KELOMPOK 4-Analisis Resiko & Reaksi Stres Pada Bencana - SLYR
KELOMPOK 4-Analisis Resiko & Reaksi Stres Pada Bencana - SLYR
Kes
MAKALAH TENTANG
Oleh :
Kelompok IV
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah memberikan kemudahan kepada tim penulis sehingga materi
pembelajaran keperawatan bencana. Buku Materi Pembelajaran keperawatan
Bencana ini merupakan alternatif bahan pengajaran atau rujukan bagi para dosen
dalam upaya pembekalan kepada mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikes
Panrita Husada Bulukumba Indonesia yang merupakan aset dalam pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar Mata Kuliah keperawatan Bencana .Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini kami disampaikan
penghargaan dan terimakasih.
Kritik dan saran untuk perbaikan modul ini sangat diharapkan bagi
segenap pembaca. Semoga bermanfaat.
TIM Penyusun
DAFTAR ISI
2
DAFTAR ISI...................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................2
B. Rumusan Permasalahan........................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................26
B. Saran ...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
3
Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai hal dapat menjadi
penyebab bencana seperti kondisi alam, atau perbuatan manusia. Bencana yang terjadi
akan mengakibatkan kerugian material, kecacatan bahkan kehilangan nyawa. Oleh karena
itu, untuk mencegah timbulnya bencana ataupun dampak buruk akibat terjadinya bencana,
diperlukan pemahaman tentang manajemen bencana.Pokok bahasan yang akan kita
diskusikan didalamnya meliputi konsep dasar manajemen, analisis risiko bencana dan
dampak psikologis bencana (AFFELTRNGER, 2015).
Agar Anda dapat memahami modul ini dengan mudah, maka modul ini dibagi menjadi
tiga (3) topik, yaitu:
2. Reaksi Stres pada Bencana, meliputi: Penanganan terhadap Reaksi Stres, Respon
Psikologis pada Bencana, Dampak Psikologis Pasca Bencana, Prinsip Dasar
Penanganan Masalah Psikologis, Upaya Penanganan Kesehatan Mental
1. Latar belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,
4
hidrologis, serta demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang
disebabkan faktor alam, non alam atau ulah tangan manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta
dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan
nasional. Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan
lempeng Euroasia menjadikan sebgian besar wilayah Indonesia rawan terhadap
bencana alam. Kondisi ini merupakan ancaman yang sulit diprediksi dengan
perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi, berapa kekuatan, bahkan kita
tidak dapat memperkirakan estimasi korban jiwa maupun harta benda. Penilaian
resiko merupakan salah satu unsur dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), selain unsur lingkungan, pengendalian, kegiatan pengendalian, informasi, dan
komunikasi, serta pemantauan pengendalian intern. Resiko mengacu pada
ketidakpastian. Ketidakpastian diartikan sebagai kurangnya pengetahuan dalam
menjelaskan sesuatu atau hasilnya di masa depan dengan banyak kemungkinan hasil.
Sedangakan resiko adalah ketidakpastian yang kemungkinan hasilnya akan berakibat
tidak diinginkan atau mendatangkan kerugian yang signifikan. Meskipun berkonotasi
negatif, resiko bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari melainkan harus
dikelola melalui suatu mekanisme yang dinamakan pengelolaan (manajemen) resiko.
