Anda di halaman 1dari 13

2.1.

Pengertian Sistem Moneter Internasional


Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang
memungkinkan suatu negara dapat saling berhubungan satu dangan yang
lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter internasional.
Menurut Shapiro (1992) (dikutip dalam
www.definurdiana.blogspot.com) Sistem moneter internasional
menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan
mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan
dengan mata uang lain.
Sistem keuangan internasional dapat didefenisikan sebagai struktur,
instrument, institusi, dan perjanjian yang menentukan nilai tukar atau kurs
mata uang dari berbagai Negara di dunia, termasuk penyesuaian aliran
modal, perdagangan internasional, dan neraca pembayaran. (dikutip dalam
www.ardra.bis/system-ekonomi-internasional)
Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional
merupakan unsur yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun
anggapan ini tidak terbukti dalam ekonomi modern (dikutip dalam
www.cybon.blogspot.in/2013/03/pengertian-sistem-moneter-
internasional.html). Norma dan konvensi yang mengatur Sistem Moneter
Internasional dengan ini mempunyai efek distributif yang penting
bagi power suatu negara dan kesejahteraan dalam kehidupan negara
tersebut.
Jadi Sistem moneter internasional adalah seperangkat kebijakan,
peraturan dan mekanisme dimana suatu mata uang dapat ditukarkan
dengan mata uang lain dalam perdagangan internasional.
Suatu Sistem Moneter Internasional yang berjalan dengan baik akan
melancarkan perdagangan dunia, arus investasi asing dan interdepedensi
global.  Kemampuan Sistem Moneter Internasional adalah prasyarat bagi
sehatnya ekonomi dunia, sebaliknya runtuhnya Sistem Moneter
Internasional barat menjadi penyebab terpisahnya kesuraman dalam
ekonomi internasional.
Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan
pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal
ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit
lebih rumit.
Pembayaran yang tidak seimbang antar negara dapat diselesaikan
melalui financing, perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola
perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan
penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata
uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam
sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk
menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran internasional.

1
2.2. Sejarah Sistem Moneter Internasional
Moneter internasional dan sistem finansial memainkan peran sentral
dalam ekonomi politik global. Sejak akhir abad 19, awal pembentukan sistem
ini melalui berbagai transformasi dalam menanggapi perubahan kondisi
politik dan ekonomi baik level domestik maupun internasional. Perubahan
yang paling dramatis adalah krisis dalam pengintegrasian moneter
internasional dan rezim internasional selama tahun-tahun interwar.
Transformasi kedua terjadi setelah Perang Dunia II ketika sistem
Bretton Wood tengah berjalan. Sebab di tahun 1970an, periode perubahan
di bawah sistem Bretton Wood terjadi perubahan dari standar pertukaran
emas menjadi dolar Amerika dan komitmen terhadap kontrol kapital.
Beragam perubahan ini memiliki konsekuensi politik yang cukup penting
tentang siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dalam
ekonomi politik global.
Sejak tahun 1880 Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah
mengadopsi sistem standar Emas. Dengan berlakunya standar emas maka
nilai dari setiap mata uang dalam satuan mata uang lainnya dapat
ditentukan secara mudah sehingga dapat mengkatalisasi perdagangan
internasional. Mulanya US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain emas murni yang
mana 1 ons emas sama dengan 480 grain emas. Dengan kata lain harga dari
1 ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang yang diperlukan untuk
membeli satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.
Standar emas hancur waktu perang dunia 1 pecah. Mata uang praktis
ditetapkan atas dasar emas atau mata uang lainnya dengan longgar.
Beberapa usaha kembali ke standar emas dilakukan sesudah perang dunia 1
berakhir.Emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan pribadi.
Kurs mata uang ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah tahun 1934 dan
sesudah perang dunia kedua, konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan
(konvertibel) dengan mata uang lainnya.
Setelah masa itu kemudian muncullah periode kurs tetap. Periode ini
dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua
negara menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak
diharuskan memenuhi konvertibilitas mata uang mereka dalam emas.Negara
anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dari nilai
par, dan bersedia melakukan intervensi untuk menjaga kurs tersebut. IMF
membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi
dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberapa
minggu pada bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata
uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan
pasar.

