Anda di halaman 1dari 4

PENGEMBANGAN DESAIN INSTALASI BIOGAS YANG LEBIH MURAH DAN

EFISIEN UNTUK PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF BERBAHAN DASAR


ECENG GONDOK

1.1 Latar Belakang  


Bahan bakar minyak bumi masih menjadi sumber energi utama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di Indonesia. Tidak hanya konsumsi minyak bumi yang meningkat,
konsumsi LPG (Liquid Petroleum Gas) juga semakin meningkat dari tahun ke tahun (Dewi &
Kholik, 2018). Meskipun Indonesia menjadi salah satu negara penghasil minyak dan gas,
namun ketersediaan cadangan minyak semakin berkurang, penghapusan subsidi
menyebabkan harga bahan bakar minyak dan gas naik serta menurunkan kualitas lingkungan
akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan (Ningrum et al., 2018).  Keterbatasan
energi yang berasal dari bahan bakar fosil sebagai energi tak terbarukan menuntut kita untuk
mencari sumber energi alternatif lain yang jumlahnya cukup melimpah dan ramah
lingkungan. Salah satu energi terbarukan yang dapat dikembangkan sebagai energi alternatif
adalah biogas.

Biogas merupakan suatu jenis gas yang bisa dibakar, diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian atau campuran
keduanya. Menurut Purnomo et al., (2020), menyebutkan bahwa prinsip dasar teknologi
biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme (bakteri
metanogen atau metanogenik) dalam kondisi tanpa udara (anaerob) yang menghasilkan
campuran dari beberapa gas, seperti metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Energi yang
dihasilkan oleh biogas cukup besar. 1 meter kubik biogas setara dengan ± 6.000 watt jam atau
setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan
sebagai bahan bakar alternatif yang dapat memberikan dampat positif terhadap lingkungan,
kesehatan masyarakat dan keuntungan ekonomis (Rumbayan, 2017). Salah satu bahan
organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas adalah eceng gondok.

Adopsi teknologi dapat digunakan untuk mengkonversi gulma air dalam hal ini eceng
gondok menjadi energi berupa biogas. Konversi biologi berupa biogas ini termasuk teknologi
yang memiliki efisiensi tinggi karena residu proses biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai
produk berkualitas tinggi. Dari sudut pandang itulah dapat disimpulkan bahwa teknologi
biogas termasuk teknologi ramah lingkungan. (Indri Oktavia, 2016)
Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tanaman yang tumbuh diperairan seperti
danau, sungai dan rawa-rawa yang dianggap sebagai tanaman pengganggu dan tempat
berkembang biaknya sumber penyakit. Eceng gondok banyak mengandung amilum dan
selulosa yang mempunyai peran penting dalam pembuatan biogas (Herman et al., 2018).
Dengan adanya sumber energi alternatif biogas yang sangat potensial, maka harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin supaya dapat memberikan solusi yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu alat yang dapat mengolah eceng
gondok untuk menghasilkan biogas secara optimal.

Salah satu batasan (constraint) utama dalam mendesain biogas untuk masyarakat di
pedesaan adalah masalah biaya instalasi, kemudahan pengoperasian serta perawatan. Reaktor
biogas jenis fixed dome yang dibuat dari bahan tembok dan beton umumnya memerlukan
biaya yang tidak murah (BSP, 2003).

Oleh karena itu, beberapa aplikasi reaktor biogas di negara ketiga menggunakan
bahan yang lebih murah dan mudah didapat, seperti kantung (tubular) polyethylene (Aguilar
dkk, 2001), (Rodriguez dkk), (Moog dkk, 1997), (An dkk), atau material plastik lainnya,
seperti Silpaulin (BSP, 2003).

Reaktor biogas dari kantung polyethylene ini pada dasarnya tergolong reaktor jenis
fixed dome. Reaktor dengan volume slurry 4 m3 akan memerlukan kantung polyethylene
berdiameter 80 cm dengan panjang 10 m (80% dari kantung akan berisi slurry) (Rodriguez
dkk). Kantung polyethylene diposisikan horizontal (sekitar 90% badan reaktor berada di
bawah permukaan tanah).

Berdasarkan dengan latar belakang permasalahan diatas maka, saya tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN DESAIN INSTALASI
BIOGAS UNTUK PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF BERBAHAN DASAR
ECENG GONDOK”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul yaitu bagaimana
merancang bangun reaktor biogas yang lebih murah dan efisien.

1.3 Batasan Masalah


Agar penelitian terarah dan permasalahan tidak meluas sehingga sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai maka perlu adanya batasan masalah sebagai berikut:
1. Perancangan kriteriadesain
2. Perakitan reaktor biogas
3. Pengujian alat

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Menemukan desain reaktor biogas yang lebih murah,efisien dan flaksibel
2. Untuk mengetahui perbandingan antara pengembangan desain reaktor dengan
desain yang sudah ada
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, R. P., & Kholik, M. 2018. Kajian potensi pemanfaatan biogas sebagai salah satu
sumber energi alternatif Di wilayah magelang. Journal of Mechanical
Engineering, 2(1): 8-14.
Ningrum, S., Supriyadi, S., & Zulkarnain, Z. 2019. Analisis Strategi Pengembangan Biogas
Sebagai Energi Alternatif Rumah Tangga Dengan Memanfaatkan Limbah Ternak
Kotoran Sapi. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 19(1): 45-57.
Purnomo, B. C., Widiyanto, A., Munahar, S., Purwantini, A. H., Muliawanti, L., & Rosyidi,
M. I. 2020. Implementasi Energi Biogas Sebagai Energi Alternatif Pembangkit Listrik
di Kabupaten Boyolali. energy, 3(2): 219-228.
Rumbayan, M. 2017. Introduksi teknologi biogas sebagai energi terbarukan untuk masyarakat
pedesaan. Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), 5(1): 15-21.
Herman, N., Muhammad, R. D., & Apollo, A. 2018. Pemanfaatan Limbah Eceng Gondok
Sebagai Energi Biogas Dengan Menggunakan Digester. Journal of Electrical and
Electronic Engineering, 2(2): 56-63.

Anda mungkin juga menyukai