Uji Coba HDP
Uji Coba HDP
Materi :
HIDROLISIS PATI
Disusun Oleh :
Boi Lasroha Liberty Nathanael Hutasoit
Group : 6/Senin
Rekan Kerja : 1. Rafi Kurnia Dwi Putra
2. Fatimah Mauludiyah
3. Mutiara Tabitha Kamal
Semarang,
Dosen Pengampu Asisten Pengampu
ii
RINGKASAN
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri baik di industri pangan, non pangan,
maupun industri lainnya. Dalam industri pangan, pati banyak digunakan sebagai
pembentuk gel dan encapsulating gel. Dalam industri kertas digunakan sebagai zat
aditive sepertiwet-end untuk surface size dan coating binder, bahan perekat, dan glass
fiber sizing. Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam pati
tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya serta lurus atau bercabang
rantai molekulnya. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4)
unit glukosa yang merupakan rantai linear. Adapun amilopektin merupakan polimer
α-(1,4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Hidrolisa merupakan
reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa Hidrolisis pati terjadi
antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena
reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi
hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari
asam. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan secara langsung dan oleh karena itu
harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk meningkatkan sifat positif dan
mengurangi sifat yang tidak diinginkan.Variabel yang berpengaruh dalam reaksi
hidrolisa yaitu katalisator,suhu dan tekanan,pencampuran (pengadukan),dan
perbandingan zat pereaksi Tujuan praktikum ini adalah mempelajari pengaruh
variabel terhadap reaksi hidrolisa pati, menghitung konstanta kecepatan reaksi, dan
menganalisa pengaruh variabel terhadap konstanta kecepatan reaksi.
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu glukosa anhidrit, tepung
tapioka, NaOH, HCl, indikator MB, fehling A, fehling B, dan aquadest. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas ukur, termometer, erlenmeyer, buret, labu
leher tiga, labu takar, statif, dan klem. Praktikum hidrolisa pati diawali dengan
persiapan awal berupa penghitungan densitas pati, penghitungan densitas HCl, dan
pembuatan glukosa standar. Selanjutnya yaitu penentuan standarisasi larutan fehling,
penentuan kadar pati awal, dan proses hidrolisa pati.
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
proposal materi Hidrolisa Pati. Proposal praktikum yang kami susun dengan sistematis
dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Proses
Kimia Tahun Ajaran 2022/2023. Dengan terselesaikannya proposal praktikum ini,
maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan proposal praktikum ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. selaku penanggung jawab Laboratorium
Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
3. Dr. nat. tech. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi
Hidrolisa Pati.
4. Ibu Nurfingsih selaku laboran Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
5. Nurhidayat selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Undip.
6. Imanuel Davin Setiawan dan Mhd. Shaumi Al Anshar selaku asisten pengampu
materi Hidrolisa Pati.
7. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
8. Teman-teman Angkatan 2021 yang saling membantu dalam menyelesaikan
proposal praktikum ini.
Demikian proposal praktikum yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan praktikum ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku praktikan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan
yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri
nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya. Dalam industri
makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent. Dalam industri kertas
digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan coating
binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing (Chiu & Solarek, 2009).
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan
amilosa, amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang
utama yaitu polimer anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya
diikat dengan ikatan α(1,4)dalam segmen linear, serta ikatan α(1,6) di titik
percabangan. Amilopektin merupakan kandungan utama pati, berkisar 70-80%
dan berpengaruh pada physiochemical serta citarasa pati (Dona et al.,2010).
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalisator asam seperti HCl (asam klorida). Bahan yang digunakan untuk
proses hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak dijumpai tanaman yang
menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela
pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya (Baskar & Muthukumaran, 2008).
