Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Madya

Disusun oleh:
Roby Firdiansyah D
20710138
Dosen Pembimbing:
dr. Indah Yuliarini, Sp.THT-KL

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT THT-KL


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA
2022
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................. ii


Kata Pengantar ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ......................................................................................... 2
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Identitas ........................................................................................ 3
2.2 Anamnesis .................................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 5
2.4 Diagnosis Banding ......................................................................... 8
2.5 Diagnosa Kerja ................................................................................ 8
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................... 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi ............................................................................................ 9
3.2 Anatomi .......................................................................................... 9
3.3 Epidemiologi .................................................................................. 10
3.4 Etiologi........................................................................................... 10
3.5 Patogenesis .................................................................................... 11
3.6 Gejala Klinis .................................................................................. 13
3.7 Klasifikasi ..................................................................................... 14
3.8 Diagnosis ....................................................................................... 19
3.9 Tatalaksana .................................................................................... 20
3.10 Komplikasi ................................................................................... 21
3.11 Prognosis ..................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Penyakit THT-KL yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.

Case report ini membahas terkait tentang Otitis Eksterna pada pasien RSUD
Syamrabu serta membahas terkait definisi, epidemiologi, patofisiologi,
klasifikasi, penatalaksanaan Otitis Eksterna.

Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan
pengembangan penyelesaian laporan selanjutnya.

Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bangkalan, 12 November 2022

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran


pendengaran bagian luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini
merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur.
Otitis eksterna ( OE ) biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit saluran
telinga (paling sering disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus
aureus, tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi jamur
(Soepardi, 2020).

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna di fusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur (Soepardi, 2020).

Otitis Eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi jamur, bakteri, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau
asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun (Soepardi, 2020).

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear,
adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat
sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga (Soepardi, 2020).

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja definisi, epidemiologi dan anatomi dari Otitis Eksterna?


2. Bagaimana patofisiologi, klasifikasi, faktor resiko dan diagnosis dari Otitis
Eksterna?
3. Bagaimana penatalaksanaan Otitis Eksterna?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi, epidemiologi dan anatomi dari Otitis


Eksterna?
2. Mengetahui dan memahami bagaimana patofisiologi, klasifikasi, faktor
resiko dan diagnosis dari Otitis Eksterna?
3. Mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan Otitis Eksterna?

1.4 Manfaat

Menambah wawasan mengenai penyakit THT KL khususnya Otitis Eksterna


sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit THT KL.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Suku : Madura
Alamat :
Kokop, Bangkalan

Tanggal Pemeriksaan : 10
November 2022

II. Anamnesis
1) Keluhan Utama
Nyeri telinga kiri

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli THT RS SYAMRABU, pasien
mengeluhkan telinga kiri terasa nyeri sejak 1 minggu terakhir.
Keluhan nyeri telinga ini hilang timbul, pada malam hari dirasa lebih
nyeri hingga mengganggu waktu tidur pasien. Pasien sudah meminum
obat antinyeri, keluhan dirasa berkurang akan tetapi 6-10 jam
kemudian keluhan kembali muncul. Selain itu pasien juga
mengeluhkan gatal pada telinga kirinya, gatal sudah sekitar 1 minggu
terakhir dan hilang timbul. Saat keluhan nyeri dan gatal ini muncul
pasien mengorek-ngorek telinganya, keluhan tetap tidak membaik,
tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Saat telinga nyeri, kepala
pasien menjadi sakit atau pusing. Skala nyeri 8/10. Pasien juga

3
4

mengeluhkan pendengaran menurun, batuk pilek disangkal.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa :-


- Riwayat kencing manis :-
- Riwayat penyakit jantung :-
- Riwayat penyakit paru :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat Trauma :-
- Riwayat sakit gigi :-
- Riwayat gigi berlubang :-
4) Riwayat Penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat kencing manis :-
- Riwayat penyakit jantung :-
5) Riwayat Alergi :-
6) Riwayat Pengobatan : Sudah berobat ke
puskesmas 1 minggu yang lalu.
7) Riwayat Dirawat :-

8) Riwayat Kebiasaan : pasien


sering membersihkan telinga dengan cuttonbut
9) Riwayat Sosial : bekerja
sebagai wiraswasta yakni sopir, lalu hidup dengan
aktivitas sosial lokal Madura

III. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan Umum :
5

Kesan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15: E4V5M6)
Status Gizi : Cukup
2. Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
Suhu :-
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 :-
3. Status Lokalis

Pemeriksaan
Telinga

No. Pemeriksaan AuriculaDextra AuriculaSinistra


Telinga
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (- Nyeri tekan (+), edema (-
) )
2. Daun telinga : Bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran

aurikula, preaurikuer, telinga dalam batas telinga dalam batas

retroaurikuler. normal, lesi pada kulit normal,lesi pada kulit

(-), hematoma (- (-), hematoma (-

),massa (-), fistula (-), ),massa (-), fistula (-),


nyeri nyeri

tarik aurikula (-). tarik aurikula (+).


3. Liang telinga (MAE) Serumen (+), Serumen (-), hiperemis

hiperemis (-), edema (+), edema(+),furunkel(-

(-), ),otorhea(+)

furunkel (-),otorhea (-).


6

Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), sde


4.
hiperemi (-), intak (+),

cone of light (+), warna

putih mutiara,

koleastetoma (-)

Pemeriksaan Hidung

Inspe Nasal Dextra Nasal Sinistra


ksi
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi Bentuk (N), inflamasi
(-), (-),

deformitas (-), massa (-) deformitas (-), massa (-)


Rinoskopi Anterior :
Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (N), mukosa pucat Bentuk (N), mukosa edem
(-), (-)

hiperemi (-), sekret (-),hiperemi (-), sekret (-)

Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-),


sekret
sekret (-), massa (-)
(-), massa (-), darah (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda Deviasi (-), benda asing
asing(-), (-),

perdarahan (-), ulkus (-),


perdarahan(-),
mukosa normal. ulkus (-),mukosa no
Konka nasi inferior Hipertrofi (-),hiperemia Hipertrofi (+), hiperemia
(-), (-),

edema (-) edema (-)


7

Pemeriksaan Tenggorok

No. Pemeriksaa Keterangan


n
1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda

2. Mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda

3. Mukosa Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)

4. Gigi Warna mukosa gusi merah muda, hiperemi (-).

5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).

6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran

(-).
7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-).

8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-), granul (-

),sekret (-), reflex muntah (+).


9. Tonsila Palatina Kanan : Hiperemi (-), permukaan rata (+), ukuran T1,

kripte melebar (-), detritus (-)

Kiri : Hiperemi (-) ,permukaan rata (+), ukuran T1, kripte

melebar (-), detritus (-)

IV. Diagnosis Banding


Otitis Eksterna Sirkumskripta Auricula Sinistra
V. Diagnosis
Otitis Eksterna Difusa Auricula Sinistra + Serumen Obsturan
Auricula Dextra
VI. Planning Penatalaksanaan
-Pembersihan MAE : kapas kering, suction clearance
8

-Antibiotik topical yang mengandung kortikosteroid : otilon 3 tetes


4xsehari
-Analgesik : Natrium diclofenac 2 x 50 mg
-Hindari predisposisi
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Otitis Eksterna

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal
atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi akan menurun. Pada
keadaan yang udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
(Kaya, 2018)

3.2 Anatomi dan Histologi MAE

Meatus acusticus externus terbentang dari bagian terdalam concha


auriculae sampai membrana timpani (gendang telinga). berjarak kurang kebih 1
inci (2.5 cm). Dindingnya terdiri dari tulang rawan dan tulang. Sepertiga
lateralnya dibentuk oleh perluasan tulang rawan dari sejumlah. Tulang rawan
auricula dan 2/3 bagian medialnya merupakan saluran tulang pada tulang
temporal. Seluruh panjang meatus acusticus externus tertutup oleh kulit, yang di
beberapa bagian terdapat rambut dan glandula sudorifera yang mengalami
modifikasi dan memproduksi serumen (kotoran telinga). Diameternya bervariasi.
lebih lebar di lateral dan menyempit di medial. Meatus acusticus externus tidak

9
10

berjalan lurus. Dari liang luar struktur ini berjalan ke atas dengan arah anterior,
kemudian membelok sedikit ke posierior (masih berjalan ke atas) dan akhirnya
membelok lagi ke arah anterior dan sedikit turun. (Dhingra, 2008)

Meatus acusticus externus terbentang dari lubang auricula ke membrana


timpani (gendang telinga). Potongan dinding ini di sepertiga luar meatus acusticus
memperlihatkan lapisan kulit yang mengandung folikel rambut kecil (F), kelenjar
sebasea (SG) dan kelenjar keringat apokrin termodifikasi yang disebut kelenjar
seruminosa (CG). Sekresi dari kedua kelenjar membentuk suatu produk kuning
berminyak atau menyerupai lilin yang disebut serumen (Dhingra, 2008).