2
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter
Internasional, yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang
dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun
rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah konferensi tersebut,
didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut.
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat
penting dalam lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul
setelah perang dunia II, disebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar.
Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk
memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika
Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi
tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di
Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga.
Dengan semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan
perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu
dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju
mempunyai posisi yang sangat kuat di dalam mengambil keputusan. Setiap
anggota memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar 25% dengan emas
dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan hak
suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana
pertama DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai
mata uang negara anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang
negara lain yang harus di tukar dengan mata uang negara  peminjam.
Semenjak  1973 sistem moneter internasional merupakan campuran
antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada,
franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan
pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut
melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi
kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit dalam
neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal
ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam
neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk
mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau
dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di   mana bank Sentral sama
sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia,
Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus
tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama
terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang
bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang
kemudian disebut “Snake like”.

3
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata
uangnya dengan  dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan
mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang
peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran
luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral,
serta catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.

2.3. Sistem Penetapan Kurs Mata Uang


Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa
kelompok :
a. Mengambang Bebas (Free Float)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang
bebas tergantung kekuatan pasar.pada dasarnya ditentukan oleh
interaksi permintaan dan penawaran mata uang, tanpa adanya campur
tangan pemerintah.
Kelebihan:
mempu menyesuaikan nilai tukar mata uang terhadap
perubahan kondisi perekonomian dengan cepat sehingga nilai tukar
mencerminkan nilai yang wajar atau sesungguhnya.

Kelemahan;
Terletak pada aspek yang membuat mekanisme pasar dapat
bekerja secdara optimal, karena pada dasarnya kurs dapat berubah
secara bebas tanpa intervensi dari otoritas moneter.

b. Sistem Kurs Tetap (fixed Rate)


Pemerintah menjaga nilai mata uang pada tingkat yang telah
ditetapkan dengan membeli atau menjual valuta asing dalam jumlah
yang tak terbatas.
Kelemahan:
Nilai tukar sering tidak menceminkan nilai yang sesungguhnya
dari suatu mata uang karena otoritas moneter selalu menjaga stabilitas
kurs pada tingkat yang diinginkan.

c. Mengambang terkendali (Managed Float)


Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena
ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang dikelola, yang
sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui campur
tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang
terjadi di luar batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk
intervensi :

4
Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini
dengan tujuan menjaga stabilitas kurs agar perubahan kurs cukup
teratur.
Menunda kurs (leaning against the wind).
Melalui cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan
mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam,
yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.

d. Perjanjian Zona Target Tertentu


Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk
menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs
tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank Sentral
negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.

e. Dikaitkan dengan mata uang lain


Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai
mata uangnya terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan
nilai mata uangnya terhadap mata uang negara tetangga.

f. Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain


Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap
kelompok mata uang lainnya. Basket, kelompok, atau portofolio mata
uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner dagang yang
penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.

2.4. Cara Melakukan Transaksi Internasional


Dengan adanya perdagangan luar negeri, dimungkinkan adanya
pertukaran mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya.
Seorang importir Indonesia membeli barang dari seorang eksportir Amerika,
maka pembayarannya dilakukan menggunakan mata uang Amerika atau
Dollar, padahal mata uang yang berlaku bagi seorang importir adalah
Rupiah. Untuk itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya
harus membeli uang dollar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan
kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembayaran internasional
di antaranya sebagai berikut :
a) Pembeli (importir) dan penjual (eksportir) terpisah oleh batas
negara.
b) Adanya perbedaan mata uang pada masing-masing negara.
c) Komunikasi antarnegara dengan teknologi mutakhir begitu
cepat, namun pengangkutan barang terutama yang berbobot
berat, tinggi, dan berukuran besar masih menyita waktu.

