami kenaikan, Pada variabel 2 pH fermentasi ‘mengalami penurunan pada hari ke-2 dan naik pada hari ke-3. Pada variabel 3 dan 4 pH fermentasi mengalami sedikit penurunan pada hari ke-2 dan kembali stabil pada hari ke-3. Dalam fermentasi asam asetat, parameter fisik penting yang mempengaruhi pertumbuhan A. aceti adalah suhu dan pH (Ghosh et al., 2012). Semakin lama waktu fermentasi akan mengakibatkan semakin berkurangnya pH (tingkat keasaman), hal ini terjadi karena selama fermentasi ragi diolah hingga menghasitkan gula menjadi etanol dan oleh bakteri asetat diubah menjadi asam onganik, seperti asam asetat, asam glukonat, dan beberapa konsentrasi asam_ organik mengarah ke penurunan pH fermentasi sedang (Afifah, 2010 dalam Nurikasari et al., 2017). Jumlah sel A. aceti menurun lebih cepat pada pH 3.4 daripada pada pH 3,8 dalam kondisi anaerobik yang ketat sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan A. aceri adalah 5,5-6,3 (Joyeux er al., 1984 dalam Ghosh ef al., 2012), Penurunan pH merupakan salah satu akibat dari proses fermentasi yang terjadi karena adanya akumulasi asam. Akumulasi asam organik yang terbentuk selama proses fermentasi juga akan mempengaruhi nilai pH (Priasty et al., (2013). Semakin tinggi total asam yang terbentuk, semakin rendah pula nilai pH, hal ini terjadi Karena asam akan melepaskan proton (H") sehingga, ‘menjadi nilai pH menurun (Zubaidah, e¢ al., 2019). Teori diatas mengindikasikan bahwa beberapa data praktikum fermentasi asam asetat telah sesuai dengan teori yang ada yakni selama proses fermentasi asam asetat nilai pH larutan sampel mengalami penurunan, hal ini terjadi Karena selama fermentasi ragi diolah hingga menghasilkan gula menjadi etanol dan oleh bakt \etat diubah menjadi asam organik, seperti asam asetat, asam glukonat, dan beberapa konsentrasi asam organik mengarah ke penurunan pH fermentasi. Namun variabel 1, 4, dan 7 tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan oleh adanya fase pertumbuhan yeast, maka terjadi peningkatan gugus OH akibat dari penguraian gula menjadi etanol sehingga pH meningkat (Azhar et al., 2017), Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan Volume Total Berdasarkan data yang telah diperoleh, berikut disajikan dengan grafik hubungan volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah apel dan sari belimbing wuluh dengan variabel penambahan etanol. 21 4 *-Etanol 6 ml —*-Etanol 8 ml Volume Total (ml.) io ~*-Etanol 10 ml bo —*-Btanol 12 ml 100 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.5 Grafik hubungan perubahan volume total tethadap waktu fermentasi pada sari belimbing wuluh 240 220 2 20 z 180, —*Etanol 6 ml © 160 —*-Etanol 8 ml 5 —*-Etanol 10 mi 2 0 pant TO) = —*-Etanol 12 ml 120 100 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.6 Grafik hubungan perubahan volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah apel Berdasarkan gambar 4.5 dan 4.6 di atas, dapat diamati bahwa dari hari ke- sampai hari ke-3 terjadi penurunan volume total pada tiap penambahan etanol pada sari buah apel dan sari belimbing wulub, Berkurangnya volume total tersebut diakibatkan dari proses fermentasi yang membutuhkan energi untuk dapat memproduksi asam asetat, dan salah satu sumber dari energi tersebut adalah pada sari buah, hal ini mengakibatkan jumlah sari buah yang tersedia dari tiap variabel akan semakin berkurang dari tiap waktu (Awad et al., 2012). Pemyataan ini sejalan dengan penjelasan bahwa dalam proses pembuatan asam asetat keberadaan nutrien dalam larutan bagi bakteri acetobacter akan mempengaruhi nilai konsentrasi asam asetat yang dihasilkan (Bhat et al., 2014). 22 44 Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kesesuaian antara_hasil percobaan dengan teori yang ada, yaitu semakin lama waktu maka semakin sedikit volume total karena akan meningkatkan volume asam asetat Pengaruh Penambahan Etanol terbadap Kadar Asam Asetat Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan data hubungan penambahan etanol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml terhadap kadar asam asetat pada sari buah apel dan sari belimbing wuluh dalam bentuk grafik, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 0,400 0,350 = 0,300 $0250 : 0.200 20,150 30,100 2 0.050 0,000 —*-Etanol 6 ml —*Etanol 8 mi —*Etanol 10 ml SS -*Btanol 12 ml é 1 2 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada sari belimbing wuluh 0.400 0,350 0,300 0,250 —2-Etanol 6 ml 0,200 0,150 0,100 0,050 0.000 —*-Etanol 8 ml —*-Etanol 10 ml —*Etanol 12 ml Kadar Asam Asetat %) e 1 2 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada sari buah apel Dari gambar diatas, pada seluruh variabel menunjukkan kadar asam asetat yang cenderung menurun pada