3.3 Epidemiologi
Otitis eksterna adalah kondisi umum dan dapat terjadi pada semua
kelompok usia. Otitis eksterna jarang terjadi pada pasien yang berusia di bawah 2
tahun. Puncak kejadian OE sekitar usia 7-14 tahun. Sekitar 10% orang akan
menderita otitis eksterna selama hidup mereka, dan sebagian besar kasus (95%)
bersifat akut. Perbedaan gender tidak mempengaruhi kejadian otitis eksterna,
Mayoritas kasus terjadi selama musim panas dan di iklim tropis, hal ini berkaitan
dengan peningkatan kelembapan (Kemenkes RI, 2014).

3.4 Etiologi
OE paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietas nya antara lain
otitis eksterna oleh jamur (otomycosis). Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE
11

disebabkan oleh karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga menemukan bahwa
sebanyak 40% kasus OE tidak memiliki mikroorganisme primer sebagai agen
penyebab. Bakteri penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas spesies
(38% dari semua kasus), Staphylococcus spesies, dan anaerob dan organisme
gram negative (Soepardi, 2020).

Faktor Resiko penyakit otitis eksterna antara lain :

 Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds,


ujung jari atau alat lainnya
 Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis
eksterna.
 Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan
merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
 Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna
rambut yang bisa membuat iritasi, yang memungkinkan bakteri dan
jamur untuk masuk
 Kanal telinga sempit
 Infeksi telinga tengah
 Diabetes.

Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus adalah patogen


tersering yang menjadi penyebab otitis eksterna. Otitis eksterna juga dapat terjadi
sebagai infeksi polimikroba, dan jarang disebabkan oleh infeksi jamur seperti
Candida atau Aspergillus. Berbagai faktor resiko dapat mempengaruhi pasien
untuk berkembangnya OE. Berenang adalah salah satu faktor risiko yang paling
umum, dan meningkatkan risiko lima kali lipat jika dibandingkan dengan orang
yang bukan perenang. Faktor risiko lainnya termasuk kelembaban, Trauma
(penggunaan cotton bud, earplug, alat bantu dengar), Kondisi dermatologis seperti
eksim dan psoriasis Saluran telinga luar yang sempit, Obstruksi saluran telinga
(obstruksi serumen, benda asing) Radioterapi atau kemoterapi, dan stres
psikologis (Soepardi, 2020).
12

3.5 Patogenesis
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur (Sarv, 2018).

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan


berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus
eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan
pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal (Wiegand, 2019).

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh (Mendoza, 2019):


a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
13

• Serumen bersifat asam (pH 4-5) →mcegah ptumbuhan bakteri&jamur jg mcegah


kerusakan kulit
• Biasanya trauma lokal mendahului
• Terkena air yang berlebihan mengurangi jumlah serumen yg akan membuat kanal
kering dan pruritus.
 Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud terlalu sering bisa mendorong sel-
sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.

Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang, kulit pada
saluran telinga menjadi basah sehingga mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur

 Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata
didalam mudahnya terjadinya infeksi telinga luar

Stratum korneum menyerap kelembaban dari lingkungan

suhu yang tinggi ,kelembaban yang tinggi (berenang)

Peningkatan kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit apopilo sebasea

menunjang pembengkakan & pyumbatan folikel

berkurangnya aliran serumen kepermukan kulit

Serumen bsifat asam (pH 4-5) → mencegah pertumbuhan bakteri & jamur juga mencegah
kerusakan kulit→kalau berkurang tidak ada yang mencegah

Gatal
Garuk/cedera

invasi organisme eksogen melalui permukaan superficial epidermis yang biasanya
resisten terhadap bakteri
14

3.6 Gejala Klinis


Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia).
Gejala dan tanda pasien otitis eksterna selengkapnya (Dickson, 2018).