Pati dan produk turunannya banyak digunakan di berbagai jenis industri
baik di industri pangan maupun industri non pangan. Di dalam industri non
pangan, pati banyakdigunakan dalam industri logam, tekstil, kosmetik dan
farmasi, kertas, konstruksi dan pertambangan. Pada industri tekstil, pati
digunakan sebagai bahan perekat. Selain itu, pati juga dapat digunakan sebagai
bahan yang mengurangi kerutan pada pakaian. Pada sektor kimia, pati dan
turunannya banyak diaplikasikan pada pembuatan plastik biodegradable,
surfaktan, poliurethan, resin, senyawa kimia, dan obat-obatan (Yetti et al., 2007).
Pada sektor lainnya, pati dan turunannya dimanfaatkan sebagai bahan
detergent yang bersifat non toksik dan aman bagi kulit, pengikat, pelarut,
biopestisida, pelumas, pewarna dan flavor. Dalam industri pangan, pati banyak
digunakan sebagai pengental, penstabil koloid, pembentuk gel, perekat dan agen
penahan air. Khusus untuk industri makanan, pati sangat penting untuk
pembuatan makanan bayi, kue, pudding, bahan pengental susu, permen jelly, dan
pembuatan dekstrin (Hill, 1997).
1
1.2 Rumusan Masalah
Saat ini pati merupakan bahan yang sangat dimanfaatkan oleh industri baik
industri tekstil, kertas, farmasi, ataupun makanan. Di Indonesia sendiri, produksi pati
sangatlah melimpah, mulai dari jagung, ketela, singkong, maupun sumber pati lainnya.
Melihat pentingnya pati untuk berbagai keperluan tersebut, maka diharapkan lulusan
teknik kimia mampu melakukan modifikasi pati dengan hidrolisa pati dan mengetahui
variabel yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidrolisa pati.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.2 Struktur amilopektin
4
Apabila CA = CA0 (1 – XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas
kondisi t1: CA0 dan t2 : CA akan diperoleh persamaan:
C dCA t1
− ∫C A = k ′ ∫t2 dt (2.5)
A0 CA
CA0
ln = 𝑘 (t2 − t1) (2.6)
CA
1 (2.7)
ln = 𝑘 ′ (𝑡2 − 𝑡1)
(1 − 𝑋𝐴)
Di mana XA = konversi reaksi setelah satu detik.
Persamaan 2.7 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi
1
y = mx + c, dengan Y = ln (1−𝑋Α) dan x = t2.
5
konsentrasinya tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi asam dalam air
penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunakan larutan
asam yang mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi daripada
pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang
jauh lebih pekat.
2. Suhu dan Tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan
Arrhenius, dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.
Untuk mencapai konversi tertentu, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk
menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100°C. Tetapi jika suhunya
dinaikkan hingga 135°C, konversi yang sama dapat dicapai dalam waktu
40 menit (Agra et al., 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan
katalisator H2SO4 memerlukan suhu 160°C. Karena panas reaksi
mendekati nol dan reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan
tidak banyak mempengaruhi keseimbangan.
3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-
baiknya perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat
dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok (Agra et al., 1973).
Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka pecampuran
dilakukan dengan cara mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk
olakan.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7
5. Indikator MB 3 tetes
6. Fehling A 5 mL
7. Fehling B 5 mL
8. Aquadest secukupnya
3.2.2 Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar
8
c. Membuat glukosa standar
Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 1000 ml
aquades.
2. Penentuan kadar pati
a. Standarisasi larutan fehling
5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B + 15 ml glukosa standar, dipanaskan
sampai mendidih. Setelah mendidih ditambahkan 3 tetes MB,
kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standar hingga warna
berubah menjadi merah bata. Catat volume tittran (F) yang
diperlukan, proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih (di atas
kompor).
b. Penentuan kadar pati awal
Sebanyak 21,86 gram pati 8,793 ml katalis HCl dan 407 ml aquadest
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
50°C, selama 1 jam. Setelah itu larutan didinginkan, diencerkan
dengan aquades sampai 500 ml lalu diambil 20 ml dan dinetralkan
dengan NaOH (pH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100
ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +
5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standar, kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator
MB. Kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standar sehingga
berubah warna menjadi warna merah bata. Catat volume titran yang
dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi dilakukan
dalam keadaan mendidih di atas kompor. Lakukan hal yang sama
untuk variabel dengan berat pati 30,86 gram dan 402,36 aquades.
c. Hidrolisa pati
Sebanyak 21,86 gram pati, 8,793 ml katalis HCl dan 407 ml aquadest
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
50\°C. Lalu setelah 5 menit diambil sampel sebanyak 20 ml.