hari ke-1 dan meningkat pada hari ke-2 pada penambahan alkohol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml seiring dengan 23 45 bertambahnya waktu fermentasi. Hal tersebut dialami oleh kedua sampel yaitu pada sampel sari buah apel dan sari belimbing wuluh. Produk asam asetat yang dibasilkan terbanyak terjadi pada penambahan etanol 6 ml pada hari ke-1 sari belimbing wuluh, sedangkan hasil terendah terjadi pada penambahan etanol sebesar 12 ml pada hari ke-3 sari belimbing wuluh. Dapat dilihat grafik tersebut ‘mengalami fluktuasi. Penambahan alkohol dapat meningkatkan permeabilitas membran bakteri, sehingga difusi etanol ke dalam sel meningkat dan peningkatan difusi etanol ‘mengakibatkan kenaikan produksi asam asetat (Ingram, 1990). Lu ef al. (1999) ‘mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi alkohol pada medium untuk fermentasi asam asetat maka jumlsh asam asetat yang dihasilkan juga tinggi. Jumlah asam asetat yang tinggi dapat terjadi akibat kegiatan bakteri sebelum, selama, dan sesudah fermentasi, Dimana pada dasarnya produksi asam asetat dipengaruhi oleh komposisi media seperti sumber karbohidrat, konsentrasi gula, dan faktor pertumbuhan selama fermentasi. Maka, semakin lama waktu fermentasi maka Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk mengubah alkohol ‘menjadi asam asetat sehingga keasaman semakin tinggi Berdasarkan penjelasan di atas, hasil percobaan yang didapat tidak sesuai dengan teori yang ada dimana apabila semakin banyak nutrisi yang ada dalam Jarutan fermentasi, maka akan semakin banyak pula kadar asam asetat yang dibasilkan, Hal tersebut dapat disebabkan oleh aerasi yang berlebih. serta penguapan etanol yang dapat menurunkan konversi rasionya (Rubio et al., 2004 dalam Song ef al., 2022) Pengaruh Jenis Bahan terhadap Kadar Asam Asetat Berikut merupakan grafik hasil analisis data pengaruh perbedaan sari buah terhadap kadar asam asetat yang dihasilkan berdasarkan penambahan etanol yang ditambahkan saat proses fermentasi. 24 0,400 0,350 £0,300 30,250 2 £0,200 0,150 & 30.100 Z 0,050 0,000 —e-Belimbing Wuluh c —=Apel 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.9 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 6 ml 0,400 0,350 7 0,300 Zo2s0 $025 g 0,200 20,150 x 0.100 0,050 0,000 ~e-Belimbing Wuluh —* Apel / ° 1 2 Waktu fermentasi (hari) ‘Gambar 4.10 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 8 ml 0.350 0,300 0.250 go 4 0.200 50.150 $0,100 30.050 0,000 0 1 2 3 Waktu fermentasi (hari) —e-Belimbing Wuluh —*Apel Hi Gambar 4.11 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 10 ml 25 0,400 0.350 = 0,300 8 20.250 = 0,200 —e—Belimbing Wuluh, < 0,150 = Apel 30,100 2 0,050 0,000 e 1 2 Waktu fermentasi (hari) Gambar 4.12 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada penambahan etanol 12 ml Grafik pada gambar 4.10, 4.11, dan 4.12 menunjukan kecenderungan sari buah apel menghasilkan kadar asam asetat yang lebih tinggi dibandingkan dengan sari belimbing wuluh. Sedangkan pada gambar 4.9 kecenderungan sari belimbing wuluh menghasilkan kadar asam asetat yang lebih besar dibandingkan sari bua apel Prinsip pembuatan asam asetat atau asam cuka adalah fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Acetobacter Aceti dapat mengubah gula-gula sederhana menjadi alkohol dalam kondisi anaerob. Pada praktikum kali ini ‘menggunakan perbandingan sari belimbing wuluh dan sari buah apel yang dimana sari buah apel memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi dibandingkan sari belimbing wuluh, Kadar gula sari buah apel adalah 19,5 per 100 gram apel (Gull6n er al., 2007) sedangkan kadar gula dari sari belimbing wuluh adalah 2,91 per 100 gram belimbing wulub (Narain ef al., 2001). Selain dari kandungan glukosa pada buah pengaruh starter juga meningkatkan kadar dari asam asetat. Maka dari teori tersebut dapat diketahui bahwa Dari teori tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi starter dan semakin tinggi Kandungan glukosa maka akan semakin tinggi kadar alkohol yang akan diubah ‘menjadi asam asetat Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa data praktikum yang didapat ada beberapa data sesuai dengan teori, yaitu kenaikan konsentrasi starter dan kandungan glukosa yang tinggi akan berbanding lurus dengan kenaikan kadar alkohol dan kadar asam asetat, Namun, ada beberapa data juga yang tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut terjadi karena subu ekstrem dan adanya residu pada fermentasi dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme ragi 26 (Specht, 2003 dalam Malherbe er al., 2007). Selain itu, pH juga mempengaruhi aktivitas anti-mikroba sulfit yang berpotensi mempengaruhi kelangsungan hidup ragi. Acetobacter Aceti