Berdasarkan hasil analisis resiko, selanjutnya dilakukan respon atas resiko dengan
membangun kegiatan pengendalian yang tepat. Kegiatan pengendalian dilakukan
dengan maksud untuk memastikan bahwa respon resiko yang dilakukan sudah
efektif. Ruang lingkup analisis resiko ini mencakup langkah – langkah yang harus
ditempuh dalam pelaksanaan analisis resiko, yang terdiri dari menganalisis resiko –
resiko yang teridentifikasi pada tahap sebelumnya, berdasarkan ukuran kemungkinan
(likehood) dan konsekuensinya (consequences), serta mengevaluasi resiko dengan
mempertimbangkan kriteria resiko, untuk menentukan apakah suatu resiko berada
pada tingkat yang dapat diterima oleh instansi pemerintah atau memerlukan
penanganan lebih lanjut. Namun dalam analisis resiko terlebih dahulu perlu dilakukan
identifikasi resiko, kemudian dilakukan analisis dan evaluasi resiko yang terkait
dengan penetapan tujuan dan sasaran. Manajemen risiko bencana dilakukan dalam
suatu spektrum yang terdiri dari : pencegahan, penjinakan/mitigasi, dan kesiap-
siagaan, kejadian bencana, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekontruksi
(AFFELTRNGER, 2015). Manajemen risiko bencana adalah proses dinamis upaya-
5
upaya penanggulangan bencana yang dilakukan secara menerus, baik melalui
mekanisme eksternal maupun internal. Mekanisme eksternal merupakan mekanisme
penanggulangan yang lebih memobilisasi unsur di luar masyarakat. Penanggulangan
bencana dengan mekanisme internal merupakan mekanisme yang menjadikan
masyarakat sebagai pelaku utama dan sentral. Mekanisme eksternal dilandasi oleh
pemikiran bahwa masyarakat korban masih dapat diberdayakan dan memiliki
keberdayaan. Dari sisi pendekatan cara penanganan bencana dapat dikenal dengan
pendekatan akibat dan pendakatan “sebab”. Penganan bencana dengan pendakatan
“akibat” terutama dilakukan dengan tindakan-tindakan gawat darurat. Upaya ini
cenderung tidak akan menyelesaikan masalah. Oleh karenanya, kita perlu
mempertimbangkan untuk segera melakukan penanganan bencana dengan
pendekatan “sebab”, dengan melakukan pengurangan kerentanan. Karena kerentanan
komunitas sebagai sasarannya, maka manajemen risiko bencana berbasis komunitas
merupakan pilihan yang paling tepat. Pembangunan kemampuan penanganan
bencana ditekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat, khususnya
masyarakat pada kawasan rawan bencana, agar secara dini mampu menekan resiko
ancaman tersebut. Umumnya berpangkal pada tindakan penumbuhan kemampuan
masyarakat dalam menangani dan menekan akibat bencana. Untuk mencapai kondisi
tersebut, lazimnya diperlukan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara
partisipatoris, bersama, oleh dan untuk masyarakat, yaitu: pengenalan jenis bencana,
pemetaan daerah rawan bencana, zonasi daerah bahaya dan prakiraan resiko,
pengenalan sosial budaya masyarakat daerah bahaya, penyusunan prosedur dan tata
cara penanganan bencana, pemasyarakatan kesiagaan dan peningkatan kemampuan,
mitigasi fisik, pengembangan teknologi bencana alam (BNPB, 2015).
2. Rumusan masalah
1. Apa itu analisis resiko bencana ?
2. Apa itu hazard/ Ancaman ?
3. Apa itu vulnerability / Kerentatanan dan macam-macam kerentanan ?
4. Dampak analisis resiko bencana ?
5. Reaksi stress pada bencana ?
6. Penanganan terhadap reaksi stress ?
7. Repon psikologis pada bencana ?
6
8. Dampak psikologis pasca bencana ?
9. Prinsip dasar penanganan masalah psikologis ?
10. Upaya kesehatan mental ?
3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengatahui definisi dari analisis risiko bencana dan definsi
hazard/ ancaman
2. Mahasiswa dapat mengatahui dan paham tentang Dampak analisis resiko bencana
3. Mahasiswa dapat mengatahui Reaksi stress pada bencana dan mengatahui
Penanganan terhadap reaksi stress
4. Mahasiswa dapat memahami respon spikologis dan dampak psikologis pada
bencana
5. Mahasiswa dapat mengatahui prinsip dasar penaganan masalah psikologis dan
upaya kesehatan mental.