Kemudian sampel dinetralkan dengan NaOH (pH = 7). Larutan
diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Kedalam
Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +5 ml Fehling A + 5 ml fehling
B + 15 ml glukosa standar, kemudian dipanaskan sampai mendidih.
Lalu ditambahkan 3 tetes indikator MB. Kemudian larutan dititrasi
dengan glukosa standar sehingga berubah warna menjadi warna
merah bata. Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu
diperhatikan, proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas
9
kompor. Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit
sebanyak 5 kali 25 menit. (t1=menit ke-5, t2=menit ke-10, t3=menit
ke-15, t4=menit ke-20, t5=menit ke-25). Lakukan hal yang sama
untuk variabel dengan berat pati 30,86 gram dan 402,36 ml aquades
Rumus penentuan kadar pati awal =
500 100
(F−M) x N glucose x x x 0,9
X p0 = W
basis vol 5
Di mana:
N = 0,002 g/mL
W = berat pati
Perhitungan kebutuhan reagen:
a) Menghitung kebutuhan HCl
N HCl× MW HCl × V larutan
V HCl = ρHCl × Kadar HCl × 1000 × greq (3.4)
Di mana:
greq HCl =1
greq H2SO4 = 2
b) Menghitung kebutuhan pati
Xp × Wpati
%Suspensi = Wpati + W HCl+ Wair (3.5)
Di mana:
Wpati = ρ pati × Vpati (3.6)
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,
,
,
,
)
,6
on ersi (
,5
3 % Suspensi
,4
4 % Suspensi
,3
,2
,1
,
5 1 15 2 25
aktu (menit)
11
Hal ini dikarenakan dengan kadar suspensi pati yang tinggi maka molekul
reagen akan sulit untuk bergerak sehingga faktor tumbukan yang dihasilkan
lebih sedikit yang menghasilkan konversi yang lebih kecil.
Berdasarkan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa hasil
percobaan telah sesuai dengan teori yang ada bahwa variabel 2 dengan %
suspensi 4% memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan variabel
1 dengan % suspensi 3%.
12
R = tetapan gas (cal/gmol.K)
Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan luas permukaan berhubungan dengan
nilai laju reaksi yang didapat. Sehingga semakin besar tumbukan akan
menyebabkan konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Semakin besar
konstanta kecepatan reaksi maka laju reaksinya akan semakin besar. Namun,
berdasarkan hasil percobaan yang kami dapat, variabel dengan 4% suspensi
mendapatkan konstanta kecepatan reaksi yang lebih tinggi dibandingkan
variabel dengan 3% suspensi. Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan
perbandingan persen suspensi yang berhubungan dengan pergeseran
kesetimbangan reaksi. Apabila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya
maka kesetimbangan dapat bergeser ke sebelah kanan denagn baik serta
mempertimbangkan suhu hidrolisa pati yang optimum, yaitu sekitar 140oC -
160oC (Risnoyatiningsih, 2011). Pada percobaan ini, suhu yang dipakai tidak
stabil untuk reaksi yang berjalan dalam fase cair dan panas reaksi hampir
mendekati nol. Akhirnya menyebabkan suhu dan tekanan tidak banyak
mempengaruhi kesetimbangan yang menyebabkan kesetimbangan tidak
berjalan dengan baik ke sebelah kanan (Perdani dan Sipayung, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang didapat tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana variabel dengan 4% suspensi memiliki nilai
konstanta kecepatan reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan 3% suspensi,
Hal tersebut disebabkan suhu dalam proses hidrolisa tidak optimum dan
kesetimbangan tidak berjalan ke kanan.
