Lapsus Fix
Lapsus Fix
OTITIS EKSTERNA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Madya
Disusun oleh:
Roby Firdiansyah D
20710138
Dosen Pembimbing:
dr. Indah Yuliarini, Sp.THT-KL
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Penyakit THT-KL yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Case report ini membahas terkait tentang Otitis Eksterna pada pasien RSUD
Syamrabu serta membahas terkait definisi, epidemiologi, patofisiologi,
klasifikasi, penatalaksanaan Otitis Eksterna.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan
pengembangan penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna di fusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur (Soepardi, 2020).
Otitis Eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi jamur, bakteri, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau
asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun (Soepardi, 2020).
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear,
adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat
sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga (Soepardi, 2020).
1
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
I. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Suku : Madura
Alamat :
Kokop, Bangkalan
Tanggal Pemeriksaan : 10
November 2022
II. Anamnesis
1) Keluhan Utama
Nyeri telinga kiri
3
4
Pemeriksaan
Telinga
(-), ),otorhea(+)
putih mutiara,
koleastetoma (-)
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Tenggorok
(-).
7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-).
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal
atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi akan menurun. Pada
keadaan yang udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
(Kaya, 2018)
9
10
berjalan lurus. Dari liang luar struktur ini berjalan ke atas dengan arah anterior,
kemudian membelok sedikit ke posierior (masih berjalan ke atas) dan akhirnya
membelok lagi ke arah anterior dan sedikit turun. (Dhingra, 2008)
3.3 Epidemiologi
Otitis eksterna adalah kondisi umum dan dapat terjadi pada semua
kelompok usia. Otitis eksterna jarang terjadi pada pasien yang berusia di bawah 2
tahun. Puncak kejadian OE sekitar usia 7-14 tahun. Sekitar 10% orang akan
menderita otitis eksterna selama hidup mereka, dan sebagian besar kasus (95%)
bersifat akut. Perbedaan gender tidak mempengaruhi kejadian otitis eksterna,
Mayoritas kasus terjadi selama musim panas dan di iklim tropis, hal ini berkaitan
dengan peningkatan kelembapan (Kemenkes RI, 2014).
3.4 Etiologi
OE paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietas nya antara lain
otitis eksterna oleh jamur (otomycosis). Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE
11
disebabkan oleh karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga menemukan bahwa
sebanyak 40% kasus OE tidak memiliki mikroorganisme primer sebagai agen
penyebab. Bakteri penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas spesies
(38% dari semua kasus), Staphylococcus spesies, dan anaerob dan organisme
gram negative (Soepardi, 2020).
3.5 Patogenesis
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur (Sarv, 2018).
1. Otalgia.
2. Gatal-gatal (pruritus).
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada tahap
awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan
daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi.
6. Tinnitus.
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukansekret / cairan
berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebutberbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus17 dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah
dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya
berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga
15
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna
(Carfrae, 2018).
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara (Jeon, 2018).
3.7 Klasifikasi
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan
insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid.
Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes melitus.
Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari daun telinga.
Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal menunjukkan eritema
ringan dan edema minimal. Tampak adanya sekret yang terlihat pada CAE.
Rasa sakit dan gatal meningkat.
18
tahap sedang, CAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal lebih
banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan
peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen CAE. Banyaknya
eksudat purulen dan edema pada kulit CAE memungkin mengaburkan
gambaran membran timpani. Pseudomonas aeruginosa atau lain basil
gram negatif hampir selalu dapat dikultur pada tahap ini .
3. Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa.
Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan concha sering
menunjukkan perubahan sekunder, seperti eczematization, lichenification,
dan ulserasi dangkal.
Otomikosis
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 33
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif
3.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut (Vennewald, 2020):
Otalgia
20
b. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut (Vennewald,
2020):
Nyeri tekan tragus
Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
Discharge purulen
Eczema dari daun telinga
Adenopati Periauricular dan servikal
Demam (jarang)
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.
3.9 Tatalaksana
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus
(Wipperman, 2017).
OTITIS EKSTERNA
Terapi gagal
umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka
terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit. Hal ini
paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.Komplikasi
akibat radioterapi menyebabkan komplikasi dini biasanya terjadi selama atau
beberapa minggu setelah radioterapi seperti xerostomia (Mual- Muntah),
mukositis (Anoreksia, Dermatitis, Hiperpigmentasi, eritema dan komplikasi
berlanjut biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi seperti
telangiectasis pada kulit, fibrosis pada paru dan saluran cerna, anemia aplastic
pada system hemopoetik, myelitis, kontraktur, dll (Scmuilowicz, 2018)..
3.11 Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik (Scmuilowicz,2018)..
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 23 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada telinga kiri, sejak 1 minggu terakhir, selain itu pasien juga mempunya
keluhan gatal, sakit kepala dan penurunan pendengaran.
Diagnosis otitis eksterna difusa auricula sinistra ditegakkan berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis tergambar mengenai
etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis terutama meliputi keluhan
utama berupa nyeri serta keluar cairan dari telinga.. Dari pemeriksaan fisik
mengonfirmasi adanya edema serta hiperemi pada meatus akustiskus eksterna,
mimbran timpani yang sulit dievalusi. Sedangkan pada auricula dextra ditemukan
adanya serumen.
Maka dari itu anjuran tidakan selanjutnya yaitu dilakukannya ear toilet,
pemberian antibiotik kortikosteroid yakni otilon 3 tetes 4x sehari, serta analgesik
natrium diclofenac 2x50 mg.
24
BAB V
KESIMPULAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Otitis eksterna ini dibagi menjadi
otitis eksterna akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna dufus),
otomikosis, herpes zoster otikus, dan otitis eksterna kronis (otitis eksterna
malignan). Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek. Faktor predisposisi
OE adalah keadaan udara yang hangat dan lembab akan memudahkan
pertumbuhan bakteri dan jamur, pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi
kapas juga dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun
kronik. Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh
(fullness) di liang telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi,
tinnitus, discharge dan otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat
membuka mulut, infiltrat dan abses (bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak)
pada liang telinga. Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan: membuang serumen,
kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme,
mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema, menghilangkan rasa tidak enak,
memulihkan pendengaran, menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Carfrae, M.J. and Kesser, B.W., 2018. Malignant otitis externa. Otolaryngologic
Clinics of North America, 41(3), pp.537-549.
Dhingra. 2008. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery
Seventh Editiion. Elsevier
Dickson, E., 2018. Otitis externa. InnovAiT, 11(6), pp.298-304.
Gross, M. and Eliashar, R., 2018. Otolaryngological aspects of orofacial pain.
Orofacial pain and headache, p.91.
Jeon, Y. and Lee, H., 2018. Ramsay hunt syndrome. Journal of dental
anesthesia and pain medicine, 18(6), p.333.
Kaya, İ., Sezgin, B., Eraslan, S., Öztürk, K., Göde, S., Bilgen, C., & Kirazlı, T.
(2018). Malignant otitis externa: a retrospective analysis and treatment
outcomes. Turkish archives of otorhinolaryngology, 56(2), 106.
Kemenkes RI,. (2014). Peraturan menteri kesehatan nomor 5 tahun 2014.
tentang. panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Mendoza, N., Arora, A., Arias, C.A., Hernandez, C.A., Madkam, V. and Tyring,
S.K., 2019. Cutaneous and subcutaneous mycoses. In Clinical Mycology
(pp. 509-523). Churchill Livingstone.
Sarv, C.O.L.M., Malignant External Otitis-Case Report. 2018
Szmuilowicz, J., & Young, R. (2018). Infections of the Ear. Ear, Nose, and
Throat Emergencies, An Issue of Emergency Medicine Clinics of North
America, E-Book, 37(1), 1.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2020. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI Edisi Ketujuh Cetakan ke 8. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Vennewald, I. and Klemm, E., 2020. Otomycosis: diagnosis and treatment.
Clinics in dermatology, 28(2), pp.202-211.
Wiegand, S., Berner, R., Schneider, A., Lundershausen, E. and Dietz, A., 2019.
Otitis externa: investigation and evidence-based treatment. Deutsches
Ärzteblatt International, 116(13), p.224.
Wipperman, J., 2017. Otitis externa. Primary Care: Clinics in Office Practice,
41(1), pp.1-9.
Yusuf, Muhtarum. (2016). Pedoman Praktis Klinis Telinga Hidung Tenggorok.
Surabaya : Airlangga University Press.