toleran terhadap fermentasi pH rendah (Malherbe et al., 2007) 21 BABV PENUTUP $1 Kesimpulan 1. Pada percobaan pembuatan asam asetat dengan metode fermentasi aerob dengan menggunakan sari buah apel dan sari belimbing wuluh dengan starter air kelapa muda. Diperoleh kadar asam asetat tertinggi pada variabel 5 sebesar 0,240% dengan bahan baku sari buah apel dan penambahan etanol 6 ml dan starter 15%w 2. Dari analisa, diperoleh hasil sebagai berikut a. Pengarub densitas terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama fermentasi semakin tinggi densitasnya b. Pengaruh pH terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama fermentasi maka semakin kecil nilai pH nya. cc. Semakin lama waktu fermentasi, volume total larutan dari sari buah apel dan sari belimbing wuluh semakin berkurang. Karena di dalam substrat terkandung glukosa yang digunakan sebagai sumber nutrisi dari mikroba, 4d. Pengaruh penambahan etanol terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin banyak etanol yang diberikan maka semakin tinggi kadar asam asetat yang dihasilkan fe. Jenis bahan yang menghasilkan asam asetat paling banyak adalah sari buah apel karena kandungan glukosa pada sari buah apel lebih tinggi daripada sari belimbing wuluh. 3. Kondisi operasi optimum pembuatan asam asetat berdasarkan hasil percobaan ini adalah penambahan etanol sebesar 6 ml dengan pH 4 dan waktu fermentasi 4 hari. 5.2. Saran |. Ketika proses aerasi berlangsung, pastikan gelembung udara dihasilkan dalam Jarutan sari buah apel dan sari belimbinng wuluh, 2. Memastikan CO2 yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat dikeluarkan dengan baik agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan, 3. Sterilisasi seluruh alat yang diperlukan sebelum memulai percobaan, 4, Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis mikroorganisme terhadap konversi asam asetat yang dihasilkan. 28 5. Penambahan starter pada sampel dilakukan setelah penambahan nutrisi dan pengaturan pH agar bakteri dapat dengan cepat beradaptasi dengan kondisi operasi, 29 DAFTAR PUSTAKA. Awad, H. M., Diaz, R., Malek, R. A., Othman, N. Z., Aziz, R. A., & El Enshasy, H. A. (2012). Efficient production process for food grade acetic acid by Acetobacter aceti in shake flask and in bioreactor cultures. E-Journal of Chemistry, (4), 2275-2286. Bhat, S. V., Akhtar, R., & Amin, T. (2014), An overview on the biological production of vinegar. International journal of fermented foods, 3(2), 139-155. Celanese Chemicals. (2018). Product Description of Acetic Acid, Glacial. Chemical Abstracts Registry Number 64-19-7, Wiswesser Line Formula Chemical Notation QV1 Deppenmeier, U., Hoffmeister, M., & Prust, C. (2002). Biochemistry and biotechnological applications of Gluconobacter strains. Applied Microbiology and Biotechnology, 60(3), 233-242. Dharmasena, M. P. (2012). Assessment of viability of probiotic bacteria in non dairy food matrices under refrigeration storage (Doctoral dissertation, Clemson University), Gomes, R. J., Borges, M. D. F., Rosa, M. D. F., Castro-Gémez, R. J. H., & Spinosa, W. A. (2018). Acetic acid bacteria in the food industry: systematics, characteristics and applications. Food technology and biotechnology, 56(2). 139- 151. Gull6n, B., Falqué, E., Alonso, J. L., & Parajé, J. C. (2007). Evaluation of apple pomace as a raw material for alternative applications in food industries. Food Technology and Biotechnology, 45(4), 426-433 Hardoyo, Tjahjono, A. E., Primarini, D., Hartono, dan Musa. (2007). Kondisi optimum fermentasi asam asetat menggunakan Acetobacter aceti B166. Jurnal Sains MIPA, 13(1): 17-20, Ingram, L.O. (1990). Ethanol tolerance in bacteria, Critical Reviews in Biotechnology, 14, 75-77. Kristina, N. N., & SYAHID, S. F. (2012). Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi tunas in vitro, produksi rimpang, dan kandungan xanthorrhizol temulawak di lapangan, Lathifah, Q. A. (2008). Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Negeri Malang, Malang Lu, S. F., Lee, F. L., & Chen, H. K. (1999). A thermotolerant and high acetic acid- producing bacterium Acetobacter sp. 114-2. Journal of Applied Microbiology, 86(1), 5 Malherbe, S., Bauer, FF., dan Toit, M. D. $.T. (2007). Understanding problem fermentations - a review. 8. Aft. J. Enol. Vitic., 28 (2), 169-186. Muhami, M., Sukmadi, I, & Damang, belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Jurnal IPTEK, 3(2), 193-199. Musacchi, S., & Serra, S. (2018). Apple fruit quality: Overview on pre-harvest factors. Scientia Horticulturae, 234, 409-430. Matsutani, M., Nishikura, M., Saichana, N., Hatano, T., Masud-Tippayasak, U., Theergool, G., Yakushi, T., dan Matsushita, K. (2013). Adaptive mutation of 2. M. (2019). Analisis kelayakan usaha sirup Acetobacter pasteurianus SKU1108 enhances acetic acid fermentation ability at high temperature. Journal of Biotechnology, 165, 109-119. Narain, N., Bora, P. S., Holschuh, H. composition of carambola fruit (Averthoa carambola L.) at three stages of ., & Da S, M. V. (2001). Physical and chemical maturity. Ciencia y Tecnologia Alimentaria, 3(3), 144-148. Rahardhian, M. R. R., Murti, B. T., Wigati, D., Suharsanti, R., & Putri, C. N. (2019). Solvent concentration effect on total flavonoid and total phenolic contents of Averrhoa bilimbi leaf extract. Pharmaciana, 91), 137-144, Shakhashiri, 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry. Song, J., Wang, J., Wang, X., Zhao, H., Hu, T., Feng, Z., Lei, Z., Li, W., Zheng, Y., & Wang, M. (2022). Improving the acetic acid fermentation of acetobacter pasteurianus by enhancing the energy metabolism. Frontiers in Bioengineering and Biotechnology, 10, 1-12. Surtiyani, Mei, 2015. Analisis Kadar Asam Cuka dari Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cereviciciae dan Acebactor aceti pada Bonggol Pisang (Musa aL.) Vi para tas Ambon Nangka, Ambon Bawen, Ambon Wulung yang Hidup di Jalur Pantai Selatan Desa Tegal Kamulyan Cilacap. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto Vashisht, A., Thakur, K., Kauldhar, B. S., Kumar, V., dan Yadav, S. K. (2019). Waste Valorization: Identifification of an Ethanol Tolerant zbacterium Acetobacter pasteurianus SKYAA25 for Acetic Acid Production from Apple Pomace. Science of the Total Environment, 690, 956-964. LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOPROSES Materi : Kvcon Aseted NAMA : Alpion Anas W- NIM: 21030 RNGOIG? GROUP 2} Senta REKAN KERJA : Fatinels Meviudiyas Labee githy Mette, LABORATORIUM BIOPROSES DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 1. TUJUAN PERCOBAAN . 3 Munbvet toe arerer believing welvrr ene nen Pouvathen bultn bel fer buen apst den . MMU! prose Cermuter Al Menten purgeroe duster ipertother ¢ Ml ypucbeber volves tote! (eer eM ve Fuse put cheer _—s Ay puyervh Sune bebe tubedep purnuie! Meneaiy len Wonetifi oper! of Amun nine Mempuole ait acerer rele! Fos pumenter’ ll. PERCOBAAN 2A 2.2 23 Bahan Yana Diaunakan | Sor. bucky bbultelaing weve 1 2. Seat va apel ioe 2, Are lalape, eaveler + boom a eaean EOh eon, Aacedest seevlupny 6. Cleese onbrts ee 2. Gtomoy—-~ ————— Penk 9. ndakedor ( S4utey Hep HReass 9 Usd eof Coton WW. Subcose Conte gore) te Alat Yang Dipakai L. Eelenmeyer 1. Gms Were T= Qealer oleaty 4. Gocek «Sei eden Ulery 6. padter den Selong, C, Pigek betes T. Meyer Create - Pugadic 9. (ndaleator (Hl lo, gen) WL. Termes, 11. Dikromeler Ge Cowen paar, Cara Kerja LAL Pembyeter Sderter Ae SteTWsER pecclaten yer olin cliginabin dingen vingguackes al kolry | 2. Dohen bets sroter dipeacilien clultan opt beuleer Wingye suby GO" Selim da memth leemakin dinginlin linge suly Jo" J. Terbablen gebose cathets den to ml alesbul (21001) lartelonm age, leneslien ue eH Linge, 7 dingen mugyurekin Hod chev Neo ty 4, Mettln la elelins erliamtinge itutty cepts muryyunelin climuntum ull PESAD lens auefor, J. Leleelen Guess wleme 7 hori dn seye. ues late Iter 13.2. Recsiopen Rete A. Streeiliser peleroten yen alten uel danger eangeenclin Gi usbor 2. Seettoverr Lellenbins wan Am geet ved ayer diftmetien Nes waar aga alee we! ' aye pene Auden 94 Ses OPE COM Gel ORME Lauter aiding hiten linge J Tembrewlien Solrote dun clur gli Wray 4 diner runngercten WOA eeu Meon Uy, Temnbutlen Yeest februyane opt Yow S$. Myelin SE bye BELL dan telittaing AIM Let Woolvl [uly vow glun dingen Relamayle GUTH eaquedsid dinger mnyyrabin Sulens Wwe eeper dingan Cunggrat kin alleuniven Fall G. Lelwuer FEMME egagod net glens 7 bed LSD Parstovel™ Asem Awier 1, Magdar Yolvene seri out, ager clan Leclinbslng tulle Woeryele two mA A Tebelien @llchal deeclulter sued hye burt eucll FUMUEE freed Vertetar 7. Ble VA parmmintest bimgete Uy G1. Comprutlin Shades (ce delim mute fave) dagen Vurebar ack wens eb dais canely Jute alr een en Wikcers geen bette (Uuted Volume sittin dun ptt) G. Labserr ques den orto dete klone enyet Lunt 2.4 Hasil Percobaan Pengercten Densifes Cor (nl) Neel bee LIT Uw aa rosy |itoos| wtorefuoat [Ler loam [esto eves a © ears}gnes} ceo 04 sm |vorlasse|iever < er) [Worn ] Worsc|icary} uted fet? Homes leet] Ff] woota| 1, 29 fuori tu froors [st fave Pogersten (folume Leruter Unt) et ee a |v ie lz |w lo fo o VW | Ye] We | Lie | Yo | U30 Bo]}20 \ got | Wo |l9b [20 Jau7 fige| 449] ws, LT fALE|te7 |t0g |yoe | vor [tbe fro fig FY fens fee Pay [ee Iter fig, 4 ru [oe | [co fe fa Ce Peep fe [pa OEE te tatctay esa a af bah Peels fo bats Crngomde Vol teeom (rt) Wet la pe ie | Pepe fre icy Pf erofe fe oe bf Coss fire een MENGETAHUI ASISTEN (ie EF gee Alpa’Anas Ww. Fatma Maelulien tale A, AIM, LUO (Lolz0606 JI MOOG ESy RIG. LUBM WOLD AIG Hury an Lets p LEMBAR PERHITUNGAN 1, Perhitungan Densitas (p) a t=0 M piknometer kosong = 32,64 gram M pikno + aquades = 82,31 gram Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/mt (Weast, 1971) V piknometer =e _ 49,67 gram 0/9957 gram/mi = 49,885 mi © Variabel 1 Massa pinomet + snp! 2,65 gram Massa sampet = (Massa pitsomacrisanpet ~ Massa pitnometertosons) = (82,65 ~ 32,64) gram = 50,01 gram Densitas (p) sampel. = = 529272" _ 1 002 gpram/ml v 49885 gram/mi Variabel___M pikno + sampel (gram) —_p Sampel (gram/ml) 1 82, 65 1,003 2 82,62 1,002 3 82,54 1,000 4 82,50 1,000 5 82.27 0,995 6 82,10 0.991 7 0,992 8 0,990 b. t=1 M piknometer kosong = 32,60 gram M pikno + aquades = 82.27 gram Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/mt _ massa aguades ~ Gensitas aquades _ 49,67 gram * 9,9987 gram/mi = 49,885 ml V piknometer © Variabel 1 Bel Massa pitsonerer+sanpet = 82,91 gram Massa saapet = (Massa pitsomctcrsanpe ~ Massa piknometer kong) = (82,91 - 32,60) gram = 50,31 gram 50,31 gram v 4985 gram/mi Densitas (p)sampel = = 1,009 gram/ml Variabel__ M pikno+ sampel (gram) __p sampel (gram/ml) I 1,009 2 1,009 3 1011 4 1,007 3 1,001 6 1,003 7 0,997 8 1,001 e t=2 M piknometer kosong = 32,67 gram M pikno + aquades = 82,28 gram Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/ml V piknometer 5 ee _ 49,61 gram 019957 gram/ml = 49,824 ml * Variabel 1 Massa pitnonerr+sampet = 83,00 gram Massa sampet = (Massa pitnometertsampe - Masia pibnometer bosons) = (83,00 - 32,67) gram = 50,33 gram Densitas (p) sampel = = 033.272" _ _ 4 910 gram/ml v 49824 gram/mi— Variabel__ M pikno+ sampel (gram) __p sampel (gram/ml) 1 83,00 1,010 2 82,87 1,008 3 82,96 1,009 4 82,80 1,006 5 82,40 0,998 6 82,92 1,009 B2 a. t=3 M piknometer kosong M pikno + aquades Densitas aquades (30°C) V piknometer © Variabel 1 Massa pitnometer + sampel Massa same! Densitas (p) sampel Variabel-M pikno 82,74 1,005 82,66 1,003 = 32,80 gram = 82,39 gram = 0,957 gram/ml = massa aquades = Fensivas aquades 49,59 gram 957 gram/ml 9,804 ml = 82,89 gram = (Massa piknomscrisampet ~ Massa pkometerkosong) = (82,89 — 32,80) gram = 50,09 gram 50,09 gram =p > F9R04 gram/mi = 1,006 gram/ml + sampel (gram) —_p sampel (gram/ml) 1 82, 89 1,006 2 82,80 1,004 3 82,99 1,008 4 83,11 1,010 5 82,69 1,002 6 82,88 1,006 7 82,91 1,006 8 82,67 1,001 2. Perhitungan Kadar Asam Asetat Normalitas NOH =0,05 N BM Asam Asetat = 60,05 gram/mol Volume Titrasi =10ml Faktor Pengenceran (fp) = 10 a t=0 © Variabel 1 Volume titran = 1 ml Volune total 230 mi Densitas = 1,002 granv/ml B3 Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai: (Vx N)NaOH x BM Asam Asetat _Vtotal 1000 * Veitrasi (Aml x 0,05 N) x 60,05gram/mol _ 230 ml 1000 *Toml * P =0,691 gram Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai: Q= BX Viotat Q = 1,002 gram/ml x 230 ml = 230,579 gram Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai: P % Asam Asetat = 7% x 100% 0,690gram 230,579 gram “Variabel Vititran Vtotal Massa Asam Massa Total Kadar Asam (ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%) % Asam Asetat = x 100% = 0,299% b. t=1 “Tt 1 230 0691230579 0.299 2 05 230 0,345 230,440 0,150 3 05 230 0,345 230,071 0,150 4 05 230 0,345 229,887 0,150 5 07 230 0,483 228,827 0,211 6 il 230 0,760 228,043 0,333 7 07 230 0.483 228,135 0.212 8 12 230 0,829 227,812 0.364 Variabel 1 Volume titan = 1,2 ml Volune total — = 208 ml Densitas = 1,008 gramv/ml Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai: (VX.N)NaOH x BM Asam Asetat Vtotal 1000 *Veitrasi * P pe (1,2 ml x 0,05 N) x 60,05gram/mol | 208 ml x10 1000 10 mil P =0,749 gram ‘Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai: Q= PX Viowat Be © Q = 1,008 gram/ml x 208 ml = 209,774 gram Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai: P % Asam Asetat = > x 100% 0,749 gram 209,774 gram Variabel Vtitran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam (ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%) % Asam Asetat = x 100% = 0,357% 1 12 208 0,749 209,774 0,357 2 09 208 0,562 209,774 0,268 3 05 196 0,294 198,222 0,148 4 0.6 221 0,398 222,442 0.179 5 09 207 0,559 207,272 0.270 6 12 195) 0,703 195,647, 0,359 7 4l 230 0,760 229,195 0,331 8 07 203 0,427 203,104 0,210 =2 Variabel 1 Volume titran = 0,4 ml Volune total = 165 ml Densitas = 1,010 gramv/ml Massa asam asetat dapat didefinisikan sebag: (VX.N)NaOH x BM Asam Asetat total 1000 * Veitrasi “P (0,4 ml x 0,05N) x 60,05gram/mol 165 ml CA TOON YC OSgram/ mol fe a 10 P =0,198 gram ‘Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai: Q= PX Vota Q = 1,010 gram/ml x 165 ml = 166,675 gram Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai: % Asam Asetat = ; x 100% 0,198 gram % Asam Asetat = FEF rs ram x 100% = 0,119% BS Variabel Viitran Vitotal Massa Asam Massa Total Kadar Asam (ml) — (ml)_—Assetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%) 1 04 165 0,198 166,675 0119 2 04 187 0,225 188,410 O19 3 04 189 0,227 190.767 0.118 4 02 200 0,120 201,227 0,060 5 04 202 0,243 201,618 0,120 6 07 160 0,336 161,367 0,208 7 08 200 0,480 200,986 0,239 8 06 = 192 0,346 192,639 0.180 =3 Variabel 1 Volume titran = 0,4 ml Volune total == = 143 ml Densitas = 1,006 gram/ml Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai: (V.x.N)NaOH x BM Asam Asetat __Vtotal 1000 * Veitrasi p = Am x 0,05 N) x 60,05gram/mol | 143 ml | 1000 * Tomi * P =0,172 gram Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai Q= PX Veotal Q = 1,006 gram/ml x 143 ml = 143,821 gram Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai: P % Asam Asetat = 5 x 100% % Asam Asetat = x 100% = 0,119% Variabel Vtitran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam (ml) — (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%) 04 143 0,172 143,821 0,119 03 187 0,168 187,735, 0,090 02 180 0,108 181,394 0,060 OL 164 0,049 165,666 0,030 08 181 0,435 181,312 0,240 Bé 04 122 0,147 122,676 0,119 08 182 0437 183,118 0,239 07 184 0,387 184,243 0.210 BT LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN Perhitungan Kebutuhan Ragi Roti (Yeast) Massa pitnonctr+toxong = 32,66 gram Masssa pitnometer+aquaies = 82,46 gram Massa equases = (Massa pitnomerr + aquates ~ Massa ptmomstertosona) = (82.46 ~ 32,66) gram = 49,8 gram Densitas air (30°) = 0,957 gram/ ml _ masseaguades __498gram__ ‘Velune se jaquades ~ 09987gram ~ S001 mel 8, Perhitungan Densitas Sampel Sari Buah Apel Massa piknomete + kosong = 32,66 gram ‘Masssa piknometer + sari buab apet = 84,75 gram. Massa aquatics = (Massa piknometer + sar buah apel — Massa piknometer ‘kosong) = (84,75 ~ 32,66) gram =52,09 gram _ massa sari buah apel Densita(p) sari bush ape = amc = 5209.9ram S001 mt = 1,041 gr/ ml b. Perhitungan Densitas Sampel Sari Belimbing Wuluh Massa piksomete + kong = 32,66 gram Masssa pitnometersbetimhng woioh = 83,38 gram Massa agentes = (Massa pitnometer + betibing wuktn — MaSSa pitsometer ‘kosong) = (83,38 — 32,66) gram = 52,72 gram massa sari belimbing wutuh Densitas(p) sari belimbing = ™*Sascr\betnoina wt 50,72 gram 50,01 mi = 1,014 gr/ ml c. Perhitungan Kebutuhan Ragi Roti (Yeast) 1) Sari Buah Apel Massa total sari buah apel = (volume x densitas) sar tua ape Cl = (1000 ml x 1,0410 gr/mt)jas bust pst = 10410 gram Kebutuhan ragi 0,5%w = 0.5% x massa total sari buah apel = 0,5% x 10410 gram = 5,205 gram 2) Sari Belimbing Wuluh Massa total sari belimbing = (volume x densitas) si tetinbing wus = (1000 ml x 1,014 gr/ml)ssa pein = 1014 gram Kebutuhan ragi 0,5%w = 0,5% x massa total sari belimbing = 0,5% x 1014 gram 5,07 gram Perhitungan Kebutuhan NaOH Normalitas NSH = 0,05 N BM NaOH = 40 gram/mol ‘Volume larutan Naoh Massa NaOH C2 LEMBAR KUANTITAS REAGEN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRITEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO PRAKTIKUM KE 3 MATERI Asam Asetat HARI Senin TANGGAL 19 September 2022 KELOMPOK 3 Senin NAMA Alfian Anas W Fatimah Mauludiyah Zahra Firly M ASISTEN : Farhanah Nabilah KUANTITAS REAGEN Persiapan Bahan Persiapan Starter ‘Sari buah belimbing wuluh TL. Air kelapa muda 600 ml Sari buah apel IL Etanol @ 10 ml Gula pasir @10 2 Glukosa anhidris @ 10 g Ragi roti @ 0.5%w Kondisi : Aerob, pH 7, 7 hari Kondisi : Anaerob, pH 4,7 hari TUGAS TAMBAHAN: Tulis tangan secara individu, resume (minimal 1 halaman polio bergaris) yang berisi tentang: Perkembangan industri asam asetat - Pemanfaatan asam asetat di dunia industri (satu saja selain industri pangan) Pembuatan asam asetat Var | Sari Buah | Etanol (ml) 1.234 | Belimbing | 6,8,10.12 Wuluh (eis (Apel pool 6x8:10.12 Semarang, 19 September 2022 pH 24 Kondisi Aerob, 4 hari (anclis) Cek pH, V total, Vtitran, densitas Metode titrasi: Ambil 1 ml, encerkan 10 rm), tambahkan 3 tetes PP, ttrasi dengan NaOH 0,05N ASISTEN Farhanah Nabilah NIM 2103012012000 FYB sss REFERENSI ge mg enc dna a ssnce eer tapes cnpenes ycaprena ‘Seepenentc an teva cr eye nstneo ey arcseciwemnsalacacetommelpeacivenete tote Torrente ancrcunaundeentrnpe margins Sietentawncrucmontepcannctemaasteora ‘Se goons nt Soto tut np es Pere ratobneeeesernntrtsrtimeetee teri sal epi cl cn yg a in ee va oc ct A gece Wc ae snl lp uy hy cae se pe ee ‘SSepemn occa ere gs Se ectiamsnvemwes npc ney pecan Anant ‘cena paoon Ceasar ocean tnt ‘Scerovan anyon ese onpscs ose nga Se ae aac “en rt te a ‘Settucralomsn vo ant