5
Oleh karena dalam pembayaran internasional suatu mata uang
dipertukarkan dengan mata uang lainnya di pasar valuta asing (Valas), maka
permintaan suatu mata uang akan merupakan penawaran terhadap mata
uang lainnya. Misalnya kita melakukan pertukaran US $ dengan rupiah, maka
permintaan terhadap US $ merupakan penawaran rupiah, dan sebaliknya
penawaran rupiah merupakan permintaan terhadap US $.

1. Cara Pembayaran Internasional


Perdagangan internasional selalu menimbulkan impor dan ekspor.
Suatu negara yang mengadakan transaksi dengan luar negeri atau
ekspor impor menimbulkan suatu pertanyaan: bagaimana cara
melakukan pembayaran akibat perdagangan tersebut? Dari
perdagangan antarnegara akan menuntut suatu negara untuk
melakukan pinjaman dari luar negeri, sehingga diperlukan beberapa
cara dalam penyelesaian akhir dari utang piutang tersebut atau sering
disebut dengan pembayaran internasional.
Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang
timbul akibat perdagangan dan peminjaman internasional antara lain
sebagai berikut:

a. Pembayaran dengan Surat Wesel Dagang (Commercial Bill of


Exchange atau Commercial draft atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan
dengan cara eksportir menarik surat wesel atas importer sejumlah
harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya.

Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumen-


dokumen berupa:
- faktur (invoice),
- konosemen atau surat muatan (bill of lading),
- daftar isi barang (packing list),
- surat keterangan asal barang (certificate of origin),
- surat keterangan pabean,
- surat asuransi (insurence).

Wesel adalah surat perintah pembayaran dari seseorang


(penarik wesel) yang ditujukan kepada orang lain (yang kena tarik)
untuk membayar sejumlah uang tertentu (nilai nominal wesel)
kepada seseorang yang ditunjuk dalam surat wesel (pemegang
wesel) pada tanggal yang sudah ditentukan (hari jatuh tempo).

Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak


digunakan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Dengan

6
surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang sebelum jatuh
tempo, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak
akan menukarkannya kepada importir setelah wesel itu jatuh
tempo.

b. Kompensasi Pribadi (Private Compensation)


Kompensasi pribadi adalah cara pembayaran dengan
mengalihkan penyelesaian utang piutang pada seorang penduduk
dalam satu negara tempat penduduk tersebut tinggal.

Contoh:
Yahya mempunyai utang sebanyak £ 100 kepada Mr. Samo di
Inggris atau sebanyak Rp1.300.000,00 (dianggap kurs waktu itu
menunjukkan £1 = Rp 13.000,00). Kemudia Zakaria mempunyai
piutang sebanyak £ 100 kepada Mr. John. Dari keempat orang
tersebut penyelesaian utang piutang dilakukan dengan cara Mr.
John membayar utangnya kepada Mr. Samo sebanyak £ 100 dan
Yahya membayar utangnya sebanyak Pp1.300.000,00 kepada
Zakaria. Cara pembayaran ini digunakan di Indonesia sekitar tahun
1960-an, namun sekarang sudah tidak banyak lagi digunakan dalam
perdagangan internasional.

c. Pembayaran Tunai (Cash Payment) atau Pembayaran di Muka


Pembayaran tunai atau pembayaran di muka adalah
pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan uang tunai atau
cek, yang dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau
menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan
dikapalkan oleh eksportir. Cara pembayaran ini mempunyai risiko
yang besar.

Kelemahan cara pembayaran secara tunai di antaranya


sebagai berikut.
 Dalam pembelian barang, importir harus menyediakan
dana, walaupun barang yang dibeli belum diterimanya.
Importir dalam hal ini harus menanggung biaya untuk
barang yang dipesan.
 Terdapat kemungkinan barang yang dipesan tidak sesuai
dengan barang yang diterima.
 Ada kemungkinan terjadi keterlambatan datangnya
barang maupun ketidakjujuran pihak eksportir.
 Karena pengekspor berada di tempat yang jauh, maka
keadaan pengekspor (bonafiditasnya) tidak sepenuhnya
diketahui pengimpor.