4.3 Aplikasi Hidrolisa Pati dalam Industri
Dalam industri, hidrolisa pati digunakan dalam mengubah tapioka (pati
ubi kayu) menjadi dekstrin. Pemanfaatan tapioka di Indonesia masih terbatas
sebagai pemasok sumber karbohidrat dan sebagian besar diekspor dalam bentuk
pellet atau tepung tapioka. Tapioka dapat dimodifikasi menjadi dekstrin yang
multiguna. Formula dekstrin sama dengan pati, tetapi panjang rantai dekstrin
lebih pendek dibanding panjang rantai pati. Berkurangnya panjang
rantaidekstrin mengakibatkan sifat fisik dan sifat kimia dekstrin tidak sama
dengan sifat pati. Perbedaan sifat itulah menjadikan dekstrin lebih banyak
digunakan pada berbagai peruntukan, baik di bidang industri pangan,
kesehatan/farmasi, industri kertas, dan industri tekstil (Santosa dan Handayani,
2014).
Hidrolisis pati digunakan sebagai metode preparasi pati nanopartikel.
Hidrolisis digunakan untuk memecah partikel pati sampai ukuran nanometer
dan mensintesis materi berukuran sangat kecil untuk dirakit menjadi ukuran
13
nanometer yang dikehendaki. Pati nanopartikel digunakan sebagai pengisi
(filler) komposit untuk meningkatkan sifat mekanik dan biodegradabilitas
komposit. Pati nanopartikel digunakan dalam industri kertas sebagai surface
sizing, coating, atau perekat biodegradable. Selain itu, nanopartikel pati juga
dikembangkan dalam industri ban untuk menggantikan bagian karbon hitam
dan silika di ban dalam rangka meningkatkan kualitas ban (Maryam et al.,
2018).
Pati hasil hidrolisis menghasilkan rantai molekul lebih pendek yang
menyebabkan granula pati lebih mudah pecah serta kelarutan dan viskositas
meningkat. Tepung termodifikasi akan memiliki kemampuan pengikatan yang
tinggi, bersifat hidrofobik, dan ampifilik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
penyalut tipis (enkapsulasi) bahan aktif. Proses hidrolisis asam pada pati dapat
menurunkan kadar amilopektin. Pemutusan titik percabangan rantai
amilopektin pada daerah amorf pati mengakibatkan terjadinya peningkatan
kandungan fraksi linear (amilosa) rantai pendek sehingga ukuran molekul
(bobot molekul) pati menjadi lebih rendah dan meningkatkan kecenderungan
membentuk gel pada pasta. Untuk menghasilkan pati yang bersifat porous yang
akan dimanfaatkan sebagai penyalut (coating) bahan aktif dilakukan presipitasi
dengan etanol. Kemampuan pati modifikasi sebagai penstabil dan enkapsulan
ini banyak diaplikasikan sebagai sebagai bahan baku industri kosmetik (Yeni et
al., 2018).
14
BAB V
PENUT UP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin kecil kadar suspensi pati maka faktor tumbukan akan semakin besar
sehingga menyebabkan konversi juga semakin besar. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan
karena penambahan air berlebih menyebabkan keseimbangan bergeser ke
kanan sehingga konversi meningkat.
2. Semakin tinggi nilai suspensi pati akan memberikan hasil konversi yang
semakin rendah dan diikuti dengan konstanta laju reaksi yang semakin kecil.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan bahwa tidak sesuai dengan teori di
atas. Hal ini dikarenakan kemungkinan besar disebabkan karena adanya
perubahan kondisi operasi proses hidrolisis.
5.2 Saran
1. Melakukan pengadukan secara konstan agar tidak terjadi penggumpalan.
2. Menghindari penambahan air yang terlalu banyak karena akan
memperpanjang waktu pemurnian pati.
3. Menambahkan variasi reagen selain HCl dan H2SO4 seperti HNO3 atau H3PO4
untuk menambah pengetahuan.