BAB II
7
TINJAUN MATERI
Bila bencana terjadi di suatu wilayah tertentu, maka banyak dampak buruk
yang dapat dialami oleh masyarakat. Untuk mengurangi dampak bencana, kita harus
dapat menilai risiko bencana sebagai tindakan antisipasi sebelum terjadi bencana.
Risiko bencana yang terjadi pada tiap daerah berbeda, tergantung penyebab dan
kerentanan serta kemampuan masyarakat di daerah tersebut. Di bawah ini akan
dipaparkan berbagai hal terkait dengan risiko bencana. Mari kita simak bersama-
sama (ISDR, 2016).
B. Hazard/Ancaman
Berbagai sumber mendefinisikan pengertian Hazard, antara lain :
a. Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. (BNPB,
2015)
b. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu
menjadi bencana.
c. Sumber bahaya, suatu peristiwa yang hebat, atau kemungkinan menimbulkan
kerugian atau korban manusia. (DIRJEN YANMEDIK, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hazard adalah
sesuai yang dapat menjadi ancaman bagi manusia saat terjadi bencana. Hazards
dapat mengganggu kehidupan manusia khususnya penduduk yang mudah
terserang bencana dan bahaya tersebut dapat menyebabkan bahaya bagi harta
benda seseorang kehidupan dan juga kesehatan. Hazard menjadi penyebab
terjadinya bencana. Namun bukan berarti jika ada hazard maka akan terjadi
bencana. Contohnya, jika badai angin ataupun angin topan dengan kekuatan
yang sama melanda wilayah yang tidak ada penghuninya, hal itu tidak dapat
dianggap sebagai bencana karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan
penduduk. Oleh karena itu, terjadinya bencana harus dipikirkan hubungan
antara hazard dengan tempat terjadinya hazard dan tempat hidup orang-orang.
Lalu, yang menjadi permasalahannya di sini adalah tempat hidup dan
kerentanan (vulnerability) masyarakat.
8
Hazard Kerentanan Masyarakat
Bencana
Fenomena alam
ulahPeristiwa
C. Vulnerability/Kerentanan
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan rumah,
jalan,jembatan bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya
tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai
dan sebagainya.
b. Kerentanan Ekonomi
9
menentukan tingkat kerenta nan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya
masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan
terhadap bahaya, karena tidak mempunyai.
c. Kerentanan Sosial
d. Kerentanan Lingkungan
D. Capability/ kemampuan
10
E. Risiko (Risk)
Ancaman
11
Kekuatan Kerentanan
Dampak bencana
Mari kita perhatikan gambar diatas. Tiga gambar lingkaran yang saling bersentuhan
menunjukkan faktor risiko bencana. Bila satu lingkaran, misalnya lingkaran ‘ancaman’
diperbesar gambarnya, maka daerah pertemuan tiga lingkaran yang menggambarkan dampak
bencana, akan semakin luas. Artinya, semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka
semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana.
G. Reaksi Stres Pada Bencana
12
dengan peristiwa bencana. Hasil studi kasus yang dikumpulkan oleh dokter
kesehatan mental yang telah bergulat dalam banyak kegiatan bencana melaporkan
bahwa reaksi biopsikososial setelah bencana yang terjadi pada individu dan
komunitas berbentuk pola yang dapat diramalkan secara relatifantara 18 sampai
dengan 36 bulan sejak terjadinya bencana.
Dalam keadaan biasa, reaksi stres pada bencana dapat dikatakan
diklasifikasikan ke dalam empat dimensi yaitu dimensi mental/perasaan, fisik,
pemikiran, dan perilaku.Berikut di bawah ini adalah uraiannya. Mari kita simak.
(BNPB, 2015).
1. Reaksi Stres Emosional
Reaksi stress pada bencana yang dapat dilihat dari aspek emosional meliputi:
lumpuh mental, gangguan tidur, ingat kembali rasa ketakutan, ketakutan merasa
sendiri, merasa asing, gelisah depresi, marah, rasa berdosa karena bertahan
hidup.
2. Reaksi StresFisik
Reaksi stress fisik pada bencana ditunjukan dengan keluhan seperti: sakit kepala,
lemas di kaki – tangan, merasa lelah, tenggorokan serak, nyeri otot, nyeri dada,
mual, diare, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan, menggigil, kepala terasa
panas, kedinginan, gemetar, pusing serasa berputar, kesemutan, alergi, influenza.
Ini menunjukkan berbagai macamreaksi stress fisik. Dari gejala-gejala di atas
ini, dapat dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut dapat menyebar ke seluruh
tubuh.
Reaksi stress kognitif pada bencana antara lain: susah berkonsentrasi, daya
pikirnya lumpuh, kacau, apatis, kehilangan ingatan jangka pendek, kemampuan
mengambil keputusan dan pertimbangan menurun, tidak dapat menentukan
pilihan dan urutan prioritas.
13
laku yang berlebihan/kekerasan, menarik diri dari pergaulan sosial (menyendiri),
frekuensi minum minuman keras dan rokok meningkat, berperilaku seperti anak
kecil, berkelahi, bermasalah dengan anggota keluarga, terisolasi dari
masyarakat/komunitas, anoreksia (mnolak makan dan bulimia (makan
berlebihan). Ini menunjukkan berbagai macam reaksi stres perilaku. Begitu
banyaknya reaksi stress pada bencana, maka kita sebagai perawat harus dapat
membantu mengatasi masalah para korban bencana. Berikut adalah uraian
tentang penanganan terhadap reaksi stress.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah stress pada
bencana (ISDR, 2016) yaitu:
5. Mencari kesenangan/hobi
7. Gizi seimbang
Gambar 4.10 di atas memperlihatkan berbagai respon psikologis terkait bencana dari
fase sebelum bencana sampai dengan setelah bencana. Respon psikologis individu dan
masyarakat terkait bencana melewati fase predisaster, impact/inventory, Heroik,
Honeymoon, disillusionment dan reconstruction (DIRJEN YANMEDIK, 2014). Mari kita
ikuti penjelasan di bawah ini.
Situasi ini terjadi bila individu mengalami gangguan mental karena trauma
atau stress seperti PTSD (Post Traumatic Sindrome Disorder), depresi, cemas
menyeluruh, fobia, dan gangguan disosiasi. Gangguan tingkah laku dan mental
yang berat ini jika tidak dilakukan intervensi sistemik akan mudah menyebar.
Keadaan ini membutuhkan dukungan mental dan penanganan oleh mental
health professional.
Para peserta didik, uraian diatas memberikan kita gambaran bahwa respon
psikologis pasca bencana bisa terjadi pada siapa saja, dari intensitas ringan
sampai berat. Kita sebagai perawat, merupakan kelompok terbesar dari tenaga
kesehatan berkomitmen,sering bekerja dalam situasi sulitdengan sumber daya
terbatas, memainkan peran penting ketika bencana terjadi, menjabat sebagai
responden pertama, petugas triase dan penyedia layanan, koordinator perawatan
dan jasa, penyedia informasi atau pendidikan, dan konselor. Namun, sistem
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada situasi bencana hanya berhasil bila
17
perawat memiliki kompetensi atau kemampuan untuk secara cepat dan efektif
merespon bencana.
Tersedianya akses terhadap informasi yang bisa dipercaya dan terus menerus
mengenai bencana dan upaya-upaya yang berkaitan, memelihara budaya dan
acara-acara keagamaan seperti upacara pemakaman, tersedianya akses sekolah
dan aktivitas rekreasi normal untuk anak-anak dan remaja, partisipasi dalam
komunitas untuk orang dewasa dan remaja, keterlibatan jaringan sosial untuk
18
orang yg terisolasi seperti anak yatim piatu, bersatunya kembali keluarga yang
terpisah, shelter dan organisasi komunitas untuk yang tidak punya tempat tinggal,
keterlibatan komunitas dalam kegiatan keagamaan dan fasilitas masyarakat
lainnya.
1. Population
Jurnal 1
korban bencana tsunami di anyer terutama pada pada masyarakat rentan yaitu anak-anak,
perempuan dan Lansia
jurnal 2
5 partisipan
Jurnal 3
Jurnal 1
Jurnal 2
Terapi zikir yang merupakan upaya perlakuan yang mencakup aktivitas mengingat,
meyebut nama,dan keagunan Allah SWT secara berulang,yang disertai
kesadaran akan Allah SWT dengan tujuan untuk menyembuhkan keadaan
patologis
19
Jurnal 3
Jurnal 1
Tidak ada
Jurnal 2
Tidak ada perbandingan intervensi namun ada perbedaan signifikan yaitu perbedaan
tingkat PTSD antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Jurnal 3
Tidak ada
4. Out come
Jurnal 1
Manfaatnya membentuk sikap positif dan memunculkan energy positifi dari diri anak,
sehingga dapat menghilangkan rasa takutnya tersebut akan bencana yang akan datang
Jurnal 2
Keuntugan penerapan terapi zikir adalah mampu menenangkan jiwa mereka saat
menjalani rehabilitasi dari ketidaktenangan dan ketakutan akan masa depan dan
tidak diterima oleh lingkungan sosialnya suatu saat nanti
Jurnal 3
Manfaatnya memberi makna bagi klien yang mengalami trauma dan memberi
20
makna bagi konselor yang membantu mengatasi trauma kliennya
5. Time
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3
Ragkuman research
22
Traumatic eksperimen 2 kali pertemuan, sesi yang dibagi pelatihan
Stress dengan masing-masing dalam dua zikir
Disorder membagi berdurasi 120 kali pertemuan, secara nyata
(PTSD) subjek menit dan edukasi yaitu sesi efektif
pada penelitian ke bencana alam perkenalan, menurunkan
Penyintas dalam diberikan 1 problematika PTSD pada
Tsunami Palu kelompok kali pertemuan hidup, edukasi penyintas
eksperimen dan berdurasi 90 menit terkait masalah, tsunami Palu
kelompok sharing 2018
kontrol inspirator,
pentingnya
zikir, refleksi,
edukasi kalimah
toyyibah,
keutamaan
zikir,
mempraktikkan,
serta terminasi.
3. Konseling Penelitian ini Memberikan konselin memberi makna Dapat
traumatik: menggunakan traumatic dimana bagi klien yang disimpulkan
sebuah metode konseling traumatik mengalami bahwa
strategi guna pendekatan adalah upaya konselor trauma dan memeberikan
mereduksi persuasive untuk membantu klien memberi makna konselin
dampak yang mengalami pula bagi traumatic
psikologis trauma melalui proses konselor yang dapat
korban hubungan pribadi membantu membantu
bencana alam sehingga klien dapat mengatasi klien yang
memahami diri trauma mengalami
sehubungan dengan kliennya. trauma
masalah trauma yang melalui
dialaminya dan proses
berusaha untuk hubungan
mengatasinya sebaik pribadi
23
mungkin. Tujuan sehingga
konseling traumatik klien dapat
adalah untuk memahami
mengadakan diri
perubahan perilaku sehubungan
pada klien sehignga dengan
memungkinkan masalah
hidupnya lebih trauma yang
produktif dan dialaminya
memuaskan, lebih dan berusaha
menekankan pada untuk
pulihnya kembali mengatasinya
klien pada keadaan sebaik
sebelum trauma dan mungkin
mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan
lingkungan yang baru
24
Critical analysis
26
yang baru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.Bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.Bencana karena peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas. Kesimpulan yang dapat diambil diantaranya
adalah:
1) Ancaman atau hazard adalah suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah
manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan
jiwa manusia.
5) Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan risiko bencana, antara lain
ancaman, kerentanan, kemampuan atau kekuatan.
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/mimbar/article/view/372/294
https://scholar.google.co.id/scholar?
start=40&q=terapi+relaksasi+pasca+bencana&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p
%3DwG81_N2NHO8J
http://repository.uki.ac.id/2714/1/
BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJEMENGAWATDARURAT.pdf
30