1. Otalgia.
2. Gatal-gatal (pruritus).
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada tahap
awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan
daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi.
6. Tinnitus.
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukansekret / cairan
berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebutberbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus17 dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah
dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya
berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga
15

akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna
(Carfrae, 2018).

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan


pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara (Jeon, 2018).

3.7 Klasifikasi

Otitis eksterna diklasifikasikan atas (Yusuf, 2016) :

1. Otitis eksterna akut :


 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
 Otitis eksterna difus
2. Otitis eksterna kronik

1. Otitis eksterna akut


Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di


liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
16

furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta:

 Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan
insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
 Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid.
Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
 Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes melitus.

Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit
liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
17

obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika


sistemik.

Menurut Senturia HB (1980) otitis ekterna dibagi menjadi 3 stadium :


1. Preinflamasi
Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi
edematous karena hilangnya lapisan lipid pelindung canalis akustikus
eksternus, sehingga menyumbat unit apopilosebaceous. proses obstruksi
terus berlanjut, rasa penuh dan gatal telinga dimulai. Terganggunya lapisan
epitel memungkinkan invasi bakteri yang baik berada di CAE atau benda
asing dari luar masuk ke dalam saluran, seperti kapas atau kuku kotor.

2. Inflamasi akut (ringan/sedang/berat)

Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari daun telinga.
Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal menunjukkan eritema
ringan dan edema minimal. Tampak adanya sekret yang terlihat pada CAE.
Rasa sakit dan gatal meningkat.
18

tahap sedang, CAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal lebih
banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan
peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen CAE. Banyaknya
eksudat purulen dan edema pada kulit CAE memungkin mengaburkan
gambaran membran timpani. Pseudomonas aeruginosa atau lain basil
gram negatif hampir selalu dapat dikultur pada tahap ini .

tahap berat, terjadi perluasan infeksi di luar CAE dengan melibatkan


kelenjar getah bening didaerah leher.

3. Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa.
Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan concha sering
menunjukkan perubahan sekunder, seperti eczematization, lichenification,
dan ulserasi dangkal.

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di


daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan
juga kandida albikans atau jamur lain.

Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 33

Gambar 2. Otitis eksterna akut


19

2. Otitis eksterna kronik


Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.

Gambar 3. Otitis eksterna kronik

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.

2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif

3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema


positif.

3.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut (Vennewald, 2020):
 Otalgia
20

 Rasa penuh ditelinga


 Gatal
 Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi
dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
 penurunan pendengaran
 tinnitus
 Demam (jarang)
 Gejala bilateral (jarang)

b. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut (Vennewald,
2020):
 Nyeri tekan tragus
 Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
 Discharge purulen
 Eczema dari daun telinga
 Adenopati Periauricular dan servikal
 Demam (jarang)
 Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

3.9 Tatalaksana
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus
(Wipperman, 2017).

 Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal


dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas
21

di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan


efektivitas dari obat topikal.

 Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH


dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid
(untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen
antijamur.

 Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan


penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif,
campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam
asetat dapat digunakan.

 Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur


ke agen acidifying dan kortikosteroid.

 Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi,


diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi
infeksi di luar saluran telinga.

 Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat


dimasukkan ke dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara
langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang
dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-
72 jam setelah insersi.

 Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya


perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon,
dengan atau tanpa steroid).
22

OTITIS EKSTERNA

Pertimbangkan mengambil Evaluasi secara rutin


sampel dalam 5-7 hari jika
imunocompromized
atau diabetes, gejala
memburuk, gejala
TERAPI tidak hilang dalam 1
minggu
Edukasi+ analgetika+ tetes
telinga topical+/-
menghilangkan debris

Rujuk ke THT jika:

Terapi gagal

Gejala dan tanda yang berat

Kemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing

Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna


3.10 Komplikasi
Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan
yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis
terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi,
pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang
general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul di antara
perikondrium dan tulang rawan dibawahnya (Scmuilowicz, 2018).
Selulitis
Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi
23

umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka
terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit. Hal ini
paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.Komplikasi
akibat radioterapi menyebabkan komplikasi dini biasanya terjadi selama atau
beberapa minggu setelah radioterapi seperti xerostomia (Mual- Muntah),
mukositis (Anoreksia, Dermatitis, Hiperpigmentasi, eritema dan komplikasi
berlanjut biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi seperti
telangiectasis pada kulit, fibrosis pada paru dan saluran cerna, anemia aplastic
pada system hemopoetik, myelitis, kontraktur, dll (Scmuilowicz, 2018)..

