Faras Arinal - 200205020 - Tugas TKT 11 SPM - Unit 2
Faras Arinal - 200205020 - Tugas TKT 11 SPM - Unit 2
1) Teori Piaget
Secara garis besar, Teori Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan berasal dari adaptasi
individu pada lingkungannya. Berdasarkan pandangan ini, maka pembelajaran seharusnya memberi
kesempatan siswa mengonstruksi pengetahuan sendiri berdasarkan pengetahuan yang berasal dari
adaptasinya dengan lingkungan.
2) Teori Vygotsky
Secara garis besar, Vygotsky mengembangkan 5 fungsi kognitif utama yaitu bahasa, berpikir,
persepsi, perhatian, dan memori. Bahasa muncul pada penyusunan kalimat soal yang dapat dipahami
dan dikerjakan. Berpikir muncul pada proses penyelesaian maupun perumusan soal yang dapat
diselesaikan.
3) Teori Bruner
Dalam mendorong dan berpikir kreatif dalam matematika seharusnya digunakan konsep
masalah. Hal ini karena seseorang akan berpikir jika dihadapkan pada suatu masalah dan lahirnya hasil
kreasi manusia sejak dahulu karena masalah yang dihadapi atau yang diajukan sendiri. Pengajuan
masalah matematika secara tersendiri akan mendorong kemampuan berpikir kreatif.
Pengertian berpikir kreatif adalah suatu kesatuan kombinasi kemampuan berpikir logis dan
divergen yang diindikasikan dengan kemampuan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
1
Konsep dasar problem posing
Model pembelajaran problem posing mulai dikembangkan tahun 1998 oleh Lyn D. English, dan
awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula
pada mata pelajaran yang lain. Pembelajaran hendaknya lebih ditekankan pada kegiatan problem
posing.Hal ini untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara
membiasakan siswa mengajukan soal.
Suyatno menjelaskan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang artinya
“merumuskan masalah” atau “membuat masalah”. Problem posing yaitu pemecahan masalah dengan
melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian- bagian yang lebih sederhana
sehingga mudah dipahami. Masalah yang dimaksudkan adalah soal-soal dalam matematika, sehingga
problem posing dapat diartikan sebagai membuat soal atau membuat masalah.
Dalam pembelajaran problem posing masalah yang diajukan tidak harus baru. Hal tersebut juga
menyangkut pembentukan kembali dari permasalahan yang telah ada atau pembentuk masalah dari
masalah yang telah ada atau bahkan pembentuk masalah yang telah diperoleh solusinya. Keterlibatan
siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan
salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima materi dari guru, melainkan siswa
juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Jadi dalam model pembelajaran problem posing
ini tidak hanya dapat meningkatkan kreativitas siswa tetapi juga hasil belajar yang baik.
Silver dan Cai (Mahmudi:2008) mengklasifikasikan tiga aktivitas kognitif dalam pembuatan soal sebagai
berikut.
1) Pre-solution posing.
yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Sebelum penyelesaian
masalah, di mana beberapa masalah dihasilkan secara teliti dari stimulus yang disajikan seperti sebuah
gambar, kisah atau cerita, diagram, paparan dan lain-lain.
2) Within-solution posing
Yaitu pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan. Pembuatan soal demikian
dimaksudkan sebagai penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan. Dengan demikian,
pembuatan soal demikian akan mendukung penyelesaian soal semula.
3) Post-Solution Posing.
Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a more challenging problem”. Siswa memodifikasi atau
merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih
menantang.