7
d. Pembayaran dengan Letter of Credit (L/C)
Letter of credit atau commercial letter of credit adalah surat
yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembelian sejumlah
barang di mana bank sendiri yang mengakseptir (menyetujui) dan
membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.

Pada dasarnya terdapat tiga pihak yang ada dalam transaksi


letter of credit, yaitu:
 opener (importir), adalah pihak yang mengajukan
permintaan pembukaan L/C kepada bank.
 issuer (issuing bank), adalah bank di negara importir yang
mengeluarkan L/C atas permintaan importir.
 Beneficiary (eksportir), adalah pihak yang menerima
pembukaan L/C oleh importir.

Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri atas:


 L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa la-
ngsung membayar sesuai dengan harga barang melalui
bank yang ditunjuk.
 Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat
memasukkan barang terlebih dahulu dengan melakukan
pembayaran sebagian, sedangkan sisanya dibayar
kemudian.
 Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau
barang modal secara cepat dan tidak dipakai untuk
barang konsumsi.
 Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi
kepada Advising Bank (bank yang ditunjuk) untuk
melaksanakan pembayaran sebagian dari jumlah L/C
kepada eksportin sebelum mengapalkan barang-barang
ekspor.
 Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru
dilakukan dengan tenggang waktu tertentu, misalnya 1
bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah
penunjukan dokumen.

e. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)


Pembayaran kemudian atau rekening terbuka adalah cara
membiayai transaksi perdagangan internasional di mana eksportir

8
mengirimkan barang kepada importir tanpa adanya dokumen-
dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan
setelah barang laku dijual atau satu sampai dengan tiga bulan
setelah tanggal pengiriman, sesuai dengan penjanjian yang
disepakati bersama. Sistem ini sangat membantu pengimpor
melakukan transaksi perdagangan, akan tetapi berisiko besar bagi
pengekspor.

Kelemahan cara pembayaran ini adalah sebagai berikut.


- Tidak digunakannya dokumen yang menjamin pembayaran.
- Eksportir harus membiayai seluruh transaksi dagang.

f. Pembayaran dengan Konsinyasi (Consignment)


Pembayararan secara konsinyasi dilakukan setelah barang
yang dikirim sudah terjual seluruhnya atau sebagian. Metode ini
biasanya dilakukan kepada orang yang telah dikenal dengan baik.
Jadi, barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk
jangka waktu tertentu dan pembayaran dengan termin waktu.
Untuk memperkecil risiko penjual, sebaiknya menggunakan jasa
bank dalam pengiriman dokumen penagihan dan bonded
warehouse untuk penitipan barangnya. Apabila barang sudah
terjual, pembeli membayar kepada bank sejumlah uang atas nilai
barang dan sebagai gantinya bank akan menyerahkan delivery
instruction kepada bonded warehouse untuk mengeluarkan
barangnya.

2. Alat Pembayaran Internasional


Untuk melakukan pembayaran ke luar negeri karena adanya
transaksi internasional diperlukan suatu alat pembayaran internasional
atau alat pembayaran luar negeri, yang disebut dengan devisa. Sistem
devisa yang digunakan antara Negara satu dengan negara lain berbeda-
beda, karena setiap Negara mempunyai mata uang sendiri-sendiri yang
diperlukan dalam perdagangan. Sistem devisa yang pada umumnya
dipakai oleh sebagian besar negara di dunia dalam lalu lintas keuangan
intarnasional membentuk suatu sistem yang disebut system moneter
internasional.
Pembayaran yang dilakukan oleh suatu negara ke negara lain dalam
bentuk mata uang, digunakan dengan membandingkan kurs valuta asing
(exchange rate). Berdasarkan sumber perolehannya, valuta asing atau
devisa dapat debedakan menjadi dua, yaitu devisa umum dan devisa
khusus.
a Devisa umum adalah devisa yang diperoleh dari hasil ekspor
barang atau dari penjualan jasa dan transfer. Tingkat kurs

9
devisa umum ditentukan oleh penawaran dan permintaan
valuta asing di pasar valuta asing.
b Devisa kredit adalah devisa yang berasal dari kredit atau
pinjaman luar negeri. Tingkat kurs devisa kredit ditentukan oleh
pemerintah, yang bertindak sebagai debitur, bukan oleh
permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing.

Permintaan akan valuta asing berasal dari:


a) importir, karena seorang importir dalam melakukan
pembayaran atas suatu transaksinya dengan menggunakan
mata uang asing,
b) pemerintah yang akan melakukan pembayaran ke luar negeri
untuk barang-barang yang diimpor,
c) para investor dalam negeri yang memerlukan valuta asing
untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban luar negeri yang
timbul dari transaksi pembelian surat berharga penduduk
negara lain atau transaksi pemberian pinjaman kepada
penduduk negara lain,
d) wisatawan-wisatawan dalam negeri yang akan melawat ke luar
negeri,
e) perusahaan-perusahaan asing yang harus membayar dividen
yang dibagikan kepada para pemegang saham di luar negeri.

Penawaran atas valuta asing berasal dari:


a. eksportir, karena eksportir selalu menerima pembayaran atas
transaksi perdagangan,
b. valuta asing dari kredit luar negeri yang disalurkan ke pasar
valuta,
c. wisatawan-wisatawan mancanegara,
d. pemerintah yang menerima pinjaman dari luar negeri,
e. investor asing yang menanamkan modalnya di dalam negeri.

2.5. Kelemahan Sistem Moneter Internasional


Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang
pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata
uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange
rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi
yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi
yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur
interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak
menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan
secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang
mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan

10
hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk
dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya
dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan
mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel
Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada
negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun
1971  masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya
terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang
berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir
seluruh ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang
relatif memiliki tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat.
Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di
antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal pendiriannya
IMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik
yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed exchange
rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para
pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat
memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti
Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari
kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar
tetap yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang
menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang
kuat tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara
mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk
menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan
tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971
menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah
1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar
tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter
internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus
dan pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya
bisa diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari
negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling
mengait untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan
hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan
serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa
tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu
melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya
dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit.
Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding

11
perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat
menghancurkan.
Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah
ada. Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak
mengerti bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan
tahun negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah
satu logam mulia (emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi
dalam seperempat abad terakhir sejak sistem moneter internasional
(bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem moneternya
sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama
antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para
ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter
internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca
pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila
satu negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-
negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara
bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh
terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar
mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada
n-1 nilai tukar yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan
nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara.
Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan kenaikan
terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy
problem) masalah kelebihan . Aturan dimana tambahan derajat kebebasan
untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold
standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang
tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa
kebingungan yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga,
sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting dalam
struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam
ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara
AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali
memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah
judul yang kita coba berangkat dari sini.

Kesimpulan
System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,
praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu
di tukarkan dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan

12
oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat
diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses
penyesuaian neraca pembayaran internasional.
1. Sistem Standar Emas muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah
Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas.
2. Zaman Bretton Woods.
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional,
yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang
sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional.
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa
kelompok ; Mengambang Bebas (Free Float), Sistem Kurs Tetap (fixed Rate),
Mengambang terkendali (Managed Float), Dikaitkan dengan kelompok mata
uang lain, Dikaitkan dengan mata uang lain, Perjanjian Zona Target Tertentu
Dengan adanya perdagangan luar negeri, dimungkinkan adanya
pertukaran mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. maka
dalam pembayaran internasional suatu mata uang dipertukarkan dengan mata
uang lainnya di pasar valuta asing (Valas).

13

Anda mungkin juga menyukai