4. Sebaiknya mencoba bahan selain tepung dalam praktikum proses selanjutnya.
5. Proses pemanasan dalam labu leher tiga sebaiknya disertai dengan
pengadukan untuk menjaga pati agar tetap terdispersi secara merata.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agra, I. B., Warnijati, S., & Pujianto, B. (1973). Hidrolisa Pati Ketela Rambat pada Suhu Lebih
dari 100 oC. Forum Teknik, 3, 115-129.
Baskar, G., Muthukumaran, C., & Renganathan, S. (2008). Optimization of Enzymatic
Hydrolysis of Manihot Esculenta Root Starch by Immobilize α- Amylase Using
Response Surface Methodology. International Jurnal of Natural Sciences and
Engineering, 1(3), 156-160.
Chiu, C.-w., & Solarek, D. (2009). Modification of starch. Starch: Chemistry and Technology,
Third Edition. ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. (2010). Digestion of Starch:In Vivo Andin Vitro
Kinetic Models Used to Characterise. Carbohydrate Polymers, 80(2010), 599– 617.
Groggins, P. (1958). Unit processes in organic synthesis (5th ed.). McGraw-Hill. Hill, C.
(1977). An Introduction to Chemical Engineering Kinetics and Reactor Design (1st ed.).
Wiley.
Kriswiyanti, E. (2013). Pengaruh Konsentrasi Katalis Asam Dan Kecepatan Pengadukan Pada
Hidrolisis Selulosa Dari Ampas Batang Sorgum Manis. Ekuilibium, 12(1), 17–22.
https://doi.org/10.20961/ekuilibrium.v12i1.2172
Koswara, S. (2009). Teknologi Modifikasi Pati. Ebookpangan.com.
Maryam, Kasim, A., Novelina, & Emriadi. (2018). Teknologi Preparasi Pati Nanopartikel dan
Aplikasinya dalam Pengembangan Komposit Bioplastik. Majalah Ilmiah Teknologi
Industri (SAINTI), 15(1), 36-56.
Mayang, A. P., Sari, R. P., & Fathoni, R. (2019). Pembuatan Glukosa dari Kulit Pisang Kepok
(Musa Paradisiaca l.) dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Integrasi Proses, 8(1), 39-44.
Mustafa, A. (2015). Analisis proses pembuatan pati ubi kayu (tapioka) berbasis neraca massa.
Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 9(2), 118-124.
Perdani, A.D., & Sipayung, R. (2016). Hidrolisa Limbah Karaginan Menjadi Monosakarida
dengan Katalis Asam Khlorida. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Risnoyatiningsih, Sri. (2011). Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia, 5(2), 417-424.
Rukmini, P., & Santosa, I. (2019). Utilization Of Gembili Starch (Dioscorea esculenta) Into
Glucose By Acid Hydrolysis Method Using HCL Catalyst. Konversi, 8(1), 49–58.
Santosa, H., & Handayani, N. A. (2014). Hidrolisa Enzimatik Pati Tapioka dengan Kombinasi
Pemanas Microwave-Water Bath pada Pembuatan Dekstrin. Momentum, 10(2), 25-29.
Sylvia, N., Meriatna, & Haslina. (2016). Kinetika Hidrolisa Kulit Pisang Kepok Menjadi
Glukosa Menggunakan Katalis Asam Klorida. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 4(2),
51-65.
16
Winarno, F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yeni, G., Silfia, S., & Hermianti, W. (2018). Pengembangan Potensi Tepung Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus) sebagai Matriks Enkapsulasi yang Dimodifikasi melalui Proses
Litnerisasi untuk Bahan Baku Kosmetik. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Litbangyasa Industri II, 1(1), 151-161.
Yetti, M., Nazamid, B.S., Roselina, K. & Abdulkarin, S. M. (2007). Improvement of Glucose
Production by Raw Starch Degrading Enzyme Utilizing Acid- Treated Sago Starch as
Substrate. ASEAN Food Journal, 14(2), 83-90.
17
A-1
A-2
A-3
A-4
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
Densitas HCl
Volume piknometer = 23,71 mL
Massa pikno kosong = 21,40 gr
Massa pikno + HCl = 48,91 gr
M HCl = 27,51 gr
𝑚 27,51 𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ HCl == = = 1,1602 gr/mL
V 23,71 mL
3. Volume HCL
NHCL ×BMHCL ×Vlarutan
V HCL =ρ
HCL ×kadarHCL ×1000×grek
gr
0,16 N×36,5 ×430 mL
mol
= gr
1,1602 ×0,32×1000×1
mL
= 6,7639 mL
A-2
4. Penentuan volume aquadest dan pati
a. % Suspensi = 3%
Vbasis = Vaquades + Vpati + V HCL
430 mL = Vaquades + Vpati + 6,76 mL
Vpati = 423,24 mL – Vaquadest
Wpati
%suspensi = W
pati +WHCl +Wair
ρpati ×Vpati
3% = (ρ
pati ×Vpati )+(ρHCl ×VHCl )+(ρair ×Vair )
3%
1,33 gr/mL × (423,24 mL − V aq)
=
gr 𝑔𝑟
(1,33 × (423,24 mL − V aq)) + (1,1602 × 6,76mL) + (0,996 × Vair )
mL 𝑚𝐿
Vaquadest = 413,4809 mL
V pati = 423,24 mL – V aq
= 423,24 mL – 413,4809 mL
= 9,7591 mL
b. % Suspensi = 4%
ρpati ×Vpati
4% = (ρ
pati ×Vpati )+(ρHCl ×VHCl )+(ρair ×Vair )
4%
1,33 gr/mL × (423,24 mL − V aq)
=
gr 𝑔𝑟
(1,33 × (423,24 mL − V aq)) + (1,1602 × 6,76mL) + (0,996 × Vair )
mL 𝑚𝐿
Vaquades = 410,1949 mL
V pati = 423,24 mL – V aq
= 423,24 mL – 410,1949 mL
= 13,0451 mL
A-3
5. Massa pati
a. Suspensi (3%)
W pati = ( × V)pati
gr
= 1,33 mL × 9,7591mL
= 12,9796 gram
b. Suspensi (4%)
W pati = ( × V)pati
gr
= 1,33 mL × 13,0451mL
= 17,3499 gram
A-4
LEMBAR PERHITUNGAN
F = 20 mL
a. Variabel 1 (Perbandingan pati : air = 1 : 19)
M = 9,5 mL
W = 20,3460 gram
500 100
(𝐹−𝑀)×𝑁 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 × × ×0,9
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
Xp0 =
𝑊
500 100
(20−9,5)𝑚𝐿×0,002 𝑁 × × ×0,9
290 𝑚𝐿 5
= 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,03203
b. Variabel 2 (Perbandingan pati : air = 1 : 20)
M = 10,5 mL
W = 19,3771 gram
500 100
(𝐹−𝑀)×𝑁 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 × × ×0,9
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
Xp0 =
𝑊
500 100
(20−10,5)𝑚𝐿×0,002 𝑁 × × ×0,9
290 𝑚𝐿 5
= 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,03043
𝑋𝑝
XA = 𝑋𝑝0
0,0142
XA = 0,03203 = 0,4419
2) t = 10 menit
100
(20−9,8)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0180
0,0180
XA = 0,03203 = 0,5635
D-1
3) t = 15 menit
100
(20−10,5)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0168
0,0168
XA = 0,03203 = 0,5248
4) t = 20 menit
100
(20−10,2)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0173
0,0173
XA = 0,03203 = 0,5414
5) t = 25 menit
100
(20−10)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0177
0,0177
XA = 0,03203 = 0,5524
0,0158
XA = 0,03043 = 0,5190
2) t = 10 menit
100
(20−10,8)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = = 0,0171
19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,0171
XA = 0,03043 = 0,5617
3) t = 15 menit
100
(20−10,2)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0182
0,0182
XA = 0,03043 = 0,5983
4) t = 20 menit
100
(20−10)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0186
0,0186
XA = 0,03043 = 0,6105
5) t = 25 menit
100
(20−9,9)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0188
0,0188
XA = 0,03043 = 0,6166
D-2
3. Penentuan nilai konstanta laju reaksi
Persamaan: -In(1-XA) = kt
y = mx
1. Variabel 1 (Perbandingan pati : air = 1 : 19)
D-3
REFERENSI
D-4
D-5
D-6
D-7
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISA RESIKOMATERI : HIDROLISA PATI
E-1
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian untuk
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
1. PREPARASI/TAHAP AWAL
D7, √ Saat melakukan Berhati-hati dalam menggunakan Jika tergelincir, periksa bagian yang
D11 kalibrasi piknometer, aquadest, jika aquadest dialirkan cidera dan obati bagian yang cidera.
dan pembuatan menuju tempat yang rawan terjadi Apabila cideranya besar atau bertambah
reagen-reagen, tumpah, gunakan corong agar dapat parah, bawa korban ke rumah sakit/
terdapat resiko meminimalisir terjadinya resiko klinik terdekat.
aquadest tumpah yang permukaan licin.
menyebabkan
permukaan menjadi
licin.
D12 √ Saat melakukan Hati-hati dalam memindahkan bubuk Bersihkan serbuk pati yang jatuh.
perhitungan densitas pati Apabila terhirup, sebisa mungkin
pati, terdapat resiko keluarkan bubuk pati yang terhirup.
dimana bubuk pati Apabila cidera bertambah parah, bawa
jatuh akan mengotori korban ke rumah sakit/ klinik terdekat
ruangan dan
menyumbat saluran
pernafasan apabila
terhirup.
2. PERCOBAAN UTAMA
C1, √ Adanya kabel yang Lakukan pemeriksaan dan memastikan Cabut sumber listrik untuk
C3 terlupas dan dapat alat secara baik. menghentikan aliran listrik.
mengakibatkan arus
pendek maupun
tersengat listrik.
D5, √ Adanya kontak dengan Hati-hati dengan permukaan panas Hentikan proses pemanasan, dinginkan
F2 kompor listrik atau alat pada saat melakukan proses luka bakar, dan diberikan obat anti nyeri.
yang dipanaskan pemanasan dan meletakkan rangkaian Jika masih berlanjut, dibawa ke klinik
atau rumah sakit terdekat.
diatas kompor listrik. alat ke tempat yang lebih aman agar
tidak terjadi kontak.
E-2
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian untuk
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
E1, √ Penggunaan reagen Menggunakan sarung tangan lateks Jika reagen terkena kulit, segera cuci
E2 asam dan basa pada selama praktikum dan mengganti tangan dengan air mengalir hingga
praktikum ini terdapat sarung tangan apabila sobek dan bersih. Jika terkonsumsi, segera minum
air mineral dan cuci mulut agar bahaya
resiko kontak dengan bolong serta berhati-hati dalam
reagen dapat diminimalisir. Apabila
kulit yang memindahkan reagen-reagen asam
bertambah parah, bawa korban ke
menyebabkan iritasi dan basa rumah sakit/ klinik terdekat
dan apabila tidak
sengaja terkonsumsi
dapat mengakibatkan
keracunan.
3. ANALISA/TAHAP AKHIR
D7, √ Saat melakukan titrasi Berhati-hati dalam menggunakan Jika tergelincir, periksa bagian yang
D11 terdapat resiko larutan aquadest, jika aquadest dialirkan cidera dan obati bagian yang cidera.
tumpah yang menuju tempat yang rawan terjadi Apabila cideranya besar atau bertambah
menyebabkan tumpah, gunakan corong agar dapat parah, bawa korban ke rumah sakit/
permukaan menjadi meminimalisir terjadinya resiko klinik terdekat.
licin. permukaan licin.
E-3
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 12/03/2023 P0 ASISTEN
F-1