etna occa SSremapanace goa arr api arnt ‘Sheswastn uy utnecnoven mae tacos ps Smouivereamardwencmecran ene El pat ge csc ry I & E2 pat ge csc Acespicd by Dr. Felix H. Baron, Commitee Chait Dr. Angola Poser Dr. Xiuping Jiang E3 ip genic topaz orange millet mai ar some tail een cr pods incite epost worl (Pad eal 200). Seve experiment have ben st totes cacy fat ana vb fe probit 12006, Angle ase prepared an at asd ink wing Heveren U2 wing whole pin neh ete. Manson eta prac snoter cea ot seedy pb rtm Osta common bat Ie otis i angi a i hoa wa ses mo pe eo na ei; Si a i pots sim ad sensi (Kadi et 208) Beta in oat ai kind feta gac-lgoaeshrd i bith imate the roth Bidar in gt Angst 2006) However, tutes sbw ot ae na cin diy oc soy macs (Sander and Maso, 2010, Wht nd bey baal exited the stability hoe corals x cai x probit forme, eter lanaram a cdo) mining conts> 107 CF fie Semen st 37% fr 48 ours (Chloe, 2002) Beverage Seyi an fit and epithe oda sincttig Land erg Fat cmt lier supemarkts a futon ink: Cocomt (Corn mies prema plant that rosin toil hms, Cosma sth igi endoxpem fhe soc fit Young coconut or green coconut, which is harvested at 6-7 months of development, is 3 ‘eile natous and rtteshing ike(¥ong eal 2009; Campos ea, 1996). TRE component of coconut water is water (ea, 94 %,). There ae 3-6 % of total sugars ip genic Fruit juoes are also fermented with LAB strain, which can tolerate a high acidic PH. Usually the pH of rut juices is herween 2549 3.7 Tere, this it a imcrobiolopeally safe marx (Sheehan el, 2007). High acidity & pI 4.0) may ead 19 poor viability This canbe compensated by mixing fruit pulps with mill (Champagne and Garder, 2008). However, when fat juices are fermented with probiotic bacteria, unfavorable aroma and lors can headed. This may cause consumer disapproval (iverspinara snd Gallardo-Navaro, 2010), Ina study oF assessing the vib in Pineapple juice and orange juice, rhamnosus. L cate and L.paracate showed good ‘abity (over 10? CFUImi) for 12 week period under retigeration temperature (Shechan ‘et al,2007)- Therefore some rit juices re promising substrates or some suis of probiotics under peopce storage conditions. Vegetable juices such scart juice. tomate juice, beetje, eabbuge jie, cucu juke an ya, have boc este “experimentally by LAB (Gransto ea, 2010; RiversEspinaza snl Callardo-Navaro, 2010). Fermented tomato juice (for 72h) by 1 plantarum, Laroacits acidophilic, Lactobacillus casei and Lactobacillus dellrueci ave survived for our weeks nthe refigration temperature (4°C) with over 10" counts (Yoon al, 2004). ‘Probiotic Chocolates Choclae has also been tested asa new probiotic carrier tothe Gi tact Possomiers, 2010), The studies have obtained the counts ver 8 loglO CFU formiroencapslaed LAB and Bifidobacieria, Stasis by Posse ES ip genic 2s BH Setgp miksoorgnisme mempunyatKsuan pH yung berbeda beds unm, pertumbuhannya, S. cerevisiae adalah mikroorganisme yang tunbuk optimal pda planar 48-50. Jka pl! ela tng dan rendab maka akan membuatS. cerevisiae tidak dapat tmbul scars optimal (Buckle ea, 2010), © Sih Mikroorganisme mempunyai sub penumbuban niin, maksial dan ‘optimal, Sua opcimal adalah suhu yang meierikan penuh terbak din pebanyakan di tteepat. Sahu optimal yang dipetakan untuk pertumbuhan S. ‘cerevisiae yay sub atara 28” 30°C dan subu maksimal 38°-47°C, Soba yang renda akan membuat enzim poda se S cerevisiae Bera shinggaenzi ik apa bergabung dengan subst, akibtny S.cerevsdae tidak abi yang disebut inakif Pada sub yang tings ensim pad scl S cerevisie akan mengaami crusakan yang dnebu denaturasi (Solin eal, 2012) D. dara S. coreiiae merupakan_bakte yang. erat amaeob yaa dak ‘momerukan obsigca untuk perumbuhannya, Jka terdapa okigen, 5. cereviioe tidak akan tumbub secara opal ariag, 1992), 2.33 Manfaat 5. cerevisiae S. cerevsige adalah mikoorganisne yang. banyak betmanfsat_bagh hidupan makhluk hidup. Menarur Ahmad (2005) munfaat S. cerevisiae bagi ‘ehidupan aaah Pet atc eS pe, PLN 2098. 56 ip genic A. Pengembang Adonan Rott Sejak jaman Mesir kuno, mmusia menggunakan S. cerevisiae sebagai pongembung adonan rot, . cerevisiae memanfatkan gult yang ada di aon rot untuk ferment schinggaberaroma alkohol (Abad, 2008), B. PenghasiAttohol Daler bideng indus, manasa: memantanlkan S. cerevisiae sebagai suksoorgansme yung berpetan dalam proses fermentasi Fermentasi ini ‘menghasilhan produ eanol, wine, dan bir Alimad, 2008). © Bidang Teknologi Scving dengan pekembangan eholog, manus menggomakan 5 cerevisie atk kepeiin pengcmbanganpengtahunn dasr mengeas fangs dan organist ii fsioog sel cukarit. Manisa menggunakanS.cerevnue alam bidang telmoloi Khasusmya pds vekayasa genet unt memprodoks ‘akin beats Dian Peer den Peri S. cerevisiae merupakan_iksoorgarisme yang berperan i hidang reterakan schagst prio dan imanosinlan (Tabel 2.3). Probiotik rmerapkan ssh sot phan pskan tanhahan herent bros idan pas eck yg st in ang gh pn hong. peri pega probiotik bermanfast untuk Leschata, produks, dan peneegehan penyait esuoonimulan meccupakan adap peta tubuh mca angen wnak smenanggulanisrangan inchs Abad, 200), Pet atc eS pe, PLN 2098. ET ip genic 9 nitrol™ professional i: a vi — ana ag i ‘Scent kop ht wanes ovat Megas ant a at ‘ : ‘i a ly a dul hay a at , aaa sunt alae fail | ES pat ge csc “anor nah dng seta tr 1) do ira a cap ma, yag tnt esegermin, ‘Sitetge base sana bn cp tat Sen ash peta hae stn ape Ba ‘Gpnana po Lona tpg Moda ua yg_— se ant Sati ga btn at ‘Shenton sh conpr tc eng ppc eng phone ai ap on Detar ‘Sim pig Boon t's‘ om Ht Ang Sn en pera IDASTOCTY ca 197) trey Shean dam pti sya hp va freon Langan ZT alan eae Set To ce RCs 5 Panam jg ge J ss Son wk pba Sy ‘Shes san ob oman ev 12 ean i dogs bl menantan “he inset ur Pane or | tanga 27 saan oe hep, ZF so St a wht me teeing en ek er mcton ro enean tag So ts ‘Sin pert dep ZF sm, a Pon meen Na eng ‘gar "pone aaron, a) a NS Rang fs te spo Ne — ‘sera beberapa jis uma miko dala ae Kelas made corn amare Sones eee nomena paesaereiaracen See aeeas Seas SS weet Te atte RES A Se caesar Rs eres apatite ven o 9. See Sonera aeons nate fe a ‘ta Tee ae — (9 nitro! jofossions) E9 ip genic “ola dia vii ds tm elinbing wlth (Aeron biti) dia yang menghastan bah ern hijo da Kaning mola tw sexing pul Sengap terwarns push (Thm, 2007). Pema tama i chap ‘molsh yang tptng, am dimpat tebka,Aeebatun tanh sel ng, npn be ak ar (Sl, 207). 2441, Kandungan Kimla Bah Belimbing Wala ‘Book belimbing waluh mengandong banyak vitamin C alami yan ‘erg sebagspenambat doy aan uh dan petndunga ead hess peapakit Belimbiag wohh mempuryal Aaadungan unser kimia yang disebut am oat dan falium (pe, 207) Seaaghanbesartan asl pemerksaan Aandongan Kinin huah belimbing wulih yang ikukan Herih (1993) ‘menunjsan taws tush belimbing waluh mengandung golonean seayawa ‘sala, miayak menguap, fra, avonid dan peltin Mavonokd dives merupakan senjawa aif antaker yang terkandung dalam bua belinbing wus Zakaria a 2007), ial Meniast Wong and Wan (1995) menunjkan bahw 47.8% E10 ip genic Baal Bese Tent Pat Sacan Pega cin Prep Tete ABSTRACT ‘he pacer ecu lst erst a aero sa 66. Soe sara pcs be dest carcntnon rslaton scares th agar rato ee {3s pomusen pens: Ne Hoe as isd ii ey Tr carport fe a ac 6125: ( Neilso Tin: KHPD. OOM: AAO. OODK: MSO. THO OM. an FADO OO Ine SD {st ubsatum sale, macnn sc 68 100% yl wes cared 1 astern NG eels sense and bec pons apts Neste se fens sence et 1. PENDAMULUAN ‘erase coulebh dare segs acrada (OCOD) ah annsoyenatatarek cin bk toner ‘aro mene rie asa aa rg a dn nd She a we. ro. Pc ar srr i diy 18. ea et Mere yng hs dre ea pro Frees eben sex mh Fru per eg pts data kerr cam pea er ett ross rate ana ct ke cain nos, Psi ped a eat are Siyes ler aauh oo bua Unk an pgm pal ac a tne Suan Pas pros boege san saya ann emer Gn rer bow aera Femevaa daikon cre Ireaprean tte ci gs Att Geri ab. Sh es yor bre ST (eta aa each Acta ob ks otras aurea ce PSTN o vc anton +0, AE orcood «HO 7 ‘a ‘aon ot Meant est infu dan Tria bi hc 0h on bth i an ora (Ser ena pn tare, vp tm ari at et rp a ae Be ‘Sevtesag st Sams 2 tan sty ober Son eae Naas wren abr erst eure ( arponey, oH prgden n ine)cin lense Gl btn ak en ‘erent ans on hi ac tay Spe Fert ni lan unk mht prgnh tare arabs pz ame larson ahh aren dn lar omer tas aaron arg dpe. ara ape een fd oper ps ra ‘Somerton fi dln pa Sa rar es a) Stage an ea pn | (Pei renin tn eth tru) fener oem telegram at oT UPA Ui Lanpng ” El ip genic roy Kon Opti Femara Asam Ase ‘2. METODE PENELITAN 2. aooraione Uscozmne inti ahn Stump oa en Anette 68 22am Lesa org groan a cm rere ma seach ada He ang Moreno ‘Mobo 2% EDs 11% KAO OD" PD OLN. MSO THEC MSH ar FCA OO OOP 2 panini lg tonsa ah karen ar meu ergar menguraan HPLC enjttenanar © Kertopantchat se | HASIL DAN PEMBAHASAN {Panga ansona Aah e et I a anarPecanhkonetal ako aa hcp pe aan att £12 Panga Daj Weaaman pa! Ma rea parca craaenana ) ai rac chon pach 25: 45:55; an 6S Poascaem| (autre pat he fr ares Ha aren peg es har a ‘fed on se cua pad Garber * (© 207 PA Ua Lang E12 ip genic 4 Shs MP, Ei uss Tt 207, V1, No. iz aay 2 AU 4s see pH awa ‘Gonbar 2 Penh cia asanan aa (gH ul) ed han pos san st 2 gust itt tne Hau 55conga medi chan ron pak a as a Ker ‘weal aset hard lnk apa heats B15 2. Panganh Lama Forme {Spec wncap poe man ao pen paras =a] {Lama fermentas (Hart) ‘Gaar 3. Pepe marisa oi a set “4 KESIMPULAN DAN SARAN Ds pra yer i ln ork tbc att erg eran pro aver a art

Anda mungkin juga menyukai