3.11 Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik (Scmuilowicz,2018)..
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 23 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada telinga kiri, sejak 1 minggu terakhir, selain itu pasien juga mempunya
keluhan gatal, sakit kepala dan penurunan pendengaran.
Diagnosis otitis eksterna difusa auricula sinistra ditegakkan berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis tergambar mengenai
etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis terutama meliputi keluhan
utama berupa nyeri serta keluar cairan dari telinga.. Dari pemeriksaan fisik
mengonfirmasi adanya edema serta hiperemi pada meatus akustiskus eksterna,
mimbran timpani yang sulit dievalusi. Sedangkan pada auricula dextra ditemukan
adanya serumen.
Maka dari itu anjuran tidakan selanjutnya yaitu dilakukannya ear toilet,
pemberian antibiotik kortikosteroid yakni otilon 3 tetes 4x sehari, serta analgesik
natrium diclofenac 2x50 mg.

24
BAB V
KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Otitis eksterna ini dibagi menjadi
otitis eksterna akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna dufus),
otomikosis, herpes zoster otikus, dan otitis eksterna kronis (otitis eksterna
malignan). Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek. Faktor predisposisi
OE adalah keadaan udara yang hangat dan lembab akan memudahkan
pertumbuhan bakteri dan jamur, pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi
kapas juga dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun
kronik. Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh
(fullness) di liang telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi,
tinnitus, discharge dan otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat
membuka mulut, infiltrat dan abses (bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak)
pada liang telinga. Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan: membuang serumen,
kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme,
mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema, menghilangkan rasa tidak enak,
memulihkan pendengaran, menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang.

25
26

DAFTAR PUSTAKA
Carfrae, M.J. and Kesser, B.W., 2018. Malignant otitis externa. Otolaryngologic
Clinics of North America, 41(3), pp.537-549.
Dhingra. 2008. Disease of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery
Seventh Editiion. Elsevier
Dickson, E., 2018. Otitis externa. InnovAiT, 11(6), pp.298-304.
Gross, M. and Eliashar, R., 2018. Otolaryngological aspects of orofacial pain.
Orofacial pain and headache, p.91.
Jeon, Y. and Lee, H., 2018. Ramsay hunt syndrome. Journal of dental
anesthesia and pain medicine, 18(6), p.333.
Kaya, İ., Sezgin, B., Eraslan, S., Öztürk, K., Göde, S., Bilgen, C., & Kirazlı, T.
(2018). Malignant otitis externa: a retrospective analysis and treatment
outcomes. Turkish archives of otorhinolaryngology, 56(2), 106.
Kemenkes RI,. (2014). Peraturan menteri kesehatan nomor 5 tahun 2014.
tentang. panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Mendoza, N., Arora, A., Arias, C.A., Hernandez, C.A., Madkam, V. and Tyring,
S.K., 2019. Cutaneous and subcutaneous mycoses. In Clinical Mycology
(pp. 509-523). Churchill Livingstone.
Sarv, C.O.L.M., Malignant External Otitis-Case Report. 2018
Szmuilowicz, J., & Young, R. (2018). Infections of the Ear. Ear, Nose, and
Throat Emergencies, An Issue of Emergency Medicine Clinics of North
America, E-Book, 37(1), 1.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2020. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI Edisi Ketujuh Cetakan ke 8. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Vennewald, I. and Klemm, E., 2020. Otomycosis: diagnosis and treatment.
Clinics in dermatology, 28(2), pp.202-211.
Wiegand, S., Berner, R., Schneider, A., Lundershausen, E. and Dietz, A., 2019.
Otitis externa: investigation and evidence-based treatment. Deutsches
Ärzteblatt International, 116(13), p.224.
Wipperman, J., 2017. Otitis externa. Primary Care: Clinics in Office Practice,
41(1), pp.1-9.
Yusuf, Muhtarum. (2016). Pedoman Praktis Klinis Telinga Hidung Tenggorok.
Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai